Anda di halaman 1dari 166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar

Oleh:
Priscilia Wijayanti Pasaribu
NIM: 131134187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI GAYA, GERAK, DAN ENERGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar

Oleh:
Priscilia Wijayanti Pasaribu
NIM: 131134187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:


1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat, rahmat, dan kasihnya.
2. Kepada Bapakku Okber Parlagutan Pasaribu dan ibu Rini Sam
Harinanjaya yang selalu mendoakan , mendukung, dan tak pernah lelah
menyemangatiku hingga saat ini.
3. Adikku Ferdinand Andre Pasaribu yang selalu mendoakan dan
mendukungku.
4. Teman-teman payung LKS IPA, Julison, Ama, Sella, Sari, Asa.
5. Para sahabat dan teman terkasih yang selalu ada dalam segala kondisiku
dan memberikan semangat.
6. Almamater kebanggaanku, Universitas Sanata Dharma.
7. Pembaca yang budiman
MOTTO

“Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku”


(Mazmur 118:14)
“Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah
kananku, aku tudak goyah”
(Mazmur 16:8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.

Yogyakarta, 3 Januari 2017


Penulis

Priscilia Wijayanti Pasaribu


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata


Dharma: Nama : Priscilia Wijayanti Pasaribu
Nomor Mahasiswa : 131134187
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
UNTUK KELAS IV SD MATERI GAYA, GERAK, DAN ENERGI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 3 Januari 2017
Yang menyatakan

Priscilia Wijayanti Pasaribu


ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK


UNTUK SISWA KELAS IV SD
MATERI GAYA, GERAK, DAN ENERGI

Priscilia Wijayanti Pasaribu


Universitas Sanata Dharma
2017

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, LKS, IPA, Gaya, Gerak, dan Energi,
Pendekatan Saintifik.

Latar belakang penelitian ini adalah kurang maksimalnya penerapan


lima tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran dan LKS yang digunakan
dalam pembelajaran masih berisi materi dan soal-soal latihan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV gaya, gerak dan energi dan untuk
mengetahui kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan
saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi.
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model pengembangan yang
dipaparkan oleh Dick dan Carey. Model tersebut dimodifikasi ke dalam delapan
langkah pengembangan, yaitu analisis pempelajaran, merumuskan tujuan khusus,
menembangkan instrumen, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS,
evaluasi formatif, revisi, dan evaluasi sumatif.
Hasi penelitian menunjukkan bahwa LKS IPA yang dikembangkan
berbasis pendekatan saintifik dan berisi kegiatan-kegiatan yang menuntun siswa
untuk aktif dan mampu melakukan kegiatan secara mandiri berdasarkan lima
tahapan pendekatan saintifik. Validasi produk LKS oleh ahli IPA menunjukkan
kualitas sangat baik dengan rerata penilaian sebesar 3,9 dan validasi produk LKS
oleh ahli guru SD menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata penilaian
sebesar 3,5. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh
siswa pada posttest lebih tinggi daripada pretest dengan peningkatan skor pretest
ke posttest sebesar 52,9%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa LKS IPA
berbasis pendekatan saintifik, memiliki kualitas sangat baik dan membantu siswa
aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran.
ABSTRACT

The development of LKS IPA based on scientific approach for the fourth grade
of elementary school, matery force, motion, energy

Pasaribu, Priscilia Wijayanti


Sanata Dharma Univercity
2017

Keywords: Research and development, LKS, IPA, force, motion, energy,


scientific approach

The background of this research was the minimum steps of five steps in
scientific approach in the process of learning activity and the use of LKS only
focused on materials and exercises. This research aims at developing LKS IPA
and finding out the product quality of LKS IPA based on scientific approach for
the forth grade of elementary school, matery force, motion, energy.
The method of this research was research and development (R & D).
The model was proposed by Dick dan Carey. That model was modified into eight
developing steps, those were; need analysis, identify the purpose, develop
instruments, develop startegy, develop the content of LKS, formative evaluation,
revision, and sumative evaluation.
The research finding presented that the development of LKS IPA based
on scientific approch which consited of activities lead the students to be active
and to be able to be independent learners based on five steps on scientific
approach. The LKS product validation which was conducted by science expert
presented the very good quality with the average 3,9 and the LKS product quality
which was conducted by English teacher at elementary school presented the very
good quality with the average 3,5. The try out sampling showed that the students
posttest score was higher than the pretest score with the improvement of pretest
score to posttest score was about 52,9%. Therefore, it could be concluded that
LKS IPA based on scientific approach had the high quality and assist the students
to be active and independent in the process of learning activity.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan LKS IPA Berbasis
Pendekatan Sintifik untuk kelas IV SD Materi Gaya, Gerak, dan Energi dengan
tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang
membantu penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat
kesehatan dan kelancaran dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph. D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. sebagai Kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. sebagai Wakaprodi PGSD.
5. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M. A. dan Kintan Limiansih, S.Pd.,
M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi
saya selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
6. Priyana Santosa, S.Pd. dan Ibu Gendra Widyaningrum, S.Pd. yang membantu
dalam proses validasi instrumen, Ibu Ir. Sri Agustini S., M.Pd. dan Bapak
Cahyo Arif Nugroho, S.Pd. yang membantu dalam proses validasi produk.
7. Mukija, S.Pd.SD Kepala SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah
memberikan izin dan kesempatan dalam melaksanakan penelitian.
8. Cahyo Arif Nugroho, S.Pd. wali kelas IVC yang telah memberikan izin dalam
melakukan uji coba terbatas kepada siswanya.
9. Siswa-siswa kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah membantu
dalam uji coba terbatas.
10. Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang senantiasa membantu
dalam proses perkuliahan dan skripsi.
11. Sahabat-sahabatku di kelas VI E dan VII D yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan.
12. Teman-teman payung skripsi Shela, Asa, Ama, Julison, dan Sari yang selalu
membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
13. Kedua orang tuaku Bapak Okber Pasaribu dan Ibu Rini Sam yang senantiasa
memberikan dukungan dan mendoakanku.
14. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak
dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti menemui banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini. Meskipun
demikian, kendala tersebut tidak membuat peneliti menjadi menyerah dan putus
asa, namun menjadikan semangat dan antusias untuk maju dan menyelesaikan
skripsi dengan tepat waktu.
Peneliti menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan selain milik Tuhan, begitu pula
dengan penulisan skripsi ini. Karena itu, peneliti meminta maaf apabila terdapat
kesalahan baik dalam sistematika, isi, dan sebagainya dalam skripsi ini. Akhirnya,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Peneliti

Priscilia Wijayanti Pasaribu


DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................Error! Bookmark not defined.
PERSEMBAHAN.................................................................................................................iii
MOTTO..............................................................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................................vii
ABSTRACT........................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................xvi
LAMPIRAN......................................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................5
1.4.1 Bagi Sekolah...........................................................................................................5
1.4.2 Bagi Guru...............................................................................................................5
1.4.3 Bagi Siswa..............................................................................................................5
1.4.4 Bagi Peneliti...........................................................................................................5
1.5 Definisi Operasional...........................................................................................6
1.6 Spesifikasi Produk...............................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................9
2.1 Kajian Pustaka....................................................................................................9
2.1.1 Teori-teori yang mendukung......................................................................9
2.1.1.1 Teori Belajar Bruner.......................................................................................9
2.1.1.2 Teori Belajar Piaget........................................................................................9
2.1.1.3 Teori Belajar Vygotsky..................................................................................10
2.1.1.4 Belajar dan Pembelajaran.............................................................................11
2.1.1.5 Hasil Belajar..................................................................................................12
2.1.2 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)...................................................................12
2.1.2.1 Pengertian....................................................................................................13
2.1.2.2 Hakekat IPA..................................................................................................13
2.1.2.3 Fungsi dan sifat IPA......................................................................................15
2.1.3 Pendekatan Saintifik.................................................................................16
2.1.3.1 Pengertian....................................................................................................16
2.1.3.2 Langkah-langkah...........................................................................................17
2.1.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)..........................................................................23
2.1.4.1 Pengertian.........................................................................................................23
2.1.4.2 Fungsi................................................................................................................23
2.1.4.3 Jenis-jenis LKS...................................................................................................24
2.1.4.4 Langkah-langkah penyusunan LKS....................................................................24
2.1.4.5 Manfaat LKS......................................................................................................25
2.1.5 Materi Gaya, gerak dan energi.................................................................26
2.1.6 Karakteristik Siswa....................................................................................28
2.2 Penelitian yang relevan....................................................................................29
2.3 Kerangka Berpikir.............................................................................................33
2.4 Pertanyaan penelitian.............................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................35
3.1 Jenis penelitian.................................................................................................35
3.2 Setting Penelitian..............................................................................................35
3.2.1 Subjek Penelitian......................................................................................35
3.2.2 Objek Penelitian.......................................................................................35
3.2.3 Lokasi Penelitian.......................................................................................35
3.2.4 Waktu Penelitian......................................................................................36
3.3 Rancangan Penelitian.......................................................................................36
3.4 Prosedur Penelitian..........................................................................................40
3.4.1 Analisis Kebutuhan...................................................................................42
3.4.1.1 Analisis Pembelajaran...................................................................................42
3.4.1.2 Analisis Siswa................................................................................................42
3.4.2 Merumuskan Tujuan Khusus....................................................................43
3.4.3 Mengembangkan Instrumen....................................................................43
3.4.4 Mengembangkan Strategi........................................................................43
3.4.5 Mengembangkan LKS...............................................................................44
3.4.6 Evaluasi Formatif......................................................................................44
3.4.7 Revisi........................................................................................................44
3.4.8 Evaluasi Sumatif........................................................................................44
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................................44
3.5.1 Observasi..................................................................................................45
3.5.2 Wawancara...............................................................................................45
3.5.3 Kuesioner..................................................................................................46
3.5.4 Tes............................................................................................................47
3.6 Instrumen Penelitian........................................................................................48
3.6.1 Pedoman Observasi..................................................................................48
3.6.2 Pedoman Wawancara...............................................................................49
3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah..............................................................................49
3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas IV.................................................................................49
3.6.2.3 Wawancara Siswa kelas IV................................................................................50
3.6.3 Kuesioner..................................................................................................51
3.6.3.1 Kuesioner analisis kebutuhan............................................................................51
3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk.................................................................................52
3.6.4 Soal Tes.....................................................................................................53
3.7 Triangulasi........................................................................................................54
3.8 Teknik Analisis Data..........................................................................................55
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif...........................................................................56
3.8.2 Analisis Data Kualitatif..............................................................................58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................................................60
4.1 Hasil Penelitian.................................................................................................60
4.1.1 Deskripsi Potensi dan Masalah................................................................60
4.1.1.1 Identifikasi Potensi.......................................................................................60
4.1.1.2 Identifikasi Masalah......................................................................................60
4.1.2 Analisis Karakteristik LKS..........................................................................64
4.1.4 Proses Pengembangan LKS.......................................................................65
4.1.4.1 Analisis Kebutuhan.......................................................................................65
4.1.4.2 Merumuskan tujuan khusus.........................................................................68
4.1.4.3 Mengembangkan instrumen........................................................................69
4.1.4.4 Mengembangkan strategi............................................................................71
4.1.4.5 Mengembangkan isi LKS...............................................................................71
4.1.4.6 Evaluasi formatif...........................................................................................74
4.1.4.7 Revisi............................................................................................................75
4.1.4.8 Evaluasi Sumatif............................................................................................76
4.1.5 Desain LKS................................................................................................77
4.1.6 Kualitas LKS...............................................................................................79
4.2 Pembahasan.....................................................................................................80
BAB V PENUTUP...............................................................................................................86
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................86
5.2 Keterbatasan Penelitian...................................................................................87
5.3 Saran................................................................................................................87
DAFTAR REFERENSI..........................................................................................................88
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran IPA................................................48


Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada Kepala Sekolah....................................49
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada Guru.....................................................50
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada siswa kelas IV.......................................50
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka untuk Guru............................................................51
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup untuk Guru...........................................................52
Tabel 3.7 Kisi-kisi kuesioner terbuka untuk Siswa............................................................52
Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner tertutup untuk Siswa...........................................................52
Tabel 3.9 Kisi-kisi Validasi Produk....................................................................................52
Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda.............................................................53
Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif..................................................57
Tabel 3.12 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen........................................58
Tabel 4.1 Pengembangan Instrumen...............................................................................69
Tabel 4.2 Hasil Validitas Instrumen Tes............................................................................70
Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes........................................................................71
Tabel 4.4 Pemetaan KI, KD, Indikator, dan Tujuan...........................................................71
Tabel 4.5 Hasil Revisi LKS Berdasarkan Komentar Ahli dan Siswa....................................75
Tabel 4.6 Hasil skor pretest dan posttest.........................................................................76
Tabel 4.7 Hasil Validasi Produk LKS..................................................................................79
Tabel 4.8 Hasil Komentar Ahli dan Siswa........................................................................79
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penelitian yang relevan............................................................................32


Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Dick & Carey.....37
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan......................................................41
Gambar 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan..........................54
Gambar 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara...........................................................55
Gambar 3.5 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert....................57
Gambar 3.6 Rumus perhitungan persentase jawaban pada kuesioner............................58
Gambar 3.7 Rumus Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest.............................................58
Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah..........................63
Gambar 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan..........................66
Gambar 4.3 Kegiatan Mengamati....................................................................................72
Gambar 4.4 Kegiatan Menanya........................................................................................72
Gambar 4.5 Kegiatan Mencoba........................................................................................73
Gambar 4.6 Kegiatan Menalar.........................................................................................73
Gambar 4.7 Kegiatan Mengkomunikasikan......................................................................74
Gambar 4.8 Kegiatan mencari informasi dari berbagai sumber.......................................74
Gambar 4.9 Rumus Perhitungan Persentase Skor Pretest dan Posttest...........................76
Gambar 4.10 Hasil Skor Pretest dan Posttest siswa..........................................................77
Gambar 4.11 Hasil Peningkatan Pretest dan Posttest......................................................77
LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Surat Izin Penelitian....................................................................................90


Lampiran 3.2 Surat Keterangan telah melakukan penelitian...........................................91
Lampiran 3.3 Soal pretest dan posttest............................................................................92
Lampiran 3.4Hasil Analisis butir soal korelasi pearson.....................................................95
Lampiran 4.1 Hasil Validasi Instrumen Observasi Pembelajaran......................................98
Lampiran 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran....................................................................99
Lampiran 4.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah..............................100
Lampiran 4.4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah.............................................................101
Lampiran 4.5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru................................................103
Lampiran 4.6 Hasil Wawancara Guru Kelas IV................................................................105
Lampiran 4.7 Hasil validasi wawancara siswa................................................................106
Lampiran 4.8 Hasil Wawancara Siswa............................................................................108
Lampiran 4.9 Hasil Validasi Kuesioner untuk Guru.........................................................109
Lampiran 4.10 Hasil Validasi Kuesioner untuk Siswa......................................................112
Lampiran 4.11 Hasil Kuesioner Guru..............................................................................114
Lampiran 4.12 Hasil Kuesioner Siswa.............................................................................117
Lampiran 4.13 Hasil Validasi Instrumen Validasi Produk................................................119
Lampiran 4.14 Hasil Validasi Produk LKS........................................................................123
Lampiran 4.15 Dokumentasi Uji coba lapangan terbatas...............................................133
Lampiran 5 Curriculum Vitae.........................................................................................136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan
definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam mencerdaskan


bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi bangsa yang
berkarakter. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram
dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan di
luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi
kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan
peranan hidup secara tepat (Triwiyanto, 2014: 23). Salah satu alat untuk
mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum.
Konsep dasar kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapi tujuan
pendidikan sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran
pada semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011: 1-3). Dalam
kurikulum 2013 banyak sekali pendekatan yang dapat digunakan, salah satu
di antaranya adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014: 34). Pendekatan
saintifik erat kaitannya dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu pengetahuan alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains.
Sains (Inggris: Science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1)
pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham
yang benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke: (1) studi sistematis, (2) tubuh
pengetahuan yang terorganisasi, dan (3) pengetahuan teoritis. Sains atau
ilmu

1
pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui
metode tertentu (Surjani, 2010: 11-12). Ilmu Pengetahuan alam adalah ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep,
prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian
kegiatan dalam metode ilmiah. Rangkaian kegiatan dalam IPA tidak hanya
belajar secara teoritis, namun belajar melalui percobaan, penemuan-
penemuan yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini
berkaitan dengan pendekatan saintifik yang menuntun siswa aktif dalam
melakukan berbagai kegiatan secara mandiri dengan 5 tahapan pendekatan
saintifik, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan. Mata pelajaran IPA dipelajari di berbagai jenjang
pendidikan, dan salah satunya pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Dalam IPA
kelas IV sekolah dasar mempelajari berbagai macam materi. Pada penelitian
ini peneliti membahas Kompetensi Dasar (KD) 3.3 Memahami hubungan
antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan Indikator
mengkategorikan fenomena atau peristiwa berdasarkan gaya yang terjadi di
dalamnya dan menjelaskan tentang pengaruh suatu gaya terhadap gerak benda
dengan energi di dalamnya. Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa
berdasarkan KD tersebut adalah gaya, gerak, dan energi. Salah satu cara guru
untuk mengaktifkan siswa yaitu melalui Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS
merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi,
eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah proses penyelidikan
atau pemecahan suatu permasalahan. LKS sendiri memuat pertanyaan atau
langkah-langkah dalam melakukan eksperimen disesuaikan dalam langkah-
langkah pendekatan saintifik (Trianto, 2011).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait penggunaan LKS dan
penggunaan pendekatain saintifik dalam pembelajaran di SD N Perumnas
Condongcatur, siswa sudah menggunakan LKS tetapi LKS yang digunakan
oleh siswa berupa LKS yang biasa digunakan pada umumnya, LKS tersebut
masih terdapat materi dan soal-soal latihan sehingga mempermudah siswa
mengerjakannya selain itu LKS masih kurang melibatkan siswa untuk aktif,
mandiri dan mencari sumber informasi dalam proses pembelajaran. Selain itu
guru sudah menggunakan pendekatan saintifik tetapi belum menerapkan
sesuai dengan lima tahapan saintifik. Guru masih banyak menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Guru menjelaskan dengan
menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Guru kurang
menumbuhkan semangat dan keaktif siswa dalam melakukan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dan pengembangan (Research and Development). Peneliti
melakukan penelitian dan pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan
saintifik untuk kelas IV SD materi gaya, gerak, dan energi. LKS
dikembangkan berdasarkan lima tahapan saintifik yaitu, mengamati,
menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan. LKS yang
dikembangkan memiliki karakterisitik yakni (1) LKS yang mengarahkan
siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; (2) LKS yang
mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah,
rumah, dan lingkungan masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk
membangun konsepnya secara mandiri; dan (4) mengarahkan siswa untuk
melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Dari empat karakteristik tersebut
dikembangkan menjadi delapan karakteristik khusus yaitu (1) LKS
mengarahkan siswa melakukan kegiatan di luar kelas, (2) LKS mengarahkan
siswa melakukan kegiatan percobaan, (3) LKS mengarahkan siswa
melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber, (4) LKS mengarahkan
siswa melakukan kegiatan mengamati, (5) LKS mengarahkan siswa membuat
pertanyaan untuk melakukan kegiatan bertanya, (6) Dalam LKS terdapat
petunjuk/tugas yang mengarahkan siswa menggunakan koran, majalah dan
buku-buku perpustakaan untuk mendapatkan informasi, (7) LKS
mengarahkan siswa menggunakan gambar, poster, foto, grafik, atau tabel
untuk menunjukkan hasil kerja (8) LKS mengarahkan siswa untuk presentasi
di depan kelompok atau di depan kelas.
LKS yang peneliti kembangkan sama halnya dengan penelitian terdahulu
yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk
dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016) bertujuan
untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan
pendekatan saintifik pada subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas
II sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) bertujuan
untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis observasi. Penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2014) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa
LKS berbasis pendekatan saintifik. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas
(2015) bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode
percobaan. Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis (2012) bertujuan untuk
mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada
pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2012) bertujuan untuk
mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah.
Pada keenam penelitian terdahulu, sama-sama mengembangkan LKS,
namun memiliki perdedaan pada metode atau model pembelajaran yang
digunakan dalam pengembangaan LKS. Kemudian peneliti mengembangkan
LKS berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi gaya,
gerak, dan energi. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada KI 3. Memahami
pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca)
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya dan benda-benda yang dijumpainnya di rumah,
sekolah, dan tempat bermain, KD 3.3 Memahami hubungan antara gaya,
gerak dan energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
Perumnas Condongcatur sebagai lokasi sampel uji coba lapangan terbatas. SD
Negeri Perumnas Condongcatur hanya sebagai sampel, peneliti
mengembangkan LKS yang bisa dipakai untuk seluruh siswa kelas IV tidak
hanya di SD tersebut. Penelitian ini dibatasi pada tahapan evaluasi sumatif
atau pengolahan data berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan
saintifik untuk siswa kelas IV gaya, gerak dan energi.
1.3.2 Mengetahui kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai
pihak. Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Sekolah
Sekolah mendapatkan pengetahuan baru mengenai LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik. Dengan demikian, sekolah dapat mempertimbangkan
pengembangan LKS IPA yang semakin mengoptimalkan kegiatan belajar
mengajar.
1.4.2 Bagi Guru
Guru semakin menyadari bahwa pentingnya LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Guru mendapatkan inspirasi terkait
dengan Research and Development (R & D) yang mengembangkan media
pembelajaran.
1.4.3 Bagi Siswa
Siswa dapat merasakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan dengan menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik.
Selain itu dapat membantu siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan
menjadi lebih bermakna sehingga mendapatkan prestasi yang
membanggakan.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian dengan
metode Research and Development (R & D) khususnya dalam upaya untuk
mengembangan LKS IPA menggunakan pendekatan saintifik untuk kelas IV
SD materi gaya, gerak, dan energi.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui
proses pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh
pertumbuhan saja.
1.5.2 Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai
hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu.
1.5.3 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah ilmu pengetahuan tentang gejala
alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang
teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah.
1.5.4 Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui lima tahapan, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar,
dan mengkomunikasikan.
1.5.5 LKS adalah panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan
observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudan proses
penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan.
1.5.6 LKS berbasis pendekatan saintifik adalah LKS yang berisi tahapan-
tahapan kegiatan yang menuntun dan mengaktifkan siswa dalam
melakukan setiap aktivitas belajar sesuai dengan lima tahapan
pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar,
mengkomunikasikan).
1.5.7 Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda.
Gaya dapat menimbulkan posisi, gerak, atau perubahan bentuk pada
benda.
1.5.8 Gerak adalah perubahan tempat kedudukan pada suatu benda dari titik
keseimbangan awal. Sebuah benda dikatakan bergerak jika benda itu
berpindah kedudukan terhadap benda lainnya baik perubahan kedudukan
yang menjauhi atau yang mendekati.
1.5.9 Energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki oleh
suatu benda sehingga mampu melakukan kerja.
1.6 Spesifikasi Produk
1.6.1 LKS IPA berbasis pendekatan saintifik ciri-ciri yang menarik,
bergambar, berwarna, menuntun siswa dalam melakukan setiap tahapan
kegiatan, dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
1.6.2 LKS yang akan dikembangkan untuk memfasilitasi siswa dalam
memahami konsep pembelajaran IPA khususnya pada materi “Gaya,
Gerak, dan Energi” dengan pendekatan saintifik.
1.6.3 LKS IPA berbasis pendekatan saintifik cukup menarik untuk
mengaktifkan dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar,
khususnya belajar tentang materi gaya, gerak, dan energi.
1.6.4 LKS dirancang berdasarkan kajian KI dan KD Kurikulum 2013 dengan
menggunakan pendekatan saintifik dan analisis kebutuhan.
1.6.5 Dalam pembuatan LKS ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
seperti penggunaan warna, jenis kertas, penggunaan gambar, ketebalan
huruf, dan juga besar kecilnya huruf.
1.6.6 Produk LKS yang dihasilkan berbentuk buku berukuran 18cm x 25cm
yang didesain terlebuh dahulu dengan menggunakan Microsoft Word.
1.6.7 Sampul luar LKS didesain dengan menggunakan program Corel Draw
dan Microsoft Publisher, pemberian warna pada sampul dibuat sesuai
dengan hasil analisis kebutuhan siswa yaitu, biru dan hijau yang dicetak
menggunakan kertas Ivory A3 230 gram.
1.6.8 Format penulisan isi LKS yang digunakan adalah dengan font Comic

