Anda di halaman 1dari 111

TANGGUNG JAWAB HUKUM DEWAN KOMISARIS DALAM

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA


PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan syarat akhir untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum

Oleh :

Endang Dwi Handayani

140200111

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara


TANGGUNG JAWAB HUKUM DEWAN KOMISARIS DALAM
PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

ENDANG DWI HYANDAYANI


NIM : 140200111

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Disetujui/Diketahui Oleh :
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Dr. Rosnidar Sembiring,S.H.,M.Hum


NIP : 196602021991032002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Muhammad Husni,S.H.,MH Zulfi Chairi,S.H.,M.Hum


Nip : 195802021988031004 Nip : 1971080120011220

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : ENDANG DWI HANDAYANI

NIM : 140200111

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI : TANGGUNG JAWAB HUKUM DEWAN KOMISARIS


DALAM PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE PADA PT.PERKEBUNAN
NUSANTARA IV MEDAN

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak
merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang laain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa adanya paksaan atau
tekanan dari pihak manapun.

Medan, 2018

ENDANG DWI HANDAYANI

NIM : 140200111

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat ALLAH SWT karena atas

berkah dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan

semoga dihari-hari kedepan kita tetap akan mendapat rahmat, hidayah, dan

petunjuk-Nya didalam menjalani kehidupan ini.

Bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara diwajibkan untuk menyusun dan

menyelesaikan suatu skripsi, dan untuk itu penulis menyusun dan menyelesaikan

suatu skripsi dengan judul “ TANGGUNG JAWAB HUKUM DEWAN

KOMISARIS DALAM PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN”.

Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis banyak mendapat

bantuan dan dorongan dari teman-teman baik secara moril maupun materil, untuk

itu penulis menyadari tanpa bantuan mereka skripsi ini tidak akan terselesaikan.

Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Khusunya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

I. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Dekan

Fakuktas Hukum Universitas Sumatera Utara.

II. Bapak Dr. Saidin, S.H., M.Hum, selaku wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


III. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum selaku wakil Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

IV. Bapak Dr. Jelly, S.H., M.Hum, selaku wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

V. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum selaku ketua departemen

hukum perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

VI. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum selaku wakil ketua departemen

hukum perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

VII. Bapak Muhammad Husni,SH.,MH selaku dosen pembimbing satu

yang sangat sabar dan telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan

pemikirannya yang telah memberikan banyak masukan-masukan dan

pengarahan kepada penulis sehingga sangat menunjang dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

VIII. Ibu Zulfi Chairi, SH., M.Hum selaku dosen pembimbing dua yang

sangat sabar dan telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan

pemikirannya untuk menyempurnakan apa-apa yang penulis uraikan

dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai tepat

waktunya.

IX. Seluruh dosen-dosen dan staf yang ada di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak membimbing dan membantu

penulis didalam perkuliahan dan waktu terdahulu.

X. Kepada keluarga tercinta, Bapak Jumingin selaku ayahanda penulis

dan Ibu Heni Riwati selaku ibunda penulis. Terima kasih atas kasih

ii

Universitas Sumatera Utara


sayang, semangat, dukungan serta doa yang telah diberikan ayah sama

mama sehingga membuat saya sebagai penulis semakin bersemangat

dalam menyelesaikan skripsi ini..

XI. Untuk kakak tersayang Hartani Murpratiwi SE, Devi Erfika dan Orang

terkasih Fadly Dharmawan, terima kasih atas semua dukungan dan

bantuannya selama ini.

XII. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis didalam kampus,Wikye

Herviana, Putry Dessy, Elmas Catur, M.Khaidir Batubara, Risky

Shaputra,Rinaldi Primadi, Muhammad Iqbal Pangaribuan. Terima

kasih untuk semua dukungan dan bantuan kalian. Semoga kita sma

sma dapat mencapai apa yang kita inginkan bersama aamiin.

XIII. Kepada sahabat terbaik penulis diluar kampus, Rizky Aprilliani

Br.Ginting, Shelvia Maulina, Imahjati. Terima kasih untuk support

kalian serta masukan masukan yang kalian berikan. Semoga kita dapat

, menjadi kebanggan dikelurga maupun dikota kita tercinta aamiin.

XIV. Kepada para senior di kampus Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara, Abang Gabeta Solin dan Kakak Ririn Ardhila, terimakasih atas

dukungannya selama ini sehingga membuat penulis semakin giat untuk

mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Semoga hubungan pertemanan

antara senior dan junior ini akan abadi selamanya.

iii

Universitas Sumatera Utara


XV. Serta teman- teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

semoga kita tetap selalu kompak.

Medan, 2018
Hormat Penulis

ENDANG DWI HANDAYANI


NIM : 140200111

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………….……………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………….…………………………….v

ABSTRAK…………………...…………………………...……………..………vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………...………………..1


B. Rumusan Masalah………………………………………………………..10
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………10
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………..10
E. Metode Penelitian………………………………………………………...11
F. Keaslian Penulisan……………………………………………………….15

BAB II : TINJAUAN MENGENAI PERSEROAN TERBATAS (PT) , dan


BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) ……………………………….18

A. Pengertian , Pendiri, Modal dan Organ Perseroan Terbatas (PT)………..18


B. Pengertian, Kepengurusan dan Pengawasan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)………………………………………………………………….35

BAB III : PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE


DALAM PERSEROAN TERBATAS…………………………………………46

A. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam Perseroan


Terbatas…………………………………………………………………..46
B. Pengawasan Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip Good Corporate
Governance………………………………………………………………72

Universitas Sumatera Utara


BAB IV : TANGGUNG JAWAB HUKUM DEWAN KOMISARIS DALAM
PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN………………………………...79

A. Kedudukan Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip Good Corporate


Governance pada PT. Perkebunan Nusantara IV…….…………………79
B. Tanggung Jawab Hukum Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip
Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan Nusantara IV……..84

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………..97
B. Saran……………………………………………………………………98

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………99

LAMPIRAN

vi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Endang Dwi Handayani*
Muhammad Husni**
Zulfi Chairi***
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan merupakan salah satu
pelaku kegiatan ekonomi nasional, sehingga pengelolaannya harus dilaksanakan
secara efisien dan berkelanjutan agar tujuan dari BUMN tersebut dapat dicapai
secara maksimal. Good Corporate Governance merupakan upaya yang dilakukan
oleh BUMN dalam mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya
saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan. Dewan Komisaris
sebagai salah satu organ BUMN memiliki peran penting dalam melaksanakan
Good Corporate Governance, terlebih lagi setelah terjadinya white collar crime
dalam beberapa BUMN yang melibatkan pimpinan perusahaan. Indonesia telah
mengalami krisis dimulai dari tahun 1997. Diduga bahwa salah satu penyebab
terjadinya krisis di Indonesia adalah lemahnya pengawasan yang dilakukan
terhadap Direksi perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab Dewan
Komisaris.Penelitian ini disusun menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif dengan menggambarkan suatu objek atau peristiwa. Data yang
digunakan adalah data sekunder berupa buku-buku literatur, peraturan perundang-
undangan, dokumen resmi, dan situs-situs internet dengan cara studi pustaka,
yaitu dengan menginventarisasi data-data tersebut yang kemudian disajikan dalam
bentuk uraian sistematis. Data-data yang diperoleh dianalisa dan dijabarkan
berdasarkan norma hukum yang berkaitan dengan objek penelitian.Tulisan ini
mengkaji mengenai penerapan prinsip yang ada dalam Good Corporate
Governance pada PT.Perkebunan Nusantara IV Medan yang dilaksanakan oleh
Dewan Komisaris melalui Laporan Hasil Assesment Penerapan Good Corporate
Governance pada Tahun 2016 yang nantinya dianalisis dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang BUMN, dan Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-
01/MBU/2011 serta nantinya akan terlihat mengenai tanggung jawab hukum yang
diterapkan oleh Dewan Komisaris pada PT. Perkebunan Nusantara IV Medan
Kata Kunci : Tanggung Jawab, Dewan Komisaris , Good Corporate Governance
(GCG)

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembimbing II Faakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vii

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama setengah abad terakhir ini, institusi paling berkuasa. Setiap

institusi yang paling dominan di masyarakat manapun harus mengambil

tanggung jawab untuk kepentingan bersama, sehingga setiap keputusan yang

dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam

kerangka tanggung jawab tersebut. Korporasi membawa dampak nyata

terhadap kualitas kehidupan manusia, terhadap individu, masyarakat, dan

seluruh kehidupan di bumi ini.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 33 ayat (4) yang menyatakan bahwa“Perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta

dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.” 1

Hal tersebut bermakna bahwa perekonomian nasional yang

diperankan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus didasarkan pada

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.

1
Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (4)

Universitas Sumatera Utara


Salah satu usaha pemerintah dalam menjalankan prinsip tersebut

adalah dengan mewajibkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk

menerapkan Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan

berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri yang ada dengan tetap

memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN. 2

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi dari keberadaannya. Visi

dan misi tersebut merupakan pernyataan tertulis tentang tujuan-tujuan kegiatan

usaha yang akan dilakukannya. Tentunya kegiatan terencana dan terprogram ini

dapat tercapai dengan keberadaan sistem corporate governance yang baik.

Disamping itu, perlu terbentuk kerjasama tim yang baik dengan berbagai pihak,

terutama dari seluruh karyawan dan top manajemen. Sistem corporate governance

yang baik ini menuntut dibangun dan dijalankannya prinsip-prinsip corporate

governance dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-

prinsip yang berlaku secara universal ini, diharapkan perusahaan dapat hidup

secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholder –nya.

Dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 33 ayat (4) Undang-

Undang Dasar 1945 Pemerintah mewajibkan BUMN untuk menerapkan

semua prinsip Good Corporate Governance, hal ini pun membantu dalam proses

manajerial sebuah perusahaan.

Berdasarkan prinsip corporate governance, struktur tesebut perlu

diperkuat dengan menempatkan lebih banyak orang-orang yang independen,

dimana mereka bekerja dalam bentuk komite-komite yang bertugas untuk

2
Daftar BUMN,di unduh dari http://www.bumn.go.id/daftar-bumn/,diaksespada, tanggal
14 Desember 2017

Universitas Sumatera Utara


menyeimbangkan energi kewirausahaan untuk melakukan inovasi yang dimiliki

oleh Direksi dengan kebutuhan suatu bentuk pengawasan terhadap manajemen

untuk menjamin bahwa arah kebijakan manajemen tersebut sejalan dengan

kepentingan pemilik perusahaan.

Pengertian BUMN berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disingkat

menjadi UUBUMN) adalah :

“Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara

melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.”

Saat ini prinsip Good Corporate Governance telah menjadi acuan oleh

negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan

pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam era globalisasi saat ini, Good Corporate

Governance mutlak perlu untuk dilaksanakan dengan disiplin baik, agar tercapai

tujuan yang diinginkan. Good Corporate Governance merupakan kebutuhan

dalam perusahaan, bukan suatu hal yang menakutkan bagi pegawai maupun

pengusaha. Kesadaran dan itikad baik sangat penting bagi laju investasi.

Rendahnya tingkat kesadaran akan perlunya penerapan Good Corporate

Governance, mengakibatkan tingginya risiko untuk berinvestasi di Indonesia.3

3
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal 42

Universitas Sumatera Utara


Dari berbagai bentuk perusahaan yang hidup di Indonesia, seperti

firma, persekutuan komanditer, koperasi dan lain sebagainya, bentuk

perusahaan Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) merupakan bentuk

yang paling lazim, bahkan sering dikatakan bahwa PT merupakan bentuk

perusahaan yang dominan. Dominasi PT tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi

juga di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Terkait dengan hal

tersebut, Cheeseman menyatakan corporations are the mostdominant

form of business organization in the United States, generating over 85

percent of the country’s gross business receipts.4

Penyebab krisis ekonomi,skandal-skandal di negara – negara Asia,

termasuk Indonesia, adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of

director) dan komite audit (audit committee) di perusahaan tak berfungsi efektif

dalam melindungi kepentingan pemegang saham.

Selain krisis ekonomi, skandal – skandal perusahaan public juga

mendorong meningkatnya kesadaran para ekonomi akan pentingnya penerapan

corporate governance. Skandal – skandal tersebut diantaranya adalah skandal

Enron, WorldComm, Tyco, Marsh & McLennan dan Dick Grasso yang telah

merugikan para stakeholder. Kondisi tersebut mengatakan bahwa struktur

perusahaan yang polos, yang terdiri dari dewan direksi dan dewan komisaris tanpa

disertai penjelasan yang lebih terinci mengenai tugas, tidaklah cukup untuk

meyakinkan pemegang saham bahwa direksi akan bekerja untuk memaksimalkan

4
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru,Citra Aditya
Bakti,Bandung,2003 hal. 1.

Universitas Sumatera Utara


kepentingan pemegang saham dan komisaris akan bekerja secara cukup untuk

mengawasi direksi.

Berdasarkan prinsip Good corporate governance, struktur tersebut

perlu diperkuat dengan menempatkan lebih banyak orang-orang yang independen,

di mana mereka bekerja dalam bentuk komite-komite yang bertugas untuk

menyeimbangkan energi kewirausahaan untuk melakukan inovasi yang dimiliki

oleh Direksi dengan kebutuhan suatu bentuk pengawasan terhadap manajemen

untuk menjamin bahwa arah kebijakan manajemen tersebut sejalan dengan

kepentingan pemilik perusahaan.

Board ( dewan direksi dan dewan komisaris) memang berperan sentral

dalam corporate governance. Hubungannya dengan pihak utama lainnya,

khususnya pemegang saham dan manajemen, sangat kritis. Pihak lainnya

termasuk karyawan, pelanggan,pemasok, dan kreditur. Kerangka corporate

governance tergantung hukum, peraturan, lingkungan institusi dan etika

komunitas.

Kepentingan ( interest ) merupakan kata kunci dalam permasalahan

skandal-skandal di atas. Perbedaan kepentingan antara Direksi dan pemilik atau

pemegang saham merupakan masalah klasik yang selalu timbul dari srtuktur

perusahaan.

Kegagalan perusahaan berskala besar,skandal-skandal keuangan dan

krisis-krisis ekonomi di berbagai negara, telah memusatkan perhatian kepada

pentingnya tata kelola perusahaan (corporate governance). Kebijakan lembaga

keuangan berskala besar dalam pendanaan perusahaan-perusahaan melalui

Universitas Sumatera Utara


pinjaman atau pemberian modal perusahaan,mulai memasukan syarat-syarat

pelaksanaan corporate governance pada perusahaan-perusahaan.5

Di Indonesia, kepemilikan perusahaan yang terdaftar di bursa saham

sangat terpusat, dan presentase manajer yang termasuk dalam grup pengendali

juga sangat tinggi. Hal ini pada hakikatnya merupakan ciri khas bagi suatu sektor

usaha yang sedang berkembang serta pasar modal yang dalam pertumbuhan. Akan

tetapi, sementara ekonomi dan perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak

canggung lagi dan semakin berbaur dengan ekonomi dunia untuk pembiayaan

pinjaman dan permodalan mereka serta pembelian dan penjualan produk-

produknya, perhatian terhadap standar corporate governance yang disepakati di

tingkat internasional merupakan keharusan bagi Indonesia untuk menerapkannya.6

Konsentrasi kepemilikan ini menimbulkan resiko dalam corporate

governance.Melalui kepemilikan mayoritas didalam BUMN, pemerintah juga

merupakan pelaku utama didalam ekonomi Indonesia. Sementara beberapa dari

BUMN yang besar dan dikelola dengan baik telah dengan sukses go public,

beberapa yang lainnya masih berusaha keras memperbaiki performance usaha

yang buruk yang digambarkan oleh rendahnya tingkat keuntungan, operasi usaha

yang tidak fokus, tidak memiliki orientasi pasar dan konsumen, produktifitas yang

rendah dan tingkat pengembalian aset yang rendah.

