Anda di halaman 1dari 2

Etiopatogenesis

Etiologi pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Adapun
beberapa teori mengenai faktor hormonal, genetik, dan faktor pertumbuhan yang dapat
mempengaruhi terbentuknya mioma uteri. Ketiga hal tersebut dapat berkorelasi karena
perubahan genetik dipengaruhi oleh promotor (hormon) dan efektor (faktor pertumbuhan).
Perubahan genetik yang terjadi ialah mutasi gen HMG1, HMG1-C, HMG1 (Y) HMGA2,
COL4A5, COL4A6, dan MEDI2. Selain itu, terdapat pula gangguan translokasi kromosom
10, 12, dan 14, delesi kromosom 3 dan 7, serta trisomi kromosom 12, serta aberasi kromosom
6. Mioma yang bersifat atipikal, seluler, dan besar cenderung menunjukkan adanya kelainan
kromosom. Kelainan kromosom atau perubahan genetik pada sel mioma tersebut
berhubungan dengan reseptor estrogen A, reseptor estrogen B, reseptor progesteron A,
reseptor progesteron B, reseptor hormon pertumbuhan, reseptor prolaktin, gen matriks
ekstraseluler, dan gen kolagen. Banyak dari gen ini yangmengatur pertumbuhan sel,
diferensiasi, proliferasi, dan mitogenesis.

Peran estrogen dalam terjadinya mioma uteri didukung oleh angka kejadian mioma
uteri yang lebih tinggi pada usia reproduksi dibanding usia menopause. Selain itu, kejadian
mioma uteri juga meningkat pada perempuan setelah menarke. Produksi estrogen dalam
jaringan miom ditunjukkan oleh peningkatan kadar aromatase, yaitu enzim yang mengubah
androgen menjadi estrogen. Sebuah penelitian melaporkan bahwa jaringan mioma uteri lebih
banyak mengandung reseptor estrogen dibandingkan dengan jaringan miometrium normal.
Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan mioma uteri yang bervariasi pada setiap individu,
bahkan di antara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah
reseptor estrogen dan reseptor progesteron. Adapun faktor-faktor yang meningkatkan paparan
estrogen yaitu obesitas dan menarche dini.

Kadar estrogen dan progesteron dalam darah terkadang sama pada wanita dengan dan
tanpa mioma uteri, namun kadar estradiol dalam mioma lebih tinggi daripada miometrium
normal. Kadar enzim yang mengubah estradiol menjadi estron ditemukan rendah pada sel
miom, sehingga estradiol yang tidak terubah akan terakumulasi di dalam sel. Hal ini
menyebabkan peningkatan reseptor estrogen dan progesteron, serta hiper-responsif reseptor
terhadap estrogen yang akan memicu pertumbuhan miom. Indeks proliferatif pada mioma
lebih tinggi dibanding miometrium normal selama siklus menstruasi.
Jumlah mitosis tinggi selama fase sekretori pada puncak produksi progesteron.
Sebuah penelitian melaporkan bahwa mifepristone yang merupakan modulator reseptor
progesteron dapat menurunkan ukuran miom. Gonadotropin- releasing hormone (GnRH)
agonis juga dapat menurunkan ukuran miom, akan tetapi pemberian progestin secara
bersamaan dengan GnRH akan mencegah penurunanukuran miom.

Anda mungkin juga menyukai