Sans MS, dengan ukuran font 12, dan spasi 1,5 yang dicetak
menggunakan kertas HVS A3 80 gram.
1.6.9 Materi yang dibahas dalam LKS adalah gaya, gerak, dan energi. Materi
tersebut dibuat menjadi delapan macam kegiatan sesuai dengan materi
gaya, gerak, dan energi.
1.6.10 Setiap kegiatan dibuat sesuai dengan lima tahapan pendekatan saintifik
(mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan).
Setiap kegiatan dilengkapi dengan langkah-langkah yang menuntun
siswa untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
1.6.11 Setiap kegiatan juga dilengkapi dengan bahan dan alat-alat yang
mudah didapatkan ketika siswa melakukan percobaan.
1.6.12 Pada setiap tahapan percobaan, telah diberi panduan berupa langkah-
langkah yang harus dilakukan oleh siswa ketikan melakukan sebuah
kegiatan eksperimen baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain
dilengkapi dengan panduan, LKS ini juga memiliki gambar-gambar
untuk terlihat lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan ketika
mengerjakannya.
1.6.13 Disetiap lembar kegiatan, telah diberi tempat untuk siswa menulis hasil
pengamatan, pertanyaan-pertanyaan, dan percobaan yang telah mereka
lakukan sehingga siswa tidak lagi memerlukan buku tulis yang lain
untuk menuliskan hasil kegiata mereka.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori yang medukung penelitian
ini. Adapun beberapa teori pendukung penelitian diuraikan di bawah ini.
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
Teori belajar yang mendukung pendekatan saintifik yang sangat relevan ada
tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget dan teori Vygotsky.
2.1.1.1 Teori Belajar Bruner
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal
pokok berkaitan dengan teori belajar Brune (Carin, 1975). Pertama, individu
hanya belajar dengan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan
pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses
penemuan, siswa memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan
suatu penghargaan instrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat
mempelajari teknik- teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan
maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian
dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan
metode saintifik (Hosnan, 2014: 35).
2.1.1.2 Teori Belajar Piaget
Anak mengalami perkembangan kognitif yang bertahap. Tingkat
perkembangan kognitif anak menurut Piaget (Susanto, 2013: 77) yaitu periode
berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun.
Periode berpikir praoperasional konkret dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7
tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai
umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun
sampai dewasa.
Anak SD (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret di mana
anak belajar melalui pengalaman nyata untuk memahmai hal-hal yang abstrak
seperti konsep-konsep matematika. Pada tahap operasional konkret, siswa sudah
mulai
memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa
juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa
golongan benda yang bervariasi tingkatannya (Susanto, 2013: 77). Selain itu,
siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-
peristiwa konkret. Pada tahap operasional konkret, siswa mengembangkan
kemampuan untuk mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan
secara memadai, melakukan pengurutan ( mengurutkan dari yang terkecil
sampai paling besar dan sebaliknya), dan mengenai konsep angka. Selama
tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh
siswa (Hergenhahn & Matthew, 2008: 320). Dengan demikian, siswa dapat
melakukan operasi pemecahan masalah
yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak.
2.1.1.3 Teori Belajar Vygotsky
Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis.
Vigotsky menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan social sebgai
fasilitator perkembangan dan pembelajaran (Tudge & Scrimsher dalam Schunk,
2012: 337). Vigotsky menganggap bahwa lingkungan social sangat penting bagi
pembelajaran. Interaksi-interaksi sosial mengubah atau mentrasformasi
pengalaman-pengalaman belajar. Aktivitas sosial adalah sebuah fenomena yang
membantu menjelaskan perubahan-perubahan dalam pikiran sadar dan
membentuk teori psikologis yang manyatukan perilaku dan pikiran.
Konsep pokok dalam teori Vigotsky adalah Zone of Proximal
Development (ZPD) atau zona pengembangan proksimal. ZPD adalah perbedaan
antara apa yang dapat dilakukan sendiri oleh siswa dana pa yang dapat mereka
lakukan dengan bantuan orang lain (Schunk, 2012: 341). Interaksi orang dewasa
(guru) dan teman sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif. Tugas
utama guru adalah mengatur lingkungan pembelajaran sehingga siswa dapat
membangun pengetahuannya. Peran guru disini adalah menyajikan sebuah
lingkungan yang mendukung, bukan menyajikan penjelasan materi dan
menyediakan jawabn- jawaban dari pertnayaan-pertnyaan.
Inti teori Vigotsky yaitu bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi
memiliki asal-usul dalam kehidupan sosial sejak anak berinteraksi dengan orang
dewasa yang memiliki pengalaman dalam masyarkat seperti orang tua, guru,
orang
yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan
Vigotsky, budaya dieksternalisasikan dalam kognisi individual dalam
perlengkapan diri mereka, yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan
(Mohamad Surya, 2015: 153). Perubahan kognitif terjadi dalam kawasan
perkembangan terdekat melalui interaksi anak dengan orang dewasa melalui
berbagai perlengkapan nilai-nilai, keyakinan, dan budaya.
2.1.1.4 Belajar dan Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai
hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu. Kondisi
eksternal yang diperlukan dapat berupa rangsangan yang dapat diterima indera.
Kondisi eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar (Gagne
dalam Yao, 2015: 55).
Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui
proses pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh
pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan
isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perilakunya
berubah dari sebelum pembelajaran dengan sesudah mengalami pembelajaran.
Belajar dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri siswa) dan faktor eksternal
(lingkungan pembelajaran) yang keduanya saling berinteraksi (Gagne dalam Yao,
2015: 55). Kemampuan belajar dari Gagne dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Keterampilan intelektual. Ini adalah kemampuan murid untuk berinteraksi
dengan lingkungannya masing-masing melalui penggunaan tingkat
kompleksitas abstraksi konsep. Terapkanlah konsep dan peraturan untuk
mengatasi masalah dan ide-ide untuk menghasilkan produk atau
memecahkan masalah. Kemampuan tingkat ini meliputi: asosiasi mata rantai
(menghubungkan lambang tertentu dengan fakta tertentu), diskriminasi
(membedakan lambang tertentu dengan lambang lain), aturan dan konsep
terdefinisi (mendefinisikan pengertian atau prosedur tetentu), kaidah
( mengkombinasikan beberapa konsep dengan cara tertentu), kaidah lebih
tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan masalah
tertentu), dan pemecahan masalah.
2. Strategi kognisi. Ini adalah strategi pembelajaran yang menyebabkan murid
terampil mengatur proses internal seperti perhatian, belajar, ingatan, dan
pikiran. Strategi kognisi meliputi strategi menghafal, strategi elaborasi,
strategi pengaturan, strategi metakognisi, dan strategi afeksi.
3. Informasi verbal. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan menyimpan
nama, istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan
pengetahuan.
4. Sikap. Ini adalah keadaan dalam diri murid yang memengaruhinya
(bertindak sebagai moderatoratas pilihan untuk bertindak). Sikap ini
meliputi komponen afeksi, kognisi, dan psikomotorik.
Keterampilan motorik. Ini adalah keterampilan mengorganisasikan
gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang lebih halus, mulus, teratur,
dan tepat waktu.

2.1.1.5 Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh
siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu
(Supratiknya, 2012: 5). Hasil belajar merupakan terbangunnya pengetahuan-
pengetahuan baru melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar doperoleh
siswa secara aktif dan mandiri.
Hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dapat berupa
kemampuan baru sama sekali maupun penyempurnaan atau pengembangandari
suatu kemampuan yang telah dimilik (Winkel, 2004: 61). Misalnya, seorang anak
belaajr berenang pada waktu ia duduk di bangku seklah dasar dnegan mengikuti
pelajaran renang yang diselenggrakan oleh Sekolah. Pada waktu menjadi siswa
Sekolah Menengah Pertama, anak itu dapat mempelajari beberapa gaya berenang
yang lain seperti gaya kupu-kupu
Kingsley membedakan hasil belajar siswa (individu) menajdi tiga jenis
yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap
dan cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam
kurikulum sekolah (Sudjana, 1989: 45, dalam Deni Kurniawan, 2014: 9).
2.1.2 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
2.1.2.1 Pengertian
Ilmu pengetahuan alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains.
Sains (Inggris: Science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1)
pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang
benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke: (1) studi sistematis, (2) tubuh pengetahuan
yang terorganisasi, dan (3) pengetahuan teoritis. Sains atau ilmu pengetahuan
alam adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu
(Surjani, 2010: 11-12). Ilmu pengetahuan alam atau Sains adalah kumpulan
pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan
itu (Stone, dalam Agus, 2003 : 11). Sains merupakan produk dan proses yang
tidak dapat dipisahkan.
H. W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan
dirumuskan, yang berhubugan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunnya
“Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang
diperoleh dengan metode khusus (Ahmadi, 2002:1).
Dengan demikian, IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam
yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji
kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
2.1.2.2 Hakekat IPA
1. IPA sebagai Proses
IPA sebagai proses menyangkut proses-proses atau cara kerja untuk
memperoleh hasil (produk). Proses-proses inilah dikenal sebagai proses ilmiah
yang berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan ilmiah.
Secara sederhana (Nyoman, 1985-1986 : 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai
usaha mencari pengetahuan dan kebenaran. Keterampilan proses IPA adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan (Iskandar, 1997: 5). Ditinjau dari
tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses IPA dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan :
a) Proses Dasar (Basic Skills)
Observing (mengamati), inferring (menarik kesimpulan), measuring
(mengukur), communicating (mengkomunikasikan), classifying
(mengelompokkan), predicting (memprediksi).
b) Proses Terintegrasi (Integrated Skills) dalam Moejiono dan Dimyati, (1992 :
16 )
Controlling variables (pengontrolan variabel), formulating hypothesi
(menyusun hipotesis), defining operationally (menentukan operasionalnya),
eksperimen, formulating model (membuat model), dan mengiterpretasikan
data.

2. IPA sebagai Produk


Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah
dikumpulkan melalui observasi. Produk IPA yaitu : Fakta adalah data dari hasil
observasi berulang-ulang yang telah diketahui kondisinya. Konsep adalah ide atau
gagasan yang digeneralisasikan atau diabstrakkan dari pengalaman. Prinsip adalah
generalisasi atau abstraksi dari konsep-konsep yang berhubungan. Hukum adalah
generalisasi dari konsep-konsep yang berhubungan, yang digunakan untuk
menjelaskan banyak gejala. Teori adalah model yang abstrak yang dapat
digunakan untuk menjelakan berlakunya prinsip dan hukum.
3. IPA sebagai Sikap
Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimentasi
dan berpikir rasional diperlukan sikap ilmiah seperti jujur, objektif, terbuka,
komunikatif, dan sebagainya agar mencari hasil/produk IPA yang benar.
Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 2001: 11). Sikap-sikap
ilmiah meliputi :
a. Objektif terhadap fakta. Artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri
oleh perasaan senang atau tidak senang.
b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung kesimpulan itu.
c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang
lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.
e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditujukan oleh ilmuwan dalam bentuk
cara kerja yag didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu
bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak
cepat mengambil kesimpulan
f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintauhan (Curiosity) yang tinggi.

2.1.2.3 Fungsi dan sifat IPA


Ilmu pengetahuan alam atau sains secara pragmatis dapat ditinjau menurut
fungsi-fungsinya (Surjani, 2010: 12-14). Ada beberapa fungsi pokok sains yang
dikumpulkan dari pendapat para pelaku, pengguna, dan pemirsa sains yaitu:
1. Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis.
Sains sangat membantu kita berpikir lebih sistematis, terutama dalam hal
menghadapi permasalahan di dunia dan menyangkut alam. Belajar dengan
gaya sains, manusia menjadi lebih logis dan lebih membebaskan diri dari
pikiran-pikiran mengenaai mistik dalam menghadapi gejala alam. Manusia
lebih menempatkan segala sesuatu ke dalam pikiran menurut struktur yang
logis dan lebih objektif sehingga menghindarkan masalah-masalah yang tidak
perlu
2. Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar
gejala alam.
Sains merupakan kumpulan pengetahuan mengenai alam, kita dapat dengan
mudah merujuk ke penjelasan alam untuk menjelaskan gejala-gejala alam di
sekitar kita. Kemampuan sains untuk “menjelaskan” kemungkinan karena
sains mempunyai sifat-sifat utama:
1) Analitis, yaitu dapat meneliti satiap bagian dari objek dengan seksama
dan terstruktur.
2) Logis, dapat dipikirkan dan diamati dengan sederhana dan masuk akal,
yang memberikan serangkaian sebab akibat dalam proses-prosesnya.
3) Sistematis, urutan penjelasan harus ada dan sifatnya logis serta
berhubungan dengan sebab akibat tadi. Selain itu, penjelasan masing-
masing bagian adalah hasil dari pengelompokan atau klasifikasi
berdasarkan pemikiran logis, tidak berlawanan satu sama lain namun
dapat pula saling menunjang dan melengkapi.
4) Kausatif, menjelaskan gejala alam berdasarkan penyebab-penyebabnya.
Kalau air dipanaskan mendidih, mengapa kalau tekanan darah tinggi dan
tidak terkontrol manusia bisa terkena stroke dan sebagainya. Dengan
demikian setiap hukum dala ilmu alam merumuskan sebab akibat ini.
5) Kuantitatif, artinya dapat diukur dan apa yang dilaporkan dalam bentuk
angka-angka dapat dipercaya secara statistika. Angka-angka maupun
besaran ini merupakan hasil pengukuran dengan metode-metode IPA.
3. Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi
berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari.
Salah satu sifat IPA adalah kausatif. Jika ada hukum alam berarti gejala alam
dapat dijamin akan mengikuti hukum alam tersebut.
4. Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi
kepentingan manusia.
Serangkaian pengamatan serius mengenai gejala alam dan dengan demikian
sifat-sifatnya diketahui manusia, manusia akan berusaha mengatur dan
mengendalikan alam dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan
kepentingan manusia sendiri.
5. Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya
mengenai alam.
Pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai alam, ilmuwan akan tahu
sampai di mana alam dapat dimanfaatkan dan sampai di mana alam justru
dirusak oleh aktivitas manusia.

2.1.3 Pendekatan Saintifik


2.1.3.1 Pengertian
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang
diusung oleh kurikulum 2013. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta
didik.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan,
2014: 34).
2.1.3.2 Langkah-langkah
Langkah-langkah pada pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), meliputi lima langkah
pembelajaran (Hosnan, 2014: 37-81).
1. Mengamati (Observing)
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka
membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar.
Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa
keingintahuannya tentang fenmena dan rahasia alam yang senantiasa
menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada
objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data
yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.
Mengamati/ observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan. Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat”
dan “memperhatikan”. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa mengamati objek
yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).
2. Menanya (Questioning)
Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh
pengetahuan. Bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Selain itu, kegiatan bertanya juga dilakukan oleh siswa dengan mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik). Model
pembelajaran questioning merupakan pengembangan dari metode
pembelajaran tanya jawab.
3. Mencoba (Experimenting)
Eksperimen/mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau
menguji sesuati hipotesis. Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak
selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi dapat dilakukan pada
alam sekitar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dn menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek keadaan atau proses tertentu.
4. Menalar (associating)
Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Menalar (associating)
adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari Kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan menalar, yaitu proses
berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pda teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.
Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori.
5. Membentuk Jejaring (Networking)
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara
siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya
sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya
sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber.
Networked model merupakan rancangan kurikulum yang berfilosofi. Jika
dilaksanakandalam
pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa untuk mampu memfilter
(memilih) seluruh kegiatan belajar melalui kacamata keahlian dan kemampuan
membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja eksternal
dari para ahli di lapangan atau bidang-bidang terkait. Networked adalah
kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya
adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Dyer (dalam Widoyoko, 2015: 53-72) mengembangkan pendektan saintifik


(scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses
pembelajaran antara lain:
1. Mengamati (observing)
Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi.
Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Pengamatan
kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif.
Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda pada
umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikan menggunakan angka.
Data yang diamati dalam observasi sebaiknya merupakan variabe, yakni dataa
yang bervariasi untuk sebuah karakteristik. Variabel yang akan diamati dapat
merupakan variabel terikat atau variabel bebas. Variabel terikat meruakan
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang terkait, sedangkan variabel
bebas adalah variabel yang diubah dalam sebuah eksplorasi atau percobaan.
Pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari keterampilan lain, seperti
melakukan pengelompokan dan membandingkan. Kegiatan mengamati sebuah
fenomena alam atau fenomena social dapat ditugaskan pada siswa, misalnya
mengamati tingkah laku hewan peliharaan, mengamati benda atau hewan apa
saja yang ada di sekitar rumah. Ketika melakukan suatu penyelidikan, diperlukan
kemampuan mengamati yang lebih teliti, bahkan mungkin menggunakan alat
ukur. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhan untuk dapat menganaisis suatu
permasalahan atau fenomena.
2. Menanya (questioning)
Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pernyataan terkait dengan topik yang
akan depelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan
keingintahuan (curiosity) dalam diri siswa dn mengembangan kemampuan
mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan salam
upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu cara untuk
melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah menggunakan metode
inkuiri Suchman. Pertanyaan yang diajukan dapat menggiring siswa untuk
melakukan sebuah pengamatan yang lebih teliti. Pertanyaan tentang kondisi atau
fenomena alam atau fenomena sosial perlu dikembangkan dalam proses belajar
mengajar sehingga siswa memiliki keingintahuan dan minat untuk belajar secara
mandiri.
Aktivitas belajar yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut
melibatkan proses pengamatan yang dipandu dengan menggunakan pertanyaan.
Pertanyaan juga dapat diajukan oleh siswa atau setelah mempelajari sebuah
konsep dalam kaitannya dengan aplikasi dari konsep yang dipelajari. Siswa perlu
dimotivasi untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan pengetahuan yang telah
dipelajarinya. Kegiatan untuk mengaktifkan siswa untuk bertanya dapat
dilakukan dengan berbagai metode atau teknik, misalnya dengan meminta
mereka merumuskan beberapa pertanyaan yang akan digunakan dalam
melakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara.
3. Melakukan percobaan (experimenting)
Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa
dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomen dalam upaya menjawab suatu
permasalahan. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanaan aktivitas,
melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Pada
tahap persiapan pembelajaran, guru bertindak sebagai pengarah atau pengelola
kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal antara lain:
a. Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa dalam mempelajari topik
kajian
b. Mengajukan pertanyaan atau membantu siswa mengembangkan
pertanyaan yang relevan dengan topik dan harus diselesaikan dengan
melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan
c. Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan atau percobaan oleh
siswa
d. Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih atau mencari peralatan
dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan
atau percobaan
e. Menyatakan lamanya waktu dan hasil yang diharapkan dengan
pelaksanaan kegiatan penyelidikan/percobaan
Peran guru ketika siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan adalah:
a. Memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan
b. Mendiskusikan ide dalam pelaksanaan penyelidikan yang menantang
siswa untuk berpikir kritis.
Pada tahap akhir, guru perlu melakukan koordinasi agar siswa dapat
menyampikan hasil penyelidikannya kepada teman atau kelompok lain.
Pada tahap ini tindakan guru adalah:
a. Mendorong siswa untuk berbagi hasil penyelidikan
b. Berdiskusi dengan siswa atau mengarahkan mereka dalam membuat
kesimpulan atau “menemukan” konsep.

Sebuah percobaan juga dapat dilakukan untuk memancing minat siswa


menyelidiki fenomena alam yang diamati ketika melakukan percobaan, tanpa
dimulai dengan pengajuan pertanyaan terlebih dahulu. Pertanyaan diajukan
ketika percobaan sedang dilakukan.

4. Mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (associating)


Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional
merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang
diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan
pola dari keterkaitan informasi dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola
yang ditemukan. Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika (ilmu
menalar). Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi.
Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat (premis), data, fakta,
atau informasi.
Dasar pengolahan informasi berdasarkan metode ilmiah adalah melakukan
penalaran secara empiris. Penalaran empiris didasarkan pada logika iduktif, yaitu
menalar dari hal khusus seperti fakta, data, informasi, pendapat dari pakar.
Kesimpulan dibuat berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut. Penalaran yang
sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni menggunakan logika maju
berdasarkan observasi umum (premis mayor) ke observasi khusus atau
pernyataan (premis minor) yang mengarah pada kesimpulan khusus.
Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat dilakukan
dengan meminta mereka untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga
mereka dapat menemukan hubungan antar variabel, atau dapat menjelaskan
tentang data berdasarkan teori yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan,
dan membuat kesimpulan.
5. Mencipta serta membentuk jejaring (networking)
Jaringan sangat dibutuhkan dalam belajar dari aneka sumber,
mengembangkan diri, dan memperoleh pekerjaan. Kemampuan untuk
membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena
kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara
membentuk kemampuan siswa untuk dpat membangun jaringan dan
berkomunikasi. Kompetensi penting dalam membangun jaringan adalah
keterampilan intrapersonal, keterampilan interpersonal, dan keterampilan
organisasional (sosial). Keterampilan intrapersonal terkait dengan kemampuan
seseorang mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia. Keterampilan
interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Sedangkan keterampilan organisasional (keterampilan sisial) adalah kemampuan
untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem sosial.
Keterampilan intrapersonal, interpersonal, dan organisasional merupakan soft
skill yang sangat dibutuhkan untuk membangun jaringan agar dapat sukses
dalam kehidupan. Seorang siswa yang memiliki soft skill yang baik akan dapat
menjalin kerja sama, mampu mengambil inisiatif, berani mengambi keputusan,
dan gigih dalam belajar.
2.1.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)
2.1.4.1 Pengertian
LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa
panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen
atau demonstrasi. Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori
singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, dan pengamatan
serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2009: 222-223).
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan panduan siswa yang biasa
digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk
mempermudah proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan (Trianto,
2011). Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa secara aktif. Kegiatan
tersebut dapat berupa pengamatan, eksperimen dan pengajuan pertanyaan
(Trianto, 2010: 243).
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh
guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat
dirancang dan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan
pembelajaran yang akan dihadapi (Rohaeti, dkk., 2009).
2.1.4.2 Fungsi
Fungsi LKS adalah (1) sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pem-
belajaran yang efektif, (2) sebagai alat bantu untuk melengkapi proses
pembelajaran supaya lebih menarik perhatian siswa, (3) untuk mem-percepat
proses pembelajaran dan membantu siswa dalam menangkap pengertian
pengertian yang diberikan guru,
(4) siswa lebih banyak mela-kukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembela-jaran, (5)
menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa, dan (6)
untuk memper-tinggi mutu pembelajaran, karena hasil belajar yang dicapai siswa
akan tahan lama, sehingga pelajaran mem-punyai nilai tinggi (Sudjana, dalam
Djamarah & Zain, 2000).
2.1.4.3 Jenis-jenis LKS
LKS yang disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas
sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan maksud dan
tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat
pada jenis LKS yang bermacam-macam (Prastowo, 2014: 271). Lima jenis LKS
yang biasa digunakan oleh siswa di antarnya:
1) LKS penemuan (membantu siswa menemukan suatu konsep) Sesuai dengan
prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi
pengetahuan di dalam otaknya.
2) LKS yang aplikatif-integratif (membantu siswa menerapka dan
mengintergrasikan berbagai konsep yang telahditemukan)
3) LKS yang penuntun (berfungsi sebagai penutun belajar)
4) LKS yang penguatan (berfungsi sebagai penguatan)
5) LKS yang praktikum (berfungsi sebagai petunjuk praktikum)

2.1.4.4 Langkah-langkah penyusunan LKS


Langkah-langkah penyusunan LKS ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan, antara lain (Prastowo, 2014: 275).
1) Melakukan Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyususnan
LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menemukan materi pokok dan
pengalaman belajar yang memerlukan bahan ajar LKS.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui materi yang harus
ditulis dalam LKS, serta melihat sekuensi atau urutan dari LKS. Sekuensi
berguna untuk menentukan prioritas penulisan materi.
3) Menentukan Judul-judul LKS
Penentuan judul LKS dilakukan atas dasar tema sentral dan pokok
bahasanya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok
atau pengalaman belajar atara mata pelajaran.
4) Penulisan LKS
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menulis LKS, sebagai berikut.
a. Merumuskan indicator san pengalaman belajar antar mata pelajaran dari
tema sentral yang telah ditemukan.
b. Menentukan alat penilaian. Penilaian dapat dilakukan terhadap proses
dan hasil kerja peserta didik, karena pendekatan yang digunakan adalah
kompetensi, di mana penilaiannya didasarkan pada penguasaan
kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
c. Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan, seperti isi, materi LKS dan tugas yang
diberikan. Pembuatan materi LKS sangat bergantung pada kompetensi
dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung,
yaitu gambar umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.
Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah,
internet dan jurnal hasil penelitian. Sumber-sumber tersebut dapat ditulis
di dalam LKS sebagai referensi agar peserta didik dapat membaca lebih
jauh tentang materi tersebut. Selain itu, tugas harus ditulis secara jelas
untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan oleh
peserta didik.
d. Memperhatikan struktur LKS. Langkah terakhir dalam penyusunan dan
pengembangan LKS adalah memperhatikan struktur LKS. LKS tersusun
atas enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar , kompetensi yang
akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas / langkah-langkah kerja,
serta penilaian. Oleh karena itu, dalam penyusunan LKS harus memuat
keenam komponen inti agar menjadi sebuah LKS yang baik.

2.1.4.5 Manfaat LKS


LKS memiliki berbagai manfaat (Lismawati, 2010: 40). Berikut ini akan
diuraikan manfaat dari LKS. Berikut ini akan diuraikan manfaat dari LKS.
1. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan
alat khusus.
2. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan
mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan
argumentasi yang realistis.
3. Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi music, gambar dan
dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.
4. Secara ekonomis lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran
yang lainnya.

2.1.5 Materi Gaya, gerak dan energi


2.1.5.1 Pengertian
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya
dapat menimbulkan posisi, gerak, atau perubahan bentuk pada benda.

2.1.5.2 Macam-macam Gaya


Gaya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
1. Gaya kontak adalah gaya yang bekerja langsung pada benda. Contohnya
adalah gaya otot, gaya pegas, dan gaya gesek.
2. Gaya nonkontak adalah gaya yang bekerja antara dua benda, tetapi
kedua benda itu tidak bersentuhan secara langsung. Contohnya adalah
gaya magnet, gaya listrik, dan gaya gravitasi bumi.
Berikut di bawah ini pengertian dari macam-macam gaya.
1. Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi adalah gaya yang sangat kuat yang membuat bumi tetap pada
porosnya. Karena gaya gravitasi bumi inilah isi dunia tidak terlempar ke
udara. Gaya gravitasi akan berpengaruh terhadap bentuk dan gerak suatu
benda. Semua benda yang dilemparkan ke udara pasti akan jatuh ke bumi.
Pengaruh gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.
2. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang saling
bergesekkan
3. Gaya Tarik
Gaya tarik adalah gaya yang diberikan seseorang kepada benda agar benda
dapat tertarik.
4. Gaya Dorong
Gaya dorong adalah gaya yang diberikan seseorang kepada benda agar benda
itu dapat terlempar.
2.1.5.3 Gaya Mempengaruhi Bentuk Benda
Bentuk suatu benda dapat berubah jika dikenai gaya. Perubahan bentuk
tersebut bergantung pada besar kecilnya gaya. Beberapa contoh berikut
menjelaskan bahwa gaya mengubah bentuk suatu benda.
Tanah liat merupakan bahan lunak yang dapat digunakan untuk membuat
berbagai benda seperti pot bunga, genting, dan gelas. Tanah liat dapat berubah
bentuk menjadi berbagai benda karena mendapat gaya tekan dari jari-jari kita.
Contoh lainnya adalah mobil yang ditabrak akan berubah bentuk. Ketika
ditabrak, mobil mendapat gaya dorong dari mobil lainnya sehingga bagian mobil
yang mendapat gaya dorong akan berubah bentuk menjadi penyok.
2.1.5.4 Gaya Memengaruhi Gerak Suatu Benda
1. Berbagai Gerak Benda
Benda bergerak berarti benda itu bergeser dari tempat semula. Benda dapat
bergerak karena adanya gaya. Gaya adalah bentuk tarikan dan dorongan yang
diberikan pada benda. Hal ini dapat menyebabkan perpindahan benda. Pengaruh
gaya terhadapbenda yangbergerak akan dijelaskan sebagai berikut. Bermacam-
macam gerakanbenda, misalnya bergeser, berputar, dan melayang. Kelereng yang
kita dorong akan bergerak menggelinding. Meja yang kita dorong akan bergerak
dengan cara bergeser. Benda-benda tersebut dapat bergerak karena mendapatkan
gaya. Gaya dapat diberikan pada benda yang diam dan benda bergerak.
2. Gaya Memengaruhi Benda Diam
Benda yang diam dapat bergerak karena mendapatkan gaya. Bola yang diam
dapat bergerak saat ditendang. Pintu yang diam dapat bergerak saat kita tarik.
Tidak semua benda akan bergerak ketika mendapatkan gaya. Seorang anak kecil
tidak dapat memindahkan lemari berukuran besar. Meskipun ia mendorong lemari
itu sekuat tenaga. Gaya untuk menggerakkan benda harus sebanding dengan berat
benda. Lemari besar dapat bergerak jika didorong beberapa orang dewasa.
Artinya, gaya yang besar dibutuhkan untuk menggerakkan benda berat.
3. Gaya Memengaruhi Benda Bergerak
Besar gaya yang. Benda yang bergerak juga dapat dipengaruhi oleh gaya.
Kelereng yang menggelinding dapat berhenti saat ditahan dengan tangan. Benda
yang bergerak dapat diam ketika mendapatkan gaya. Gaya juga dapat membuat
benda bergerak lebih cepat. Mobil mogok bergerak lebih cepat jika didorong 10
orang daripada 5 orang. Benda bergerak juga dapat berubah arah dengan adanya
gaya. Dapatkah kamu menyebutkan contohnya? Dibutuhkan sebanding dengan
berat benda yang akan digerakkan. Benda bergerak dapat diam, dapat bergerak
makin cepat, atau berubaharah dengan adanya gaya.

2.1.6 Karakteristik Siswa


Karakteristik peserta didik/siswa yang paing penting untuk diketahui
adalah kemampuan kognitif (intelektual), minat, perkembangan bahasa, dan gaya
belajarnya. Guru perlu memperhatikan apakah siswa senang membaca (gaya
belajar membaca), berdiskusi (gaya belajar auditori), melihat tayangan (gaya
belajar visual), atau bergerak (gaya belajar kinestetik). Jika siswa senang
berdiskusi, metode belajar kooperatif atau mencari informasi melalui wawancara
dengan narasumber mungkin akan lebih efektif. Karakteristik siswa terkait dengan
perkembangan siswa yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, dan
sosial. Sebagai contoh, perkembangan siswa kelas IV untuk empat aspek tersebut
adalah sebagai berikut (Abdullah, 2015: 262-263).
2.1.6.1 Aspek fisik. Pertumbuhan otot besar, koordinasi, dan keseimbangan
sudah berkembang sehingga siswa lebih aktif dan kegiatan belajar
sebaiknya melibatkan aktivitas fisik.
2.1.6.2 Aspek intelektual: siswa memiliki keterampilan akademik dan minat
yang berbeda, masih berpikir konkret, rentang konsentrasi bertambah,
mengekspresikan perasaan melalui tulian, dan senang berbagi pikiran.
2.1.6.3 Aspek emosional: siswa senang mencontoh orang lain, bersikap
menerima, memperlihat tanggung jawab, membandingkan diri sendiri
dengan orang lain.
2.1.6.4 Aspek sosial: siswa senang berkelompok, tidak suka dibandingkan,
memahami aturan dan konsekuensi dan memiliki rasa ingin tahu tentang
diri sendiri.

Guru harus bijaksana dalam membuat perangkat pembelajaran berdasarkan


karakteristik siswa tersebut, misalnya dalam merencanakan aktivitas bergerak
dalam belajar, mengatur siswa untuk belajar berkelompok, dan merancang
kegiatan menulis laporan atau hasil pengamatan.

Ciri-ciri perkembangan fisik siswa SD pada umumnya ditandai dengan


pertumbuhan fisik yang telah mencapai kematangan, telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya, secara umum siswa SD telah dapat mengekspresikan
reaksi terhadap orang lain, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah
mulai belajar tentang benar dan salah. Sementara itu, perkembangan
intelektualnya ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelompokkan
objek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman
terhadap ruang dan waktu (Abdullah, 2015: 264).

2.2 Penelitian yang relevan


Penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih
relevan untuk dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016),
Mustofa (2013), Pratiwi (2014), dan Ningtyas (2015), Edeltrudis (2012), dan Bulan
(2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016) bertujuan untuk menghasilkan
produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada
subtema bermain di rumahh teman untuk siswa kelas II sekolah dasar.
Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD 2013 menunjukkan skor 3,87
(baik) dan 4,00 (baik), dua guru SD kelas II menghasilkan skor 3,44 (baik) dan
3,93 (baik). Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan
kategori “baik”. Hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan
Pendekatan Saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba
dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) bertujuan untuk
mengembangkan Lembar Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman Sekolah
Sebagai Sumber Belajar Sain. Hasil penelitian ini menunjukan penilaian
kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90% (sangat layak), pakar desain
sebesar 96% (sangat layak), dan guru sebesar 93,18% (sangat layak). Hasil
pengujian LKS pada kelas skala kecil (kelas IVB) menunjukan rata-rata aktivitas
siswa sebesar 94,6 %, siswa tuntas belajar sebanyak 90%, dengan rata-rata nilai
sebesar 7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan
sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo Semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) bertujuan untuk
mengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Scientific pada Tema
Berbagai Pekerjaan di Kelas IV. Hasil uji coba dalam tahap pengembangan
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil validasi
ahli yang menunjukkan nilai 4,67, sedangkan keefektifan pembelajaran
ditunjukkan dengan penghitungan normal yang menunjukkan 52,5% siswa
memperoleh nilai yang cukup efektif, respon siswa terhadap pembelajaran adalah
positif dengan 94,12% siswa menilai positif terhadap pelaksanaan pembelajaran,
nilai kinerja dan produk ditunjukkan dari rata-rata keseluruhan penilaian kinerja
dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik.
Kriteria kinerja dan produk siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan
dan mencipta.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2015) bertujuan untuk mengetahui
kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan
aspek penyajian, mengetahui kualitas materi LKS berbasis metode percobaan
ditinjau dari aspek isi dan aspek pembelajaran berbasis percobaan, mengetahui
repon siswa terhadap LKS berbasis percobaan, mengetahui hasil nilai evaluasi
dari kelas kontrol dan kelas eksperimen, mengetahui efektivitas produk LKS IPA
berbasis metode percobaan pada pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian
pengembangan kualitas media ditinjau dari aspek desain menurut ahli materi 1
dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 90% dengan rata-rata skor 91%
memiliki kriteria baik sekali. Kualitas ahli media ditinjau dari aspek penyajian
menurut ahli media 1 dan
ahli media 2 memperoleh skor 89% dan 87% dengan rata-rata skor 88% dengan
kriteria baik sekali. Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli
materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 87% dengan rata-rata skor
89,5% memiliki kriteria baik sekali. Kualitas materi ditinjau dari aspek
pembelajaran berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2
memperoleh skor 92% dan 85% dengan rata-rata skor 88,5% memiliki kriteria
baik sekali. Rata-rata hasil evaluasi kelas kontrol memiliki kriteria cukup yaitu
65,45% dan rata-rata hasil evaluasi kelas eksperimen memiliki kriteria baik sekali
yaitu 85,96%. Hasil dari uji normalitas memperoleh nilai signifikansi 0,897 dan
0,797 > 0,05 data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas memperoleh nilai
signifikansi 0,856 > 0,05 data bersifat homogen. Hasil uji hipotesis pada uji t
diperoleh nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan ada
perbedaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan nilai
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis
metode percobaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis (2012) bertujuan untuk
mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada
pembelajaran hasil penelitian menunjukkan bahawa LKS dengan menggunakan
pendekatan saintifik layak digunakan dengan validasi berpedoman pada 16 aspek
yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/instruksi LKS, (3)
rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indicator/tujuan
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan dalam
LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata Tanya mengapa dan bagaimana
dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12)
menalar,
(13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana
pembelajaran, dan (16) reflekasi. Hasil validasi dua ahli media LKS menghasilkan
skor 3,93 (baik) dan 4,06 (baik). Validasi dari dua guru kelas menghasilkan skor
4,12 (baik) dan 3,93 (baik). LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut
menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori
“baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang
dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalamkegiatan pembelajaran
di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran.
Penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan
untuk pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar.
Hal tersebut ditunjukkan oleh: (1) hasil dari penilaian ahli materi, kualitas LKS
ditinjau dari identitas atau judul LKS, kompetensi dasar yang akan dicapai waktu
penyelesaian, peralatan atau bahan yang dibutuhkan, informasi singkat, langkah
kerja, tugas yang harus dilakukan laporan yang ahrus dikerjakan, masalah yang
ditampilkan, aspek yang dikembangkan penguasaan EYD dan bagaimana
tampilan dari LKS tersebut termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor
sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.

Mustofa 2014 Mbetu (2016) Pratiwi (2014)


LKS,Pengembangan LembarSubtema
Pendekatan Saintifik, Kerja Siswa
bermain Pengembangan
Berbasis Observasi
di Rumah Pada
teman Lembar
II Kerja
Taman
Kelas Siswa
Sekolah Berbasis
Sebagai Pendekatan
Sumber Saintifik
Belajar Sain pada
di SDN Tema Berbagai Pekerj
1 Tinjomoyo

Pengembangan LKS berbasis Pendekatan Saintifik

Ningtyas (2015) Edeltrudis


Bulan(2012)
(2012)
LKS, MetodeLKS,
Percobaan, IPA,Saintifik,
Pendekatan Kelas V subtemaLKS,
hewan
Berbasis
di sekitarku
Masalah,
untuk
subtema
siswa kelas
cara menjaga
dua kerukunan untuk kelas V

Gambar 2.1 Penelitian yang relevan

Berdasarkan keenam penelitian terdahulu, peneliti menyimpulkan


bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengembangan LKS
berbasis pendekatan saintifik masih relevan untuk diteliti. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian terdahulu adalah metode atau pendekatan yang
digunakan.
Keunikan yang dimiliki penelitian ini adalah menggunakan lima tahapan
pendekatan saintifik dan empat karakteristik umum LKS dalam setiap kegiatan
yang terdapat pada LKS. LKS ini juga dilengkapi dengan gambar dan petunjuk
yang menuntun siswa pada kegiatan selanjutnya.

2.3 Kerangka Berpikir


Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru dalam mengelola
kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterbatasan media
pembelajaran, yaitu penggunaan lembar kegiatan siswa (LKS) sebagai sumber
belajar, sarana pembelajaran yang belum sebanding dengan jumlah siswa
sehingga pembelajaran berpusat pada guru, berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa. Hal ini manjadi pertimbangan untuk mengembangkan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang efektif dan terpadu dilakukan
dengan memperhatikan karakteristik siswa, standar dan tujuan pembelajaran,
strategi, media dan kesesuaian konteks pembelajaran serta evaluasi hasil belajar
siswa. Pengelolaan strategi pembelajaran melalui pemilihan metode mengajar
tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran akan mempengaruhi media yang
digunakan.
Lembar kerja siswa (LKS) berbasis pendekatan saintifik dapat menjawab
kebutuhan guru dan siswa. Pendekatan saintifik sangat menekankan pada
keaktifan siswa dalam lingkungan belajar yang sudah dirancang sedemikian rupa
dengan memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang “ditemukan”.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti di SD


Negeri Perumnas Condongcatur telah menggunakan Kurikulum 2013, guru
memiliki kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak dapat
menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. Keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran masih kurang terlihat, sehingga kegiatan belajar mengajar
didominasi
oleh guru yang menjelaskan materi kepada siswa. Setelah guru menjelaskan
materi, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang terdapat di LKS. LKS yang
digunakan oleh guru dan siswa berupa LKS yang biasa digunakan pada umumnya,
LKS tersebut masih berisi materi dan soal-soal latihan sehingga mempermudah
siswa mengerjakannya selain itu LKS masih kurang melibatkan siswa untuk aktif.
Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan LKS yang sesuai dengan Kurikulum
2013.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berusaha mengembangkan LKS


menggunakan pendektan saintifik yang sesuai dengan Kurikulum SD 2013 pada
materi daur hidup jenis makhluk hidup. Adapun tahapan kegiatan saintifik dalam
LKS tersebut adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan.

2.4 Pertanyaan penelitian


2.4.1 Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi?
2.4.2 Bagaimana jika langkah-langkah pendekatan saintifik ditambahkan pada
pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan
saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi?
2.4.3 Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi
sampai pada uji coba terbatas?
2.4.4 Bagaimana dampak penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi
terhadap proses belajar siswa?
2.4.5 Bagaimana dampak penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi
terhadap hasil post test siswa?
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini akan dipaparkan bahasan mengenai (1) jenis penelitian,
(2) setting penelitian, (3) rencana penelitian, (4) prosedur penelitian, (5) teknik
pengumpulan data, (6) instrument penelitian, (7) triangulasi, dan (8) teknik
analisis data.
3.1 Jenis penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Research and
Development (R&D). Sukmadinata (2008: 164) menjelaskan bahwa penelitian dan
pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian,
lokasi penelitian dan waktu penelitian.
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas IV C tahun
ajaran 2016/2017. Sekelompok siswa tersebut berjumlah enam siswa yang terdiri
dari tiga laki-laki dan tiga perempuan. Siswa tersebut dipilih berdasarkan pada
perolehan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), perolehan nilai
sedang, dan perolehan nilai di atas KKM.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis
pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA materi gaya, gerak, dan energi.
Penelitian ini mengembangkan LKS untuk mempelajari materi gaya, gerak, dan
energi yang berisi panduan pembelajaran dengan lima tahapan pendekatan
saintifik, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian R and D ini dilaksanakan di SD Negeri Perumnas Condongcatur
sebagai sampel uji coba lapangan terbatas yang beralamat di Jalan Flamboyan
No.11, Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55283. Peneliti memilih sekolah ini sebagai sampel karena secara
umum prestasi siswa di bidang akademik cukup baik, nilai akreditasi sekolah “A”.
Selain itu, lokasi sekolah yang berada di kawasan Yogyakarta. Alasan selanjutnya
adalah kemampuan siswa yang beragam dan karakteristik siswa yang berbeda-
beda, misalnya saja nilai siswa yang berbeda satu dengan yang lain.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian R and D dilaksanakan mulai bulan Juli 2016 hingga Desember
2016. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama kurang lebih enam
bulan.