Pemerintah memegang peranan penting yang mendukung dengan

menerbitkan dan memberlakukan pengaturan yang memadai misalnya tentang

5
Adrian Sutedi, Good Corporate Governance, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal 4
6
Http://www.sahamok.com/perusahaan-publik-terbuka-tbk-emiten-bei-bursa-efek-
indonesia/amp, diakses pada tanggal 10 november 2017

Universitas Sumatera Utara


pendaftaran perusahaan, pengungkapan data keuangan perusahaan serta peraturan-

peraturan tentang tanggung jawab Dewan Komisaris. Namun perusahaan

memegang tanggung jawab utama untuk melaksanakan sistem corporate

governance yang baik didalam perusahaannya. Perusahaan harus menyadari

bahwa sistem corporate governance yang baik sangat berarti bagi kepentingan-

kepentingan pemegang saham, finansir (penyandang dana), karyawan, serta

untuk perusahaan itu sendiri. Perusahaan-perusahaan harus mengantisipasi

pemberlakuan yang lebih tegas dari peraturan perundang-undangan yang ada,

mengantisipasi pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang baru, serta

mengantisipasi pengawasan masyarakat yang semakin tajam terhadap tindakan

dan langkah yang diambil perusahaan-perusahaan tersebut.

Berdasarkan keyakinan-keyakinan di atas itulah maka tidak

mengherankan jika selama dasawarsa 1990-an, tuntutan terhadap penerapan Good

Corporate Governance secara konsisten dan komperhensif datang secara

beruntun.Mereka menyarankan, di antaranya adalah berbagai lembaga investasi

baik domestik maupun mancanegara, termasuk institusi sekaliber World Bank,

IMF, OECD, dan APEC. Dengan melontarkan beberapa prinsip umum dalam

Good Corporate Governance, seperti transparency, accountability, responsibility,

independency, dan fairness. Dengan demikian, penerapan Good Corporate

Governance diyakini akan menolong perusahaan dan perekonomian Negara yang

sedang tertimpa krisis menjadi bangkit menuju kearah yang lebih sehat, maju,

mampu berdaya saing, dikelola secara dinamis serta professional. Yang dapat

Universitas Sumatera Utara


berdampak positif bagi perusahaan seperti halnya pulihnya kepercayaan

investor.7

Selain itu, sistem corporate governance yang baik memberikan

perlindungan efektif kepada para pihak kreditur, sehingga mereka bisa

meyakinkan dirinya akan memperoleh kembali investasinya dengan wajar dan

bernilai tinggi. Suatu sistem corporate governance yang efektif seharusnya

mampu mengatur kewenangan dewan komisaris, yang bertujuan dapat menahan

pengurus perusahaan untuk tidak menyalahgunakan kewenangan tersebut dan

untuk memastikan bahwa pengurus perusahaan bekerja semata-mata untuk

kepentingan perusahaan. Corporate governance memusatkan perhatian pada isu

fundamental yang akan berguna untuk menilai kinerja pengurus perusahaan

berdasarkan kepentingan pemegang saham Dalam upaya meningkatkan nilai

perusahaan, yang tercermin dalam bentuk meningkatnya kinerja (high

performance) serta citra perusahaan (good corporate image), Good Corporate

Governance merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh PT. Perkebunan

Nusantara IV Medan sebagai landasan operasional kegiatan usaha perusahaan.

Cara tersebut diterapkan oleh para organ perseroan maupun organ pendukung

dalam PT. Perkebunan Nusantara IV Medan, seperti Pemegang Saham/RUPS,

Dewan Komisaris, dan Direksi. Masing-masing organ tersebut memiliki peran

yang berbeda.8

7
Violetta Jingga Tadikapury, Penerapan Good Corporate Governance pada Bank X TBK
Kanwil X, Universitas Hassanudin, Makassar, 2011, hal. 16
8
Christie Dwi Karya Susilawati, Peranan Audit Intern Dalam Penerapan Good
Corporate Governance Yang Efektif, Universitas Maranatha, Bandung, 2013, hal.2

Universitas Sumatera Utara


Dewan Komisaris memiliki peran penting dalam penerapan Good

Corporate Governance.Peran ini semakin penting setelah terjadinya beberapa

White Collar Crime yang melibatkan pimpinan perusahaan pada jenjang tertinggi.

Di Indonesia, peningkatan kebutuhan Good Corporate Governance semakin

terasa setelah terjadinya krisis di Indonesia adalah lemahnya pengawasan yang

dilakukan oleh Dewan Komisaris. Bahkan, karena lemahnya peraturan yang ada,

misalnya karena tidak adanya ketentuan mengenai harus adanya anggota

komisaris independen, Dewan Komisaris tidak saja kurang efektif, melainkan juga

turut berperan dalam pengambilan keputusan yang tidak selalu memperhatikan

kepentingan perusahaan, Pemegang Saham, dan pemangku kepentingan lainnya

termasuk masyarakat luas.9

Uraian tersebut memberikan penjelasan, betapa strategisnya peran

Dewan Komisaris dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, hal

tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti Tanggung jawab Hukum Dewan

Komisaris dalam Penerapkan Prinsip Good Corporate Governance pada PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan.

B. Permasalahan

Adapun yang merupakan permasalahan yang timbul dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut :

9
Ronny Kusumo Muntoro, Membangun Dewan Komisaris yang Efektif, tersedia di
website http://lmfeui.com/data/mui_Membangun%20DewanRonny%20K%20Muntoro.pdf, diakses
pada tanggal 12 Desember 2017

Universitas Sumatera Utara


1. Bagaimanakah kedudukan Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip Good

Corporate Governance pada PT. Perkebunan Nusantara IV ?

2. Bagaimanakah Tanggung Jawab Hukum Dewan Komisaris dalam Penerapan

Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan Nusantara IV ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulis melaksanakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kedudukan Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip

Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan Nusantara IV.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum Dewan Komisaris dalam

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan

Nusantara IV

D. Manfaat Penulisan

1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya

perkembangan Ilmu hukum pada umumnya dan pengetahuan secara mendalam

perihal Hukum Perusahaan, serta memberikan pengetahuan mengenai tanggung

jawab Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan khususnya dalam penerapan

prinsip Good Corporate Governance.

b. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat digunakan sebagai referensi bagi

kepentingan akademis dan sebagai tambahan bahan kepustakaan bagi yang

10

Universitas Sumatera Utara


memerlukannya, khususnya bagi yang berminat meneliti tanggung jawab

hukum dewan komisaris dalam suatu perusahaan.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi

penelitian dan menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai tanggung

jawab hukum dewan komisaris dalam suatu perusahaan khususnya dalam

penerapan prinsip Good Corporate Governannce.

b. Hasil penelitian diharapkan pula dapat bermanfaat sebagai suatu masukan

ataupun pendapat dalam rangka penerapan hukum mengenai kewajiban

perusahaan dalam menerapkan prinsip Good Corporate Governannce serta

mengenai tanggung jawab hukum dewan komisaris dalam suatu perusahaan

khususnya dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance.

E. Metode Penelitian

Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu.

Sementara itu metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-

peraturan dalam metode tersebut.Dengan demikian metodologi penelitian adalah

sebuah materi pengetahuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam

mengenai sistematisasi atau langkah-langkah penelitian.Penelitian merupakan

terjemahan dari bahasa Inggris yaitu research, yang berasal dari kata re( kembali )

11

Universitas Sumatera Utara


dan to search (mencari). Dengan demikian secara logawiyah berarti “ mencari

kembali”.10

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran

secara sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian

tersebut dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan

dan diolah.11

1. Jenis Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis normatif atau penelitian hukum yang hanya meneliti bahan pustaka

sehingga disebut juga penelitian hukum kepustakaan.12

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal.

Pada penelitian hukum sejenis ini, mengkonsepkan hukum sebagai apa yang

tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum

dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku

manusia yang dianggap pantas dengan pendekatan perundang-undangan.13

2. Sumber Data Penelitian

10
Syahrum dan Salim,Metodologi Penelitian Kuantitatif, Penerbit Citapustaka Media,
Bandung,2012,hal 37
11
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Penerbit Rajawali
Pers,Jakarta,2012,hal 27.
12
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Pt. Raja
Grafindo Persada, 2007, hal 116
13
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada 2006 hal 118

12

Universitas Sumatera Utara


Adapun data yang dikumpul dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan

pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sekunder dibagi

atas 3 (tiga),yaitu :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan

perundang undangan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat

seperti KUH Perdata,KUHD, Undang - undang No.40 Tahun 2007,

Undang- undang no 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan,Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/2011

Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN),Dan peraturan

perundang-undangan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik

Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan

memahami bahan hukum primer.

c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan

informasi dan penjelassan mengenai bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder.

3.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui :

a. Library Research ( Studi Kepustakaan ),yaitu mempelajari dan

menganalisa secara sistematika buku- buku, peraturan perundang-

13

Universitas Sumatera Utara


undangan, catatan kuliah dan sumber literature lainnya yang berhubungan

dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini sehingga diperoleh data

ilmiah sebagai bahan dalam uraian teoritis.

b. Field Research ( Studi Lapangan ), yaitu penelitian di lapangan yang guna

pengumpulan data yang diperoleh di lapangan, berupa hasil wawancara

yang dilakukan pada perusahaan perkebunan ( tepatnya disalah satu

perusahan Perkebunan Nusantara IV Medan )

4. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis data normatif kualitatif. Metode analisis data normatif kualitatif

yaitu pembahasan dan penjabaran yang disusun secara logis terhadap hasil

penelitian terhadap norma, kaidah, maupun teori hukum yang relevan

dengan pokok permasalahan

F. Keaslian Penulisan

Penulisan tentang Tanggung jawab hukum Dewan Komisaris dalam

penerapan prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan

Nusantara IV Medan belum pernah ada sebelumnya. Keaslian penulisan

skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan

mengambil panduan dari buku-buku,dan sumber-sumber lain yang

berkaitan dengan judul skripsi penulis, ditambah dengan sumber riset dari

lapangan.

14

Universitas Sumatera Utara


Penulisan ini disusun berdasarkan literature-literature yang berkaitan

dengan Hukum Perdata, Hukum Dagang, serta Peraturan Perundang-

Undangan yang membahas mengenai Tanggung jawab hukum Dewan

Komisaris dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance .

Oleh karena itu, penulisan ini dapat dikatakan penulisan yang pertama kali

dilakukan, sehingga keaslian penulisan ini dapat dipertanggung-jawabkan

secara akademis.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab,dan tiap-tiap bab terbagi ata beberapa

sub-sub bab. Untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi

ini yang dapat di gambarkan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran umum yang

berisi tentang Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan

Penulisan, Manfaat Penulisan, Tinjauan kepustakaan, Metode

Penelitian , Keaslian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN MENGENAI PERSEROAN TERBATAS (PT) ,

DEWAN KOMISARIS ,BADAN UMUM MILIK

NEGARA(BUMN) dan PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE DI DALAM PERSEROAN Bab ini berisikan

tentang pengertian Perseroan Terbatas, BUMN, Dewan

Komisaris, Good Corporate Governance, Organ - Organ

Perseroan ,dan Prinsip – Prinsip Umum Mengenai Tanggung

Jawab dan Kedudukan Komisaris

15

Universitas Sumatera Utara


BAB III : PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE DALAM PERSEROAN, Bab ini berisikan

tentang Fungsi, Wewenang, dan Peran Dewan Komisaris

Dalam Status Perseroan Terbatas dan Penerapan Prinsip Good

Corporate Governance dalam Perseroan.

BAB IV : TANGGUNG JAWAB HUKUM DEWAN KOMISARIS

DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA

IV MEDAN, Bab ini berisi tentang Pengaturan mengenai

Laba Bersih Perseroan Berdasarkan UU No. 40 Tahun

2007,Pertanggung jawaban Dewan Komisaris dalam

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Pada PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab penutup dari seluruh

rangkaian bab-bab sebelumnya,yang berisikan kesimpulan

yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi

dengan saran-saran.

16

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN MENGENAI PERSEROAN TERBATAS (PT) , dan BADAN


USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

A. Pengertian, Pendiri, Modal dan Organ Perseroan Terbatas

Berdasarkan Pasal 1 UUPT No. 40/2007 Perseroan Terbatas

(Perseroan) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. 14

Istilah perseroan menunjuk pada cara penentuan modal dan

istilah terbatas menunjuk pada batas tanggung jawab sekutu. Perseroan

Terbatas adalah suatu bentuk usaha yang berbadan hukum, yang pada awalnya

dikenal dengan nama Naamloze Vennootschaap (NY).Istilah lainnya Corporate

Limited (Co. Ltd.), Serikat Dagang Benhar (SDNBHD).Pengertian Perseroan

Terbatas terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan“terbatas”Perseroan merujuk

kepada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Adapun kata

terbatas merujuk kepada pemegang yang luasnya hanya sebatas pada nilai

nominal semua saham yang dimilikinya.15

Pada awalnya, Perseroan Terbatas ini diatur dalam KUHD, yang

kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dan diganti

kembali menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. PT merupakan perusahaan yang oleh undang-undang dinyatakan

14
Undang- Undang Perseroan Terbatas Pasal 1 No 40 Tahun 2007
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung, PT.Citra Aditya
Bakti 1993, hal.7

17

Universitas Sumatera Utara


sebagai perusahaan yang berbadan hukum.Dengan status yang demikian itu, PT

menjadi subyek hukum yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai

badan hukum. Hal ini berarti PT dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum

seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang (ia

bertindak dengan perantaraan pengurusnya).16

Perseroan Terbatas harus memenuhi beberapa unsur diantaranya :17

1. Badan Hukum

Setiap Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang memenuhi

syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban, antara lain memiliki

harta kekayaan sendiri yang terpisah dari harta kekayaan pendiri atau

pengurusnya, dalam KUHD tidak ada satu pasal pun yang mengatakan

Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, tetapi dalam Undang-Undang No

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas secara tegas dinyatakan bahwa

Perseroan Terbatas adalah badan hukum.Pasal 1 ayat 1 tentang pengertian

Perseroan terbatas memberikan syarat untuk mendirikan Perseroan terbatas adalah

suatu badan hukum, atau manusia semu ataupun merupakan suatu badan

intelektual. Konsekuensi yuridisnya adalah bahwa suatu perseroan terbatas

wewenang bertindak untuk dan atas namasendiri, bertanggung jawab sendiri

secara hukum memiliki harta kekayaan sendiri, dan mempunyai pengurus yang

akan bertindak untuk dan atas nama perseroan tersebut Pada prinsipnya yang

bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perseroan adalah

16
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal.41
17
Rachmadi Usman,Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Alumni, Bandung,
2004, hal.47

18

Universitas Sumatera Utara


perseroan itu sendiri selaku badan hukum.Dengan beberapa pengecualian, pihak

direksi, komisaris atau pemegang saham tidak dapat dimintai tanggung jawab

pribadi atas tindakan hukum yang dillakukan oleh perseroan.

2. Didirikan berdasarkan Perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian (kontrak) artinya,

harus dilakukan oleh minimal dua orang atau lebih sebagai pemegang

saham, yang sepakat bersama-sama mendirikan suatu perseroan terbatas yang

dibuktikan secara tertulis, tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian

dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di hadapan notaris, dan setiap pendiri

wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan Terbatas didirikan oleh

satu orang pemegang saham dan tanpa akta notaris. Ketentuan ini merupakan

asas dalam pendirian perseroan terbatas. Konsekuensi dari anggapan bahwa suatu

perseroan pendiri dari perseroan terbatas haruslah minimal 2 orang/badan

hukum.Undang-undang Perseroan Terbatas ( UU.No 40 Tahun 2007) dengan

tegasmenganut teori perjanjian ini, seperti terlihat dalam ketentuan Pasal 1 angka

1 yang menyatakan sebagai berikut :18

‘’ Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah

Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar, dimana modal dasar

yang seluruhnya terbagi ke dalam saham-saham, dengan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.’’

3. Melakukan kegiatan usaha

18
Ibid.hal 19

19

Universitas Sumatera Utara


Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan dalam

bidang bisnis yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan/atau

laba. Supaya kegiatan usaha itu sah, maka harus memperoleh izin dari

pihak yang berwenang. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan

perusahaan, yang sudah tentu memerlukan modal, yang selanjutnya modal

perseroan terbagi atas saham.

4. Modal Dasar

Setiap Perseroan Terbatas harus mempunyai modal yang seperti

dikemukakan diatas terbagi dalam suatusaham. Modal dasar ini disebut juga

“modal statuter”, yang dalam bahasa inggris disebut authorized capital. Modal

dasar yang merupakan harta kekayaan perseroan terbatas (badan hukum)

yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pendiri, organ perseroan,

ataupemegang saham.

5. Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap Perseroan Terbatas harus mermenuhi persyaratan undang-

undang perseroan terbatas dan peraturan pelaksanaannya. Ketentuan

ini menunjukan bahwa undang-undang tersebut menganut sistem

tertutup. Persyaratan yang wajib dipenuhi mulai dari pendiriannya,

beroprasinya dan berakhirnya. Di antara syarat mutlak yang wajib dipenuhi

oleh pendiri adalah adanya akta pendirian yang harus dibuat didepan notaris

dan harus memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.19

19
Rachmadi Usman,Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Alumni, Bandung,
2004, hal.47

20

Universitas Sumatera Utara


6. Adanya para pendiri

Unsur yuridis selanjutnya bagi suatu perseroan terbatas adalah adanya

para pendiri, yang menurut teori perjanjian, haruslah terdiri dari minimal

2orang/badan hukum.

Pasal 7 ayat (ayat (1) UU.No 40 Tahun 2007,yang menyatakan

sebagai berikut :

Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan aktanotaris

yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Pasal 7 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), yang menyatakan sebagai

berikut Ayat (5) :

Setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang

saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling

lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang

saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya

kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada

orang lain. ;

Ayat (6) :

Dalam hal jangka waktu sebagaimana di maksud dalam ayat (5)telah

dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 orang, pemegang

saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau

kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan,

pengadilannegeri dapat membubarkan perseroan tersebut; Ayat (7):

21

Universitas Sumatera Utara


Ketentuan yangdiwajibkan perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih

sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), dan ketentuan dalam ayat (5)

serta ayat (6) tidak berlaku bagi : perseroan yang merupakan Badan

Hukum Milik Negara atau perseroan yang mengelola bursa efek,

lembaga kliring dan penjaminan,lembaga penyimpanan dan

penyelesaian dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang tentang Pasar Modal

7. Modal perseroan dibagi ke dalam saham-saham.

Seperti telah dijelaskan bahwa dalam suatu perseroan terbatas

haruslah terdapatmodal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor.Semua

Modaltersebut haruslah dibagi ke dalam saham-saham.Pasal 31 ayat (1) UU

perseroan terbatas disebutkan bahwa modal dasar perseroan terdiri atas

seluruhnilai nominal saham. Meskipun ada sebagian modal dasar yang belum

disetor,tetapi modal dasar seperti itu juga dicadangkan untuk disetor kelak,

sehinggasemuanya akan menjadi saham-saham. Prinsip hukum dalam suatu

perseroanterbatas adalah bahwa tidak rnungkin ada modal yang tidak dibagi ke

dalamsaham-saham, dan tidak mungkin pula ada saham yang tidak diambil dari

modal perseroan.

8. Mempunyai organ perusahaan

Berbeda dengan subjek hukum manusia yang dapat bertindak dan

menguruskepentingannya sendiri, suatu perseroan terbatas sebagai suatu badan

hukumtidak bisa melakukan kegiatannya sendiri. Untuk itu, perseroan terbatas

22

Universitas Sumatera Utara


memerlukan organ-organ perseroan untuk mengurus kepentingan-kepentingannya

Organ perseroan terbatas terdiri dari :20

a. Rapat umum pemegang saham RUPS

Pasal 1Angka (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, menyatakan bahwa:“

„‟Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut

RUPS, adalah Organ perseroan yang mempunyai wewenang yang

tidak diberikan kepada Direksi atauDewan Komisaris dalam batas

yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.”

RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atauDewan

Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-UndangPT dan/atau

anggaran dasar.Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh

keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dariDireksi dan/atau Dewan

Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mataacara rapat dan tidak

bertentangan dengan kepentingan Perseroan.RUPSdalam mata acara lain-lain

tidak berhak mengambil keputusan, kecualisemua pemegang saham hadir dan/atau

diwakili dalam RUPS danmenyetujui penambahan mata acara rapat.Keputusan

atas mata acararapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat.

b. Jenis Rapat Umum Pemegang Saham

RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya.RUPStahunan

wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6(enam) bulan setelah tahun

20
Rachmadi Usman,Opcit.Hal 12

23

Universitas Sumatera Utara


buku berakhir. Dalam RUPS tahunan,harus diajukan semua dokumen dari laporan

tahunan Perseroan.RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan

kebutuhanuntuk kepentingan Perseroan.Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang

SahamPenyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan: 1(satu)orang atau

lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili1/10 (satu persepuluh) atau

lebih dari jumlah seluruh sahamdengan hak suara, kecuali anggaran dasar

menentukan suatu jumlah yang lebih kecil.

c. Direksi

Menurut ketentuan pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007 dinyatakan direksi adalah “organ perseroan yang berwenang dan penuh

bertanggungjawab atas pengurusan perseroan, baik didalammaupun diluar

pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar“.

Dengan demikian di satu pihak direksi mempunyai tugas dan

tanggungjawab dalam hal pengurusan perseroan, dan dipihak lain direksi

berwenang mewakili perseroan. Berdasarkan UUPT Pasal 92 ayat (3),suatu PT

diwajibkan mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi apabila

perseroan yang dibidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, misalnya

seperti Bank dan Asuransi, perseroan yangmenerbitkan surat pengakuan utang

seperti obligasi dan perseroan terbuka.

d. Dewan komisaris

Pasal 1 Angka (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, merumuskan bahwa:

24

Universitas Sumatera Utara


“Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai

dengan anggaran dasar serta memberinasihat kepada Direksi.”

Komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan

secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihatkepada direksi dalam

menjalankan perseroan. Pasal 111 UUPT mengatur tentang pengisian jabatan

komisaris, yang menyebutkan:

1. Anggota dewan komisaris diangkat oleh RUPS.

2. Untuk pertama kali pengangkatan anggota dewan

komisarisdilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian

sebagaimana dimaksuddalam pasal 8 ayat (2) huruf b.

3. Anggota dewan komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu

dandapat diangkat kembali.

4. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian,

dan pemberhentian tersebut.

5. Dalam RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya

pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian mulai berlaku

sejak berlaku sejak ditutupnya RUPS

Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentiananggota dewan

komisari, direksi waji memberitahukan perubahantersebut kepada menteri untuk

dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)

hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.Dalam hal pemberitahuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum dilakukan, menteri menolak setiap

25

Universitas Sumatera Utara


pemberitahuan tentang perubahan susunan dewan komisaris selanjutnya yang

disampaikankepada menteri oleh direksi.21

Para pendiri Perseroan Terbatas yang telah membuat perjanjian

itu kemudian menghadap ke notaris untuk minta dibuatkan akta pendirian

perseroan. Sejak akta pendirian ditanda tangani oleh para pendiri, berdirilah

perseroan, dan hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontrak yang

belum (perseroan) memperoleh status badan hukum. Akta pendirian ini

mempunyai fungsi intern, yaitu sebagai aturan main para pendiri saham dan

organ perseroan, dan fungsi ekstern terhadap pihak ketiga sebagai identitas

dan pengaturan tanggung jawab perbuatan hukum yang dilakukan oleh

yang berhak atas nama perseroan. Adapun syarat-syarat Pendirian PT :

1. Perbuatan Perjanjian tertulis

Pendirian suatu perseroan harus didirikan oleh dua orang atau

lebih karena suatu perjanjian umumnya memang harus dilakukan oleh

minimal dua orang. Ketentuan ini menunjukan bahwa undang-undang

perseroan menghendaki perseroan sebagai badan hukum harus terdiri dari

minimal dua orang pemegang saham.

2. Pembuatan akta pendirian di depan notaris

Para pendiri yang telah membuat perjanjian itu kemudian

menghadap ke notaris untuk minta dibuatkan akta pendirian perseroan. Sejak

akta pendirian ditanda tangani oleh para pendiri, berdirilah perseroan, dan

21
Sujud Maargono, Hukum Perusahaan Indonesia, CV. Novindo Pustaka Mandiri,
Jakarta, 2008, hal.27

26

Universitas Sumatera Utara


hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontrak yang belum

(perseroan) memperoleh status badan hukum. Akta pendirian ini

mempunyai fungsi intern, yaitu sebagai aturan main para pendiri saham dan organ

perseroan, dan fungsi ekstern terhadap pihak ketiga sebagai identitas dan

pengaturan tanggung jawab perbuatan hukum yang dilakukan oleh yang

berhak atas nama perseroan.

Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain,

sekurang-kurangnya:

(a)Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan

dengan pendirian Perseroan

(b)Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-

kuranngnya:

1) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan

kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan

alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai

pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;

2)Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan

kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali

diangkat;

3)Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian

jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor

27

Universitas Sumatera Utara


Dalam pembuatan akta pendirian pendiri dapat diwakili oleh orang lain

berdasarkan surat kuasa. Syarat-syarat mengajukan permohonan pembuatan akta

pendirian PerseroanTerbatas adalah:

1) Membuat akta pendirian Perseroan Terbatas di hadapan notaris.

2) Membuat atau mengurus NPWP pada kantor pajak setempat.

3) Membayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan tambahan berita

negara(TBN).

Pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM

Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa:

(1) Permohonan untuk memperoleh keputusan menteri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) harus diajukan kepada Menteri paling

lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian

ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung.

(2) Ketentuan mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan peraturan menteri

(3) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan

keterangan mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

Menteri langsung menyatakan tidak keberatan atas permohonan yang

bersangkutan secara elektronik.

28

Universitas Sumatera Utara


(4) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan

keterangan mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

Menteri langsung memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada

pemohon secara elektronik.

(5) Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal

pernyataan tidak berkeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan secarafisik surat

permohonan yang dilampiri dokumen pendukung.

(6) Apabila semua perysaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah

dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri

menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang

ditandatangani secara elektronik.

(7) Apabila persyaratan tentang jangka waktu dan kelengkapan dokumen

pendukung sebagaimana dimaskud pada ayat (5) tidak dipenuhi, Menteri

langsung memberitahukan hal tersebut kepada pemohon secara

elektronik, dan pernyataan tidak berkeberatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) menjadi gugur.

(8) Dalam hal pernyataan tidak keberatan gugur, pemohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat mengajukan kembali

permohonan untuk memperoleh keputusan menteri sebagaimana dimaksud

Pasal 9 ayat (1)

29

Universitas Sumatera Utara


(9) Dalam hal permohonan untuk memperoleh keputusan menteri tidak diajukan

dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akta pendirian

menjadi batal sejak lewatnya jangka waktu tersebut dan Perseroan yang

belum memperoleh status badan hukum bubarkarena hukum dan

pemberesannya dilakukan oleh pendiri.

(10) Ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku

juga bagi permohonan pengajuan kembali.

Untuk memperoleh pengesahan, para pendiri atau kuasannya mengajukan

permohonan tertulis kepada Menteri Hukum dan HAM dengan melampirkan

akta pendirian perseroan. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam

jangka waktu 60 hari setelah permohonan diterima.

Perseroan memperoleh status badan hukum setelah adanya penerbitan akta

pendirian yang sudah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM, dan sejak saat

itu suatu Perseroan Terbatas menjadi subjek hukum. Konsekuensi logisnya,

sejak saat itu pula institusi tersebut dapat mengikatkan diri sebagai suatu pihak

dalam perjanjian atau dapat melakukan perbuatan hukum.

Direksi wajib mendaftarkan dalam daftar perusahaan

dengan memberikan akta pendirian beserta surat pengesahan Menteri Hukum

dan HAM paling lambat 30 hari setelah pengesahan diberikan.

Pendafataran ini wajib dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan setelah

perusahaan mulai menjalankan usahanya.

Pengumuman dalam tambahan berita negara

30

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa:

a)Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia:

a)Akta pendirian perseroan beserta keputusan Menteri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat(4);

b)Akta petubahan anggaran dasar Perseroan beserta

keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1);

c) Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima

pemberitahuannya oleh Menteri.

b)Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh menteri

dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal

diterbitkannya Keputusan Menteri sebagaimana dimaksudpada ayat (1)

huruf a dan huruf b atau sejak diterimanya pemebritahuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf c.Para pendiri atau kuasanya membawa akta

pendirian, surat keputusan pengesahan, dan surat tanda pendaftaran dari

panitera ke Kantor Percetakan Negara, status badan hukum Perseroan

Terbatas diperoleh sejak tanggal diumumkannya dalam Berita Negara. 22

Modal Perseroan Terbatas dibagi atas saham-saham, yang

dapat diterbitkan atas nama (op naam), dan atas tunjuk (aan tonder). Saham

atas nama memuat nama pemiliknya dalam saham tersebut. Penugasan

saham atas tunjuk merupakan bukti bagi pemegangnya sebagai orang yang

22
Abdulkadir Muhammad, Ibid, hal.70

31

Universitas Sumatera Utara


berhak, kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya sesuai dengan Pasal 534

KUHD. Setiap saham memuat harga nominal saham. Jual beli saham dapat terjadi

di atas atau di bawah harga nominal, tetapi dapat juga ditentukan dalam anggaran

dasar bahwa saham tidak boleh dijual di bawah harga nominal. Jual beli

saham terjadi di Pasar Modal (bursa efek). Perusahaan yang berkembang

dengan baik dapat menjual sahamnya kepada masyarakat (go-public).

Semakin berkembang suatu perusahaan, makin semakin tinggi harga sahamnya

di pasar modal. Harga saham di pasar modal disebut kurs (exchange rate).23

Sebagai suatu badan hukum, perseroan Terbatas mempunyai

harta kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pengurus dan

persero. Harta kekayaan itu terdiri dari benda bergerak dan tidak

bergerak, benda berwujud dan tidak berwujud. Termasuk dalam harta

kekayaan Perseroan Terbatas adalah modal. Modal ini ada tiga jenis

tingkatannya, yaitu:24

1. Modal perseroan atau modal dasar, yang dicantumkan dalam akta

pendirian sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000,-

2. Modal yang ditempatkan/disanggupi, sekurang-kurangnya 25% dari

modal dasar

3. Modal yang disetor, yaitu modal yang secara tunai telah ditempatkan

dalam kas perseroan untuk memulai usaha (modal operasional).

Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas Modal yang

23
Ibid, hal.33
24
Http://id.m.wikipedia-perseroan-terbatas,diakses pada tanggal 15 Januari 2018

32

Universitas Sumatera Utara


disetorkan paling sedikit adalah sebesar 25% dari Rp. 50.000.000,-

yaitu Rp. 12.500.000,

Untuk harta kekayaan Perseroan Terbatas menjadi jaminan bagi

kepentingan pemegang saham dan para kreditur. Mereka berhak

mengetahui keadaan sebenarnya harta kekayaan perseroan itu. Pengurus wajib

memberitakan laba rugi Perseroan Terbatas dengan cara:

1)Mengumumkannya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (ini yang lazim)

2)Mengirimkan daftar laba-rugi kepada setiap pemegang saham

3)Meletakan daftar laba-rugi di kantor pusat perseroan supaya dapat dilihat

oleh setiap persero dalam jangka waktu tertentu

B. Pengertian, Kepengurusan dan Pengawasan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN)

Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005, BUMN adalah badan usaha

yangseluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaansecara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.Bentuk BUMN antara lain:

Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan

ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, berdasarkan Pasal 1

Angka (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) adalah:

33

Universitas Sumatera Utara


“Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara

melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.”