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk LKS dalam
penelitian R and D ini, peneliti mengadopsi model yang dikembangkan oleh (Dick
& Carey 2003 dalam Setyosari, 2013: 230 – 235). Terdapat sepuluh langkah
dalam penelitian dan pengembangan tersebut yaitu: 1) analisis kebutuhan dan
tujuan, 2) analisis pembelajaran, 3) analisis pembelajaran dan konteks, 4)
merumuskan tujuan performansi, 5) mengembangkan instrumen, 6)
mengembangkan strategi pembelajaran, 7) mengembangkan dan memilih bahan
pembelajaran, 8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, 9) melakukan
revisi, dan 10) evaluasi sumatif.
Penelitian R and D yang akan dilakukan adalah pengembangan LKS IPA
berbsis pendekatan saintifik pada daur hidup makhluk hidup. Langkah
pengembangan LKS ini mengikuti langkah penelitian yang dikembangkan oleh
Dick & Carey. Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada evaluasi sumatif dan
menghasilkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik.
Melakuka n revisi

Analisis pembelajaran

Analisis kebutuhan dan tujuan Mengem- bangkan instrumengkanMengembang-


Mengemban-
kan dan memilih bahan pembelajara
strategi pembelajaran Merancang dan melakuk
Merumuskan tujuan khusus

Analisis pembelajaran dan konteks

Evaluasi Sumati

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Dick &


Carey

Dari langkah-langkah tersebut di atas, berikut penjelasan setiap tahap pada


penelitian R and D Dick & Carey.
1. Analisis kebutuhan dan tujuan
Melakukan analisis kebutuhan untuk menetukan tujuan program atau produk
yang akan dikembangkan. Kegiatan analisis kebutuhan ini peneliti
mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera dipenuhi. Dengan menguji
kebutuhan, peneliti akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada
dan keadaan nyata dilapangan yang sebenarnya. Dengan cara melihat kesenjangan
yang terjadi, peneliti mencoba menawarkan suatu alternative pemecahan dengan
cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu.
2. Analisis pembelajaran
Langkah berikutnya, peneliti melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup
keterampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt
need”, perlu di identifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk
atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau
desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri.
3. Analisis pembelajaran dan konteks
Analisis ini bisa dilakukan secara bersamaan dengan analisis pembelajaran,
atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Menganalisis pembelajaran dan
konteks, yang mancakup kemampuan, sikap, dan karakteristik awal pembelajaran
dalam latar pembelajaran, juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut
dimana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan. Langkah 2 dan 3
dapat dilakukan baik secara berurutan, atau secara bersamaan.
4. Merumuskan tujuan performansi
Merumuskan tujuan performansi atau unjuk kerja dilakukan setelah analisis-
analisis pembelajaran dan konteks. Merumuskan tujuan unjuk kerja ini dilakukan
dengan cara menjabarkan tujuan umum kedalam tujuan yang lebih spesifik yang
berupa rumusan tujuan unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan
operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang
dikembangkan.
5. Mengembangkan instrumen
Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrument assessment, yang
secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional (sebagaimana yang
dikemukakan di depan). Tugas mengembangkan instrumen ini menjadi sangat
penting. Instrumen dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan
operasional yang ingin dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu, dan juga
instrument untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan.
Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar,
sedangkan instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang
dikembangkan dapat berupa kuesioner atau daftar cek.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Mengembangkan strategi pembelajaran, yang secara spesifik untuk membantu
pembelajaran mencapai tujuan khusus. Strategi pembelajaran tertentu yang
dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh peneliti.
Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau
desain yang ingin dikembangkan.
7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
Langkah ini merupakan kegiatannyata yang dilakukan oleh peneliti.
Pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat
berupa bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media
lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau desain
yang dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu perlu diberikan
argument atau alasan mengapa memilih dan mengembangkan berdasarkan tipe
atau model tersebut.
8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan
oleh peneliti selama proses, prosedur, program, atau produk yang dikembangkan.
Evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung
dengan maksud untuk mendukung proses peningkatan efektifitas.
Dick & Carey merekomendasikans uatu proses evaluasi formatif yang
terdiri atas tiga langkah:
1) Uji coba prototipe bahan secara perorangan (one – to – one – try out); uji
coba perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang
produk atau rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek
1-3 orang. Setelah dilakukan uji coba perorangan, produk atau rancangan
direvisi.
2) Uji coba kelompok kecil (small group try out). Uji coba ini melibatkan subjek
yang terdiri atas 6 - 8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai untuk
melakukan revisi produk atau rancangan.
3) Uji coba lapangan (field try out). Uji coba lapangan ini yang melibatkan
subjek dalam kelas yang lebih besar yang melibatkan 15-30 subjek. Selama
uji coba ini peneliti melakukan observasi dan wawancara. Dengan demikian,
peneliti melakukan pendekatan kualitatif disamping data kuantitatif (hasil tes
skala sikap, rubric dan sebagainya). Hasil validasi dari merancang dan
melakukan evaluasi formatif ini kemudian dipakai untuk melakukan revisi.
9. Melakukan revisi
Revisi dilakukan terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program atau
produk dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi dilakukan terhadap
tujuh langkah pertama yaitu tujuan umum pembelajaran, analisis pembelajaran,
perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performansi, butir tes, strategi
pembelajaran, dan bahan-bahan pembelajaran.
10. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat
efektifitas produk, program, proses secara keseluruhan dibandingkan dengan
program lain. Keperluan pengembangan ini biasanya peneliti hanya menggunakan
sampai pada langkah ke Sembilan, yaitu evaluasi formatif dimana rancangan,
proses, program sudah dianggap selesai. Akan tetapi, untuk keperluan uji
efektifitas rancangan, prose, program secara menyeluruh diperlukan uji atau
evaluasi secara eksternal. Demikian diperoleh tingkat efesiensi, efektifitas, dan
daya tarik rancangan, proses dan program secara menyeluruh.

3.4 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian yang peneliti gunakan mengadopsi langkah-langkah
penelitian dan pengembangan dari Dick & Carey. Langkah-langkah prosedur
pengmbangan tersebut akan dijelaskan dalam bagan di bawah ini.
LANGKAH I

Analisis Analisis Analisi


pembelajaran kebutuhan s
siswa
LANGKAH II

Merumuskan
tujuan

LANGKAH III
Pretest Rubrik
Mengembangkan penilaian ahli
instrumen validasi
Posttest instrumen
LANGKAH IV

Mengembangkan
strategi

LANGKAH V

Mengembangkan LKS

LANGKAH VI
Uji coba
Penilaian ahli lapangan
Evaluasi Formatif
terbatas

LANGKAH VII Siswa Kelas IV SD


Dosen IPA Guru SD

Revisi Sesuai dengan


komentar dari
ahli
LANGKAH VIII

Evaluasi Sumatif

Pretest Persentase Peningkatan Posttest

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan


3.4.1 Analisis Kebutuhan
Pada tahap pertama, peneliti melakukan dua analisis kebutuhan yang terdiri
dari analisis siswa dan analisis pembelajaran. Berikut penjelasan dari kedua
analisis tersebut.
3.4.1.1 Analisis Pembelajaran
Setelah melakukan analisis siswa, peneliti melakukan analisis
pembelajaran berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas
IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Saat peneliti melakukan observasi,
ternyata guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran,
melainkan guru lebih dominan menggunakan buku siswa dan cenderung ceramah
di kelas. Selain itu, guru juga terpaku pada power point yang ditampilkan di layar
LCD dan guru hanya membaca materi yang telah dituliskannya di power point
tersebut. Kemudian, guru tidak mengajak siswa aktif melakukan suatu kegiatan,
melainkan guru hanya meminta siswa untuk mendengarkan, mencatat, dan
menghafal apa yang telah disampaikan oleh guru. Paparan mengenai hasil analisis
siswa dan analisis pembelajaran tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti
dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan.
3.4.1.2 Analisis Siswa
Peneliti melakukan analisis siswa berdasarkan observasi yang dilakukan
pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Perumnas Condongcatur. Observasi
dilaksanakan pada tanggal 25 juli 2016. Hasil yang diperoleh melalui observasi
tersebut adalah ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, banyak dari siswa
yang tidak memperhatikan dengan baik dan cenderung berbicara dengan
temannya. Selain itu, tidak ada keaktifan yang muncul saat guru bertanya
mengenai materi yang disampaikan. Siswa cenderung diam saja dan hanya
mengangguk-anggukan kepala ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk
menjelaskan kembali materi yang disampaikan. Kemudian, ada siswa yang
meletakkan kepalanya di atas meja, karena merasa materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru membosankan dan sulit untuk dipahami. Hal ini, dapat
dibuktikan ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan
tidak bisa menjawab ketika ditunjuk dan jawaban yang disampaikan kurang tepat.
3.4.2 Merumuskan Tujuan Khusus
Pada tahap kedua, peneliti merumuskan tujuan khusus berdasarkan empat
karakteristik LKS berbasis pendekatan saintifik sebagai berikut (1) mengarahkan
siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; (2) mengajak siswa untuk
mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan lingkungan
masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara mandiri;
dan (4) mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan
saintifik yaitu lain mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan. Berdasarkan empat tujuan LKS menjadi pedoman bagi
peneliti dalam penyusunan LKS.
3.4.3 Mengembangkan Instrumen
Pada tahap ketiga, peneliti melakukan pengembangkan instrumen dengan
cara merumuskan soal pretest dan posttest, dan membuat rubrik penilaian ahli
validasi instrumen. Pengujian soal pretest dan posttest dilakukan pada uji coba
lapangan terbatas di SDN Perumnas Condongcatur. Pretest dilakukan sebelum
menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk mengetahui kondisi
awal siswa. Posttest dilakukan di akhir setelah menggunakan LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh siswa. Peneliti
menyusun dan mengembangkan tes berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.3
Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta
mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.. Peneliti
mengembangkan KD tersebut menjadi dua indikator. Kedua indikator tersebut
dikembangkan menjadi 20 soal tipe pilihan ganda.
3.4.4 Mengembangkan Strategi
Pada tahap empat, peneliti mengembangkan strategi. Strategi pada hal ini
berkaitan dengan isi LKS yang dibuat peneliti. Adapun isi dari LKS yaitu (1)
peneliti membuat pemetaan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
indikator, dan tujuan kegiatan. Pada setiap kegiatan LKS terdapat lima tahapan
pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan.
3.4.5 Mengembangkan LKS
Pada tahap kelima, peneliti mengembangkan LKS. Pengembangan tersebut
berdasarkan pemetaan KI dan KD yang telah dilakukan pada tahap pengembangan
strategi. Selain itu, peneliti juga menggunakan lima tahapan pendekatan saintifik.
LKS dikembangkan dengan gambar yang menarik siswa untuk membaca dan
mengerjakan setiap kegiatan dalam LKS.
3.4.6 Evaluasi Formatif
Pada tahap keenam, setelah produk LKS selesai dibuat, kemudian peneliti
membuat rubrik penilaian untuk validasi produk. Peneliti memilih dua ahli yaitu
ahli IPA dan guru SD. Setelah ahli memberikan validasi kepada produk LKS dan
dinyatakan layak untuk diujicobakan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti
melakukan uji coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Perumnas
Condongcatur.
3.4.7 Revisi
Pada tahap ketujuh, peneliti melakukan revisi produk LKS berdasarkan
komentar dari ahli validasi dan hasil wawancara terhadap siswa setelah
menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik.
3.4.8 Evaluasi Sumatif
Pada tahap kedelapan, peneliti melakukan pengolahan data berdasarkan
hasil uji coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Perumnas
Condongcatur. Pengolahan data tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya
peningkatan pretest dan posttest, serta mengetahui keefektifan penggunaan LKS.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya.
Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-
bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya.
Untuk memperoleh data seperti yang dimaksudkan tersebut, dalam penelitian ini
menggunakan wawancara dan angket atau kuesioner.
3.5.1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun buatan,
untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011: 231). Observasi dilaksanakan pada
pembelajaraan di kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Aspek yang
diobservasi ketika pembelajaran di keas IV adalah penggunaan LKS dan
pembelajaran yang dilakukan guru.
3.5.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan
antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang terinterviu
(interviewee) dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang langsung dari
sumbernya tentang berbagai gejala sosial, baik yang terpendam (latent) maupun
tampak. Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui
tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta prroyeksi seseorang
terhadap masa depannya (Widoyoko, 2012: 40).
Wawancara atau interviu memiliki dasar penggunaan yang sama dengan
angket, yaitu mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self report) dari
responden atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, maupun sikap
pribadi responden. Penggunaan wawancara sebagai metode pengumpulan data
dalam penelitian didasarkan pada anggapan (Hadi, 1984: 157):
1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan besar, yaitu (1) sebagai metode primer, (2) sebagai metode pelengkap,
dan (3) sebagai kriterium (Hadi, 1984: 193).
Wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar.
Wawancara bisa direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap.
Melalui wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas
(tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah
disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban
yang telah dibuat. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu
disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni (a)
tahap awal pelaksanaan wawancara (b) penggunaan pertanyaan, dan (c)
pencatatan hasil wawancara. Tahap awal wawancara bertujuan untuk
mengondisikan situasi wawancara seperti, pengakraban sehingga siswa tidak
merasa takut dan terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan
benar atau jujur. Kemudian pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Tahap terakhir adalah
mencatat hasil wawancara. Hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga
supaya tidak lupa. Pada wawancara terbuka kita perlu mencatat pokok-pokok isi
jawaban siswa pada lembar sendiri, sedangkan pada wawancara terstruktur, kita
tinggal memberikan tanda pada alternatif jawaban siswa pada lembar sendiri.
3.5.3 Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara interviu dalam bentuk langsung yang mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri atau self-reports, atau pengetahuan, keyakinan
pribadi (Sutrisno Hadi, 2015: 217). Kuesioner merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden (Widoyoko, 2015: 33). Kuesioner atau angket
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self report) dari responden,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, maupun sikap pribadi
responden.
Pada umumnya angket mempunyai dua fungsi, yaitu deskripsi dan
pengukuran. Fungsi deskripsi maksudnya adalah informasi yang diperoleh melalui
angket dapat memberikan gambaran (deskripsi) tentang karakteristik dari individu
atau sekelompok responden. Penggambaran unsur-unsur itu mempunyai beberapa
tujuan, misalnya peneliti dapat memperoleh keterangan tentang tingkah laku
individu atau kelompok responden tertentu. Sedangkan fungsi pengukuran,
maksudnya berdasarkan respon yang diberikan oleh responden, peneliti dapat
mengukur variabel-variabel individual atau kelompok tertentu (Widoyoko, 2015:
35).
Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis tergantung pada sudut
pandangnya. Peneliti menggunakan jenis kuesioner yang dibedakan dari cara
menjawabnya, kuesioner dibedakan menjdi dua, yaitu kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang bisa dijawab/
direspon secara bebas oleh responden. Sedangkan kuesioner tertutup merupakan
kuesioner yang jumlah item dan alternatif jawaban maupun responnya sudah
ditentukan, responden tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya (Widoyoko, 2015: 36).
3.5.4 Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat
untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Karakteristik objek
dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, minat, baik yang dimiliki oleh
individu maupun kelompok (Widoyoko, 2015: 50). Tes merupakan bagian
tersempit dari penilaian. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya
kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang
terhadap stimulus atau pernyataan (Djemari, dalam Widoyoko, 2015: 57). Tes
juga dapat diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan
dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemapuan seseorang atau mengungkap
aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Widoyoko, 2015: 57).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes prestasi (achievement test)
yang berupa pretest dan posttest yang berbentuk pilihan ganda. Tes prestasi , yaitu
tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun kompetensi seseorang
setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud
mempelajari sesuatu hal sesuai dengan yang akan diteskan (Widoyoko, 2015: 51).
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan dat penelitian dengan cara melakukan pengukuran.
Instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang wawancara,
pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan
informasi dari responden (Gulo dalam Widoyoko, 2015: 51).
3.6.1 Pedoman Observasi
Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri
Perumnas Condongcatur dan penerapan pendekatan saintifik serta penggunaan
LKS IPA. Aspek yang diobservasi ketika pembelajaran IPA kelas IV adalah
ketersediaan LKS IPA, pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik, dan
partisipasi siswa. Peneliti mencatat hal-hal yang berkaitan dengan aspek yang
diobservasi setiap rentang waktu tertentu. Kisi-kisi pedoman observasi
pembelajaran IPA kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran IPA

No Kisi-kisi Observasi Objek yang diamati


1 Ketersediaan LKS IPA untuk Sudah adanya LKS IPA yang digunakan
mengajar guru untuk mengajar
2 Kesulitan belajar yang dialami siswa Siswa mengalami kesulitan dalam
dalam mengikuti 5 tahapan pendekatan mengikuti 5 tahapan pendekatan saintifik
saintifik pada pembelajaran IPA pada pembelajaran IPA
3 Partisipasi siswa dalam mengikuti Siswa kurang aktif dalam mengikuti
praktikum IPA praktikum IPA dan guru cenderung ceramah

Pedoman observasi telah divalidasi oeh guru SD. Uji validitas pada instrumen
non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk
(Sugiyono, 2014: 170). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu
instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan
instrumen (Widoyoko, 2012: 145). Karena itu, pedoman observasi tersebut diuji
dengan uji validitas konstruk. Selan itu, peneliti juga menggunakan pendapat para
ahli (expert judgement) untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah
disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh
hasil rerata skor validasi pedoman observasi. Hasil validasi pedoman observasi
dapat dilihat pada lampiran 4.1
3.6.2 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi tentang uraian tentang data yang akan
diungkap yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses
wawancara berjalan dengan baik. Wawancara ditujukan kepada kepala sekolah,
guru kelas IV, dan siswa kelas IV di SD Negeri Perumnas Condongcatur.

3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah


Pengumpulan data melalui wawancara yang pertama ditujukan kepada
kepala SDN Perumnas Condongcatur. Teknik wawancara yang dipilih adalah
teknik wawancara terencana-tidak terstruktur sehingga peneliti hanya menyusun
rencara wawancara, tetapi tidak menggunakan format dengan urutan yang baku
(Yusuf, 2014: 377). Adapun rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada Kepala Sekolah
No. Topik Pertanyaan

1. Informasi berkaitan dengan sekolah:


a. Kurikulum yang digunakan di sekolah
b. Jumlah siswa kelas IV
2. Ketersiaan LKS di Sekolah
a. LKS yang sudah ada di sekolah
b. LKS yang pernah dikembangkan oleh guru di sekolah
c. Pengadaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik di sekolah
3. Penggunaan LKS IPA dalam pembelajaran

4. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan


LKS

Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, peneliti mendapatkan


informasi bahwa di sekolah tersebut telah menggunakan Kurikulum 2013.
Ketersediaan LKS pada setiap mata pelajaran juga sudah lengkap, namun LKS
yang digunakan yaitu LKS yang berisi materi dan soal-soal. Selain itu LKS yang
dgunakan belum memuat tahapan pendekatan saintifik.
3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas IV
Kegiatan wawancara yang kedua ditujukan kepada Guru kelas IV.
Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara terencana-
terstruktur.
Adapun pedoman wawancara yag sudah disusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan data di bawah ini.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada Guru


No. Topik Pertanyaan No.
Pertanyaan

1. Pemahaman guru tentang pendekatan 1 dan 2


saintifik
2. Pelaksanaan lima tahapan pendekatan 3 dan 4
saintifik pada proses pembelajaran
3. Kesulitan yang dihadapi guru dalam 5
implementasi pendekatan saintifik
4. Kesulitan siswa mengikuti lima langkah 6
pendekatan saintifik
5. Manfaat bagi siswa setelah menerapkan 7
pendekatan saintifik

Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV, peneliti mendapatkan informasi
tentang pendekatan yang digunakan pada setiap pembelajaran khususnya pada
pembelajaran IPA. Pemahman guru mengenai pendekatan saintifik masih kurang,
pada proses pembelajaran guru belum menerapkan lima tahapan pendekatan
saintifik secara keseluruhan.
3.6.2.3 Wawancara Siswa kelas IV
Selain wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas IV, kegiatan
wawancara juga ditujukan kepada siswa kelas IV untuk mengetahui LKS yang
diperlukan oleh siswa seperti apa. Wawancara yang dilakukan menggunakan
teknik wawancara terstruktur dengan pedoman wawancara yang sudah disusun
seperti di bawah ini.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada siswa kelas IV
No. Topik Pertanyaan No. Pertanyaan

1. Warna dan gambar yang disukai 1,2, dan 3

2. Jenis LKS yang disukai 4

3. LKS dapat membantu siswa memahami materi 5

4. Ukuran huruf pada LKS 6

5. Penggunaan bahasa dan petunjuk dalam LKS 7 dan 8

Dari hasil wawancara siswa kelas IV, peneliti mendapatkan informasi


mengenai LKS yang disukai oleh siswa. Secara keseluruhan siswa menyukai LKS
yang berwarna, bergambar, serta kegiatan-kegiatan yang menuntun siswa untuk
melakukan percobaan. Selain itu, siswa juga menyukai LKS yang divariasi denga
bentuk huruf yang menarik dan berukuran sedang (tidak terlalu kecil), sert bahasa
yang mudah dipahami.
Pedoman wawancara tersebut telah divalidasi oleh guru SD dan para ahli
(expert judgment). Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji Validitas pada instrumen
non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk
(Sugiyono, 2014: 170). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu
instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan
instrumen (Widoyoko, 2012: 145). Karena itu, pedoman wawancara tersebut diuji
dengan uji validitas konstruk. Selan itu, peneliti juga menggunakan pendapat para
ahli (expert judgement) untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah
disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh guru SD dan ahli,
diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman wawancara. Hasil validasi pedoman
wawancara guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 4.5 dan lampiran 4.7.

3.6.3 Kuesioner
Kuesioner berisi tentang uraian tentang data yang akan diungkap yang
biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses wawancara berjalan
dengan baik. Berikut di bawah ini tabel pedoman kuesioner siswa dan guru.
3.6.3.1 Kuesioner analisis kebutuhan
Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup dan terbuka.
Responden dapat menjawab pertanyaan secara bebas pada bentuk kuesioner
terbuka. Peneliti menentukan reesponden dalam analisis kebutuhan yaitu guru dan
seluruh siswa kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Hasil kuesioner
digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat desaain LKS yang
dikembangkan. Berikut kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan siswa dan guru.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka untuk Guru
No Indikator No.item
1 Pendekatan/metode/strategi pembelajaran IPA 1
2 Kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA 2
3 Pengertian pendekatan saintifik 3
4 Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA 4, 5, 6, dan 7
5 Kesulitan Implementasi pendekatan saintifik 8
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup untuk Guru
No Indikator No.item
1 Pentingnya penggunaan media LKS 1
2 Karakkteristik LKS 2, 3, 4, 5, dan 6
3 Kebutuhan LKS dengan berbasis pendekatan saintifik 7

Tabel 3.7 Kisi-kisi kuesioner terbuka untuk Siswa

No Indikator No.item
1 Pentingnya penggunaan media LKS 1
2 Karakkteristik LKS 2, 3, 4, 5, dan 6
3 Kebutuhan LKS dengan berbasis pendekatan saintifik 7

Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner tertutup untuk Siswa

No Indikator No.item
1 Penerapan langkah-langkah pendekatan saintifik dalam 8, 9, 10, 11, 12,
pembelajaran IPA 13, 14, 15, dan 16

3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk


Peneliti menyusun kuesioner validasi produk berdaarkan pada empat
aspek yang dinilai dalam pengembangan produk. Validasi produk dengan
kuesioner dilakukan untuk mengetahui kelayakan LKS yang dikembangkan.
Kuesioner validasi produk berupa kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban
berskala likert. Rentang skala yang disediakan yaitu 1-4 dengan jawaban skala (1)
sangat kurang baik, (2) kurang baik, (3) baik, (4) sangat baik. Kuesioner validasi
produk diisi oleh ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan guru kelas IV SD N
Perumnas Condongcatur. Kuesioner berisi pernyataan yang berjumlah 35 butir.
Kisi-kisi kuesioner validasi produk oleh ahli disajikan dalam tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kisi-kisi Validasi Produk

No. Aspek yang dinilai No.item


A. Aspek konten atau isi
1, 2, 3 ,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11
B. Aspek tampilan 1, 2, 3 ,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12
C. Aspek bahasa
1, 2, 3, 4, 5
D. Aspek penggunaan dan penyajian 1, 2, 3 ,4, 5, 6, dan 7

Kuesioner analisis kebutuhan dan kuesioner validasi produk tersebut


divalidasi oleh beberapa ahli yaitu, guru kelas IV SD penelitian, dan ahli
pembelajaran IPA. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji Validitas pada instrumen
non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk
(Sugiyono, 2014: 170). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu
instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan
instrumen (Widoyoko, 2012: 145). Karena itu, kuesioner tersebut diuji dengan uji
validitas konstruk. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut,
diperoleh hasil rerata skor validasi kuesioner analisis kebutuhan dan rerata skor
validasi produk. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat
pada lampiran 4.9, sedangkan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 4.10. Hasil
validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 4.13.
3.6.4 Soal Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda yang
berjumlah 20 soal. Soal-soal dibuat berdasarkan materi gaya, gerak, dan energi
sesuai dengan kompetensi dasar 3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan
energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun kisi-kisi instrumen tes diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Butir Soal


3. Memahami 3.3 Memahami 3.3.2 1, 5, 7, 8, 9, 10,
pengetahuan faktual hubungan antara Mengkategorikan 11, 12, 13, 15,
dengan cara gaya, gerak dan fenomena atau 17, 18, 19, 20
mengamati energi melalui peristiwa
(mendengar, melihat, pengamatan serta berdasarkan gaya
membaca) dan mendeskripsikan yang terjadi di
menanya berdasarkan penerapannya dalamnya.
rasa ingin tahu tentang dalam kehidupan 3.3.1 2, 3, 4 6, 14,
dirinya, makhluk sehari-hari. Menjelaskan 16, 18
ciptaan Tuhan dan tentang
kegiatannya, dan pengaruh suatu
benda-benda yang gaya terhadap
dijumpainya di rumah, gerak benda
sekolah, dan tempat dengan energi di
bermain dalamnya.

Instrumen tes yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya. Validitas


merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi dengan data yang dilaporkan
oleh peneliti (Sugiyono, 2014: 361). Validitas dilakukan untuk menjamin adanya
kesesuaian antara alat ukur dengan keadaan yang akan diukur (Purwanto, 2007:
124). Alat ukur atau instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Widoyoko, 2015: 141).

3.7 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi
digunakan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah
ditemukan (Sugiyono, 2014: 327-328). Triangulasi dibedakan menjadi dua macam
yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik adalah
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk memperoleh
data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik
pengumpulan data yang sama untuk memperoleh data dari sumber yang berbeda-
beda (Sugiyono, 2014: 327). Data yang sudah dikumpulkan melalui triangulasi
data selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kesimpulan yang akurat.analisis
data secara kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan
setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu (Sugiyono, 2011: 335).
Misalnya, pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi,
sampai pada tahap tertentu, sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
Triangulasi teknik digunakan untuk memperoleh data analisis kebutuhan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam triangulasi adalah observasi,
wawancara dan kuesioner. Analisis kebutuhan dilakukan pada tahap awal untuk
mengumpulkan data terkait ketersediaan dan penggunaan LKS dalam
pembelajaran IPA di kelas IV. Bagan 3. Adalah Gambar 3.3 triangulasi teknik.
Kuesioner

Observasi
Wawancara

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan


Berdasarkan Gambar 3.3 peneliti memperoleh data analisis kebutuhan melalui
teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Data yang diperoleh melalui
triangulasi teknik tersebut digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam
mengembangkan LKS dengan melihat kebutuhan siswa dan guru.
Selain triangulasi teknik, peneliti juga menggunakan triangulasi sumber.
Peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk menganalisis data hasil
wawancara berdasarkan tiga sumber data. Gambar 3.4 merupakan bagan
triangulasi sumber data wawancara.
Kepala Sekolah

Siswa
Guru

Gambar 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara


Berdasarkan bagan di atas, peneliti melakukan wawancara kepada tiga
sumber yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa.

3.8 Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan setelah data
terkumpul dari seluruh responden atau sumber lain. Mellui pengumpulan data
diperoleh data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif adalah data
yang menunjukkan kuaitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses,
peristiwa/kejadian, dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau
berupa kata-kata (Widoyoko, 2015: 18). Data kuantitatif adalah data yang
berwujud angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran (Widoyoko, 2015:
21). Dalam penelitian ini diperoleh data kuantitatif dari validasi pedoman
wawancara, validasi pedoman observasi, validasi kuesioner analisis kebutuhan,
validasi kuesioner hasil produk, uji keterbacaan soal tes, serta pretest dan posttest
melalui uji coba terbatas. Selain itu juga diperoleh data kualitatif yang diperoleh
dari beberapa hasil seperti hasil validasi kuesioner, hasil observasi, hasil
wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, dan hasil validasi
produk LKS oleh ahli. Data kuantitatif dan kualitatif tersebut kemudian dianalisis.
Berikut adalah pembahasan teknik analisis dari data kuantitatif dan data kualitatif.
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif
Anaisis data kuantitatif yang pertama dilakukan dengan menggunakan
skala Likert 1-4. Skala ini digunakan dalam berbagai instrumen penelitian. Setiap
skala dilengkapi dengan kriteria yang semakin memudahkan penilai dalam
memberikan penilaian. Setiap instrumen penelitian memiliki kriteria yang
berbeda-beda dalam pedoman penilaiannya. Kriteria tersebut dibuat berdasarkan
kebutuhan dari penilaian. Berikut adalah instrumen penilaian dan skala beserta
kriterianya.
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada instrumen nontes yaitu
pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan
kuesioner validasi produk adalah sebagai berikut.
Nilai 4 : Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki.
Nilai 3 : Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki.
Nilai 2 : Instrumen kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki.
Nilai 1 : Instrumen tidak layak digunakan.
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji validitas konstruk soal
tes adalah sebagai berikut.
Nilai 4 : Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku dan jelas, tidak dan perlu
diberbaiki.
Nilai 3 : Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas dan
perlu diperbaiki.
Nilai 2 : Soal kurang sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas
dan perlu diperbaiki.
Nilai 1 : Soal tidak sesuai dengan indikator, kalimat tidak baku dan kurang jelas
serta tidak layak digunakan.
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen soal tes
adalah sebagai berikut.
Nilai 4 : Sudah sesuai dan tidak perlu diperbaiki.
Nilai 3 : Sudah sesuai, namun perlu diperbaiki.
Nilai 2 : Kurang sesuai dan perlu diperbaiki.
Nilai 1 : Tidak sesuai.
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli.
Nilai 4 : LKS IPA sangat sesuai dengan pernyataan.
Nilai 3 : LKS IPA sesuai dengan pernyataan, namun terdapat kekurangan.
Nilai 2 : LKS IPA kurang sesuai dengan pernyataan sehingga perlu
diperbaiki.
Nilai 1 : LKS IPA tidak sesuai dengan pernyataan sehingga kurang layak
untuk digunakan.
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaia kuesioner tanggapan mengenai
LKS oleh siswa.
Nilai 4 : Sangat setuju
Nilai 3 : Setuju
Nilai 2 : Tidak setuju
Nilai 1 : Sangat tidak setuju
Hasil yang diperoleh dari penilaian dengan menggunakan skla Likert 1-4
kemudian dihitung untuk memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung
dengan rumus 3.1.

∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =
∑𝑖𝑡𝑒𝑚

Gambar 3.5 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert
Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh rerata nilai.
Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengn acuan
dari Widoyoko (2014: 144). Tabel 3.11 adalah tabel konversi data kuantitatif ke
kualitatif menurut Widoyoko,
Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval Skor Kategori

3,26-4,00 Sangat Baik

2,51-3,25 Baik

1,76-2,50 Kurang

1,00-1,75 Sangat Kurang

Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan valid/tidaknya suatu


instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi istrumen oleh ahli yang
dituangkan dalam tabel 3.12.
Tabel 3.12 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen
Interval Skor Kategori Bobot

3,26-4,00 Sangat Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan.

2,51-3,25 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun


perlu perbaikan.

1,76-2,50 Kurang Keseluruhan instrumen kurang layak digunakan.

1,00-1,75 Sangat Kurang Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan.

Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50.
Nilai terdapat pada rentang skor 3 (katgori baik) yang berarti keseluruhan
instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila
rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat
dikatakan tidak valid. Analisis data kuantitatif yang selanjutnya dilkukan untuk
menghitung persentase jawaban kuesioner. Persentase dihitung dengan
menggunakan rumus dari Supratiknya, 2012: 128. Rumus perhitungan
persentase jawaban kuesioner
adalah Gambar 3.6.

∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 = ∑𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 100%

Gambar 3.6 Rumus perhitungan persentase jawaban pada kuesioner


Dalam penelitian ini, juga digunakan tes. Tes berupa pretest dan posttest.
Tes
tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan LKS IPA melalui uji coba terbatas. Tipe soal yang digunakan
adalah pilihan ganda. Skor untuk jawaban yang benar adalah 1 dan skor untuk
jawaban yang salah adalah 0. Nilai pretest dan posttest dihitung dengan rumus
pada Gambar 3.7.

∑ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = ∑𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑥 100

Gambar 3.7 Rumus Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest


3.8.2 Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif yang pertama dilakukan pada pengolahan hasil
kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti membuat kode-kode dan tema secara
kualitatif. Kedua, peneliti menghitung berapa kali kode dan tema tersebut muncul
dalam data teks. Ketiga, peneliti membandingkan dengan data kuantitatif yang ada
(Creswell, 2012: 328-329).
Selanjutnya analisis dilakukan pada teknik wawancara dan observasi. Data
yang dihasilkan dari kegiatan wawancara diolah dengan langkah sebagai berikut
(Poerwandari dalam Supratiknya, 2012: 117). Pertama, membaca transkrip
wawancara/observasi yang sudah disusun secara berulang-ulang dan dengan
pemahaman yang baik. Kedua, menemukan kata kunci atau tea, dan hasilnya
ditulis di kolom sebelah kanan. Ketiga, membuat catatan lain berisi interpretasi
atau kesimpulan sementara. Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema-tema
dari daftar yang telah dibuat.
Langkah selanjutnya, data yang diperoleh diolah dengan teknik triangulasi.
Triangulasi dilakukan dengan menggabungkan data yang diperoleh dari tiga
sumber yaitu Kepala Sekolah, Guru, dan siswa. Selain itu, triangulasi dilakukan
pada teknik wawancara, observasi, dan kuesioner. Dengan demikin, diperoleh data
yang semakin lengkap.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut.

4.1 Hasil Penelitian


Subbab ini berisi uraian proses penelitian dari persiapan sampai dengan
pelaksanaan. Uraian tersebut meliputi deskripsi potensi dan masalah, analisis
kebutuhan, data analisis kebutuhan, proses pengembangan LKS, dan kualitas
LKS.
4.1.1 Deskripsi Potensi dan Masalah
Pada deskripsi potensi dan masalah, peneliti membahas identifikasi
potensi dan identifikasi masalah yang diuraikan di bawah ini.
4.1.1.1 Identifikasi Potensi
Potensi yang ada adalah sekolah sudah menggunakan Kurikulum
2013. Sekolah juga sudah menggunakan LKS dalam proses pembelajaran.
4.1.1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
teknik observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara tersebut
kemudian dikaji dengan menggunakan triangulasi.
1. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati pembelajaran IPA kelas
IV dan penggunaan media LKS dalam proses pembelajaran di SDN Perumnas
Condongcatur. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat lampiran 3.1.
Pedoman observasi telah divalidasi sebelum digunakan. Berikut adalah hasil
validasi instrumen observasi yang disajikan pada lampiran 4.1. Hasil
observasi pembelajaran IPA dapat dilihat pada lampiran 4.2.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA di kelas masih terbatas. Guru lebih
dominan menjelaskan materi dan ceramah, sehingga siswa lebih pasif dalam
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan produk LKS berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran
IPA di kelas IV SDN Perumnas Condongcatur belum optimal. Selain itu,
peneliti menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan menerapkan 5 tahapan
dalam pendekatan saintifik. Terutama karena kurangnya pemahaman guru
tentang pendekatan saintifik dan guru hanya menerapkan beberapa tahapan
saja dalam pendekatan saintifik. Selain itu fasilitas pembelajaran di kelas
yang kurang memadai juga menjadi salah satu faktor penghambat dalam
pelaksanaan 5 tahapan saintifik.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh peneliti
dalam mengkaji permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran
IPA. Kegiatan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV,
dan siswa kelas IV. Sebelum melakukan wawancara, pedoman wawancara
terlebih dahulu divalidasi oleh ahli. Ahli yang melakukan validasi adalah ahli
ahli IPA dan guru kelas IV SD setara.
Wawancara pertama dilakukan kepada Kepala Sekolah. Rencana
wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Pedoman
wawancara kepala sekolah telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA
dengan hasil yang dituangkan pada lampiran 4.3. Hasil wawacara kepada
Kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 4.4.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah,
dapat disimpullkan bahwa sekolah menggunakan Kurikulum 2013. Walaupun
sudah menerapkan Kurikulum 2013, guru masih belum paham mengenai
Pendekatan Saintifik sehingga dalam penerapannya masih belum maksimal.
Dalam proses pembelajaran guru sudah menggunakan 5 tahapan pendekatan
saintifik namun belum diterapkan secara utuh. Selain menggunakan buku
guru dan buku siswa, guru juga menggunakan LKS dalam proses
pembelajaran. LKS yang digunakan didapat dari Dinas, namun LKS tersebut
tidak digunakan secara maksimal karena LKS berisi soal-soal dan ringkasan
materi pembelajaran. Di sekolah tersebut penelitian yang pernah dilakukan
berkaitan dengan LKS belum pernah ada.
Wawancara yang kedua dilakukan kepada guru. Rencana wawancara
dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3. Sama halnya dengan
pedoman wawancara Kepala sekolah, pedoman wawancara guru telah
divalidasi oleh ahli dengan hasil yang dituangkan pada lampiran 4.5. Hasil
wawacara kepada guru dapat dilihat pada lampiran 4.6.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru, dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran guru lebih dominan
menggunakan metode ceramah saat menjelaskan materi di dalam kelas. Guru
lebih banyak melakukan kegiatan di dalam kelas dalam pembelajaran IPA
khususnya materi gaya, gerak, dan energi. Siswa diminta membawa media
yang diperlukan berkaitan dengan materi tersebut. Guru sudah paham
mengenai pendekatan saintifik yang berpusat pada siswa, guru hanya menjadi
fasilitator dalam pembelajaran. Penggunaan pendekatan saintifik pada proses
belajar-mengajar membantu guru dalam menjelaskan materi yang akan
dipelajari. Dan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, namun guru
belum menerapkan 5 tahapan pendekatan saintifik secara utuh dalam proses
pembelajaran.
Wawancara yang ketiga ditujukkan kepada siswa. Rencana wawancara
dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4. Pedoman wawancara
siswa telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan Guru SD, dengan hasil
yang dituangkan dalam lampiran 4.7. Hasil wawacara kepada siswa dapat
dilihat pada lampiran 4.8.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa, dapat
disimpulkan bahwa siswa menyukai LKS yang bergambar, berwarna dan
soal. LKS membantu siswa dalam memahami materi. Siswa memahami
materi yang diajarkan dengan mengerjakan soal namun LKS divariasi dengan
gambar. Siswa memahami petunjuk yang aa di LKS, namun bahasa yang
digunakan sedikit membingungkan karena masih ada kalimat-kalimat yang
ambigu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga sumber tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik masih terbatas. Hal tersebut terlihat dari jawaban
narasumber yang ditampilkan pada Gambar 4.1.
Guru Kepala sekolah Siswa
Guru telah menerapkan Siswa tidak menggunakan
Sekolah sudah menyediakan
pendekatan saintifik dalam LKS dalam proses
LKS tetapi LKS tersebut tidak
proses pembelajaran tetapi pembelajaran di kelas,
digunakan secara maksimal.
hanya beberapa langkah saja melainkan siswa lebih
Kemudian, LKS yang
yang dilaksanakan. Guru banyak menggunakan buku
digunakan tidak memuat
kesulitan dalam siswa dan BSE. Selain itu,
kegiatan-kegiatan siswa
melaksanakan lima langkah
melainkan hanya berisi soal-soal siswa lebih menyukai LKS
pendekatan saintifik, karena
saja. Selain itu, LKS yang yang berisi kegiatan-kegiatan
kemampuan setiap siswa
digunakan tidak mengacu lima yang
berbeda-beda dan siswapun
langkah pendekatan saintifik. mengacu lima langkah
kesulitan dalam
Kemudian fasilitas pendekatan saintifik bukan
menerapkannya.
pembelajaran kurang memadai soal-soal saja. Kemudian,
juga menghambat pelaksanaan
LKS dapat membantu dalam
lima tahapan pendekatan
saintifik. pemahaman materi.

Ketersediaan LKS di sekolah terkait LKS IPA materi


gaya gerak dan energi masih terbatas dan sekolah masih
mengandalkan LKS dari pemerintah. Selain itu LKS
hanya berisi soal-soal saja dan tidak memuat kegiatan-
kegiatan siswa. Kemudian guru hanya menggunakan
metode ceramah sehingga siswa merasa bosan, karena
hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa
yang disampaikan guru. Meskipun demikian minat guru
untuk membuat LKS IPA sudah ada.

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah


Berdasarkan bagan 4.1 mengenai triangulasi sumber wawancara yang
dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti lima
langkah pendekatan saintifik saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut
menjadi permasalahan karena ketersediaan dan penggunaan LKS khususnya mata
pelajaran IPA di SD N Perumnas Condongcatur masih terbatas. Sekolah masih
mengandalkan pembuatan LKS dari pemerintah. Selain itu, LKS tersebut hanya
berisi soal-soal saja tidak mengacu kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa aktif
membangun konsepnya sendiri.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara
yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
mengikuti lima langkah pendekatan saintifik. Pada saat wawancara, siswa
mengatakan bahwa mereka jarang sekali diajak untuk melakukan suatu kegiatan
dan percobaan tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut
sesuai dengan hasil observasi, bahwa siswa ketika diberi pertanyaan kepada guru
cenderung tidak bisa menjawab. Selain itu, jika guru meminta pendapat kepada
siswa, tidak ada siswa yang aktif untuk mengemukakan pendapatnya melainkan
siswa cenderung berbicara sendiri kepada teman sebangkunya. Hal tersebut
diperkuat dengan pernyataan dari guru saat wawancara. Guru mengatakan bahwa
siswa ketika diminta untuk menjawab soal hanya beberapa soal saja yang
dikerjakan, apabila dikerjakan secara keseluruhan, jawaban yang ditulis kurang
tepat.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya penggunaan LKS yang
digunakan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti
menemukan bahwa guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses
pembelajaran di kelas guna mengaktifkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan.
Guru hanya menggunakan metode ceramah dan lebih fokus menggunakan buku
siswa yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, siswa cenderung pasif
dalam proses pembelajaran, karena guru hanya menjelaskan materi secara
monoton dan siswa hanya diminta untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal
apa yang disampaikan oleh guru tanpa ada keaktifan yang dilakukan siswa.
Meskipun demikian, sekolah sudah berusaha menerapkan kurikulum 2013
berbasis pendekatan saintifik, namun sekolah belum optimal dalam melaksanakan
lima langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini
dikarenakan, guru kelas sepenuhnya belum paham tentang pendekatan saintifik
dan guru hanya menerapkan beberapa langkah saja, misalnya mengamati dan
mengomunikasikan. Hal ini, juga didukung dengan kemampuan masing-masing
siswa yang berbeda dalam memahami suatu materi atau kegiatan yang sedang
lakukan, sehingga guru perlu menerapkan lima langkah pendekatan saintifik tahap
demi tahap.
4.1.2 Analisis Karakteristik LKS
Peneliti menganalisis LKS yang selama ini digunakan oleh siswa di
sekolah. LKS yang biasa digunakan masih terdapat banyak materi pelajaran dan
soal-soal yang dikerjakana siswa. Oleh karena itu peneliti mengembangkan LKS
tersebut dengan menggunakan pendekatan saintifik. LKS yang dibuat memiliki
karakterisitk lima tahapan pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya,
menalar, mencoba,
dan mengkomunikasikan. Selain lima tahapan tersebut, karakterisitik LKS
berbasis pendekatan saintifik juga harus menarik, mengaktifikan siswa, bergambar
dan berwarna sehingga siswa tidak merasa bosan ketika mengerjakannya. Isi
dalam LKS tidak memuat banyak materi, namun hanya berisi petunjuk-petunjuk
kegiatan serta langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan siswa baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
4.1.4 Proses Pengembangan LKS
Proses pengembangan LKS tidak harus sekuensial (tidak kembali ke awal)
tetapi secara simultant. Maka yang dituliskan di bawah ini tidak harus urut,
melainkan lebih menjelaskan bagian-bagiannya.
4.1.4.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan sebelum pengembanga desain LKS IPA
berbasis pendekatan saintifik. Hal tersebut bertujuan untuk mengkaji kebutuhan
LKS untuk siswa kelas IV. Selain itu, LKS yang dibutuhkan oleh siswa dikaji
berdasarkan karakteristik siswa dan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik.
Analisis karakteristik siswa dilakukan melalui kegiatan observasi pada saat
pembelajaran IPA di kelas IV. Selanjutnya hasil dari kajian tersebut menjadi
landasan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru.
Berikut merupakan paparan mengenai karakteristik siswa dan LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik.
Data analisis kebutuhan yang pertama diberikan kepada guru. Kuesioner
analisis kebutuhan diberikan kepada guru pada tanggal 12 Agustus 2016.
Kuesioner analisis kebutuhan untuk guru terdiri dari 15 pertanyaan yang
merupakan pengembangan dari 5 tahapan pendekatan saintififk. Pengembangan
ciri LKS ke dalam kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel 3.7
dan tabel 3.8. Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru dapat
dilihat pada lampiran 4.9. Hasil kuesioner analisis kebutuhan guru ini menjadi
gambaran mengenai LKS yang pernah digunakan dalam pembelajaran IPA dan
menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangan LKS IPA. Jawaban
dari responden juga dihitung dalam persentase dalam menggunakan rumus pada
Gambar 3.6.
Data analisis kebutuhan yang kedua diperoleh dari siswa. Kuesioner
analisis kebutuhan diberikan kepada siswa pada tanggal 29 Agustus 2016.
Kuesioner analisis kebutuhan utuk siswa terdiri dari 9 pernyataan dan 7
pertanyaan yang merupakan pengembangan LKS dari 5 langkah pendekatan
saintifik. Pengembangan ciri LKS ke dalam kuesioner analisis kebutuhan siswa
dapat dilihat pada tabel 3.5 dan 3.6. Lembar hasil pengisian kuesioner analisis
kebutuhan siswa dapat dilihat pada lampiran 4.12. Hasil kuesioner analisis
kebutuhan siswa ini menjadi gabungan mengenai LKS yang pernah digunakan
dalam pembelajaran IPA dan menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam
mengembangkan LKS IPA. Jawaban dari responden juga dihitung dalam
persentasi dengan menggunakan rumus 3.2. Berdasarkan data kualitatif yang
diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan data, peneliti melakukan triangulasi
teknik. Triangulasi teknik sebagai pertimbangan dalam pembuatan LKS dengan
melihat permasalahan yang dialami dan kebutuhan LKS dari guru dan siswa.
Triangulasi teknik pengumpulan data disajikan dalam bagan Gambar 4.2.