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar modal BUMN berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan

melalui penyertaan. Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah pemisahan

kekayaan negara dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk dijadikan

penyertaan modal negara pada BUMN.25

Selanjutnya, pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan

pada sistem anggaran pendapatan dan belanja negara, namun pembinaan dan

pengelolaannyadidasarkan pada prinsip-prinsip yang sehat.

Pendirian BUMN

Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003 , BUMN didirikan dengan

maksud :

1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya

dan penerimaan Negara pada khususnya

2. Mengejar keuntungan

3.Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orangbanyak

25
Soedjono Dirdjosisworo, Op.Cit,hal. 151

34

Universitas Sumatera Utara


4.Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh

sektor swasta dan koperasi

5.Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golonganekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

Perubahan bentuk badan hukum BUMN

Pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan

Perum. Dari hal tersebut, maka dapat dilihat bahwa pendirian BUMN tidak hanya

dilakukan dengan membentuk Persero atau Perum yang baru, tetapi jugadapat

dilakukan dengan ketiga cara lain di atas.Pendirian BUMN dilakukandengan

memperhatikan ketentuan mengenai tata cara penyertaan modaldalam rangka

pendirian BUMN.26

Sementara itu, maksud dan tujuan pendirian BUMN menurut

ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah:

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada

umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya

b. Mengejar keuntungan

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang/jasa yang

bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak

d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh

sektor swasta dan koperasi

26
Iswara vivi, https://www.scribd.com/doc/98505089/makalah-tentang-BUMNdi akses
pada tanggal 11 Desember 2017

35

Universitas Sumatera Utara


e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan

ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Tujuan pendirian BUMN yang dirumuskan dalam Pasal 2 tersebut,

lebih lengkap dan ideal bila dibandingkan dengan tujuan pendirian perusahaan

negara sebagaimana dahulu diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara menyebutkan

bahwa tujuan perusahaan negara ialah untuk turut membangun ekonomi nasional

sesuai dengan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam

perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Berdasarkan Pasal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa BUMN

sebagai salah satu jenis badan usaha memiliki tujuan yang keseluruhannya

dimaksud untuk pembangunan ekonomi negara.27

BUMN mempunyai fungsi bisnis yaitu sebagai unit ekonomi dan

alat kebijaksanaan pemerintah sebagai agen pembangunan.Sebagai unit ekonomi,

BUMN dituntut untuk mecari keuntungan sebagaimana perusahaan swasta

umumnya. Sedangkan sebagai agen pembangunan, BUMN dituntut untuk

menjalankan misi pemerintahan dengan sebaik-baiknya.Sehingga setiap BUMN

harus menjalankan fungsi tersebut sekaligus, meskipun dengan bobot yang

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Di Indonesia peranan BUMN kini tidak lagi sebatas pada

pengelolaan sumber daya dan produksi barang-barang yang meliputi hajat hidup

orang banyak, tetapi juga dalam berbagai kegiatan produksi dan pelayanan yang

27
Soedjono Dirdjosisworo, Op.cit, hal. 163

36

Universitas Sumatera Utara


dilakukan oleh swasta. Beberapa hal pokok yang menjadi peranan BUMN di

Indonesia antara lain:28

a. Perlunya bahan konsumsi masyarakat (public goods) untuk dikelola pemerintah

b. Pertimbangan efisiensi untuk kegiatan ekonomi berskala besar

c. Pengendalian dampak negatif seperti masalah eksternalitas

Kepengurusaan dan Pengawasan BUMN

Pembinaan dan pengelolaan BUMN tetepa didasarkan pada

prinsip – prinsip perusahaan yangsehat. Selain tunduk pada peraturan yang

berlaku terhadap BUMN, para Direksi BUMN juga berpegang teguh pada

penerapan prinsip good corporategovernance, yaitu:

Transparansi: Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

danketerbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan

relevanmengenai perusahaan.

Kemandirian: Keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa

benturankepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun

yang tidak sesuaidengan peraturan perundang – undangan dan

prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

Akuntabilitas:Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ

sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif.

28
Ibrahim, BUMN dan Kepentingan Umum, PT. Citra Aditya, Jakarta, 1997, hal.135

37

Universitas Sumatera Utara


Pertanggungjawaban: Suatu keadaan dimana stiap apa keputusan atau tindakan

yang diambil / dilakukan dapat dipertanggungjawabkan, ada

kejelasannya.

Kewajaran: Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

peraturanperundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi

yang sehat.

Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi yang bertanggung

jawab penuh atas pengurusan BUMN, tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik

di dalam maupun di luar pengadilan. Anggota Direksi dalam melaksanakan

tugasnya, harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-

undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Pasal 2 Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-

01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan

bahwa BUMN wajib menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten

dan berkelanjutan, dengan berpedoman pada peraturan menteri ini, dan tetap

memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku serta anggaran dasar

BUMN.29

Pengawasan BUMN adalah kegiatan yang dilaksanakan

olehKomisaris/Dewan Pengawas untuk menilai BUMN dengan cara

membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang

seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan dan/atau dalam bidang teknis

29
Pandji Anoraga, BUMN: Swasta dan Koperasi (Tiga Pelaku Ekonomi), Pustaka Jaya,
Jakarta,1995, hal.8

38

Universitas Sumatera Utara


dan operasional. Pengawasan Pesero dilakukan oleh Komisaris sedangkan untuk

Perumdilakukan oleh Dewan Pengawas. Pengangkatan dan pemberhentian

Komisarisdilakukan oleh RUPS sedangkan untuk Dewan Pengawas dilakukan

oleh Menteri. Anggota Komisaris dan Dewan Pengawas dilarang memangku

jabatan rangkap sebagai :

a.Anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik

swasta

b.Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

c.Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan

1. Bentuk-Bentuk BUMN

Menurut peraturan perundangan yang lama, yaitu Undang-Undang

Nomor 19 Prp. Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara dan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 1969 tentang

Bentuk Usaha Negara, BUMN terdiri dari Perusahaan Jawatan, Perusahaan

Umum, dan Perusahaan Perseroan (Persero).

a. Perusahaan Umum (Perum)

Perusahaan Umum adalah perusahaan milik negara yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.19 Tahun 1960

tentang Perusahaan Negara. Pengertian perusahaan milik negara berdasakan Pasal

1 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1960:

39

Universitas Sumatera Utara


“Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undangini yang dimaksud

dengan perusahaan negara adalah semua perusahaan dalam bentuk apapun yang

modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia,

kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang.”

Berdasarkan Pasal 1 Angka (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

BUMN, merumuskan bahwa:

“Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN

yang seluruh meodalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang

bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip

pengelolaan perusahaan.”

Perusahaan umum bukan perusahaan perseorangan atau persekutuan, melainkan

milik negara, yang berstatus pengusaha adalah pemerintah.Perusahaan Umum

adalah badan hukum publik yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-

undangan. Karena perusahaan umum adalah milik negara, dan pemerintah

berstatus sebagai pengusaha, maka Perusahaan Umum harus menjalankan

kebijakan pemerintahPerusahaan Umum bertujuan lebih mengutamakan

mewujudkan kesejahteraan umum dari pada kepentingan komersial semata.

Artinya, walaupun bertujuan mencari keuntungan atau laba, hal itu diperuntukan

bagi kesejahteraan umum yang merupakan kewajiban negara terhadap warga

negaranya.Sebagai badan hukum, perusahaan memiliki harta kekayaan sendiri

yang berasal dari harta kekayaan milik negara yang disisihkan.

40

Universitas Sumatera Utara


b. Perusahaan Jawatan

Perusahaan Jawatan adalah perusahaan milik negara yang dibentuk

berdasarkan Indonesische Bedrijvenwet (IBM) Stb. 1927-419 dengan

perubahannya, dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7

Tahun 1969 Perusahaan jawatan bukan perusahaan perseorangan atau

persekutuan, melainkan perusahaan milik negara, yang berstatus sebagai

pengusaha adalah pemerintah.

Perusahaan Jawatan adalah Badan hukum publik tetapi tidak berdiri

sendiri, karena merupakan bagian dari suatu Departemen, Direktorat Jenderal,

Direktorat atau Pemerintah Daerah. Peraturan Hukum yang berlaku juga di

lingkungan jawatan yang bersagkutan berlaku juga terhadap Perusahaan Jawatan.

Perusahaan Jawatan bertujuan lebih mengutamakan pelayanan umum,

dari pada kepentingan komersial yang berupa keuntungan atau laba, walaupun

perusahaan jawatan tidak mengutamakan mencari keuntungan atau laba, cara

menjalankan perusahaan yang baik dan pengelolaan yang bagus tetap diperlukan.

Modal Perusahaan Jawatan adalah bagian dari anggaran belanja

negara yang diperuntukan bagi jawatan yang bersangkutan.Keuntungan yang

diperoleh menjadi bagian dari pendapatan negara, oleh sebab itu, pengaturan

modal dan keuntungan tunduk pada pengaturan pertanggungjawaban Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Perusahaan Jawatan tidak dipimpin oleh Direksi, melainkan oleh

kepala jawatan/direktorat/dinas/kantor pemerintahan dalam mana perusahaan itu

didirikan.

41

Universitas Sumatera Utara


c. Perusahaan Perseroan

Perusahaan Perseroan, adalah perusahaan milik negara yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT), seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara,

karena Persero adalah Perseroan Terbatas, maka semua ketentuan mengenai

Perseroan Terbatas dalam KUHD diberlakukan terhadap Persero. Sebagai

Perusahaan Perseroan, semua aturan dan asas hukum perdata berlaku terhadapnya,

namun dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, maka segala ketentuan yang diatur dalam KUHD sudah tidak berlaku

lagi. Modal perusahaan perseroan, seluruh atau sebagiannya adalah milik Negara,

maka pengelolaannya sangat tergantung pada kebijaksanaan

pemerintah.Pembentukan Persero merupakan kerja sama paling sedikit dua pihak,

maka dalam akta pendirian Persero dinyatakan bahwa satu bagian saham-saham

minimal 51% dimiliki negara, dan satu bagianlainnya (maksimal 49%) dimiliki

oleh pihak swasta, yang kemudian menjadi anggota Direksi Persero. Setelah

penandatanganan akta pendirian, Direksi Persero menyerahkan semua saham dan

hak kepada negara dengan akta sendiri.30

Pengelolaan persero sudah tentu tidak bebas dari peraturan pemerintah

karena dengan perusahaan negara dimaksudkan supaya pemerintahan berperan

serta yang lebih besar dalam dalam perdagangan dan usaha.Hal ini dilakukan

Persero, yang dapat bertindak leluasa mencari keuntungan jika dibandingkan

dengan Perum.

30
Ibid, hal. 97

42

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM

PERSEROAN TERBATAS

A. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalamn Perseroan Terbatas

Pada awal 2007, Komite Nasional Kebijakan Governance telah

menyempurnakan Pedoman Umum Good Coorporate Governance (GCG) dan

merintis pembuatan Pedoman Good Public Governance (Combined Code) yang

pertama di Indonesia, dan mungkin bahkan di dunia. Ini merupakan sebuah

terobosan dan bukti kepedulian terhadap penciptaan kondisi usaha yang lebih

baik dan menjanjikan di Indonesia jika diterapkan dengan konsisten. Pemerintah

melalui perangkatnya juga terlihat melakukan banyak pembenahan untuk

memperbaiki citra pemerintah dan keseriusannya dalam meningkatkan praktik

good public governance, melalui pemberdayaan Badan Pemeriksa Keuangan,

Komisi Pemberantasan Korupsi, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,

Kejaksaan Agung, dan Kepolisian telah cukup banyak temuan dan kasus yang

diangkat ke permukaan dan diterapkan enforcement yang tegas. Indonesia di

tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini menghadapi

berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Good

governance atau tata pemerintahan yang baik, merupakan bagian dari paradigma

baru, yang berkembang dan, memberikan nuansa yang cukup mewarnai terutama

pasca krisis multi dimensi, seiring dengan tuntutan era reformasi.

19

43

Universitas Sumatera Utara


Situasi dan kondisi ini menuntut adanya kepemimpinan nasional masa

depan, yang diharapkan mampu menjawab tantangan bangsa Indonesia

mendatang. Perkembangan situasi nasional dewasa ini, dicirikan dengan tiga

fenomena yang dihadapi, yaitu:

1. Permasalahan yang semakin kompleks (multidimensi)

Perubahan yang sedemikian cepat (regulasi kebijakan dan aksi-reaksi

masyarakat) Ketidakpastian yang relatif tinggi (bencana alam yang silih berganti,

situasi ekonomi yang tidak mudah di prediksi, dan perkembangan politik yang up

and down).Komunikasi politik ke bawah, secara efektif belum terjadi, sehingga

hanya mengandalkan informasi dari berbagai media massa dengan variatif dan

terkadang bisa berbau provokatif. Dalam situasi masyarakat seperti itu

(kebingungan informasi), masyarakat tak tahu apa itu good governance.Sekalipun

pemerintah berusaha gencar memasyarakatkannya, namun proses dan cara yang

salah dalam berkomunikasi justru akan di sambut dengan apatisme masyarakat.

Dalam situasi masyarakat yang sedang belajar berdemokrasi, komunikasi politik

yang transparan, partisipasi, dan akuntabilitas kebijakan publik menjadi sangat

penting. Ini artinya, good governance menemukan relevansinya. Laporan Global

Competitiveness Report yang dipublikasikan oleh World Economic Forum (WFF)

yang menganalisis daya saing ekonomi dengan pendekatan, yakni pendekatan

pertumbuhan ekonomin (OCI) dan pendekatan mikro ekonomi (MCI)

menunjukkan bahwa peringkata daya saing perekonomian Indonesia (Growth

Competitiveness Index) merosot lagi dari urutan ke 64 di tahun 2001 ke urutan 67

(dari 80 negara) di tahun 2002, dan daya saing mikro ekonomi (MCI) turun

sembilan tingkat, dari urutan ke 55 menjadi urutan ke 63. Sebelumnya sebuah

44

Universitas Sumatera Utara


survey yang dilaporkan pada bulan Juni tahun 2001, yang di lakukan oleh

Political and economic Risk consultancy (PERC), menempatkan Indonesia dalam

kelompok dengan resiko politik dan ekonomi terburuk di antara 12 negara Asia

bersama Cina dan Vietnam. Di lihat dari kebutuhan dunia akan usaha,

kepercayaan investor yang menuntut adanya corporate governance berdasarkan

prinsip-prinsip dan praktek yang di terima secara Internasional (Internasional Best

Practice), maka terbentuknya komite internasional mengenai kebijakan corporate

governance, National Comittee on Corporate Governance (NCCG) di bulan

Agustus tahun 1999 merupakan suatu tonggak penting dalam sejarah

perkembangan Good Governance di Indonesia.

Secara real, melihat data investasi ke Indonesia selama 2007, ada

perkembangan luar biasa, karena realisasi PMA naik lebih dari 100%, dengan

nilai realisasi investasi yang menembus US$9 miliar. Namun, penilaian dari

lembaga-lembaga internasional sepertinya tidak ada perubahan yang signifikan

dalam penerapan good governance secara konsisten. Berdasarkan survei World

Bank 2007, ada perbaikan dalam situasi bisnis di Indonesia.Misalnya pada

pembentukan usaha baru, Indonesia telah menunjukkan reformasi positif dengan

percepatan pemberian persetujuan lisensi usaha dari Departemen Kehakiman dan

simplifikasi persyaratan usaha.

Selain itu, Indonesia telah melakukan pencatatan semua kreditur

dalam “credit registries”, dan memperbesar pagu kredit hampir lima kali lipat. Ini

tentu akan memudahkan para entrepreneur untuk menambah modal usaha, selain

menjaga terhadap risiko pemberian kredit bermasalah. Juga ada perbaikan dalam

peng-eksekusi-an kontrak di Indonesia. Walaupun demikian, dalam urutan

45

Universitas Sumatera Utara


peringkat Indonesia malah menurun. Dari total 175 negara, Indonesia berada di

posisi 135, turun empat peringkat dibandingkan dengan tahun 2006. Dari sini bisa

disimpulkan bahwa penerapan governance yang baik di Indonesia sudah

mengalami kemajuan. Namun, negara-negara lain tampaknya berlari lebih cepat

dibandingkan dengan Indonesia, karena mereka yakin dengan upaya demikian

mereka unggul dalam menarik investasi.