Wawancara Observasi
Kuesioner
Sekolah telah Guru masih banyak
menggunakan LKS. LKS menggunakan metode Guru dan siswa memiliki
yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. penilaian yang baik
LKS yang berisi materi Guru menuliskan materi mengenai LKS dengan 5
dan soal-soal. Guru sudah di papan tulis dan siswa tahapan
menggunakan kurikulum mencatat. Sudah
2013 dan menggunakan menggunakan Kurikulum pendekatan saiktifik yang
pendekatan Saintifik, 2013 namun, kegiatan ditawarkan dalam
tetapi guru belum belajar mengajar masih kuesioner. Saran dari guru
menerapkan sesuai dengan didominasi oleh guru dan siswa menjadi
5 tahapan pendekatan yang menjelaskan pertimbangan dalam
saintifik. pengembangan LKS.
materi kepada siswa.
Ketika guru bertanya
kepada siswa, sebagian
besar siswa diam dan
tidak dapat menjawab
pertanyaan dari guru
dengan tepat.

Siswa membutuhkan LKS yang membantu siswa aktif dalam pembelajaran dan
menuntun siswa melakukan kegiatan secara mandiri, sesuai dengan karakteristik yang
mengaktifkan siswa, mencari sumber informasi, mengarahkan siswa untuk mandiri,
mengarahkan siswa melakukan lima tahapan pendekatan saintifik.

Gambar 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan


Berdasarkan bagan triangulasi teknik pengumpulan data pada Gambar
4.2 terdapat tiga teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan
kuesioner. Data yang diperoleh dari wawancara yaitu sekolah telah menggunakan
LKS namun, masih menggunakan LKS yang berisi materi dan soal-soal. Guru
sudah menggunakan Kurikulum 2013 dan menggunakan pendekatan Saintifik,
tetapi guru belum menerapkan sesuai dengan 5 tahapan pendekatan saintifik. Data
yang diperoleh melalui teknik observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa, guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru
menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Sudah menggunakan
Kurikulum 2013 namun, kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru
yang menjelaskan materi kepada siswa. Ketika guru bertanya kepada siswa,
sebagian besar siswa diam dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan
tepat. Teknik yang terakhir adalah kuesioner. Data yang diperoleh melalui
kuesioner adalah guru dan siswa memiliki penilaian yang baik mengenai LKS
dengan 5 tahapan pendekatan saiktifik yang ditawarkan dalam kuesioner. Saran
dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam pengembangan LKS.

Berdasarkan triangulasi teknik, dapat disimpulkan bahwa guru belum


maksimal dalam menerapkan 5 tahapan pendekatan saintifik. LKS yang
digunakan adalah LKS yang berisi materi dan soal-soal. Dalam pembelajaran guru
masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa, guru
menjelaskan materi dan menuliskannya di papan tulis dan siswa mencatat. Pada
tahap ini, peneliti telah memperoleh data analisis kebutuhan mengenai LKS yang
diinginkan oleh siswa dan guru. Data hasil analisis kebutuhan tersebut digunakan
untuk pertimbangan dalam pembuatan desain LKS. Dengan demikian, peneliti
dapat melanjutkan pada tahap kedua.

1. Analisis pembelajaran
Peneliti melakukan analisis pembelajaran berdasarkan observasi yang
dilakukan pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur.
Saat peneliti melakukan observasi, ternyata guru tidak menggunakan LKS dalam
mendukung proses pembelajaran, melainkan guru lebih dominan menggunakan
buku siswa dan cenderung ceramah di kelas. Selain itu, guru juga terpaku pada
Power Point yang ditampilkan di layar LCD dan guru hanya membaca materi
yang
telah dituliskannya di Power Point tersebut. Kemudian, guru tidak mengajak
siswa aktif melakukan suatu kegiatan, melainkan guru hanya meminta siswa
untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang telah disampaikan oleh
guru. Paparan mengenai hasil analisis siswa dan analisis pembelajaran tersebut
menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan kuesioner analisis
kebutuhan.
2. Analisis siswa
Karakteristik siswa dianalisis berdasarkan observasi pada pembelajaran IPA
kelas IV SD N Perumnas Condongcatur. Observasi dilaksanankan pada tanggal 27
Juli 2016. Hasil yang diperoleh melalui observasi tersebut adalah guru masih
banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Guru
menjelaskan dengan menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Di SD
tersebut telah menggunakan Kurikulum 2013, tetapi ketika guru bertanya kepada
siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru
dengan tepat. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang
terlihat, sehingga kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru yang
menjelaskan materi kepada siswa. Setelah guru menjelaskan materi, siswa diminta
untuk mengerjakan soal yang terdapat di LKS. LKS yang digunakan oleh siswa
berupa LKS yang biasa digunakan pada umum nya, LKS tersebut masih terdapat
materi dan soal-soal latihan sehingga mempermudah siswa mengerjakannya.
4.1.4.2 Merumuskan tujuan khusus
Pada tahap kedua, peneliti merumuskan tujuan khusus yaitu membuat
LKS berbasis pendekatan saintifik dengan karakteristik, (1) mengarahkan siswa
aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; (2) mengajak siswa untuk
mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan lingkungan
masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara mandiri;
dan (4) mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan
saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.
Berdasarkan empat tujuan LKS menjadi pedoman bagi peneliti dalam penyusunan
LKS.
Setelah peneliti merumuskan tujuan khusus berdasarkan empat
karakteristik LKS, maka langkah selanjutnya peneliti menjabarkan 4 karakteristik
menjadi 8 ciri khusus LKS, yaitu (1) LKS mengarahkan siswa melakukan
kegiatan di luar kelas, (2) LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan
percobaan, (3) LKS
mengarahkan siswa melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber, (4) LKS
mengarahkan siswa melakukan kegiatan mengamati, (5) LKS mengarahkan siswa
membuat pertanyaan untuk melakukan kegiatan bertanya, (6) Dalam LKS terdapat
petunjuk/tugas yang mengarahkan siswa menggunakan koran, majalah dan buku-
buku perpustakaan untuk mendapatkan informasi, (7) LKS mengarahkan siswa
menggunakan gambar, poster, foto, grafik, atau tabel untuk menunjukkan hasil
kerja (8) LKS mengarahkan siswa untuk presentasi di depan kelompok atau di
depan kelas.
4.1.4.3 Mengembangkan instrumen
Pada tahap ketiga, peneliti menggunakan instrumen berbentuk pilihan
ganda dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan LKS.
Tabel 4.1 Pengembangan Instrumen
Jenis Instrumen Tujuan instrumen

Rubrik penilaian kualitas Untuk mengetahui kualitas LKS sesuai dengan


LKS aspek konten dan isi, bahasa, tampilan, penggunaan
dan penyajian.

Soal pilihan ganda untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan


LKS.

Pengembangkan instrumen dengan cara merumuskan soal pretest dan


posttest, dan membuat rubrik penilaian ahli validasi instrumen. Pengujian soal
pretest dan posttest dilakukan pada uji coba lapangan terbatas di SDN Perumnas
Condongcatur. Pretest dilakukan sebelum menggunakan LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk mengetahui kondisi awal siswa. Posttest dilakukan di
akhir setelah menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk
mengetahui kemampuan yang diperoleh siswa. Peneliti menyusun dan
mengembangkan tes berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.3 Memahami
hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta
mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.. Peneliti
mengembangkan KD tersebut menjadi dua indikator. Kedua indikator tersebut
dikembangkan menjadi 20 soal tipe pilihan ganda. Soal tes pilihan ganda dapat
dilihat pada lampiran 3.3.
Setelah menyusun instrumen tes, peneliti membuat rubrik penilaian
validasi berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Kemudian, soal divalidasi oleh
ahli
(expert judgment) dan diujikan secara empiris kepada enam siswa kelas IV SDN
Perumnas Condongcatur. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan
menggunakan progam SPSS 22 for Windows untuk menganalisis item soal dengan
uji korelasi pearson. Item soal yang valid dapat dilihat dari perbandingan r hitung
dan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item soal tersebut valid dan
sebaliknya. Selain itu, valid atau tidaknya instrumen dapat dilihat dari harga sig.
(2- tailed). Jika harga sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05, item soal dikatakan valid
(Widoyoko, 2012: 157). Rekapitulasi item tes yang valid dan tidak valid setelah
diolah dengan SPSS 22 for Windows dapat dilihat pada lampiran 3.4.
Tabel 4.2 Hasil Validitas Instrumen Tes

No (sig. 2 No (sig. 2 Keputusan


Keputusan
item tailed) item tailed)
1 0.002 Valid 11 0.000 Valid
2 0.050 Valid 12 0.050 valid
3 0.004 Valid 13 0.027 Valid
4 0.001 Valid 14 0.014 Valid
5 0.002 Valid 15 0.000 Valid
6 0.000 Valid 16 0.002 Valid
7 0.027 Valid 17 0.050 Valid
8 0.011 Valid 18 0.000 Valid
9 0.005 Valid 19 0.027 Valid
10 0.004 Valid 20 0.004 Valid

Dari hasil uji validitas instrumen tes menggunakan SPSS 22 for Windows
diperoleh 20 item soal yang valid dilihat dari nilai sig. 2 tailed lebih kecil dari
0,050, 20 item soal pada tabel dikatakan valid.
Setelah diuji validitasnya, selanjutnya peneliti menguji reliabilitas item
soal. Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia berasal dari kata reliability atau
reliable dalam bahasa Inggris yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes dapat
dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan
berkali-kali (Widoyoko, 2012: 157). Reliabel atau tidaknya suatu instrumen dapat
diketahui dari nilai Alpha Cronbach. Item soal diuji dengan progam komputer
SPSS 22 for Windows dengan menghitung nilai koefisien Alpha. Instrumen tes
dikatakan reliabel jika mempunyai Alpha Cronbach sekurang-kurangnya 0,6
Nunnally, (dalam Ghozali, 2006: 46). Hasil perhitungan reliabilitas dengan SPSS
22 for Windows dapat dilihat pada lampiran 3.4.
Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.757 21

Jika harga Alpha Cronbach di atas 0,60, suatu konstruk sudah dianggap
reliable, harga Alpha Cronbach 0,757 sudah diatas 0,60 maka 20 item soal
dikatakan sudah reliable.
4.1.4.4 Mengembangkan strategi
Pada tahap empat, peneliti mengembangkan strategi. Strategi pada hal ini
berkaitan dengan isi LKS yang dibuat peneliti. Adapun isi dari LKS yaitu (1)
peneliti membuat pemetaan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
indikator, dan tujuan kegiatan. Pada setiap kegiatan LKS terdapat lima tahapan
pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan. Berikut pemetaan KI, KD, Indikator, dan Tujuan pada tabel
4.4

Tabel 4.4 Pemetaan KI, KD, Indikator, dan Tujuan


Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Tujuan
(KI) (KD)
3. Memahami 3.3 Memahami 3.3.2 3.3.2.2 Siswa dapat
pengetahuan hubungan antara Mengkategorikan mengkategorikan
faktual dengan cara gaya, gerak dan fenomena atau fenomena atau
mengamati dan energi melalui peristiwa berdasarkan peristiwa berdasarkan
menanya pengamatan serta gaya yang terjadi di gaya yang terjadi di
berdasarkan rasa mendeskripsikan dalamnya. dalamnya dengan
ingin tahu tentang penerapannya dalam tepat.
dirinya, makhluk kehidupan sehari- 3.3.1 Menjelaskan 3.3.1.1 Siswa dapat
ciptaan Tuhan dan hari. tentang menjelaskan pengaruh
kegiatannya, dan pengaruh suatu gaya suatu gaya terhadap
benda-benda yang terhadap gerak benda gerak benda dengan
dijumpainya di dengan energi di energi di dalamnya
rumah, sekolah, dalamnya. melalui percobaan
dan tempat sederhana dengan
bermain. tepat

4.1.4.5 Mengembangkan isi LKS


Pada tahap kelima, peneliti mengembangkan isi LKS. Pengembangan
tersebut berdasarkan pemetaan KI dan KD yang telah dilakukan pada tahap
pengembangan strategi. Selain itu, peneliti juga menggunakan lima tahapan
pendekatan saintifik. Dari pemetaan KI dan KD di dalam LKS terdapat 8
kegiatan. Setiap kegiatan berisi lima tahapan pendekatan saintifik.

Gambar 4.3 Kegiatan Mengamati


Pada kegiatan pertama, siswa diminta untuk mengamati pedal rem.
Siswa mengamati bantalan rem sebelum dan sesudah direm.

Gambar 4.4 Kegiatan Menanya


Pada kegiatan pertama siswa juga melakukan kegiatan menanya.
Kegiatan menanya tidak hanya dilakukan dengan bertanya kepada guru di
dalam kelas, namun siswa membuat pertanyaan untuk melakukan
wawancara kepada narasumber.

Gambar 4.5 Kegiatan Mencoba


Pada kegiatan 6 dan 7 siswa diminta untuk melakukan kegiatan
mencoba. Siswa melakukan beberapa percobaan untuk mendapatkan hasil
dari percobaan.

Gambar 4.6 Kegiatan Menalar


Pada kegiatan selanjutnya, siswa melakukan percobaan mandiri
atau dengan kelompok. Setelah siswa melakukan percobaan, siswa
melakukan kegiatan melanar dengan menuliskan hasil percobaan
kemudian hasil percobaan tersebut diolah menjadi kesimpulan dengan
menggunakan pikiran.
Gambar 4.7 Kegiatan Mengkomunikasikan
Tahapan yang terakhir setelah siswa melakukan empat tahapan
pendekatan saintifik, yaitu kegiatan mengkomunikasikan. Kegiatan ini
tidak hanya sekedar presentasi di depan kelas, namun bisa juga dengan
membuat poster, kliping gambar, menceritakan di depan teman kelompok
atau guru.

Gambar 4.8 Kegiatan mencari informasi dari berbagai sumber


Selain lima tahapan pendekatan saintifik siswa juga dituntun untuk
mencari sumber informasi sebagai pendukung dalam menguatkan jawaban yang
ditemukan siswa dari setiap percobaan atau kegiatan yang dilakukan di dalam
LKS.

4.1.4.6 Evaluasi formatif


Pada tahap keenam, setelah produk LKS selesai dibuat, kemudian
peneliti membuat rubrik penilaian untuk validasi produk. Peneliti memilih dua
ahli yaitu ahli IPA dan guru SD. Untuk evaluasi formatif dilakukan dengan dua
cara, yaitu
penilaian kualitas produk oleh ahli IPA dan Guru SD dan yang kedua uji coba
produk terbatas. Komentar ahli IPA mengenai produk LKS sudah baik, sudah
menuntun siswa dalam melaksanakan setiap kegiatan, sudah layak untuk diuji
cobakan, sedangkan komentar guru mengenai produk LKS secara keseluruhan
sudah baik, menggunakan lima tahapan pendekatan saintifik sehingga membuat
siswa aktif, mandiri mencari sumber belajar dan mengerjakan setiap kegiatan,
namun covernya terlalu ramai sehingga perlu disesuaikan.
Setelah ahli memberikan validasi kepada produk LKS dan dinyatakan
layak untuk diujicobakan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan uji
coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Perumnas
Condongcatur. Selain itu, peneliti memilih enam siswa tersebut berdasarkan nilai
akademik (tinggi sedang, dan rendah) dan rekomendasi guru kelas. Peneliti
melakukan uji coba lapangan terbatas dilakukan pada tanggal 26 – 30 November
2016. Komentar siswa mengenai LKS yang diuji cobakan yaitu siswa senang
melihat LKSnya, mereka antusias dalam mengerjakan setiap kegiatan dalam LKS,
siswa menyukai LKSnya, katanya lucu dan menarik karena banyak gambarnya.
Setelah siswa menyelesaikan setiap kegiatan yang ada dalam LKS, siswa
memahami materi yang ada dalam LKS dilihat dari skor posttest lebih tinggi
daripada skor pretest.
4.1.4.7 Revisi
Pada tahap ketujuh, peneliti melakukan revisi produk LKS berdasarkan
komentar dari ahli validasi dan hasil wawancara terhadap siswa setelah
menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Berikut tabel hasil revisi
berdasarkan komentar dari ahli dan siswa yang disajikan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Revisi LKS Berdasarkan Komentar Ahli dan Siswa
Sebelum revisi Sesudah revisi
Cover pada LKS terlalu ramai Sudah direvisi sesuai dengan komentar
ahli dan siswa
Beberapa gambar tolong diberi sumber Sudah direvisi sesuai dengan komentar
ahli dan siswa
Penggunaan tanda baca yang kurang Sudah direvisi sesuai dengan komentar
ahli dan siswa
Kata pengantar ditulis untuk mengantarkan Sudah direvisi sesuai dengan komentar
siswa dalam meggunakan LKS ahli dan siswa
Pada biodata penulis, ditulis singkat saja Sudah direvisi sesuai dengan komentar
ahli dan siswa
4.1.4.8 Evaluasi Sumatif
Pada tahap kedelapan, peneliti melakukan pengolahan data berdasarkan
hasil uji coba lapangan terbatas kepada enam siswa kelas IV SDN Perumnas
Condongcatur. Pengolahan data tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya
peningkatan pretest dan posttest, serta mengetahui keefektifan penggunaan LKS.
Hasil skor pretest dan posttest dituangkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil skor pretest dan posttest
No. Skor (1-100) Peningkatan
Pretest Posttest skor
1 60 90 30
2 65 95 30
3 40 75 35
4 55 80 25
5 50 80 30
6 60 85 25
Rerata 55 84.1 29.1

Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat bahwa skor pretest dan posttest


meningkat sesuai dengan selisih yang dituliskan dala tabel. Persentase
tingkat efektivitas / peningkatan skor pretest dan posttest dapat dihitung
dengan menggunakan rumus di bawah ini.
Peningkatan = 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100%
𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Gambar 4.9 Rumus Perhitungan Persentase Skor Pretest dan


Posttest

Peningkatan =
84,1−55 𝑥 100% = 52,9 %
55

Berdasarkan hasil perhitungan persentase tingkat efektivitas nilai


pretest dan posttest, skor pretest dan posttest menigkat sebesar 52,9%.
100
90
80
70
60
50

Skor
40
30 Pretest
20 Posttest
10
0

123456
Nomor Siswa

Gambar 4.10 Hasil Skor Pretest dan Posttest siswa

90
80
70
60
50
40
Skor

30 Pretest
20 Posttest
10
0

Rerata keseluruhan

Gambar 4.11 Hasil Peningkatan Pretest dan Posttest

4.1.5 Desain LKS


1. Konsep Pembuatan LKS
Konsep pembuatan LKS berbasis pendekatan saintifik merupakan
pengembangan LKS kurikulum 2013 mata pelajaran IPA untuk mempelajari gaya,
gerak, dan energi. Berdasarkan LKS pada kurikulum 2013, peneliti
mengembangakan sebuah LKS yang berfungsi untuk mempelajari gaya, gerak,
dan energi. Nama LKS yang dikembangkan adalah LKS berbasis pendekatan
saintifik. Hal yang dikembangkan dari LKS asli adalah lima tahapan pendekatan
saintifik.
LKS yang biasanya dikerjakan oleh siswa disekolah dikembangkan menjadi
lebih menarik dengan menambahkan beberapa gambar dan warna. Peneliti
membuat LKS dengan materi gaya, gerak, dan energi. Dalam LKS tersebut
peneliti mengembangkan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, berupa langkah-
langkah percobaan dan materi serta bahan yang digunakan untuk percobaan.
Kegiatan di dalam LKS dibagi menjadi 4 kegiatan, dalam setiap kegiatan telah
dilengkapi dengan kolom tempat untuk siswa menuliskan hasil dari kegiatan yang
telah mereka lakukan. Kolom-kolom tersebut didesain dengan menggunakan
apilikasi Microsoft Word.
2. Desain LKS
Pengembangan disain pada penelitian ini yaitu dengan mengembangkan LKS
berbasis pendekatan saintifik. LKS dibuat dengan menggunakan Microsoft Word
sehingga sangat mudah untuk digunakan. Halaman sampul dibuat dengan
menggunakan aplikasi coreldraw agar terlihat lebih menarik. Pewarnaan pada
sampul LKS telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga tidak terlalu
mencolok. Format penulisan isi LKS menggunakan huruf Comic Sans MS, dengan
ukuran font 12, spasi 1,5 dan margin A4.
Materi yang disajikan dalam LKS ini didasari dari hasil pemetaan SK, KD, dan
Indikator pada matapelajaran IPA, materi yang terdapat dalam LKS ini adalah
gaya, gerak, dan energi. Materi tersebut dibagi menjadi delapan kegiatan dalam
satu LKS. Setiap kegiatan dibuat berdasarkan lima tahapan pendekatan saintifik,
selain lima tahapan tersebut setiap kegiatan dilengkapi dengan petunjuk dan
langkah-langkah untuk mempermudah siswa melakukan percobaan. Di dalam
LKS telah disediakan ruang berupa kolom-kolom untuk menuliskan hasil kegiatan
yang telah dilakukan oleh siswa. Kolom-kolom tersebut didisain dengan
menggunkan Insert Shapes yang terdapat di dalam Microsoft word.
Selain ruang berupa kolom untuk menuliskan hasil kegiatan siswa, peneliti
juga menyediakan tabel untuk menuliskan hasil wawancara yang telah dilakukan
oleh siswa. Tabel dibuat dengan menggunakan Insert Table yang terdapat di
dalam Microsoft Word. Di setiap kegiatan di dalam LKS, peneliti memberikan
beberapa gambar, tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mengetahui objek
atau benda yang mereka amati. Di setiap awal kegiatan, terdapat komik atau cerita
yang
mencerminkan isi materi dalam kegiatan tersebut. Komik atau cerita dibuat secara
sederhana sehingga siswa dapat memahaminya.
Isi LKS ini memuat langkah-langkah, petunjuk, dan percobaan serta bahan dan
alat yang dibutuhkan siswa untuk melakukan percobaan. Pada setiap kegiatan
terdapat lima langkah pendekatan saintifik, lima langkah tersebut antara lain, 1)
mengamati, 2) menanya, 3) menalar, 4) mencoba, 5) mengkomunikasikan. Bentuk
dari LKS dicetak menyerupai buku dengan ukuran tinggi 25 cm, dan lebar 18 cm.
kertas yang digunakan adalah HVS B5 80 gram, cover dari LKS diprint dengan
menggunakan kertas Ivori 230 gram.
4.1.6 Kualitas LKS
Kualitas produk LKS yang peneliti kembangkan dikatakan “sangat baik”
berdasarkan penilaian ahli pembelajaran IPA dengan skor 3,9, tingkat efektivitas
(peningkatan skor pretest dan posttest) sebesar 52,9%, dan komentar-komentar
siswa setelah menggunakan LKS. Berikut hasil komentar dari ahli dan siswa yang
disajikan pada tabel 4.8.
Tabel 4.7 Hasil Validasi Produk LKS
Jenis Skor kualitas produk Kategori Rerata
Instrumen (skala 1-4)
Ahli IPA Guru SD Ahli IPA Guru SD
LKS 3,9 3,5 Sangat baik Sangat baik 3,7

Tabel 4.8 Hasil Komentar Ahli dan Siswa


Aspek yang Skor Kategori Komentar Komentar siswa
dinilai Ahli
Konten atau isi 40 Sangat Sudah baik Menarik, menuntun dalam
baik melakukan berbagai
kegiatan, bisa memahami
materi.
Tampilan 48 Sangat Sudah baik Menarik, lucu ada
baik gambarnya. Siswa senang
ketika LKS dibagikan dan
mereka langsung
bersemangat dalam
mengerjakan.
Penggunaan 20 Sangat Sudah baik Sudah baik dan mudah
Bahasa baik dipahami.
Penggunaan dan 25 Baik Sudah baik Baik, bagus, membuat
penyajian motivasi.
4.2 Pembahasan
Pengembangan LKS IPA didasarkan dari hasil identifikasi masalah melalui
wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui
observasi dan wawancara, dapat diketahui bahwa LKS yang digunakan sekolah
masih berisi materi dan soal-soal. Dalam proses pembelajaran guru masih
menggunakan metode ceramah, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran masih berpusat kepada guru, selain itu pemahaman guru akan
kurikulum 2013 masih kurang. Guru sudah menggunakan pendekatan saintifik,
tetapi belum diterapkan secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Permasalahan yang ditemukan tersebut tidak sesuai dengan kuesioner hasil
analisis kebutuhan. Berdasarkan kuesioner hasil analisis kebutuhan guru,
diketahui bahwa sebanyak 100% guru menyetujui bahwa penggunaan LKS IPA
dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa memahami konsep.
Berdasarkan hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa, bahwa 100% siswa
menyetujui penggunaan LKS IPA dalam proses pembelajaran dapat membantu
memahami materi. Selain itu dalam proses pembelajaran guru jarang memberikan
panduan kegiatan secara tertulis dan siswa belum melakukan melakukan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran secara mandiri. Paparan tersebut menjadi salah
satu pertimbangan peneliti dalam pengembangan LKS IPA.
Peneliti mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. LKS IPA
adalah LKS yang berfungsi untuk mengaktifkan siswa dalam belajar secara
mandiri sesuai dengan lima langkah pendekatan saintifik yang dilakukan siswa
untuk mendapatkan informasi dalam proses pembelajaran. Tahap pengembangan
awal peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara kepada
siswa kelas IV mengenai warna dan gambar yang mereka sukai. Berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan kepada siswa maka peneliti membuat desain
LKS sesuai dengan warna dan gambar yang mereka sukai.
Tahap pengembangan selanjutnya peneliti memetakan kompetensi inti (KI),
kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran. Dari indikator yang
telah dibuat, peneliti mengembangkannya menjadi empat kegiatan umum di dalam
LKS, pada setiap kegiatan, peneliti memuat lima tahapan pendekatan sanitifik
secara runtun, sehingga siswa tidak mengalami kebingungan pada saat
ngerjakannya. LKS ini memiliki karakter khusus yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan siswa yaitu (1) mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan
pembelajaran; (2) mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam
di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk
membangun konsepnya secara mandiri; dan (4) mengarahkan siswa untuk
melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. dari empat karateristik umum
tersebut, peneliti menjabarkannya menjadi sembilan karaktersitik yang lebih
spesifik menggambarkan isi LKS secara keseluruhan. Dari karakteristik khusus
tersebut, lebih mempermudah siswa untuk mengerjakan LKS yang dikembangkan
oleh peneliti.
Pada tahap pengembangan selanjutnya yaitu peneliti membuat soal pretest
dan posttest berupa pilihan ganada serta rubrik penilaian ahli validasi produk.
Tujuan dari pembuatan instrumen tersebut adalah untuk mengetahui kualitas dari
LKS yang dikembangkan. Kualitas dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain
aspek konten atau isi, Bahasa, tampilan, penulisan dan penggunaan huruf,
penyajian, dan penggunaan. Untuk soal pilihan ganda bertujuan untuk mengetahui
tingkat efektivitas penggunaan LKS. Soal pretest dan posttest dikembangkan
melalui pemetaan KD dan indikator. KD dipecah menjadi dua indikator, dan dari
dua indikator tersebut peneliti membuat soal pretest dan posttest sebanyak 40
puluh soal tipe pilihan ganda. Setelah instrumen selesai, peneliti melakukan
validasi intruemen tes kepada ahli (expert judgment), setelah validasi dilakukan
dan instrumen layak untuk di uji cobakan, maka peneliti melakukan uji coba soal
tersebut kepada siswa SD kelas IV. Dari hasil perhitungan uji korelasi pearson
menggunakan SPSS 22 for windows untuk menganalisis 40 item soal pada 30
siswa kelas IV SD, peneliti mengambil 20 item soal yang valid untuk digunakan
pada uji coba terbatas.
Pegujian soal pretest dan posttest dilakukan pada uji coba lapangan terbatas
di SD N Perumnas Condongcatur. Pengujian soal pretest diujikan sebelum siswa
menggunakan LKS dan soal posttest diujikan setelah siswa menggunakan LKS.
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada saat posttest lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada saat pretest. Siswa 1 memperoleh
nilai sebesar 60 saat pretest dan 90 saat posttest, selisih nilai pretest dan
posttest
adalah sebesar 30. Siswa 2 memperoleh nilai sebesar 65 saat pretest dan 95 saat
posttest, selisih nilai pretest dan posttest adalah sebesar 30. Siswa 3 memperoleh
nilai sebesar 40 saat pretest dan 75 saat posttest, selisih nilai pretest dan posttest
adalah sebesar 35. Siswa 4 memperoleh nilai sebesar 55 saat pretest dan 80 saat
posttest, selisih nilai pretest dan posttest adalah sebesar 25. Siswa 5 memperoleh
nilai sebesar 50 saat pretest dan 80 saat posttest, selisih nilai pretest dan posttest
adalah sebesar 30. Siswa 6 memperoleh nilai sebesar 60 saat pretest dan 85 saat
posttest, selisih nilai pretest dan posttest adalah sebesar 25.
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest dan posttest,
diketahui bahwa penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk materi
sifat-sifat cahaya dapat membantu siswa dalam memahami materi sifat-sifat
cahaya. Hal ini sesuai dengan teori Brunner, teori Piaget dan teori Vygotsky.
Menurut Brunner, individu belajar dan mengembangkan pikirannya melalui
penemuan. Dari penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Siswa memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan melalui kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah yang ada dalam LKS. Menurut Piaget, belajar berkaitan dengan
pembentukan dan perkembangan skema. Skema adalah struktur kognitif seseorang
untuk beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Seorang anak
akan berkembang melalui proses adaptasi. Proses adaptasi yang dilalui anak
dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan
proses kognitif seseorang yang mengintegrasikan stimulus yang berupa persepsi,
konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru yang didapatkan siswa melalui
kegiatan langsung. Akomodasi merupakan rangsangan langsung yang diberikan
dari guru, orang tua, teman, dan masyarakat dalam proses belajarnya.
Sedangkan menurut Vygotsky, pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau
belajar mengenai tugas-tugas yang belum dipelajari, namu tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuan siswa. Pada tahap selanjutnya adalah peneliti
merancang kegiatan dari pemetaan KI, KD, dan karakteristik LKS. Kegiatan di
dalam LKS dibagi menjadi 4 kegiatan tersebut yaitu, cahaya merambat lurus,
cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat menembus
benda bening. Dalam setiap kegiatan, peneliti memberikan petunjuk untuk
mempermudah siswa melakukan kegiatan.
Kemudian, pada setiap kegiatan terdapat lima tahapan pendekatan saintifik yakni
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain lima
tahapan saintifik, pada setiap kegiatan juga terdapat karakteristik khusus LKS
yaitu siswa mengumpulkan informasi dari buku paket, koran, majalah, melakukan
wawancara dengan narasumber, melakukan kegiatan praktikum, menggunakan
poster, gambar, grafik untuk menyampaikan hasil kerjanya, melakukan kegiatan
bertanya kepada guru, orangtua,teman tentang masalah-masalah yang belum
mereka ketahui atau pahami, selain melakukan kegiatan mandiri, siswa juga
melakukan diskusi bersama teman atau kelompok dalam memecahkan suatu
permasalahan.
Setelah produk LKS selesai, tahap selanjutnya peneliti melakukan validasi
kepada dua ahli, yaitu ahli IPA dan guru SD. Hasil validasi produk LKS dari ahli
IPA mendapatkan skor seberar 3,9 dan dari guru SD mendapatkan skor sebesar
3,5. Dalam hal ini produk LKS yang dikembangkan termasuk dalam kategori
sangat baik. Setelah ahli melakukan validasi produk LKS dan dinyatakan layak
untuk diuji cobakan, maka peneliti melakukan revisi sesuai dengan komentar dari
ahli. Langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan uji coba lapangan terbatas
kepada enam siswa kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Uji coba
lapangan terbatas dilakukan selama 5 hari. Berdasarkan pengamatan pada saat uji
coba lapangan terbatas, peneliti melihat bahwa siswa tersebut sangat antusias
dalam mengerjakan LKS. Siswa juga tidak mengalami kesulitan dalam
mengerjakan LKS. Dibuktikan dengan peneliti mengecek hasil kerja siswa yang
mereka kerjakan di luar sekolah.
Dari hasil wawancara kepada siswa setelah menggunakan LKS, peneliti
mendapatkan respon yang sangat positif dari siswa tersebut. Berikut hasil
komentar siswa mengenai LKS yang telah siswa kerjakan. Konten dan isi yang
ada di dalam LKS mudah dipahami, materi yang ada di dalam LKS dapat
dipahami oleh siswa, percobaan yang ada di LKS berhasil di lakukan dengan baik.
5 tahapan pendekatan saintifik dapat diikuti oleh siswa dengan baik. Siswa senang
dengan tampilan LKS karena menggunakan gambar dan berwarna sehingga siswa
tidak merasa bosan ketika mengerjakannya. Penggunaan Bahasa sangat mudah
dipahami oleh siswa
sehingga pada saat mereka menggunakan LKS tidak kebingungan. Petunjuk yang
terdapat di dalam LKS jelas, LKS mudah dibawa kemana saja.
Selain dari hasil wawancara siswa, kualitas LKS ditentukan dari hasil
perhitungan persentase tingkat efektivitas nilai pretest dan posttest. Berdasarkan
hasil perhitungan persentase tingkat efektivitas nilai pretest dan posttest, diperoleh
skor 52,9%.
LKS yang peneliti kembangkan sama halnya dengan penelitian terdahulu
yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan,
yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016) bertujuan untuk menghasilkan
produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada
subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas II sekolah dasar. Lembar
kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan kategori “baik” dan
sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II
sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) bertujuan untuk
menghasilkan produk berupa LKS berbasis observasi. Hasil pengujian LKS pada
kelas skala kecil kelas menunjukan rata-rata aktivitas siswa sebesar 94,6 %, siswa
tuntas belajar sebanyak 90%, dengan rata-rata nilai sebesar 7,08 dan layak untuk
digunakan sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo Semarang. Penelitian
yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa
LKS berbasis pendekatan scientific. Hasil uji coba dalam tahap pengembangan
menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan penilaian kinerja dan produk dari setiap
sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Penelitian yang dilakukan
oleh Ningtyas (2015) bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis
metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan aspek penyajian, Hasil kualitas
materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh
skor 92% dan 87% dengan rata-rata skor 89,5% memiliki kriteria baik sekali.
Kualitas materi ditinjau dari aspek pembelajaran berbasis percobaan menurut ahli
materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 85% dengan rata-rata skor
88,5% memiliki kriteria baik sekali. Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis
(2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan
saintifik pada pembelajaran, Hasil validasi LKS menggunakan pendekatan
saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan
termasuk dalam kategori
“baik”, hal ini menunjukkan bahwa LKS sudah layak digunakan untuk uji coba
dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai
saran. Penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2012) bertujuan untuk
mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Hasil penelitian menunjukkan dalam kategori “Baik” dengan rata-rata
skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.
Pada keenam penelitian terdahulu, sama-sama mengembangkan LKS, namun
memiliki perdedaan pada metode atau model pembelajaran yang digunakan dalam
pengembangaan LKS.
BAB V
PENUTUP

Bab V menguraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.


5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA berbasis pendekatan saintifik untuk
siswa kelas IV SD materi gaya, gerak, dan energi pada Kurikulum
dikembangkan dengan menggunakan konsep pendekatan saintifik pada setiap
kegiatannya dan dengan delapan langkah pengembangan dari Dick & Carey,
yaitu (1) analisis kebutuhan, terdiri dari analisis pembelajaran dan analisis
siswa; (2) merumuskan tujuan khusus; (3) mengembangkan instrumen; (4)
mengembangkan strategi; (5) mengembangkan isi LKS; (6) evaluasi formatif;
(7) revisi; dan (8) evaluasi sumatif. Di dalam isi LKS tidak seperti isi LKS
pada umunya, peneliti hanya mencantumkan sedikit materi sebagai pengantar
bagi siswa untuk mengetahui apa yang akan mereka pelajari (materi apa yang
sedang dipelajari). Selain itu, isi LKS hanya memuat petunjuk-petunjuk
kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara mandiri baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Bentuk penyajian di dalam isi LKS didesain dengan
menarik, berwarna serta diberi beberapa gambar untuk menambah semangat
siswa dalam belajar. Pemilhan gambar dan warna berdasarkan dari hasil
analisis kebutuhan yang dilakukan kepada siswa.
5.1.2 Kualitas LKS IPA berbasis pendekatan saintifik siswa kelas IV SD materi
gaya, gerak, dan energi “sangat baik”. Kualitas LKS IPA diketahui melalui
hasil validasi produk dari ahli. Rerata skor yang diperoleh dari hasil validasi
produk oleh ahli adalah dari ahli IPA memberikan skor sebesar 4 dan Guru
meberikan skor sebesar 3,70. Uji caba lapangan terbatas LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik menunjukkan bahawa nilai yang diperoleh siswa ketika
posttest lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai pretest. Selisih rerata
pretest dan posttest adalah 49%. Dengan demikian, LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik dapat membantu siswa dalam mempelajari dan
memahami materi pelajaran.
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 LKS ini dibuat hanya dibatasi pada Kompetensi Inti 3 dan 4 (pengetahuan
dan keterampilan).
5.2.2 Beberapa instrumen hanya divalidasi oleh satu ahli karena beberapa ahli
yang diminta untuk melakukan validasi kurang sesuai. Pada saat melakukan
validasi produk sedikit terlambat karena LKS belum sepenuhnya selesai.
5.2.3 Uji coba terbatas dilaksanakan dengan sedikit terburu-buru karena hanya
mendapatkan waktu empat hari. Hal ini terjadi karena menunggu hasil
validasi produk dari ahli dan juga revisi sebelum diuji cobakan, selain itu
waktu uji coba lapangan terbatas hampir berbenturan dengan ujian akhir
semester.

5.3 Saran
5.3.1 Tambahkan Kompetensi Inti 1 dan 2 agar LKS menjadi lebih lengkap.
5.3.2 Susun instrumen dengan selengkap mungkin agar seluruh data yang
dibutuhkan dapat diperoleh. Pertimbangkan waktu yang cukup dan
komunikasi dengan pihak sekolah untuk melakukan uji coba lapangan
terbatas agar dapat memperoleh waktu yang sesuai.
5.3.3 Validasi produk LKS dapat dilakukan lebih awal agar pada saat melakukan
uji coba lapangan terbatas tidak terburu-buru dan siswa dapat mengerjakan
setiap kegiatan dengan baik.
DAFTAR REFERENSI

Abdullah. (2015). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmadi, dkk. (2002). Ilmu alamiah dasar. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Arifin, Z. (2011). Penelitian pendidikan metode dan paradigma baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Bulan, Y. (2016). Pengembangan Lembar Kerja Siswa menggunakan Model
Pembelajaran BerbasisMmasalah mengacu Kurikulum 2013 pada
subtema Cara Menjaga Kerukunan untuk Kelas V Sekolah Dasar.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (Skripsi yang diterbitkan).
Cresswell, W. (2012). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamarah, dkk. (2000). Strategi pembelajaran. Jakatra: Rineka Cipta.
Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. (2007). Educational research : An
introduction. Boston: Pearson.
Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadi, S. (2015). Metodologi riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2010). Theories of learning, edisi ketujuh.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Iskandar, S,M,. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Depdikbud
& Dikti.
. (2001). Pendidikan ilmu pengetahuan alam. Bandung: CV.
Maulana.
Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran terpadu tematik. Bandung: Alfabeta.
Lismawati. (2010). Penyusunan perangkat pembelajaran. Yogyakarta: Insna
Madani.
Majid, A. (2014). Pembelajaran tematik terpadu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Margono,dkk. (1994). Dasar-dasar pendidikan MIPA. Surakarta: UNS.
Mas’ud, I. dkk. (2008). Ilmu alamiah dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mbetu, D. (2016). Pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada
subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas II Sekolah Dasar
Negeri Kalasan 1. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (skripsi yang
diterbitkan).
Mustofa, M. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis observasi
pada taman sekolah sebagai sumber belajar sains di SDN 1 Tinjomoyo.
Semarang: Universitas Negeri Semarang (Skripsi yang diterbitkan).
Ningtyas, O. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis metode
percobaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V di
Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta (skripsi yang
diterbitkan).
Prastowo. (2014). Pengembangan bahan ajar tematik tinjauan teoretis dan praktik.
Jakarta: KENCANA.
Pratiwi, D. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis pendekatan
scientific pada tema berbagai pekerjaan di kelas IV. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Purwanto (2007). Instrumen penelitian sosial dan pendidikan pengembangan dan
pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rachmadi, S.A. (2016). Pintar sains Sekolah Dasar kelas IV semester kedua.
Yogyakarta: Yudhistira.
Rohaeti, dkk. (2009). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran
sains kimia untuk SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan, 10 (1): 1-11.
Schunk. D.H. (2012). Learning Theories: An educational. (Terj). Yogyakarta:
pustaka Pelajar.
Setyosari, P. (2013). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenamedia Group.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. (2014). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Supraktinya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Surjani. (2010). Dasar-dasar sains menciptakan masyarakat sains. Jakarta:
Indeks. Surya, M. (2015). Strategi kognitif dalam proses pembelajaran.
Bandung:
Alfabeta.
Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta:
Kencana.
. (2010). Desain pengembangan pembelajaran tematik bagi anak usia dini
TK/RA & anak usia kelas awal SD/MI. Jakarta: Kencana.
. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Triwiyanto, Teguh. (2014). Pengantar pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tung, Y. (2015). Pembelajaran dan perkembangan belajar. Jakarta: Indeks.
Widoyoko. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
. (2015). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Winkel, W.S. (2004). Psikologi pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf, A.M. (2014). Metode penelitian: Kuantitatif, kualitatif, dan penelitian
gabungan. Jakarta: Prenada Media Group.
Lampiran 3.1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3.2 Surat Keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 3.3 Soal pretest dan posttest
SOAL EVALUASI

Pilihlah jawaban yang benar dengan menyilang (x) salah satu jawaban yang benar pada
pilihan jawaban a, b, c, atau d!