Survei ACGA (Asian Corporate Governance Association) tentang

praktik corporate governance di Asia juga menyebutkan penerapan indikator

CGG di Indonesia semuanya berada di bawah rata-rata. Indikator ini meliputi

prinsip dan praktik governance yang baik, penegakkan peraturan, kondisi politik

dan hukum, prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan kultur.

Dalam laporan itu disebutkan beberapa hal yang baik di Indonesia:

Pertama, walaupun kondisi pelaporan keuangan di Indonesia belum memadai,

kualitas pelaporan keuangan kuartalan ternyata cukup bagus.

Kedua, Indonesia ternyata juga memiliki kerangka hukum yang paling .Strict

dalam memberikan perlindungan untuk pemegang saham minoritas,

khususnya dalam pelaksanaan preemptive rights (hak memesan efek

lerlebih dahulu).

Ketiga, gerakan antikorupsi yang dilakukan pemerintah telah menunjukkan hasil

cukup positif. Ditambah lagi, penyempurnaan Pedoman Unium CGG,

dan Pedoman CGG sektor perbankan yang dilakukan di

46

Universitas Sumatera Utara


Indonesia.Namun, masih menurut laporan tadi, belum banyak yang

percaya bahwa pemerintah cukup serius mendorong penerapannya. 31

Pada dasarnya Governance diartikan sebagai tata kelola yang berhubungan

dengan interaksi antara pemerintah dengan masyarakat. Sedangkan “ governing”

berarti semua kegiatan sosial, ekonomi, ploitik, dan adminstratif yang dilakukan

sebagai upaya untuk mengarahkan, mengendlikan, mengawasi atau mengelola

masyarakat. Tata kelola korporat dapat didefinisikan dalam perspektif sempit

(perspektif stakeholders), yaitu “struktur dimana manajer pada berbagai tingkat

organisasi dikendalikan melalui dewan direksi, struktur yang berkaitan, insentif

eksekutif dan skema lainnya. Good Corporate Governance yang sudah semakin

dikenal sekarang ini mempunyai beberapa definisi yang tidak sama. Ada banyak

lembaga yang mengeluarkan definisi tentang Good Corporate Governance.

Banyaknya lembaga yang mengeluarkan definisi tentang Good Corporate

Governance mengakibatkan tidak adanya keseragaman dalam definisi tentang

Good Corporate Governance.Tidak saja lembaga-lembaga.Namun berbagai

negara juga mempunyai definisi sendiri tentang Good Corporate Governance.

Beberapa pengertian tersebut yaitu:

Forum for Corporate Governance in Indonesia ( FCGI ) yang diambil dari

Cadbury Committee of United Kingdom yang menyatakan bahwa :

“ Good Corporate Governance adalah seperangkat aturan yang

mengatur hubungan antara Pemegang Saham, pengurus (pengelola) perusahaan,

pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan

31
Riandasari,melalui:https://accounting1st.wordpress.com/2011/07/02/perkembangangoo
d-governance-di-indonesia/,diakses pada tanggal 12 Januari 2009

47

Universitas Sumatera Utara


ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau

dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”

Organization for Economic Cooperation and Development ( OECD ) memberikan

definisi sebagai berikut : “... One key element in improving economic efficiency

and growth as well as enchacing investor confidance that involves a set of

relationship between a company’s management, it’s board, it’s shareholders and

other stakeholders and also provides the structure through which the objectives of

the company, the means of attaining those objectives and monitoring

performance.32

Pada Pasal 1 angka (1) dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor : PER – 01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola

Perusahaan Yang Baik ( Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik

Negara membertikan definisi bahwa :

“Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance), yang

selanjutnya disebut GCG adalah prinsip prinsip yang mendasari suatu proses dan

mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan

dan etika berusaha.”33

Cadbury Committe of the United Kingdom (1999)

Corporate governance (CG)yakni:

32
Pengertian Good Corporate Governance, http:/lib.ui.ac.id/file?file=digital/130671-
T%2027289-Tinjauan%20pelaksanaan-Tinjauan%20literatur.pdf , diakses pada tanggal 9
September 2017
33
Nyoman Tjager, Corporate Governance Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas
Bisnis Indonesia, Jakarta, PT. Prehilindo, 2003, hal.28

48

Universitas Sumatera Utara


Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu

sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan34

IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance)

Good Corporate Governance adalah struktur, sistem dan

proses dalam mengelolaanperusahaan kearah peningkatan kemakmuran

dan pertanggung jawaban perusahaan dengan tujuan akhir mewujudkan

nilai jangka panjang pemegang saham dengan tetap menjaga kepentingan

berbagai pihak yang terkait (stakeholder). Struktur merupakan satu

kesatuan tatanan wewenangan dan tanggung jawab dalam hal pengambilan

keputusan. Sistem adalah merupakan suatu landasan operasional yang

menjadi dasar mekanisme check and balancekewenangan atas penggelolaan

perusahaan yang dapat mengantisipasi peluang yang menyimpang. Proses

merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip – prinsip Good

Corporate Governance dalam menentukan tujuan dan saran, pencapaian,

pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja35

Asian Development Bank

34
Muhammad Adrian Muluk (Contributor CIC – FCGI), “GCG di Lembaga
KeuanganMikroKajianKebutuhanPenerapan”,http://www.cicfcgi.org/news/governance/GCGdiLem
baga Keuangan Mikro - Kajian Kebutuhan Penerapannya.shtml di akses tanggal 4 september
2017
35
Ibid.hal 52

49

Universitas Sumatera Utara


Good Corporate Governance adalah adanya unsur – unsur

shareholder, right, equal treatment of shareholder, dan adanya disclosure

(keterbukaan), dan transparency (transparansi)36

Dr. Emil Salim

Good Corporate Governance adalah wilayah permasalahan yang

menyangkut dipisahnya pemilik dengan pengelola perusahaan, struktur

kepemilikan yang beraneka ragam, pengawasan dari pemegang saham,

monitoring dari kreditor, disiplin dan proteksi, pasar untuk kontrol

perusahan, pengaturan pasar sekuritas, persaingan pasar dan keuangan

korporasi.

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya

Good Corporate Governance merupakan suatu komitmen atau aturan main serta

praktik penyelenggaraan bisnis yang berupa prinsip prinsip agar penyelenggara

bisnis tersebut dapat berjalan secara sehat dan beretika yang mengurus hubungan

antara shareholders dengan stakeholders untuk membuat suatu nilai tambah bagi

suatu perusahaan.

Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi

keseimbangan kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan

dengan bisnis kita. Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya

memerlukan sebuah sistem pengukuran yang dapat menyerap setiap

dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi

36
Ibid.hal 53

50

Universitas Sumatera Utara


Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar, yaitu:

1)Perlindungan hak pemegang saham,

2)Persamaan perlakuan pemegang saham,

3)Peranan stakeholders terkait dengan bisnis,

4)Keterbukaan dan transparansi,

5)Akuntabilitas dewan komisaris

Secara umum istilah Good Corporate Governance merupakan

sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari

mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan, maupun

ditinjau dari nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri

Prinsip Dasar dan Asas Good Corporate Governance (GCG)

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate

Governance ini,Organization for Economic Corporation and Development

(OECD) telah mengembangkan sperangkat prinsip – prinsip Good Corporate

Governance dan dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan,

budaya, dan tradisi, dimasing – masing Negara

Prinsip – prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi para regulator

(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan corporate

governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip – prinsip ini

dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengelaborasi best practice

51

Universitas Sumatera Utara


bagi peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability)

perusahaan.37

Prinsip – prinsip OECD mencakup lima bidang utama yaitu :

Pertanggungjawaban (Responsibility).

Yaitu kesesuaian di dalam pengelolahan perusahaan terhadap

peraturan perundang - undangan yang berlaku dan prinsip - prinsip

korporasi. Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada

pemegang saham juga kepada stakeholder tetapi juga kepada

pihak – pihak yang berkepntingan lainnya

Transparansi (Transparency)

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan

relevan mengenai perusahan

Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan

relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh

pemangku kepentingan mengenai struktur dan operasi korporasi

Akuntabilitas (Accountability)

Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ

sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Perusahaan

harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan

dan wajar.
37
Ibid.,hal.49

52

Universitas Sumatera Utara


Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak – hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang – undang yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya,

perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas

kesetaraan dan kewajaran

Independensi (Independency)

Yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang

tidak sesuai dengan peraturan perundang – undang yang berlaku dan

prinsip – prinsip korporasi yang sehat.38

Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak

lain.Berdasarkan prinsip-prinsip dasar diatas terdapat 5 (lima) unsur penting

dalam corporate governance. Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Badan

Usaha Milik Negara Nomor : PER – 01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), Prinsip-prinsip Good Corporate Governance adalah:

38
“GoodCorporateGovernance”http://www.bpkp.go.id/index.php?idunit=21&idpage=326
diakses tanggal 12 september 2017

53

Universitas Sumatera Utara


1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan keputusan

dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan

mengenai perusahaan;

2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara

efektif;

3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat;

4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat;

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-

hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian

dan peraturan perundang-undangan.

1). Penerapan Good Corporate Governance

Dalam pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance di perusahaan adalah

penting bagi perusahaan untuk malakukan tahapan yang cermat berdasarkan

analisis atas situasi dan kondisi perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga

penerapan Good Corporate Governance dapat berjalan lancar dan mendapatkan

dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan.

54

Universitas Sumatera Utara


Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan

Good Corporate Governance menggunakan tahapan berikut:

Tahap Persiapan, Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama :

a)Awareness Building

Awareness building merupakan langkah sosialisasi awal untuk

membangun kesadaran mengenai arti penting Good Corporate Governance dan

komitmen bersama dalam penerapannya.Upaya ini dapat dilakukan dengan

meminta bantuan tenaga ahli independent dari luar perusahaan.Bentuk kegiatan

dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.

b)Good Corporate Governance Assessment

Good Corporate Governance Assessment merupakan upaya untuk

mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penerapan

Good Corporate Governance saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik

awal atau level penerapan Good Corporate Governance dan untuk

mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur

dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan Good Corporate

Governance secara efektif. Dengan kata lain Good Corporate Governance

Assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa yang perlu

mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat

diambil untuk mewujudkannya.

c)Good Corporate Governance Manual building.

55

Universitas Sumatera Utara


Good Corporate Governance Manual Building adalah langkah berikut

setelah assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan

perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual

atau pedoman implementasi Good Corporate Governance dapat disusun.

Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari

luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ

perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup

berbagai aspek seperti:

a). Kebijakan Good Corporate Governance Perusahaan

b). Pedoman Good Corporate Governance bagi organ-organ Perusahaan

c). Pedoman perilaku

d). Audit Committee Charter

e). Kebijakan Disklosur dan Transparansi

f). Kebijakan dan Kerangka Manajemen Risiko

g). Roadmap Implementasi

Tahap Implementasi

Setelah perusahaan memiliki Good Corporate Governance Manual,

langkah selanjutnya adalah memulai implementasi diperusahaan. Tahap ini terdiri

dari 3 langkah utama yakni :

Sosialisasi

56

Universitas Sumatera Utara


Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruhperusahaan

berbagai aspek yang terkait dengan implementasi Good Corporate

Governance khususnya mengenai Pedoman Penerapan Good Corporate

Governance. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang

dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan Direktur Utama

atau salah satu Direktur yang ditunjuk sebagai GC champion di Perusahaan.

Implementasi

Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan Pedoman Good

Corporate Governance yang ada, berdasarkan roadmap yang disusun.

Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan Dewan

Komisaris dan Direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula

upaya manajemenperubahan (change management) guna mengawal proses

perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi Good Corporate

Governance.

Internalisasi.

Internalisasi adalah tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi

mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan Good Corporate Governance

di dalam seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur operasi

(misalnya prosedur pengadaan, dan lain-lain), sistem kerja, dan berbagai

peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan

Good Corporate Governance bukan sekadar dipermukaan atau sekedar suatu

57

Universitas Sumatera Utara


kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam

seluruh aktifitas perusahaan.

Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke

waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan Good Corporate

Governance telah dilakukan, dengan meminta pihak independen melakukan

audit implementasi dan scoring atas praktik Good Corporate Governance

yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan

jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang

melakukan scoring.

Evaluasi dalam bentuk assesment, audit atau scoring juga dapat

dilakukan secara mandatori misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan

BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan

situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi Good Corporate

Governance sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu

berdasarkan rekomendasi yang diberikan. Dalam hal membangun Good

Corporate Governance, dan terkait dengan pengembangan sistem, yang

diharapkan akan mempengaruhi perilaku setiap individu dalam perusahaan yang

pada gilirannya akan membentuk kultur perusahaan yang bernuansa Good

Corporate Governance, maka diperlukan langkah-langkah berikut :

a) Menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan perusahaan, serta sistem

operasional pencapaiannya secara jelas

58

Universitas Sumatera Utara


b) Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseimbangan peran dan

fungsi organ perusahaan (check and balance)

c)Membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan

keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan

relevan mengenai perusahaan

d)Membangun sistem audit yang handal, yang tak terbatas pada kepatuhan

terhadap peraturan dan prosedur operasi standar, tetapi juga mencakup

pengendalian risiko perusahaan

e) Membangun sistem yang melindungi hak-hak pemegang saham secara

adil ( fair) dan setara diantara para pemegang saham

f)Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk pengukuran

kinerjanya

Tahapan tersebut menjelaskan langkah yang ditempuh sebuah

perusahaan untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance.Secara umum

prinsip Good Corporate Governance memberikan sebuah perubahan di Indonesia

tepatnya pada sektor hukum, dimana adanya reformasi hukum.

Berbagai bentuk cara dilakukan dalam rangka mensosialisasikan penerapan Good

Corporate Governance, baik dengan dibentuknya Komite Nasional Kebijakan

Governance yang menjadi sejarah perkembangan Good Corporate Governance di

Indonesia, maupun dengan dibuatnya aturan yang dapat melandasi penerapan

Good Corporate Governance di Indonesia, beberapa program atau inisiatif yang

menjadi landasan tersebut diantaranya :

59

Universitas Sumatera Utara


1). Revisi Undang-Undang Korporasi/PT

2). Revisi Undang-Undang Pasar Modal

3). Dikeluarkannya berbagai acuan pelaksanaan Good Corporate Governance

yaitu, Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31

Juli 2002 yang telah diperbaharui menjadi Peraturan Menteri Badan Usaha

Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Praktek Good

Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Beberapa ketentuan tersebut menjadi tonggak penting dalam

penerapan Good Corporate Governance di Indonesia, namun sebuah survei yang

dilakukan oleh Institute of Corporate Governance (ICG) memperlihatkan masih

lemahnya penerapan Good Corporate Governance. Bahkan lingkungan

perusahaan-perusahaan publik, yang jelas memiliki tanggung jawab besar

terhadap publik. Berdasarkan hal tersebut, kesadaran akan pentingnya penerapan

Good Corporate Governance pada perusahaan perlu ditingkatkan yang dapat

berpengaruh pada kemajuan dari suatu perusahaan.

Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia telah

diperkuat dengan kapastian hukum, dengan lahirnya peraturan perundangan

antara lain :

1). Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2). Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi yang dirobah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

60

Universitas Sumatera Utara


3). Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pembinaan Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23/PM PBUMN/2000

tanggal 31 Mei 2000 Tentang Pengembangan Praktek Good Corporate

Governance (GCG) dalam Perusahaan Perseroan.

4). Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1

Agustus 2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance

pada Badan Usaha Milik Negara.

5). Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M-PM.PBUMN/2000

tanggal 17 April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate

Governance yang baik di semua BUMN.

6). Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia

No. 37a/M-PAN/2002 tanggal 28 Februari 2002 perihal

Intensifikasi dan Percepatan Pemberantasan KKN.

7). Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 518/S-KU/2000 tanggal

2 Oktober 2000 perihal Pelaksanaan GCG dan Instruksi Untuk

Pembentukan Tim Perumus Panduan Penerapan GCG

8). Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 520/S-KU/2000 tanggal

2 Oktober 2000 perihal Pembentukan Komite Audit. 9. Keputusan Direksi

PT Pos Indonesia (Persero) No. 81/Dirut/1201 tanggal 27 Desember 2001

Tentang Gerakan Moral Pos Indonesia. BTP (Bersih, Transparan dan

Profesional).

61

Universitas Sumatera Utara


Good Corporate Governance (GCG) dalam Ketentuan Hukum Korporasi

Indonesia.

Hukum pada dasarnya dipahami sebagai suatu sistem norma

yang mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat. Dalam mengatur

hubungan itu hukum berusaha mencari bahkan menciptakan keseimbangan

antara memberi kebebasan kepada individu dengan, sehingga dengan itu

terjadi konflik antara individu dengan masyarakat dapat dihindarkan. Pada

bagian lain, hukum dipandang sebagai sarana pemecahan konflik yang

rasional. Hal ini dimungkinkan karena hukum tidak didasari fakta – fakta

mengenai kekuatan atau kelemahan alamiah, tetapi sesuai dengan kriteria objektif

yang berlaku.

Dalam konteks inilah suatu hukum yang baik harus mampu dan mempunyai

sifat yang responsif terhadap kebutuhan atau dalam menjawab persoalan

masyarakat sekaligus mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan

hidupnya.

Corporate Governace menjadi salah satu alternatif yang oleh banyak pakar

direkomendasikan menjadi katalisator dalam upaya mempercepat

pemulihan sektor korporasi di Indonesia. Namun, ditemukan relatif lain

banyak aspek dari prinsip – prinsip corporate governance yang tidak atau

belum terjangkau oleh hukum korporasi yang ada saat ini. Keterbatasan

regulasi dan tolak ukur penerapan corporate governance dan kondisi

penerapan hukum yang belum mapan di Indonesia sehingga penyalah

gunaan wewenang masih sulit diatasi melalui hukum yang ada secara

62

Universitas Sumatera Utara


transparan, secara empiris ternyata menjadi faktor – faktor kendala yang

utama dalam penerapan corporate governance di Indonesia. Oleh sebab itu,

tercuat keinginan yang kuat dari kalangan dunia usaha agar dilakukan

penyempurnaan hukum korporasi yang ada, antara lain dengan meresepsi

semua aspek yang menyangkut corporate governance.39

Good Corporate Governance pada BUMN

Untuk Badan – badan Usaha Milik Negara (BUMN) masalah jatuh – bangun

sistem korporasinya dipandang bukan karena salah urus, tetapi semata – mata

hanya soal political will dari pemerintah. Sebab, dalam praktik pengelolaan

BUMN sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ada begitu

banyak kepentingan yang melingkupi BUMN. Aparat pemerintah dapat

mengeksploitasi posisinya dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk

memperkaya diri sendiri atau kroninya. Menyadari kontribusi badan – badan

usaha Negara terhadap keterpurukan keuangan dan moneter Negara sangat

signifikan, maka sepanjang tahun 2002 diberlakukan beberapa peraturan

tentang kewajiban menerapkan corporate governance di lingkungan

BUMN. Pada tanggal 4 Juni 2002 tentang pembentukan Komite

Audit bagi Badan Usaha Milik Negara. Peraturan Komite Audit ini ditindak

lanjuti dengan memberlakukan Keputusan Mentri BUMN nomor Kep –

117/M – MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002. Dalam peraturan ini corporate

governance diatur lebih komperehensif dibandingkan dengan institusi lain.

39
E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum, Storia Grafika, Jakarta, 2001, hal.83

63

Universitas Sumatera Utara


Setiap BUMN diwajibkan untuk menerapkan corporate governance secara

baik, konsisten, dan atau menjadikannya sebagai landasan operasionalnya 40

Good Corporate Governance pada Hukum Perbankan.

Dalam pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia

dinyatakan, untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi

Good Corporate Governance yang efektif, salah satu tugas yang menjadi

tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan

perundang – undangan yang memungkinkan dilaksankannya Good Corporate

Governance secara efektif. Selain itu pemerintah dan otoritas terkait harus

mampu menjamin dan membuktikan bahwa penegakan hukum (law

enforcement) dilakukan secara serius. Disisi lain, sebagai subjek Good

Corporate Governance bank perlu menerapkan standar akuntansi dan standar

audit yang sama dengan standar yang berlaku umum serta melibatkan

auditor eksternal dalam proses audit. Tujuannya supaya diperoleh ukuran yang

sama dengan ukuran ditempat lain. Dengan demikian, stakeholder dapat berharap

akan interpretasi yang sama atas fenomena – fenomena yang sejenis. Sebab

pada dasarnya persoalan Good Corporate Governance adalah persoalan

tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder.Pada bidang perbankan,

misalnya antara lain adalah Peraturan Bank Indonesia nomor2/27/PBI/2000

tentang Bank Umum. Dalam peraturan ini diatur kriteria yang wajib

dipenuhi calon anggota Direksi dan Komisaris bank umum, serta batasan

transaksi yang diperbolehkan atau dilarang dilakukan pengurus bank. Melalui

40
Akbar Faizal, Tanri Abeng Menjawab: Profesional versus Politik, Alexindo Media
Komputindo, Jakarta, 2002, hal.4

64

Universitas Sumatera Utara


penerapan peraturan itu diharapkan dapat dieliminasi penyimpangan operasi

bank yang dilakukan oleh Direksi dan Komisaris, maupun yang bukan

interest perseroan (Bank). Dengan semakin kompleksnya risiko yang

dihadapi bank, melindungi kepentingan stakeholders, meningkatkan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan serta

peningkatan kualitas pelaksanaan good corporate governance untuk

memperkuat kondisi internal perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur

Perbankan Indonesia (API) maka diberlakukanlah Peraturan Bank Indonesia

nomor 8/4/PBI/2006 juncto nomor 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good

Corrporate Governance di Bank Umum41

2)Good Corporate Governance pada Perseroan Terbatas

Dalam Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Undang – Undang PT nomor

4 tahun 2007 menganut model yang membedakan tugas dan kewenangan

direksi dengan komisaris. Untuk menyesuaikan implementasi GCG, Peraturan

tentang Perseroan Terbatas memiliki ruang lingkup kedudukan dan tanggung

jawab komisaris, direksi, dan para pemegang saham. Mengingat bahwa

dalam prinsip pengelolaan usaha yang baik pengaturan tanggung jawab dari

setiap organ yang ada dalam PT akan mempengaruhi desain kewenangan dan

tanggung jawab yang ditetapkan didalam Anggaran Dasar. Tanpa adanya

direksi dan komisaris suatu PT tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai

sebuah institusi / badan yang melakukan aktivitas usaha untuk mencari

keuntungan ekonomis. Agar direksi dalam melaksanakan tugasnya tidak

41
Ibid

65

Universitas Sumatera Utara


melampaui wewenangnya maka dilakukan pengawasan oleh dewan komisaris

dan dibatasi oleh RUPS sebagai pemilik perseroan melalui ketentuan –

ketentuan yang diatur dalam UUPT. Selain itu perumusan prinsip – prinsip

corporate governance perlu juga diselaraskan dengan nilai – nilai social

budaya yang tumbuh berkembang dalam masyarakat Indonesia. Sebab

corporate governance merupakan suatu konsep yang berasal dari negara lain

yang culture maupun sistem hukumnya berbeda dari negara Indonesia.

Tanpa memperhatikan nilai – nilai masyarakat itu maka pembaruan

UUPT yang turut mengatur prinsip – prinsip corporate governance yang

diasumsikan dapat mendongkrak kinerja korporasi di Indonesia hanya akan

merupakan kesia – siaan dan pemborosan sumber daya. 42

Mengingat pengaruh dari aspek yuridis terhadap keterpurukan korporasi di

Indinesia tidak cukup signifikan maka menurut para penganut paham ini,

yang harus diprioritaskan untuk memperbaiki kinerja korporasi di Indonesia

bukanlah mengubah UUPT, tetapi melaksanakan law enforcement secara

konsisten dan konsekuen

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GGC) dalam Perseroan Terbatas

Dalam Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Dalam Perseroan

Terbatas, yang pada prinsipnya Good Corporate Governance diperlukan untuk

mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan

peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar

42
Indra Surya S.H., LL.M & Ivan Yustiavandana S.H., LL .M., Penerapan Good
Corporate Governance – Mengesampingkan Hak – Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha,
2006, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hal.114

66

Universitas Sumatera Utara


yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia

usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa

dunia usaha.Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar

adalah Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan

yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan trans-paran, melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (con-

sistent law enforcement).Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG

sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.Masyarakat sebagai pengguna produk

dan jasa dunia usaha serta pihak yang ter-kena dampak dari keberadaan

perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social

control) secara obyektif dan bertanggung jawab.

Sistem Pengambilan Keputusan Menurut Good Corporate Governance Dalam

Perseroan Terbatas Macam-Macam RUPS dan Hak-Hak RUPS Secara umum

RUPS terbagi dua yaitu, RUPS tahunan dan RUPS lainnya.

RUPS tahunan, diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun

buku, dan dalam RUPS tahunan ter-sebut harus diajukan semua dokumen

perseroan.Sedangkan, RUPS lainnya dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan

kebutuhan, seperti RUPS luar biasa.Organ perseroan adalah RUPS, Direksi, dan

Komisaris.Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan

yang memegang kekuasan tertinggi dalam perseroan dan memegang se-gala

wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris.

RUPS sebagai organ tertinggi perusahaan mempunyai segala wewenang yang

tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan

67

Universitas Sumatera Utara


Anggaran Dasar dan undang-undang serta ketentuan lainnya.Selain hak tersebut,

RUPS juga berhak untuk memperoleh segala ke-terangan yang berkaitan dengan

kepentingan per-seroan dari Direksi dan Komisaris. Adapun tempat kedudukan

dan tempat RUPS diadakan Secara umum suatu RUPS diadakan di tempat dimana

kedudukan kantor pusatnya berada atau tempat perseroan melakukan kegiatan

usahanya kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar, namun tempat ini tetap

harus di dalam wilayah negara Republik Indonesia.43

B. Pengawasan Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip Good Corporate

Governance

Menurut pasal 1 angka 6 UUPT dinyatakan bahwa :

"Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar

serta memberi nasihat kepada Direksi".Perkataan "Dewan Komisaris"

dalam pasal di atas mengandung pengertian baik sebagai "organ" maupun

sebagai orang perseorangan". Sebagai "organ", Dewan Komisaris disebut

"Dewan Komisaris", sedangkan sebagai "orang perseorangan" disebut "anggota

Dewan Komisaris". Sebagai "organ", dalam UUPT pengertian "Dewan

Komisaris" termasuk juga badan-badan lain yang menjalankan tugas

pengawasan khusus di bidang tertentu."

Secara umum fungsi pengawasan dari Dewan Komisaris perseroan antara lain :

Adapun fungsi Dewan Komisaris perseroan dinyatakan dalam Pasal 108

ayat (1) UUPT yang berbunyi :


43
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009

68

Universitas Sumatera Utara


"Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,

jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha

Perseroan dan memberi nasihat kepada Direksi”:44

g). Melakukan pengawasan secara umum terhadap pekerjaan Direksi dan kegiatan

perseroan pada umumnya.

h). Memberhentikan anggota Direksi dari jabatannya untuk sementara waktu.

i). Menyetujui tindakan tertentu dari Direksi.

j). Memeriksa perusahaan (termasuk pembukuan) dalam rangka pengawasan.

k). Memberi nasihat kepada Direksi (dan Rapat Umum Pemegang

Saham), baik jika diminta atau tidak.

l). Melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Direksi jika ditunjuk khusus untuk

itu.

m). Menjalankan tugas kepengurusan tertentu untuk sementara waktu jika

Direksi berhalangan apabila disebutkan dalam anggaran dasar.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris perseroan dilakukan semata-

mata untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan, yang artinya bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang

dilakukan oleh Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan

tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai

44
Http://id.m.wikipedia.org/wiki/perseroan,diakses pada tanggal 15 Januari 2018

69

Universitas Sumatera Utara


dengan maksud dan tujuan Perseroan, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 108

ayat (2) UUPT.45

Dewan Komisaris perseroan dalam melakukan pengawasan tersebut

haruslah sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan yaitu yang tertuang

dalam anggaran dasar perseroan, yang mana pengawasan dan pemberian

nasihat tersebut memang untuk kepentingan perseroan dan bukan untuk

kepentingan pribadi para anggota Dewan Komisaris maupun kepentingan

pihak atau golongan tertentu.

Walaupun UUPT tidak melarang pemegang saham (shareholder/ owner)

menjadi anggota Dewan Komisaris, namun sebaiknya yang menjadi anggota

Dewan Komisaris bukan pemegang saham. Hal ini untuk profesionalisme

dan mencegah agar pemegang saham tidak menyalahgunakan perseroan untuk

tujuan dan kepentingan dirinya selaku pemegang saham.

Seandainya yang menjabat anggota Dewan Komisaris adalah pemegang

saham perseroan yang bersangkutan, dirinya wajib melaporkan kepemilikan

sahamnya dan atau keluarganya kepada perseroan tersebut dan perseroan

lain, termasuk perubahan kepemilikan berdasarkan Pasal 116 huruf b UUPT

Rincian tugas Dewan Komisaris umumnya dapat kita temukan di dalam

anggaran dasar, sebagaimana dalam Pasal 15 form baku anggaran dasar

perseroan terbatas dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia, antara lain sebagai berikut :

45
Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 195-196

70

Universitas Sumatera Utara


Memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya,memeriksa dan

mencocokkan keadaan uang kas perseroan, mengawasi segala tindakan

pengurusan yang dilakukan oleh Direksi.

Untuk sementara waktu seorang atau lebih diantara anggota Dewan

Komisaris yang telah diberikan kekuasaan sementara oleh Dewan Komisaris

wajib mengurus perseroan apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan

sementara dan perseroantidak mempunyai seorangpun anggota Direksi, hal mana

atas tanggungan Dewan Komisaris

Sebenamya yang menjadi tugas utama seorang anggota Dewan Komisaris adalah

sebagaimana diatur dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yang berbunyi : 'Dewan

Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya

pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan

dan memberi nasihat kepada Direksi". Dalam Perseroan Terbatas, Dewan

Komisaris mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :46

Menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan Terbatas dengan

itikad baik dan penuh tanggung jawab ;

Melaporkan kepada Perseroan Terbatas mengenai kepemilikan sahamnya dan atau

keluarganya pada Perseroan Terbatas tersebut dan Perseroan Terbatas lainnya;

Kewajiban-kewajiban lainnya yang ditetapkan dalam anggaran dasar, seperti

misalnya :

46
Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya Kajian Analitis UU
Perseroan Terbatas Nomor I Tahun 1995, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996, hal. 128.

71

Universitas Sumatera Utara


Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam

melakukanperbuatan hukum tertentu ;

Melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk

jangka waktu tertentu.

Wewenang Dewan Komisaris

Agar Dewan Komisaris dapat melaksanakan tugas dan kewajiban yang

diberikan kepadanya dengan penuh tanggung jawab, di dalam anggaran dasar

dapat diatur beberapa kewenangan antara lain : Mengadakan dengar pendapat

dengan akuntan yang memeriksa pembukuan perseroan ,ikut serta

menandatangani laporan tahunan dan neraca perhitungan laba rugi, memanggil

RUPS memberikan nasihat dalam RUPS ,mewakili perseroan baik di luar

maupun di dalam pengadilan bila antara Direksi dengan perseroan terdapat

kepentingan yang berbeda , membebaskan sementara setiap anggota Direksi

dari tugasnya apabila kedapatan bertindak merugikan perseroan,mengangkat

seorang ahli pembukuan untuk membantu mengawasi pembukuan

perseroan dalam waktu-waktu tertentu (secara insidentil) kecuali sebelumnya

telah diangkat seorang ahli pembukuan oleh RUPS.

Seseorang yang mempunyai jabatan sebagai seorang anggota

Dewan Komisaris yang memiliki kewenangan pengawasan, tentunya dalam

melakukan tindakan pengawasan tersebut anggota Dewan Komisaris dapat juga

melakukan kesalahan ataupun penyalahgunaan kewenangan, yang mungkin

saja akan merugikan kepentingan orang lain atau bahkan merugikan

kepentingan perseroan. Karena itu, anggota Dewan Komisaris

72

Universitas Sumatera Utara


tersebut harus mempertanggungjawabkannya secara hukum.Seperti pada pasal

114 ayat (2) dan ayat (3) UUPT yang mengatakan bahwa :

(2) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik,

kehatihatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas

pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan Perseroan

dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(3) Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara

pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah

atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Berdasarkan pasal 114 ayat (2) dan ayat (3) UUPT di atas, maka setiap

anggota Dewan Komisaris dituntut untuk beritikad baik dan penuh tanggung

jawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengawas dan penasihat

Direksi. Bahkan, akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh

Dewan Komisaris yang menimbulkan kerugian pada perseroan yang

bersangkutan, anggota Dewan Komisaris dapat dimintai pertanggungjawaban

hukum oleh para pemegang sahamnya.

Jika Dewan Komisaris melakukan suatu kesalahan hukum (dengan unsur

kesengajaan atau kelelaian) yang mana dapat merugikan perseroan, maka

Dewan Komisaris harus mempertanggung jawabkan kesalahannya itu. Karena

dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris bersifat kolegial, dengan

demikian, jika seorang anggota Dewan Komisaris melakukan kesalahan, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-Undang, maka seluruh anggota Dewan

73

Universitas Sumatera Utara


Komisaris lain (termasuk yang tidak melakukan tindakan kesalahan tersebut) ikut

juga bertanggung jawab secara hukum atau berlaku secara tanggung renteng.

74

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

TANGGUNG JAWAB HUKUM DEWAN KOMISARIS DALAM

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA

PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN

A. Kedudukan Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip Good Corporate

Governance pada PT. Perkebunan Nusantara IV

PT. Perkebunan Nusantara IV sebagai perusahaan yang bergerak dibidang

agroindustry perkebunan memiliki karakteristik yang khas dibanding dengan

bisnis yang lain yang berimplikasi pada cara dan metode pengawasan

penyelenggaraan perusahaan. Karakteristik yang dimaksud antara lain :47

(1) Berada pada hamparan lahan yang luas pada 11 Kabupaten di

Sumatera Utara dan tiga ekosistem yakni ekosistem dataran

rendah lahan gambut, ekosistem dataran rendah lahan mineral

datar dan miring dan ekosistem dataran tinggi

(2) PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya

Kelapa Sawit dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti

Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma

Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten

Langkat, Deli Serdang, Serdang Berdagai, Simalungun, Asahan,

Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing Natal.

47
Perkebunan Nusantara IV Medan, Pedoman Tata Kerja Dewan Komisaris dan
Direksi,Jakarta ,2013

75

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik unit – unit bisnis PTPN IV yang variatif yang demikian

menghendaki pengelolaan bisnis ( manajemen dan teknologi ) bersifat spesifikasi

lokasi (taylor made) dan tidak dapat diseragamkan. Hal ini juga berimplikasi pada

metode pengawasan penyelenggaraan pengurusan perseroan yang memerlukan

pengawasan unit per unit usaha. Memahami kondisi yang demikian, pelaksanaan

pengawasan yang dilakukan Dewan Komisaris PTPN IV tidak hanya berhenti

pada level kantor pusat, tetapi juga turun langsung pada unit-unit usaha yang

variatif. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan RKAP berada pada level unit- unit

usaha tersebut.

Selain itu Undang- undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas serta Kontrak Manajemen pelaksanaan RKAP 2015 menggaris bawahi

bahwa dalam pengurusan perusahaan Dewan Komisaris dan Direksi memiliki

tanggung jawab bersama secara tanggung renteng meskipun memiliki pembagian

tugas dan kewenangan yang berbeda-beda. Undang-undang dan kontrak

manajemen tersebut menuntut Dewan Komisaris lebih intensif melakukan

pengawasan terutama memberi arahan bagi pengurusan PTPN IN untuk mencapai

kinerja yang diharapkan pemegang saham.

Dasar hukum dan ketentuan perundang-undangan yang melandasi tugas,

wewenang dan kewajiban Dewan Komisaris dalam Perkebunan Nusantara IV :48

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tanggal 16

Agustus 2007 tentang Perseroan Terbatas

48
Laporan Pengawasan Dewan Komisaris PT. Perkebunan Nusantara IV, Jakarta,2016

76

Universitas Sumatera Utara


2. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tanggal 19

Juni 2003 tentang Baadan Usaha Milik Negara;

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5

April 2003 tentang Keuangan Negara;

4. Anggaran Dasar PT Perkebunan Nusantara IV (persero) yang telah

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia 8 Oktober 1996

Nomor : 81, dan dimuat dalam Tambahan Berita Negara Republik

Indonesia nomor 8675 yang telah mengalami beberapa kali perubahan

terakhir dengan Akta Notaris Nanda Fauz Iwan, SH,M,Kn Nomor : 25

tanggal 23 Oktober 2014 yang telah mendapat pengesahan dari kementrian

Hukum dan HAM RI melalui Surat Keputusan Nomor : AHU-

11382.40.20.2014 tanggal 19 Nopember 2014;

5. Peraturan Menteri Negara BUMN No: PER-01/MBU/2011 tanggal 1

Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (

Good Corporate Governance ) pada BUMN ;

6. Kepmen BUMN No; KEP-101/MBU/2002 TANGGAL 4 Juni tentangg

Penyusunan Rencana kerja Dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik

Negara;

7. Keputusan Sekretaris Menteri Negara BUMN No; SK-16/S.MBU/2012

tanggal 6 Juni 2012 tentang Indikator/ Parameter Penilaian dan Evaluasi

atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik ( Good Corporate

Governance ) pada BUMN ;

77

Universitas Sumatera Utara


8. Peraturan Menteri Negara BUMN No: PER-12/MBU/2012 tanggal 24

Agustus 2012 tentang Organ Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

BUMN.

9. Keputusan Menteri Negara BUMN nomor SK-384/MBU/2013 tanggal 21

November 2013 tentang Pemberhentian dan pengangkatan anggota-

anggota Dewan Komisaris perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan

Nusantara IV

10. Surat nomor; S-441/ MBU /WK/08/2014 tanggal 25 Agustus 2014 tentang

Penyampaian Aspirasi Pemegang Saham/Pemilik Modal untuk

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran perusahaan Tahun 2005;

11. Surat Keputusan Menteri BUMN dan Direktur Utama PTPN III (Persero)

nomor: KPJAK/SKPTS/Hold/02/2015 dan nomor; sk-37/MBU/05/2015

tanggal 19 Mei 2015 tentang Pemberhentian dan pengangkatan Komisaris

utama PT Perkebunan Nusantara IV;

12. Term of Reference Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara IV

Jadi, kedudukan Dewan Komisaris dalam penerapan prinsip Good Corporate

Governance (GCG) Sesuai dengan peraturan menteri BUMN Nomor : PER-

01/MUB/2011 dan telah terlaksana sepenuhnya sehingga memberikan perubahan

yang sifnifikan terhadap kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional. PT

Perkebunan Nusantara IV memiliki 2 Komite Manajemen Resiko (MR) dan Good

Corporate Governance (GCG). Komite Manajemen Resiko terdapat 2 bagian

yaitu Komite Audit dan Komite Lain. Komite audit terdiri dari Ketua dan

Anggota baik dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam pelaporan, bekerja

78

Universitas Sumatera Utara


secara kolektif, bersifat mandiri mandiri, dan bertanggungjawab langsung kepada

Dewan Komisaris. Tugas Komite Audit sebagai berikut : 49

1) Membantu Dewan Komisaris untuk memastikan efektifitas system

pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor

dan internal auditor.

2) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh

Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal

3) Memberikan rekomendasi penyempurnaan mengenai system pengendalian

manajemen serta pelaksanaanya.

4) Memastikan telah terdapat prosedur evaluasi yang memuaskan terhadap

segala informasi yang dikeluarkan perusahaan.

5) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan

Komisaris serta tugas-tugas Dewan Komisaris lainnya.

Komite lain yang dapat dibentuk oleh Dewan Komisaris terdiri dari Ketua dan

Anggota yang nama dan tugasnya disesuaikan dengan kebutuhan Dewan

Komisaris. Adapun tugas dari Komite lain yaitu mengikutsertakan dalam

pemberian nasihat kepada Direksi sesuai dengan kebutuhan Dewan Komisaris.

Dalam PT. Perkebunan Nusantara terdapat istilah Board Manual berisikan

kompilasi dan prinsip hukum korporasi, praktek-praktek terbaik prinsip-prinsip

Good Corporate Governance, peraturan perundang-undangan yang berlaku,

arahan pemegang saham dan ketentuan anggaran dasar yang mengatur tata kerja

Dewan Komisaris dan Direksi.

Tujuan Board Manual adalah:50

49
PT. Perkebunan Nusantara IV,Loc.cit

79

Universitas Sumatera Utara


a) Memberikan panduan/pedoman untuk mempermudah Dewan Komisaris

dan Direksi dalam memahami tugas dan tanggung jawab, hak dan

kewajiban, peraturan-peraturan yang terkait dengan tata kerja Dewan

Komisaris dan Direksi.

b) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta kualitas hubungan kerja

Dewan Komisaris dan Direksi.

Board Manual merupakan living document sehingga pengembangannya harus

sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Perubahan Board Manual harus berdasarkan kesepakatan Dewan

Komisaris dengan Direksi.

B. Tanggung Jawab Hukum Dewan Komisaris dalam Penerapan Prinsip

Good Corporate Governance Pada PT.Perkebunan Nusantara IV Medan

1) Tanggung Jawab Dewan Komisaris secara umum

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal melakukan

pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik

mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada

Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian,

dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan

nasehat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud

dan tujuan Perseroan.Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut

bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang

50
http://ptpnix.co.id/board-manual.html diakses pada tanggal 16 Januari 2018

80

Universitas Sumatera Utara


bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris

terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab

sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap

anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (3) UUPT). 51

Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian

sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT apabila dapat

membuktikan:52

Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan telah

memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut.

Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris

dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh

Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban

Perseroan akibat kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa

setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab

dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab

sebagaimana dimaksud diatas, berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang

sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

Namun, anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas

kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan

51
https://www.ptpn4.co.id diakses pada tanggal 16 Januari 2018
52
PT.Perkebunan Nusantara IV, Loc.cit

81

Universitas Sumatera Utara


bahwa: (i) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah

melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak

mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan; dan (iv) telah

memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Tugas Dewan Komisaris sebagaimana dimuat dalam Anggaran Dasar PT

Perkebunan Nusantara IV Akta Notaris Nanda Fauz, SH, M.Kn Nomor : 25

tanggal 23 oktober 2014 adalah :53

(1) Melakukan Pengawasan terhadap kebijakan pengurusan jalannya

perusahaan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun

usaha perseroan yang dilakukan Direksi, serta

(2) Jangka Panjang Perseroan (RJP), Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan (RKAPP), ketentuan Anggaran Dasar, keputusan

RUPS, serta perundan- undangan yang berlaku untuk kepentingan

perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Suatu tanggung jawab lahir dari adanya pemberian atau pelimpahan tugas

(wewenang). Tanggung jawab seorang Direksi atau Dewan Komisaris

(selanjutnya ditulis dengan Dirkom) merupakan tanggung jawab yang timbul

akibat adanya tugas atau wewenang yang diberikan peraturan perundang-

undangan (undang-undang PT) kepadanya. Pasal 92 ayat 1 undang-undang tahun

2007 menyatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk

kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan kemudian

53
Laporan Pengawasan Dewan Komisaris PT. Perkebunan Nusantara IV, Jakarta,2016

82

Universitas Sumatera Utara


pasal 108 ayat 1 dan 2 juga menerangkan bahwa dewan komisaris melakukan

pengawasan atau kebijakan pengurusan jalannya pengurusan pada umumnya baik

mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasihat kepada direksi

pengawasan dan pemberian nasehat tersebut dilakukan untuk kepentingan

perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan tugas pengurusan yang

ditunjuk oleh undang-undang kepada direkam dalam hal ini disebut dengan tugas

fiduciary yang senantiasa harus dipedomani direkam dengan itikad baik dan

tindakan mengingkari tugas fiduciary tersebut akan menjadi pertanggungjawaban

pribadi Dirkom. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya

pengurusan pada umumnya baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan

yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk

pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perusahaan, Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan

Rapat Umum Pemegang Saham, serta peraturan perundang- undangan yang

berlaku,, untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan. Tugas utama Dewan Komisaris sekurang – kurangnya namun tidak

terbatas,sebagai berikut :54

1). Pemberian persetujuan atas rancangan Rencana Jangka Panjang Perusahaan

(RJPP) perseroan.

2). Pemberian persetujuan atas rancangan Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan ( RKAP) Perseroan.

54
Ibid,hal 12

83

Universitas Sumatera Utara


3). Pemberian persetujuan atas transaksi atau tindakan dalam lingkup

kewenangan Dewan Komisaris atau RUPS.

4). Pengawasan atas Implementasi rencana dan kebijakan perseroan yang

dilaksanakan oleh Direksi.

5). Pengawasan atas kepatuhan Direksi dalam menjalankan perseroan sesuai

dengan RKAP dan/atau RJPP

6). Pengawasan terhadap efektivitas dan kesinambungan penerapan praktik Good

Corporate Governance di perseroan

7). Melakukan penilaian kinerja Direksi secara kolegial dan individu berdasarkan

kriteria, target dan indikator utama yang dimuat dalam kontrak Manajemen

Direksi dan Key Perfomance Indikator (KPI) sebagaimana dilampirkan dalam

RKAP.

8). Pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan anak

perusahaan/perusahaan patungan,

9). Mengevaluasi dan mengusulkan calon Auditor ekternal kepada RUPS

10).Mengevaluasi kinerja Auditor Eksternal dan satuan pengawasan intern sesuai

dengan ketentuan dan standar yang berlaku

11).Pemberian arahan tentang hal-hal penting mengenai perubahan lingkungan

bisnis yang diperkirakan berdampak besar pada usaha kinerja perseroan secara

tepat waktu.

84

Universitas Sumatera Utara


12).Pemberian arahan kepada Direksi tentang langkah-langkah untuk mengatasi

gejala menurunnya kinerja perseroan.

13).Pemberian arahan tentang penguatan sistem pengendalian intern perseroan.

14).Pemberian arahan tentang peningkatan efektivitas audit internal dan audit

eksternal.

15).Pemberian arahan tentang penguatan manajemen resiko perseroan.

16). Pemberian arahan tentang kebijakan dan pelaksanaan manajemen karir di

perseroan.

17).Pemberian arahan tentang system teknologi informasi yang digunakan

perseroan.

18).Pemberian arahan tentang kebijakan akuntansi dan penyusunan laporan

keuangan perseroan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

19).Pemberian arahan tentang kebijakan pengadaan barang dan jasa perseroan dan

pelaksanaannya.

20). pemberian arahan tentang kebijakan mutu perseroan dan pelaksanaannya.

21). Mengevaluasi kesesuaian penyusunan laporan manajemen tahunan dan

laporan tahunan perusahaan perseroan dengan peraturan perundang-

undangan sebelum ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris

22). Pemberian arahan atas saran, harapan,permasalan dan keluhan dan keluhan

Stakeholders( pelanggan, pemasok, kreditur, dan karyawan) yang

85

Universitas Sumatera Utara


disampaikan langsung kepada Dewan Komisaris araupun penyampaiannya

oleh Direksi.