1. Gaya yang dilakukan oleh tukang bakso adalah .....


a. tarik
b. dorong
c. pegas
d. gravitasi
2. Gaya dapat mengubah arah benda contohnya adalah . . . .
a. Gelas yang dipukul menjadi hancur
b. Air yang direbus menjadi mendidih
c. memukul bola tenis ke dinding
d. Balon yang ditiup akan membesar
3. Gelas kaca jika dipukul akan hancur. Hal ini menunjukkan bahwa gaya dapat....
a. mengubah bentuk benda
b. mengubah gerak benda
c. mengubah berat benda
d. mengubah warna benda
4. Almari akan bergeser bila didorong. Hal ini menunjukkan gaya memengaruhi ....
a. bentuk benda
b. wujud benda
c. gerak benda
d. warna benda
5. Pada saat kamu melempar batu, gaya yang kamu berikan pada batu berbentuk ....
a. tarikan
b. dorongan
c. pukulan
d. pegas
6. Membuat mainan dari plastisin adalah sifat gaya yang dapat ....
a. menjadikan gerak benda
b. menghentikan gerak benda
c. membelokkan arah benda
d. mengubah bentuk benda
7. Gaya yang timbul karena sifat elastis disebut gaya ....
a. pegas
b. gravitasi
c. listrik
d. magnet
8. Contoh olahraga yang memanfaatkan gaya tarik adalah ....
a. memanah
b. basket
c. sepak bola
d. menembak
9. Batu yang digelindingkan aakan mengenai kaleng minuman. Hal tersebut
merupakan peristiwa gaya dapat merubah ....
a. Warna benda
b. Gerak benda
c. bentuk benda
d. ukuran benda

10. Gerakan kelereng yang menggelinding di lantai datar, makin lama makin lambat,
dan akhirnya berhenti. Hal ini terjadi akibat bekerjanya gaya ....
a. otot
b. gravitasi
c. pegas
d. gesek

11. Mengangkat air yang terikat pada tali yang ada di sumur diperlukan gaya ....
a. tarik
b. dorong
c. pegas
d. gesekan
12. Jika penggaris yang sudah digosokkan pda rambut didekatkan dengan potongan
kertas, maka akan terjadi gaya....
a. gravitasi bumi
b. tarik
c. otot
d. listrik
13. Rem yang terdapat pada sepeda menggunakan prinsip kerja dari
gaya ....
a. gesekan
b. gravitasi
c. dorongan
d. magnet
14. Berikut ini merupakan gaya yang tidak mempengaruhi gerak suatu
benda adalah ....
a. gravitasi bumi
b. tarikan
c. kecepatan
d. dorongan
15. Untuk melakukan gaya pada sebuah benda diperlukan ....
a. gerak
b. energi
c. daya
d. kecepatan
16. Gaya yang bekerja pada sebuah benda selain mempengaruhi gerak benda
juga mengubah ....
a. bentuk benda
b. jarak benda
c. isi benda
d. warna benda
17. Kegiatan di rumah yang melakukan dorongan dan tarikan adalah. . . .
a. menyapu lantai
b. mencuci piring
c. mengangkat barang
d. membuka dan menutup jendela

18. Gambar di atas dibuat dengan menerapkan pengaruh gaya dapat......


a. menyebabkan benda bergerak
b. mengubah gerak benda
c. mengubah bentuk benda
d. menyebabkan benda diam
19. 1. Kayu
2. Setrika
3. Panci
4. Kipas angin
Benda nomor berapa saja yang memiliki energi ....
a. 1 dan 4
b. 1 dan 2
c. 2 dan 4
d. 4 dan 3
20. Setiap benda yang ada di permukaan Bumi akan ditarik oleh Bumi. Gaya tarik
Bumi disebut dengan gaya .....
a. listrik
b. apung
c. magnet
d. gravitasi
Lampiran 3.4Hasil Analisis butir soal korelasi pearson
Jumlah Keterangan

item1 Pearson
.549**
Correlatio
n
Valid
Sig. (2- .002
tailed)
N 30

item2 Pearson
.361
Correlatio
n Valid
Sig. (2- .050
tailed)
N 30

item3 Pearson
.510**
Correlatio
n Valid
Sig. (2- .004
tailed)
N 30

item4 Pearson
.559**
Correlatio
n Valid
Sig. (2- .001
tailed)
N 30

item5 Pearson
.549**
Correlatio
n Valid
Sig. (2- .002
tailed)
N 30

item6 Pearson
.660**
Correlatio
n Valid
Sig. (2- .000
tailed)
N 30

item7 Pearson
.403*
Correlatio
n Valid
Sig. (2- .027
tailed)
N 30

item8 Pearson
.458*
Correlatio
n Valid

Sig. (2- .011


tailed)
N 30

item9 Pearson
.495**
Correlatio
n
Sig. (2-tailed) .005 Valid

N 30

item10 Pearson
.516**
Correlation

Sig. (2-tailed) .004 Valid


N 30

item11 Pearson
.660**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 Valid


N 30

item12 Pearson
.361
Correlation

Sig. (2-tailed) .050 valid


N 30

item13 Pearson
.403*
Correlation

Sig. (2-tailed) .027 Valid


N 30

item14 Pearson
.445*
Correlation

Sig. (2-tailed) .014 Valid


N 30

item15 Pearson
.616**
Correlation

Sig. (2-tailed) .000 Valid


N 30

item16 Pearson
.549**
Correlation

Sig. (2-tailed) .002 Valid


N 30

item17 Pearson
.361
Correlation

Sig. (2-tailed) .050 Valid


N 30
item18 Pearson
.660**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30

item19 Pearson
.403
Correlation

Sig. (2-tailed) .027 valid


N 30

Item20 Pearson
.510**
Correlation

Sig. (2-tailed) .004 Valid


N 30

Jumlah Pearson
1
Correlation

Sig. (2-tailed)
N 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisis Reliabilitas Soal

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0

Excludeda 0 .0

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.757 21

Lampiran 4.1 Hasil Validasi Instrumen Observasi Pembelajaran


Lampiran 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran
Hasil observasi pembelajaran di kelas IV
Objek yang diamati Jawaban Catatan
Ada LKS IPA yang Tidak Guru lebih cenderung menggunakan buku siswa
digunakan guru
untuk mengajar
Siswa mengalami Ya Guru belum paham seutuhnya tentang lima
kesulitan dalam tahapan pendekatan saintifik dan hanya beberapa
mengikuti 5 tahapan langkah saja yang dilaksanakan serta fasilitas
pendekatan saintifik pembelajaran kurang memadai
pada pembelajaran
IPA
Siswa kurang aktif Ya Kebanyakan siswa hanya menulis dan
dalam mengikuti mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
praktikum IPA dan Selain itu, guru tidak mengajak siswa untuk
guru cenderung melakukan suatu kegiatan yang dapat mendorong
ceramah berpikir kritis siswa.

Lampiran 4.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah


Lampiran 4.4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Topik Pertanyaan No. Hasil Wawancara
Item
Kurikulum yang digunakan 1 Sekolah ini menggunakan Kurikulum 2013
di sekolah
Jumlah siswa kelas IV 2 Siswa di kelas IV berjumlah 60 anak
LKS yang sudah ada di 3 LKS yang sudah ada si sekolah berupa LKS
sekolah yang sudah disediakan dari dinas.
Pengadaan LKS IPA 4 Belum ada.
berbasis Pendekatan
Saintifik di Sekolah
LKS yang pernah 5 Belum ada
dikembangkan guru di
Sekolah.
Penggunaan LKS IPA dalam 6 Dalam pembelajaran guru sudah
pembelajaran menggunakan LKS dari dinas.
Penelitian yang pernah 7 Belum pernah ada.
dilakukan berkaitan dengan
LKS
Lampiran 4.5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru
Lampiran 4.6 Hasil Wawancara Guru Kelas IV
Hasil wawancara dengan Guru kelas IV
No. Hasil Wawancara
Topik Pertanyaan Pertanyaan
Pemahaman guru tentang 1 dan 2 Guru telah menggunakan pendekatan
pendekatan saintifik saintifik dalam pembelajaran dan
menjelaskan bahwa pendekatan saintifik
adalah pendekatan yang menitikberatkan
pada peserta didik dan melatih kreativitas
peserta didik, sedangkan guru hanya
sebagai motivator/fasilitator.
Pelaksanaan lima langkah 3 dan 4 Guru hanya melaksanakan beberapa
pendekatan saintifik di langkah lima pendekatan saintifik,
pembelajaran misalnya mengamati dan
mengomunikasikan
Kesulitan yang dihadapi guru 5 Guru mengalami kesulitan dalam
dalam implementasi pendekatan melaksanakan lima tahapan pendekatan
saintifik saintifik karena guru melihat kemampuan
akademik setiap siswa yang berbeda-beda
sehingga guru perlu menjelaskan dan
menerapkan tahap demi tahap.
Kesulitan siswa mengikuti lima 6 Siswa awalnya merasa kesulitan mengikuti
langkah pendekatan saintifik lima langkah pendekatan saintifik, karena
pada kurikulum sebelumnya yaitu KTSP,
siswa hanya menerima informasi,
mencatat, dan menghafal apa yang telah
disampaikan oleh guru. Kemudian, siswa
tidak diminta untuk mencoba/
mempraktekkan kegiatan secara langsung.
Maka ketika, ada perubahan kurikulum
siswa meras kebingungan
Manfaat bagi siswa setelah 7 Siswa lebih aktif melakukan suatu
menerapkan pembelajaran kegiatan baik di dalam kelas maupun luar
saintifik kelas. Selain itu, siswa aktif dalam
mencari sumber informasi beragam yang
ada di lingkungan sekitar dan dapat
menggali pengetahuannya lebih dalam
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan oleh guru.
Lampiran 4.7 Hasil validasi wawancara siswa
Hasil validasi wawancara siswa analisis kebutuhan
Hasil validasi wawancara siswa setelah menggunakan LKS
Lampiran 4.8 Hasil Wawancara Siswa
Hasil wawancara siswa analisis kebuthan
Topik Pertanyaan No. Hasil Wawancara
Item
Warna yang disuka 1&2 2 siswa menyukai warna merah dan 1 siswa
menyukai warna biru. Mereka menyukai warna
tersebut dengan berbagai alasan, ada yang
mengatakan bahwa warna merah itu indah, menyala,
sekedar suka saja dan ada
yang mengatakan warna biru itu bagus.
Gambar yang 3 Ketiganya menyukai LKS dengan gambar kartun yang
disuka berbeda-beda, seperti upin-ipin, boboboy, minicraft.
Alasan mereka menyukai jenis kartun tersebut karena
lucu dan bagus.
LKS yang disukai 4 ada gambar juga ada soal. Alasannya mereka lebih
seperti apa? faham akan materi dengan mengerjakan soal namun
LKS divariasi dengan gambar.
LKS membantu 5 Sedikit membantu, siswa masih sedikit kebingungan.
memahami materi
Ukuran huruf 6 Ketiganya menyukai LKS dengan ukuran huruf yang
sedang (tidak terlalu kecil).
Bahasa 7 ada siswa yang kurang faham dengan penggunaan
bahasa dalam LKS, karena ada beberapa kalimat
tanya yang ambigu. Maksudnya jawaban dari
pertanyaan
isian singkat tersebut panjang lebar seperti esay.
Petunjuk pada LKS 8 Siswa memahami petunjuk yang ada di LKS.

Hasil wawancara siswa setelah menggunakan LKS


Topik Pertanyaan No. Hasil Wawancara
Item
Warna dan gambar 1&2 Siswa menyukai LKS yang berwarna dan bergambar
yang digunakan sehingga terlihat menarik dan lucu.
dalam LKS
Jenis LKS yang 3 Siswa menyukai LKS yang berwarna dan bergambar
disukai yang berisi kegiatan-kegiatan yang menuntun siswa
untuk mandiri dan aktif dalam proses pembelajaran.
LKS membantu 4 Siswa senang ketika mengerjakan LKS, siswa dapat
memahami materi memahami materi yang ada pada LKS dilihat dari skor
posttest yang lebih tinggi dari skor pretest.
Ukuran huruf pada 5 Ukuran huruf sudah sesuai dengan keinginan siswa
LKS dan bentuk huruf dibuat menarik sehingga siswa
tertarik untuk membaca dan tidak mudah bosan.
Penggunaan 6&7 Bahasa yang digunakan dan petunjuk yang ada dalam
Bahasa dan LKS mudah dipahami oleh siswa sehingga ketika
petunjuk pada LKS mengerjakan LKS siswa tidak mengalami kesulitan.
Lampiran 4.9 Hasil Validasi Kuesioner untuk Guru
Lampiran 4.10 Hasil Validasi Kuesioner untuk Siswa
Lampiran 4.11 Hasil Kuesioner Guru
Hasil Kuesioner Guru Terbuka
No Soal Jawaban
1 Dalam pembelajaran IPA, Guru telah menggunakan beberapa
pendekatan/metode/strategi apa pendekatan atau metode pada kegiatan
saja yang Bapak/Ibu gunakan? belajar mengajar
2 Kegiatan apa saja yang sudah Guru pernah mengajak siswa
pernah dilakukan siswa bapak/ibu bereksperimen salah satu sifat cahaya
di kelas maupun diluar kelas pada yaitu sifat cahaya merambat lurus
materi sifat-sifat cahaya? dengan menggunakan cahaya senter
dan kardus yang diberi bolongan.
3 Menurut bapak/ibu apa itu Guru sudah menjelaskan pengertian
pendekatan saintifik? pendekatan saitifik dengan baik serta
5 tahapannya
4 Apakah Bapak/ibu telah Pada kegiatan pembelajaran materi
menggunakan pendekatan santifik sifat-sifat cahaya, guru sudah
dalam pembelajaran IPA, menggunakan pendekatan saintifik
khususnya materi sifat-sifat akan tetapi belum maksimal dalam
cahaya? Jelaskan! penerapannya.
5 Apakah Bapak/Ibu sudah Guru belum mengarahkan siswa
mengarahkan siswa melakukan 5 dalam menerapka 5 tahapan saintifik
tahapan saintifik? Jelasakan! secara maksimal
6 Apakah selama ini bapak/ibu Guru sudah menggunakan buku siswa
menggunakan buku siswa untuk dalam menuntun pembelajaran
menuntun pembelajaran dengan dengan pendekatan saintifik namun
pendekatan saintifik? Jelaskan! belum sepenuhnya dikarenakan
dibuku siswa tersebut tidak memuat
materi secara rinci.
7 Apakah menurut bapak/ibu Guru mengatakan bahwa sudah
kegiatan-kegiatan dibuku tersebut memfasilitasi siswa akan tetapi belum
sudah memfasilitasi siswa dalam secara maksimal.
melaksanakan pendekatan
saintifik? Jelaskan!
8 Kesulitan apa saja yang bapak/ibu - Mengkondisikan siswa untuk
hadapi pada saat menerapkan tertib dan disiplin
pendekatan saintifik? - Masih terdapat siswa yang
pasif dalam kelompok
- Waktu yang tidak mencukupi

Hasil Kuesioner Guru Tertutup


No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah menurut Bapak/Ibu LKS perlu
digunakan dalam pembelajaran IPA? YA / TIDAK
2. Apakah Bapak/Ibu telah memberikan
panduan kegiatan untuk siswa SERINGKALI / KADANG-
sehingga mengarahkan siswa aktif KADANG / TIDAK PERNAH
melakukan
berbagai kegiatan?
3. Apakah Bapak/Ibu telah memberikan
panduan kegiatan untuk siswa SERINGKALI / KADANG-
sehingga mengarahkan siswa untuk KADANG / TIDAK PERNAH
berinteraksi dengan lingkuangan
rumah, sekolah,
tempat di sekitar siswa?
4. Apakah Bapak/Ibu telah memberikan
panduan kegiatan untuk siswa SERINGKALI / KADANG-
sehingga mengarahkan siswa untuk KADANG / TIDAK PERNAH
belajar
dengan berbagai sumber informasi?
5. Apakah Bapak/Ibu telah memberikan
panduan kegiatan untuk siswa SERINGKALI / KADANG-
sehingga mengarahkan siswa untuk KADANG / TIDAK PERNAH
membangun konsep dengan usaha
sendiri, tidak diberi penjelasan dari
guru/bacaan yang
tersedia di LKS?
6. Apakah Bapak/Ibu telah memberikan
panduan kegiatan untuk siswa SERINGKALI / KADANG-
sehingga mengarahkan siswa KADANG / TIDAK PERNAH
untuk
melaksanakan tahapan pendekatan
saintifik secara utuh (5 langkah, yaitu
mengamati, menanya, menalar,
mencoba, mengkomunikasikan)?
7. Apakah menurutmu diperlukan LKS
untuk membantu pelaksanaan YA / TIDAK
pembelajaran dengan pendekatan
saintifik pada materi gaya, gerak dan
energi?
Lampiran 4.12 Hasil Kuesioner Siswa
Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Tertutup
No. Pertanyaan Jawaban Presentase Kesimpul
SR JR TP an
1 Dalam pembelajaran IPA saya 9 18 1 SR= (9: 28)x 100 % = Jarang
mengamati sendiri benda-benda yang 32,14%
ada di sekitar JR= (18:28)x100%= 64,28%
TP= (1:28)x100% = 3,57%
2 Saya bertanya lebih lanjut kepada 14 11 3 SR= (14: 28)x 100 % = 50% Sering
guru atau teman tentang masalah- JR= (11:27)x100%= 39,28%
masalah yang saya temukan dalam TP= (3:28)x100% = 10,71%
pengamatan sebelumnya.
3 Saya melakukan kegiatan praktikum 6 19 3 SR= (6: 28)x 100 % = Jarang
dengan melakukan percobaan sendiri 21,42%
dalam pembelajaran IPA. JR= (19:28)x100%= 67,85%
TP= (3:28)x100% = 10,71%
4 Saya mewawancarai narasumber 0 12 16 SR= (0: 28)x 100 % = 0% Tidak
(guru, teman, orang tua dan JR= (12:28)x100%= 42,85% pernah
sebagainya) untuk mendapatkan TP= (16:28)X100% = 57,14%
informasi lebih lanjut berkaitan
dengan pembelajaran IPA.
5 Saya menggunakan majalah atau 4 12 12 SR= (4: 28)x 100 % = Jarang &
koran untuk mendapatkan informasi 14,28% Tidak
lebih lanjut berkaitan dengan JR= (12:28)x100%= 42,85% pernah
pembelajaran IPA. TP= (12:28)x100% = 42,85%

6 Saya menggunakan buku-buku di 5 19 4 SR= (5: 28)x 100 % = Jarang


perpustakaan untuk mendapatkan 17,85%
informasi lebih lanjut berkaitan JR= (19:28)x100%= 67,85%
dengan pembelajaran IPA. TP= (4:28)x100% = 14,28%

7 Saya menyampaikan hasil kerja saya 12 15 1 SR= (12: 28)x 100% = Jarang
di depan kelompok saya. 42,85%
JR= (15:28)x100%= 53,57%
TP= (1:28)x100% = 3,57%

8 Kelompok saya menyampaikan hasil 9 17 2 SR= (9: 28)x 100 % = Jarang


kerja di depan kelas. 32,14%
JR= (17:28)x100%= 60,71%
TP= (2:28)x100% = 7,14%
9 Saya menggunakan gambar, poster, 1 18 9 SR= (1: 28)x 100 % = 3,57% Jarang
foto, grafik, atau tabel untuk JR= (18:28)x100%= 64,28%
menunjukkan hasil kerja saya. TP= (9:28)x100% = 32,14%

Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Terbuka


No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
A B C
1. Apakah menurutmu LKS perlu 22 0 6 Membutuhkan LKS
digunakan dalam pembelajaran IPA? dalam pembelajaran
IPA
2. Apakah Bapak/ibu guru telah 26 2 0 Sering
memberikan panduan kegiatan secara
tertulis untuk melakukan kegiatan di
dalam kelas?
3. Apakah Bapak/ibu guru memberikan 0 14 14 Jarang & Tidak
panduan kegiatan secara tertulis untuk Pernah
melakukan kegiatan di luar kelas?
4. Apakah Bapak/ibu guru telah 0 13 15 Tidak pernah
memberikan panduan kegiatan secara
tertulis untuk mencari berbagai informasi
(koran, majalah, internet, narasumber,
dan
sebagainya)?
5. Apakah kamu melakukan langkah- 7 12 9 Jarang
langkah kegiatan pembelajaran secara
mandiri hanya berdasarkan petunjuk
tertulis yang tersedia tanpa penjelasan
dari
guru?
6. Apakah kamu melakukan kegitan 13 15 0 Jarang
pembelajaran saintifik dengan 5 langkah
berikut secara utuh, yaitu mengamati,
menanya, menalar, mencoba,
mengkomunikasikan)?
7. Apakah perlu LKS untuk memandu 28 0 0 Perlu LKS untuk
pelaksanaan pembelajaran dengan memandu pelaksanaan
pendekatan saintifik pada materi gaya, pembelajaran
gerak dan energi?
Lampiran 4.13 Hasil Validasi Instrumen Validasi Produk
Lampiran 4.14 Hasil Validasi Produk LKS
Lampiran 4.15 Dokumentasi Uji coba lapangan terbatas
DOKUMENTASI UJI COBA
Lampiran 5 Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE

Priscilia Wijayanti Pasaribu adalah anak pertama dari dua bersaudara. Lahir di
Sleman pada tanggal 3 April 1996. Pendidikan dasar diperoleh di SD N Ngijon 1
dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP N 3
Gamping dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan menengah lanjutan diperoleh di
SMA N 1 Minggir dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, peneliti tercatat
sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama
menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di
luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti.
1. Menjadi Usher lapangan dalam Prophetic Healing Breakthrough with Ps.
Morris Cerullo.
2. Panitia dalam seminar Indonesia Mengajar.
3. Anggota departemen pendidikan dalam Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
4. Anggota divisi Publikasi dan Humas dalam Article Competition 2016.
5. Wakil Ketua dalam Pekan Ilmiah Fakultas 2016.
6. Koordinator divisi Publikasi dan Humas dalam Stand up Comedy
Competition 2016.
7. Anggota dalam tim jejaring LKM (Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa).
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi
sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan LKS IPA berbasis Pendekatan
Saintifik untuk Siswa Kelas IV SD Materi Gaya, Gerak, dan Energi”.

Anda mungkin juga menyukai