Kewajiban Dewan Komisaris

a) Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan

perseroan.

b) Meneliti dan Menelaah serta menandatangani rencana jangka panjang,

perusahaan dan rencana kerja dan anggaran perusahaan perseroan yang

disiapkan direksi, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan.

c) Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham

mengenai Rencana Jangka Panjang Perusahaan ( RJPP) dan Rencana Kerja

dan Anggaran perusahaan (RKAP) perseroan mengenai alas an Dewan

Komisaris menandatangani RJPP dan RKAP.

d) Mengikuti perkembangan kegiatan perseroan, memberikan pendapat dan

saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai setiap masalah

yang dianggap penting bagi kepengurusan perseroan.

e) Melaporkan dengan segera kepada Rapat Umum Pemegang Saham apabila

terjadi gejala menurunnya kinerja perseroan.

f) Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang

disiapkan direksi serta menandatangani laporan tahunan.

g) Memberikan penjelasan, pendapat dan saran kepada Rapat Umum

Pemegang Saham mengenai Laporan Tahunan,apabila diminta.

86

Universitas Sumatera Utara


h) Menyusun program kerja tahunan Dewan Komisaris dan dimasukkan

dalam RKAP.

i) Membentuk Komite Audit dan Komite Lain, jika diperlukan.

j) Mengusulkan Akuntan public kepada Rapat Umum Pemegang Saham.

k) Membuat risssaaalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya.

l) Melaporkan pada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau

keluarrrggganya padddaaa perseroan tersebut dan perseroan lain.

m) Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan

selama tahun buku yang baru lampau kepada Rapat Umum Pemegang

Saham untuk disetujui dan disahkan.

n) Melaksanakan kewajiban lainnya dalam rangka tugas pengawasan dan

pemberian nasihat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang- undangan, anggaran dasar perseroan, dan/atau keputusan

Rapat Umum Pemegang Saham.

Wewenang Dewan Komisaris55

o) Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya,

memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat berharga dan

memeriksa kekayaan perseroan.

p) Memasuki perkarangan,gedung, dan kantor yang dipergunakan oleh

perseroan.

55
Ibid,hal 22

87

Universitas Sumatera Utara


q) Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya mengenai segala

persoalan yang menyangkut pengelolaan perseroan.

r) Mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan dijalankan

oleh Direksi.

s) Meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya dibawah Direksi dengan

sepengetahuan Direksi untuk menghadiri rapat Dewan Komisaris.

t) Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan Komisaris, jika

dianggap perlu.

u) Memberhentikan sementara anggota Direksi sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar perseroan

v) Membentuk komite-komite lain selain komite Audit, jika dianggap perlu

dengan memperhatikan kemampuan perseroan.

w) Melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk

jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan.

x) Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap

hal-hal yang dibicarakan.

y) Melaksanakan kewenangan pengawasan lainnya sepanjang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,anggaran dasar

perseroan, dan/atau keputusan Rapat Umum Pemegang Saham..

Bidang- bidang yang diawasi oleh Dewan Komisaris

i) Bidang Produksi

88

Universitas Sumatera Utara


ii) Bidang Pemasaran

iii) Bidang SDM dan Organisasi

iv) Bidang Keuangan

v) Bidang Administrasi dan Umum

vi) Bidang Pengembangan dan investasi

vii) Bidang Hubungan Antar Lembaga

viii) Kebijakan Pengelolaan anak perusahaan / usaha patungan

ix) Sistem Pengendalian Intern

x) Laporan Pertanggungjawaban Direksi

xi) Bidang Teknologi Informasi

xii) Bidang Kegiatan lainnya

Hasil pelaksanaan tugas Dewan Komisaris secara umum kegiatan dewan

komisaris tahun 2015 mencakup melakukan kunjungan ke unit-unit usaha kebun

PTPN IV dengan tujuan pengawasan pelaksanaan RKAP menggali potensi di

setiap unit usaha dalam rangka pemberian arahan dan monitoring asep 2 rapat

kerja Dewan Komisaris baik rapat internal Dewan Komisaris rapat Dewan

Komisaris dan Kewan Direksi Rapat Umum Pemegang Saham dan rapat dengan

pihak-pihak lain

89

Universitas Sumatera Utara


tim GCG, BPKP dan PPKS . Berikut ringkasan evaluasi dari pemaparan hasil

sementara Self Assessment penerapan GCG tahun 2014 PTPN IV :56

Evaluasi dari pemaparan hasil sementara Self Assessment penerapan GCG

tahun 2014 PTPN IV

Evaluasi tersebut menunjukkan Persen capaian tersebut sebaiknya

bahwa Dewan Komisaris telah dapat dipertahankan oleh komisaris

mengalami kenaikan persen capaian dengan tertib administrasi agar tidak

yang pada tahun 2013 persen capaian terjadi penurunan di tahun 2015.

sebesar 91% menjadi 92% di tahun

2014.

Ada kenaikan skor keseluruhan Khusus komisaris terdapat kenaikan

PTPN IV dari 93,108 tahun 2013 skor sebesar 32,096 tahun 2013

menjadi 93,453 tahun 2014. menjadi 32,253 tahun 2014. Hasil

pelaksanaan program komite

pemantau manajemen Risiko dan

GCG s.d Triwulan IV Tahun 2015

Pemutakhiran infrastruktur

manajemen Resiko dan GCG pada

tahun 2015 belum ada pemutakhiran

untuk lomba PMR dan GCG

pemuktahiran semua infrastruktur

manajemen Risiko dan GCG

56
Ibid,hal 135

90

Universitas Sumatera Utara


disesuaikan dengan ketentuan yang

baru tentang holding

Pengkajian implementasi rencana dan kebijakan perusahaan terkait MR dan GCG

telaah terhadap hasil assessment GCG PTPN di kinerja tahun 2014 menganalisis

potensi risiko eksternal tahun 2015 mengidentifikasi area improvement GCG

tahun 2015 berdasarkan capaian kinerja GCG berdasarkan tahun 2014 hasilnya

menunjukkan adanya peningkatan skor dan predikat yang dicapai adalah sangat

baik terkait dengan hasil mitigasi assessment GCG tahun 2014. Dibandingkan

dengan seluruh BUMN perkebunan di sumatera utara terjadi peningkatan dari

angka 93,108 pada assessment tahun 2013 menjadi 93,453 pada tahun 2014 ini di

antara 6 aspek pengujian empat diantaranya terjadi peningkatan yaitu aspek

komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara

berkelanjutan aspek Dewan Komisaris, Direksi dan aspek lainnya.

Dewan komisaris telah melaksanakan tugas pengawasan selama tahun 2015 sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas tersebut

Dewan Komisaris dibantu oleh organ dewan komisaris yakni komite audit komite

pemantau manajemen Risiko dan GCG sekretaris dewan komisaris dan sekretariat

dewan komisaris dan laporan pelaksanaan tugas pengawasan dewan komisaris

tahun 2015 telah kami sampaikan kepada pemegang saham atau RUPS melalui

surat NO : DK-20/IV/2016 tanggal 27 APRIL 2016

Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance

pada PT Perkebunan Nusantara IV tahun 2015 telah dievaluasi melalui asesment

91

Universitas Sumatera Utara


oleh sin eksternal atau BPKP sumatera utara sesuai dengan peraturan menteri

BUMN No : PER-01/MBU/2011 dan menggunakan metode penilaian

berdasarkan SK-16/S.MBU/2012. Hasil Assesment diperoleh skor akhir 93,365

sangat baik.

92

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1) Kedudukan Dewan Komisaris dalam penerapan prinsip GCG pada PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan dalam melaksanakan tanggung jawabnya

telah menerapkan sepenuhnya prinsip Good Corporate Govarnance sesuai

dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-01/MUB/2011 dan

sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh PT.Perkebunan Nusantara IV

mengenai Tugas, wewenang, Tanggung Jawab dan Kewajiban Dewan

Komisaris dengan menggunakan metode penilaian berdasarkan SK-

16/S.MBU/2012. Adapun 5 prinsip yang telah di terapkan sesuai dengan

Peraturan Menteri BUMN yakni keterbukaan (transparancy), akuntabilitas

(accountability), tanggung jawab (responsibility), kemandirian

(responsibility),dan kewajaran (fairness)

2) Peran Dewan Komisaris yang paling utama ialah sebagai organ yang

melakukan pengawasan atas jalannya PT,baik diminta ataupun tidak.

Disamping itu, Dewan Komisaris juga berperan memberikan nasihat

kepada Direksi agar PT tetap berjalan sesuai dengan maksud dan tujuan

PT serta tidak melanggar ketentuan hukum. Baik Direksi maupun Dewan

Komisaris harus senantiasa menjalankan peranan dengan itikad baik dan

penuh tanggung jawab.

93

Universitas Sumatera Utara


B. Saran

Berdasarkan penerlitian tersebut, maka penulis memberikan beberapa

saran yang diharapkan dapat dipertimbangkan, baik oleh

pemerintah maupun perusahaan:

1) Pemerintah sebagai regulator, perlu membuat sanksi tegas bagi

perusahaan yang kurang dalam penerapan Good Corporate

Governance agar dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk menjadi

lebih baik lagi.

2) Dewan Komisaris sebagai salah satu pemeran penting dalam

penerapan Good Corporate Governance maka harus tetap

mempertahankan eksistensinya dalam melaksanakan tanggung

jawab,wewenang ,tugas dan kewajibannya sesuai dengan peraturan

perundang – undangan dan Peraturan Menteri BUMN Nomor :

PER-01/MUB/2011 serta senantiasa menjalankan peranannya dengan

penuh tanggung jawab dan itikad baik.

94

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amirudin dan Zainal Asikin, 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Anoraga Pandji, 1995. BUMN Swasta dan Koperasi (Tiga Pelaku Ekonomi),

Jakarta: Pustaka Jaya

Asyhadie Zaeni, 2005. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Christie Dwi Karya Susilawati,2013.Peranan Audit Intern Dalam Penerapan Good

Corporate Governance Yang Efektif, Bandung : Universitas Maranatha

Faizal Akbar, 2002. Tanri Abeng Menjawab Profesional versus Politik, Jakarta:
Alexindo Media Komputindo

Fuady Munir, 2003. Perseroan Terbatas, Bandung: Paradigma Baru,Citra Aditya


Bakti

Hardijan Rusli, 1996. Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya Kajian

Analitis UU Perseroan Terbatas Nomor I Tahun 1995, Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan

Ibrahim Shaid, 1997. BUMN dan Kepentingan Umum, Jakarta: PT. Citra Aditya

Indra Surya S.H., LL.M & Ivan Yustiavandana S.H., LL .M., 2006. Penerapan

Good Corporate Governance – Mengesampingkan Hak – Hak Istimewa

Demi Kelangsungan Usaha, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Kanter E.Y, 2001.Etika Profesi Hukum, Jakarta: Storia Grafika

95

Universitas Sumatera Utara


Maargono Sujud, 2008. Hukum Perusahaan Indonesia, CV. Jakarta: Novindo

Pustaka Mandiri

Muhammad Abdulkadir, 1993. Hukum Perusahaan Indonesia,Bandung: PT.Citra

Aditya Bakti

Purwaningsih Endang,2010. Hukum Bisnis,Bogor: Ghalia Indonesia

Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007. Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:

Pt. Raja Grafindo Persada

Sunggono Bambang, 2012. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit

Rajawali Pers

Sutedi Adrian, 2011.Good Corporate Governance, Jakarta : Sinar Grafika

Syahrum Salim,2012.Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: Penerbit

Citapustaka Media

Tjager Nyoman, 2003. Corporate Governance Tantangan dan Kesempatan bagi

Komunitas Bisnis Indonesia, Jakarta: PT. Prehilindo

Usman Rachmadi,2004.Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas,

Bandung : Alumni

Violetta Jingga Tadikapury, 2011.Penerapan Good Corporate Governance pada

Bank X TBK Kanwil X, Makassar: Universitas Hassanudin

Perundang-undangan :

UUD 1945

UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007

96

Universitas Sumatera Utara


MENTERI NEGARA

BADAN USAHA MILIK NEGARA

SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK

NEGARA

NOMOR : PER- 09 /MBU/2012

TENTANG

PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR PER-01/MBU/2011 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA


PERUSAHAAN

YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)

PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 12 Ayat (10) Peraturan Menteri


Negara BadanUsaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011
tanggal 01 Agustus 2011telah diatur bahwa mantan anggota
Direksi Badan Usaha Milik Negara(BUMN) dapat menjadi
anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas padaBUMN yang
bersangkutan, setelah tidak menjabat sebagai anggota Direksi
BUMN yang bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;

b.bahwa dalam rangka menjaga kesinambungan terhadap


program penyehatan dan restrukturisasi yang sedang
dilaksanakan, ketentuan Pasal 12 ayat (10)tersebut perlu
dikecualikan terhadap BUMN tertentu;

c.bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalamhuruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan
Peraturan Menteri NegaraBadan Usaha Milik Negara tentang
Perubahan Atas Peraturan MenteriNegara Badan Usaha Milik
Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentangPenerapan Tata

97

Universitas Sumatera Utara


Kelola Perusahaan Yang Baik (Good CorporateGovernance)
Pada Badan Usaha Milik Negara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha


Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4297);

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4756);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang


PelimpahanKedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri
Keuangan pada PerusahaanPerseroan (Persero), Perusahaan
Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan(Perjan) kepada Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara (LembaranNegara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara
Republik Indonesia Nomor 4305);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,


Pengurusan,Pengawasan dan Pembubaran BUMN; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4556);

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang


Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara yang telah
beberapa kali diubah, terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor
91 Tahun 2011;

6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,


Tugas, danFungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi,
Tugas dan FungsiEselon I Kementerian Negara yang telah
beberapa kali diubah, terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor
92 Tahun 2011;

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P Tahun


2011;

98

Universitas Sumatera Utara


MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA


MILIK NEGARA TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA
MILIK NEGARA NOMOR PER-01/MBU/2011 TENTANG
PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG
BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA
BADAN USAHA MILIK NEGARA.

Pasal I

Ketentuan Pasal 12 ayat (10) Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara
diubah, sehingga ketentuan Pasal 12 menjadi sebagaiberikut :

Pasal 12

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas harus


mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran
dasar.

(2) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas bertanggung jawab dan berwenang


melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan
pada umumnya, baik mengenai BUMN maupun usaha BUMN dan
memberikan nasihat kepada Direksi.

(3) Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan untuk kepentingan BUMN dan sesuai dengan maksud dan
tujuan BUMN, dan tidak dimaksudkan untuk kepentingan pihak atau
golongan tertentu.

(4) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas membuat pembagian tugas yang


diatur oleh mereka sendiri.

(5) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas wajib menyusun rencana kerja dan


anggaran tahunan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dan RKAP.

(6) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas wajib menyampaikan laporan tentang


tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru
lampau kepada RUPS/Menteri.

99

Universitas Sumatera Utara


(7) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas harus memantau dan memastikan bahwa
GCG telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan.

(8) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas harus memastikan bahwa dalam


Laporan Tahunan BUMN telah memuat informasi mengenai identitas,
pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
di perusahaan lain, termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalamsatu tahun
buku (rapat internal maupun rapat gabungan dengan Direksi), serta
honorarium,fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima dari BUMN
yang bersangkutan.

(9) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas wajib melaporkan kepada BUMN


mengenai kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya pada BUMN yang
bersangkutan dan perusahaan lain, termasuk setiap perubahannya.

(10) Mantan anggota Direksi BUMN dapat menjadi anggota Dewan


Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN yang bersangkutan, setelah tidak
menjabat sebagai anggota Direksi BUMN yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun, kecuali dengan pertimbangan tertentu yang
diputuskan oleh Menteri dalam rangka menjaga kesinambungan program
penyehatan BUMN yang bersangkutan, sepanjang tidak ada ketentuan
peraturan perundangan lain yang melarangnya.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 6 Juli 2012

MENTERI NEGARA

BADAN USAHA MILIK NEGARA

ttd.

DAHLAN ISKAN

100

Universitas Sumatera Utara


101

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai