Anda di halaman 1dari 17

Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ...

161

KURIKULUM 2013 DAN KEMAMPUAN


PROFESIONALISME GURU DALAM MENERAPKANNYA

Marselus Ruben Payong


STKIP St. Paulus Ruteng, Jln. Jend. Ahmad Yani, No. 10, Ruteng-Flores 86508
e-mail:marselpayong@yahoo.com

Abstract: National Curriculum 2013 and the ability of Teacher’s Professionalism to Apply It. National
Curriculum 2013 (K-13) will be implemented for the primary and secondary education in Indonesia immedi-
ately. The most important factor for the succesful of K-13 implementation is the teacher’s professionalism
and their preparation. Based on the results of the evaluation of student’s learning outcome by National
Testing and the results of the teachers competence test (UKG) in pedagogical and professional compe-
tence that held on 2015, it was concluded that K-13 will face the big problems to be successful. Therefore,
the teachers should be prepared by the continuous professionalism development (CPD) programs.

Keywords: curriculum, profesionalism, teacher

Abstrak: Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru dalam Menerapkannya. Kurikulum
2013 (K-13) akan segera diberlakukan secara menyeluruh pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di
seluruh Indonesia. Implementasi K-13 menuntut kesiapan guru sebagai salah satu ujung tombak penting
terutama kemampuan profesionalnya. Dari analisis terhadap hasil-hasil pendidikan dan juga hasil-hasil
penilaian terhadap kompetensi guru (UKG) terutama kompetensi pedagogic dan kompetensi professional
pada 2015 memperlihatkan bahwa guru di Indonesia belum siap menerapkan K-13 secara efektif. Karena itu
program peningkatan profesionalisme guru secara berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk membuat
guru semakin siap dalam menerapkan K-13 dalam pembelajarannya. Tulisan ini mengkaji dua hal penting:
karakteristik K-13 dan kesiapan guru terutama kemampuan profesionalnya dalam menerapkan K-13.

Kata Kunci: kurikulum, profesionalisme, guru

PENDAHULUAN Tulisan ini secara khusus akan membedah


Kurikulum 2013 (selanjutnya disebut K-13) profesionalisme guru sebagai salah satu ujung
sebentar lagi akan diberlakukan secara menyeluruh tombak pelaksana kurikulum dalam menerapkan
di semua jenjang pendidikan dasar dan menengah Kurikulum 2013. Keberhasilan implementasi sebuah
di Indonesia. Setelah melewati ujicoba dan revisi kurikulum sangat ditentukan oleh kemampuan dan
sejak 2013–2015, pemerintah memastikan akan kompetensi guru dalam menerapkannya. Persoalan
memberlakukan kurikulum ini secara serempak di ini menjadi sangat menarik karena karakter profesio-
seluruh Indonesia. Beberapa bulan terakhir, tim nalisme guru itu sendiri sejak Undang-undang No.
pengembang kurikulum pusat telah secara marathon 14 tahun 2005 diberlakukan telah menuntut bahwa
melakukan kajian dan revisi serta merekrut tim seorang guru professional harus memiliki kualifikasi
sosialisasi dari kalangan dosen, guru, kepala sekolah minimal S1 atau D-IV dan memiliki empat kompe-
dan pengawas serta telah melakukan training of tensi utama yakni kompetensi pedagogic, kompe-
trainers (TOT) dalam bulan-bulan terakhir ini. tensi professional, kompetensi kepribadian dan
Dipastikan bahwa mulai tahun ajaran baru 2016/ kompetensi sosial. Artinya, kemampuan dasar guru
2017, semua satuan pendidikan dari jenjang pendi- ini sudah menjadi modal penting untuk menerapkan
dikan dasar dan menengah di Indonesia akan kurikulum tersebut. Namun demikian, belajar dari
menerapkan kurikulum 2013. implementasi Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat

161
162 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

Satuan Pendidikan = KTSP), salah satu faktor dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat
penyebab ketidakterlaksanaan kurikulum sesuai yang terus berubah terutama kondisi kekinian dari
dengan rohnya justru terletak pada faktor guru. masyarakat bangsa Indonesia.
Bagaimana kesiapan guru dalam melaksanakan K- Tantangan internal lainnya terkait dengan
13? perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
Tulisan ini akan menyoroti dua hal penting. pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
Pertama, gambaran ringkas tentang K-13 dan karak- jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64
teristiknya dan pada bagian kedua, akan disoroti tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-
tentang profesionalisme guru dan kesiapannya anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65
dalam menerapkan K-13. tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini
akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035
MENGAPA KURIKULUM 2013? pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu
Pertanyaan ini sering diajukan oleh masyarakat tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
awam bahkan juga menjadi diskusi yang menarik mengupayakan agar sumberdaya manusia usia pro-
dalam berbagai media massa. Ada kesan yang sinis duktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
bahwa setiap kali terjadi pergantian menteri pendi- menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompe-
dikan pasti akan diikuti dengan pergantian kebijakan, tensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak
termasuk pergantian kurikulum. Penilaian semacam menjadi beban bagi masyarakat dan bangsa.
itu tidak keliru, tetapi jika dicermati secara baik per- Selain kondisi potensial tersebut, kondisi kehi-
gantian atau perubahan kurikulum selalu didasarkan dupan sosial kemasyarakatan bangsa Indonesia
atas beberapa pertimbangan utama. Setidak- masih rapuh dengan permasalahan disintegrasi
tidaknya ada tiga hal yang menjadi fakctor pendo- bangsa, terutama pasca reformasi yang dipicu oleh
rong utama dalam perubahan atau pergantian kuri- ketimpangan pembangunan yang tidak merata
kulum. Pertama, factor ledakan ilmu pengetahuan sehingga memunculkan kecemburuan sosial, ke-
dan teknologi yang berkembang begitu pesat. Kedua, tidakpuasan antar kawasan yang memunculkan ber-
factor perubahan-perubahan dalam masyarakat bagai gangguan keamanan dan ketertiban masya-
dalam berbagai pranatanya yang menyebabkan rakat. Juga kondisi pluralitas bangsa Indonesia
adanya perubahan dalam tata nilai, pola hidup, dan menjadi faktor potensial bagi munculnya disintegrasi
kebutuhan-kebutuhan baru. Ketiga, factor tuntutan- bangsa yang dipicu oleh masalah suku, agama, ras
tuntutan baru di dalam dunia kerja yang membuat dan antargolongan (SARA) (Payong, 2011).
kebutuhan dan kualifikasi serta keterampilan-kete-
rampilan dari lulusan yang dibutuhkan dalam dunia Tantangan Eksternal
kerja berubah-ubah (Nasution, 1999; Jacob, 2010). Selain tantangan internal, Bangsa Indonesia juga
Secara umum, Kurikulum 2013 dikembangkan dihadapkan dengan tantangan eksternal yang ter-
berdasarkan dua faktor utama berikut yakni faktor- utama yang berhubungan dengan arus globalisasi
faktor yang berasal dari tantangan-tantangan dan berbagai isu yang terkait dengan masalah
internal dan faktor-faktor yang berupa tantangan- lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
tantangan eksternal. kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkem-
bangan pendidikan di tingkat internasional. Arus
Tantangan Internal globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat
Tantangan internal antara lain terkait dengan dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendi- masyarakat industri dan perdagangan modern
dikan yang mengacu kepada Standar Nasional seperti dapat terlihat di World Trade Organization
Pendidikan (PP 19 tahun 2005) yang meliputi standar (WTO), Association of Southeast Asian Nations
isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, penga-
Menurut PP 19/2005, standar kompetensi lulusan, ruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan
standar isi, standar proses, dan standar penilaian transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan
yang menjadi esensi kurikulum harus selalu selaras Indonesia di dalam studi International Trends in
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 163

International Mathematics and Science Study di luar sekolah. Di sekolah, siswa belajar tidak
(TIMSS) dan Program for International Student hanya teori tetapi juga mempraktikkan teori-
Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menun- teori tersebut dalam berbagai sikap dan
jukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak perilakunya. Siswa juga dapat memanfaatkan
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang lingkungan dan masyarakat sebagai sumber
dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan belajarnya. Melalui kondisi ini, siswa sebetulnya
antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di mengalami pengalaman-pengalaman autentik.
TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Siswa yang belajar tentang tanaman dalam pe-
Indonesia. lajaran IPA misalnya, tidak hanya mengguna-
kan alat peraga atau juga media yang sudah
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 tersedia di sekolah tetapi dapat memanfaatkan
Dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum tanaman dari lingkungan yang nyata. Demikian
sebelumnya, K-2013 memiliki karakteristik sebagai juga, belajar tentang realitas sosial tertentu bisa
berikut: dilakukan pengamatan langsung terhadap situasi
1. Keseimbangan dalam pengembangan sikap kehidupan sosial di dalam masyarakat. Singkat-
(spiritual dan sosial, kuriositas, kreativitas, nya, K-13 memberikan pengalaman-pengalaman
kerja sama dengan kemampuan intelektual belajar yang autentik yang langsung menghu-
dan psikomotorik bungkan pengetahuan dan keterampilan yang
K-13 memiliki keunikan dalam pengembangan diperoleh dengan kenyataan konkret yang ada
aspek kemampuan secara utuh dan terintegrasi. di dalam lingungkan atau masyarakat.
Pengetahuan memiliki kaitan yang erat dengan 3. Penerapan langsung pengetahuan, kete-
sikap dan keterampilan, juga ditunjang oleh rampilan dan sikap dalam situasi konkret
keterampilan-keterampilan lain yang ikut ber- di sekolah dan masyarakat
pengaruh secara langung atau tidak (soft skills) Pembelajaran dalam kurikulum-kurikulum
dalam pencapaian ketiga kemampuan tersebut. sebelumnya sering membuat distingsi antara
Apa yang dinamakan kompetensi adalah suatu apa yang dipelajari di sekolah dan apa yang
kemampuan yang utuh yang melibatkan ketiga akan dilakukan oleh siswa setelah berada di
aspek tersebut dan didukung oleh berbagai ke- luar situasi sekolah. Tidak mengherankan bah-
terampilan lainnya (soft skills). Keseimbangan wa di sekolah siswa bisa memperlihatkan sikap
ini patut dijaga sebab dalam kenyataan, kemam- dan perilaku yang baik atau positif karena
puan manusia untuk menggunakan pengeta- berada dalam pengawasan guru dan tentu saja
huannya secara fungsional selalu melibatkan menjadi unsure penilaian tertentu. Namun di
aspek-aspek afektif dan juga keterampilan- luar sekolah mereka bias bersikap dan berperi-
keterampilan tertentu. Orang yang terampil me- laku lain. Fenomen seperti kenakalan remaja
lakukan sesuatu, pasti harus ditunjang dengan serta berbagai perilaku negative lainnya yang
ketelitian, kegairahannya untuk bekerja, dorongan melibatkan para siswa memperlihatkan bahwa
dan kemauan serta faktor-faktor lainnya. nilai-nilai yang dipelajari di sekolah tidak me-
2. Keragaman sumber belajar yang kaya yang nyentuh dan mempengaruhi sikap dan perilaku
memberikan pengalaman belajar yang mereka di luar sekolah. Dalam K-13, sikap,
autentik pengetahuan, dan keterampilan yang dipelajari
Dalam K-13, sekolah tidak dianggap sebagai di sekolah bukanlah khasanah yang mati tetapi
satu-satunya lingkungan dan sumber belajar harus diterapkan siswa dalam berbagai situasi
tetapi merupakan bagian dari masyarakat yang di sekolah dan masyarakat. Karena itu tagihan
memberikan pengalaman belajar terencana terhadap kemampuan-kemampuan tersebut
dimana peserta didik harus mampu menerapkan juga melibatkan peran dan partisipasi dari pihak
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan lain terutama dari orang tua, tokoh masyarakat
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber yang ada di masyarakat.
belajar. Sekolah juga bukan merupakan suatu 4. Kompetensi Inti sebagai pengikat semua
lingkunan artifisial tetapi sebuah lingkungan mata pelajaran
autentik, lingkungan di mana anak mengalami Dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya, masing-
kehidupan yang nyata seperti halnya yang dialami masing mata pelajaran memiliki standar kompetensi
164 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

dan kompetensi dasar untuk dicapai yang berdiri Landasan filosofis dalam pengembangan kuri-
sendiri. Pengembangannya pun bersifat parsial kulum menentukan kualitas peserta didik yang akan
fragmentaris. Pengikat semua mata pelajaran dicapai, sumber dan isi dari kurikulum, proses pem-
hanya pada tujuan pendidikan pada jenjang itu. belajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
Antara satu mata pelajaran dengan mata pela- hubungan peserta didik dengan masyarakat dan ling-
jaran lain tidak terdapat pengikat. Dalam K- kungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikem-
13, semua mata pelajaran diikat oleh empat bangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
kompetensi inti yang sama yakni: kompetensi dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta
inti sikap spiritual (KI – 1), kompetensi inti sikap didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang
sosial (KI – 2), kompetensi inti pengetahuan tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Dari
(KI – 3) dan kompetensi inti keterampilan (KI – semua aliran filsafat pendidikan, tidak ada satupun
4). Keempatnya memiliki indicator yang rela- filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
tive sama disesuaikan dengan tingkatan dan spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat
tahapan perkembangan siswa. Kompetensi inti menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun
tersebut kemudian dijabarkan ke dalam kom- sebagai bangsa yang sudah memiliki falsafah bangsa
petensi dasar dari setiap mata pelajaran yang dan pandangan hidup bangsa sendiri, filsafat Pancasila
berbeda-beda. Keberadaan kompetensi inti menjadi kiranya menjadi satu landasan penting dalam me-
gambaran bahwa K-13 memang bersifat holistik ngembangkan kurikulum ini. Sehubungan dengan itu,
integratif. Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan
Dari beberapa karaktersitik tersebut maka filosofi sebagai berikut.
tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup Pendidikan Berakar pada Budaya Bangsa untuk
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, Membangun Kehidupan Bangsa Masa Kini dan
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu Masa Mendatang
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, ber- Menurut pandangan dan keyakinan ini, Kuri-
bangsa, bernegara, dan peradaban dunia. kulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya
bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
LANDASAN KURIKULUM 2013 membangun kehidupan masa kini, dan untuk mem-
Selain sebagai penjabaran dan implementasi bangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik
dari berbagai peraturan dan undang-undang yang di masa depan. Kurikulum harus mampu memper-
berkaitan dengan pendidikan (UU No. 20 tahun siapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan.
2003; PP No. 19 tahun 2005 dan perubahannya), Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi
Kurikulum 2013 memiliki beberapa landasan yang muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum.
cukup ilmiah. Berikut akan dikemukakan beberapa Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan
landasah ilmiah dari kurikulum ini. masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengem-
bangkan pengalaman belajar yang memberikan
Landasan Filosofis kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai
Landasan filosofis memberikan gambaran ten- kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa
tang bagaimana tujuan dan cita-cita yang dapat diha- kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan
rapkan dari pendidikan dan bagaimana pendidikan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai
itu diimplementasikan agar mampu mewujudkan pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli ter-
tujuan-tujuan pendidikan nasional (Payong, 2007). hadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa
Tentu saja dalam menetapkan landasan filosofis, kini.
para pengembang sudah mengkaji berbagai aliran
filsasat, terutama filsafat-filsafat pendidikan yang Peserta Didik sebagai Pewaris Budaya Bangsa
berlaku selama ini dan mencermati secara seksama yang Kreatif
unsur-unsur positif dari aliran-aliran tersebut yang Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa
dapat dijadikan sebagai dasar pijakan untuk meru- di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah
muskan ideal manusia yang akan dibentuk melalui sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
kurikulum ini. untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 165

adalah suatu proses yang memberi kesempatan ke- masyarakat selama PD II. Karena itu mereka
pada peserta didik untuk mengembangkan potensi berkeyakinan bahwa pendidikan dapat membawa
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan masyarakat menuju kepada tatanan baru yang
kecemerlangan akademik dengan memberikan sesuai dengan kehidupan gereja pada abad-abad
makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, pertama yang penuh dengan cinta kasih dan persau-
dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna daraan (Payong, 2007). Pendidikan merupakan
yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai suatu proses sosial yang dapat menjadi instrumen
dengan tingkat kematangan psikologis serta kema- efektif dalam membangun kembali kebudayaan dan
tangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan warisan-warisan masyarakat melalui melalui penye-
kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam lidikan dan wacana rasional. Kaum rekonstruksionis
akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keung- menolak indoktrinasi dan mendukung adanya diskusi
gulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan atau wacana rasional dalam rangka mencari jalan
rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan pemecahan terhadap masalah-masalah sosial
dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan ber- untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
bangsa masa kini dan di masa depan. kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyele-
saian masalah sosial di masyarakat, dan untuk mem-
Pendidikan Mengembangkan Kecerdasan bangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih
Intelektual dan Kecemerlangan Akademik baik. Dengan demikian, Kurikulum 2013 mengguna-
melalui Pendidikan Disiplin Ilmu kan filosofi sebagaimana di atas dalam mengem-
Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum bangkan kehidupan individu peserta didik dalam
adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pem- beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan
belajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri
mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pela- seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat,
jaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bangsa dan ummat manusia.
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan inte-
lektual dan kecemerlangan akademik. Esensialisme Landasan Pedagogis
beranggapan bahwa terdapat pengetahuan, kete- Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pen-
rampilan yang esensial dalam kehidupan masyarakat didikan berdasarkan standar” (standard-based
serta kebudayaan manusia. Untuk menguasai ilmu education), dan teori kurikulum berbasis kompe-
pengetahuan dan keterampilan tersebut maka seko- tensi (competency-based curriculum). Pendidikan
lah harus berfungsi untuk mengembangkan inteli- berdasarkan standar menetapkan adanya standar
gensi untuk menguasai berbagai macam disiplin, nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang
keterampilan hidup (life skills) dan keterampilan- dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
keterampilan dasar (basic skills) (Payong, 2007). kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
Pendidikan untuk Membangun Kehidupan pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar peni-
Masa Kini dan Masa Depan yang Lebih Baik laian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi
(Experimentalism and Social Reconstructivism) dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
Rekonstruksionisme adalah aliran filsafat yang seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengem-
melanjutkan cara berpikir kaum progresivis tentang bangkan kemampuan untuk bersikap, berpengeta-
pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang huan, berketerampilan, dan bertindak.
pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini Kurikulum 2013 menganut asas berikut: (1)
di sekolah, tetapi haruslah menjadi pelopor masya- pembelajaran yang dilakukan guru (taught curri-
rakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan culum) dalam bentuk proses yang dikembangkan
(Payong, 2007). Bagi kaum rekonstruksionis, pen- berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan
didikan merupakan instrumen penting yang dapat masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung
melakukan transformasi dalam kehidupan masya- peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan
rakat. Aliran ini melihat sekolah memegang peranan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
penting dalam pembangunan masyarakat. Ide kaum peserta didik. Pengalaman belajar langsung indivi-
rekonstruksionis lahir dari pengalaman kehancuran dual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
166 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus
hasil kurikulum. menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu
dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan
Landasan Sosiologis jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan
Pendidikan juga selalu berurusan masyarakat akan mampu memberikan kontribusi secara optimal
yang sangat dinamis dan terus berubah. Perkem- dalam upaya membangun masyarakat berbasis
bangan masyarakat dengan berbagai tuntutan, tata pengetahuan (knowledge-based society).
nilai dan pola hidupnya sungguh berjalan begitu cepat
dan seting tidak dapat diantisipasi oleh pendidikan Landasan Psikologis
melalui instrument kurikulumnya (Nasution, 1999). Landasan psikologis umumnya berbicara ten-
Toffler (Zuhal, 2010) mengemukakan bahwa tang manusia dan proses perkembangannya (kog-
perkembangan masyarakat terkait dengan perkem- nitif, afektif, sosial, emosional, dsb), proses belajar
bangan teknologi dari dulu sampai sekarang paling manusia, dan berbagai kemampuan atau karakteris-
tidak dikelompokkan atas empat gelombang. tik psikologis manusia lainnya yang dianggap mem-
Gelombang peradaban pertama didorong pengaruhi kemampuannya untuk belajar (bakat,
oleh revolusi pertanian. Gelombang ini merupakan kecerdasan, motivasi, sikap, gaya belajar, gaya kog-
yang tertua terutama pada masyarakat agraris nitif, dsb) serta bagaimana intervensi pembelajaran
dengan berbagai karakteristiknya. Teknologi masih yang tepat sesuai dengan karakteristik psikologis
terbatas terutama dengan memanfaatkan pengeta- tersebut (Payong, 2007).
huan astronomi sederhana untuk mengenal musim Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi
dsb. Sistem ekonomi masih berupa sistem ekonomi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang ber-
merkantilisme berbasis sumber daya alam. sumbu pada perkembangan peserta didik beserta
Gelombang peradaban kedua adalah revo- konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai
lusi industry yang dimulai sejak abad ke-18-19. Pada dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi
era ini, iptek berkembang dengan sangat pesat, didu- ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan
kung oleh berbagai penemuan baru. Sistem ekonomi sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai
yang menonjol adalah sistem ekonomi yang dilahir- dengan perkembangan psikologisnya dan mendapat-
kan dari teori ekonomi Adam Smith bahwa ekonomi kan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks
hanya bisa berkembang dengan baik jika campur lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama
tangan negara dibatasi. Sistem produksi juga meng- menjadi prioritas dalam merancang kurikulum untuk
gunakan sistem mass production. jenjang pendidikan dasar khususnya SD. Oleh
Gelombang peradaban ketiga sering disebut karena itu pendidikan di SD yang selama ini sangat
peradaban ekonomi berbasis pengetahuan (know- menonjolkan kurikulum dan pembelajaran berbasis
ledge-based economy). Ini sebagai revisi terhadap mata pelajaran, perlu dikembangkan menjadi kuri-
model ekonomi berbasis sumber daya alam (resources- kulum yang bersifat tematik-terpadu. Konsep kuri-
based economy) yang digunakan dalam peradaban kulum tematik-terpadu mencerminkan pertimbangan
gelombang pertama dan kedua. psikopedagogis anak usia sekolah yang sangat me-
Sedangkan gelombang peradaban keempat merlukan penanganan kurikuler yang sesuai dengan
yang sudah mulai berkembang pada saat ini dimulai perkembangannya. Sementara itu implementasi
dengan teknologi nano (nanotech). pendidikan di SMP dan SMA/SMK yang selama
Landasan sosiologis Kurikulum 2013 dikem- ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu
bangkan atas dasar adanya kebutuhan akan peru- dikembangkan menjadi kurikulum yang menekankan
bahan rancangan dan proses pendidikan dalam pada proses pembangunan sikap, pengetahuan, dan
rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, keterampilan peserta didik melalui berbagai pende-
bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam katan yang mencerdaskan dan mendidik. Penguasa-
tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkem- an substansi mata pelajaran tidak lagi ditekankan
bangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan
dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan
seni. Perubahan ini dimungkinkan karena berkem- melalui pembelajaran otentik. Dengan demikian
bangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan
kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 167

manusia, juga mewujudkan proses pembudayaan Standar Isi


peserta didik sepanjang hayat. Istilah kurikulum kadang-kadang diidentikkan
dengan isinya, yakni apa yang akan diajarkan melalui
APA SAJA YANG BARU DARI KURIKULUM penataan mata pelajaraan-pelajaran. Standar isi
2013? untuk Kurikulum 2013 SD/MI diatur dalam
Setiap perubahan kurikulum apa saja, paling Permendikbud No. 21 tahun 2016.
tidak ada empat aspek yang memperlihatkan keba- Secara umum, standar isi dalam K-13 berisi
ruan dari kurikulum tersebut yakni: standar isi, stan- struktur kurikulum yang merupakan pengorgani-
dar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar sasian kompetensi dan ruang lingkup materi. Kom-
evaluasi. Dibalik keempat aspek itu, terkandung petensi dirumuskan seusai dengan empat kompe-
falsafah atau ideology tertentu yang tali temali dengan tensi inti yang merupakan tingkat kemampuan untuk
sejumlah imperative. Berikut saya akan menjelaskan mencapai standar kompetensi lulusan yang harus
beberapa aspek itu. dimiliki seseorang peserta didik pada setiap kelas
dan jenjang. Kompetensi inti dalam K-13 mencakup:
Standar Kompetensi Lulusan kompetensi inti sikap spriritual (KI 1), kompetensi
Standar kompetensi lulusan adalah deskripsi inti sikap sosial (KI 2), kompetensi inti pengetahuan
kemampuan-kemampuan minimal yang harus dimi- (KI 3) dan kompetensi inti keterampilan (KI 4).
liki oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu Sementara itu kompetensi dasar pada K-13 berisi
program pendidikan. Standar kompetensi lulusan kemampuan dan muatan pembelajzran yang me-
juga adalah criteria minimal mengenai kualifikasi ngacu kepada kompetensi inti. Kompetensi dasar
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan merupakan penjabaran dari kompetensi inti yang
keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa setelah mencakup kompetensi dasar sikap spiritual, kompe-
menyelesaikan suatu program pendidikan. Adapun tensi dasar sikap sosial, kompetensi dasar pengeta-
standar kompetensi lulusan telah diatur dalam huan dan kompetensi dasar keterampilan.
Permendikbud No. 54 tahun 2013 tentang Standar Semua mata pelajaran memiliki kompetensi inti
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan yang sama, sedangkan kompetensi dasar disesuai-
Menengah. kan dengan bahan kajian dari mata pelajaran tersebut
Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai yang telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat
acuan utama untuk pengembangan standar isi, stan- membantu pencapaian kompetensi inti.
dar proses dan standar evaluasi. Penetapan standar Dalam standar isi ini juga diatur pedoman mata
kompetensi lulusan didasarkan atas tuntutan atau pelajaran dan pembelajaran tematik terpadu yang
imperative-imperatif tertentu baik yang berasal dari termuat dalam lampiran. Pedoman mata pelajaran
dalam maupun dari luar. Dibandingkan dengan dan pembelajaran tematik terpadu adalah profil utuh
KTSP 2006, standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajadan dan pengembangan muatan mata
dalam K-13 lebih bersifat komprehensif melalui pelajaran menjadi pembelajaran tematik terpadu
peningkatan keseimbangan antara soft skills dan berisi latar belakang, karakteristik pelajaran, penger-
hard skills yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, tian, prinsi, kompetensi inti dan kompetensi dasar,
dan keterampilan. Kompetensi lulusan juga didukung desain pembelajaran, model pembelajaran, penilaian,
oleh semua mata pelajaran yang ditetapkan melalui media dan sumber belajar dan peran guru sebagai
apa yang disebut kompetensi inti (KI). Kompetensi pengembangan budaya sekolah.
inti mengikat semua mata pelajaran pada empat hal Pedoman mata pelajaran dan pembelajaran
yakni sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2), tematik terpadu digunakan oleh guru untuk 1)
Pengetahuan (KI-3) dan Keterampilan (KI-4). memahami secara utuh mata pelajaran dan tema
Keempat kompetensi ini ada pada semua mata pembelajaran sesuai dengan karakteristik K-13 pada
pelajaran dan menjadi penghelanya. Adapun standar SD/MI, 2) sebagai acuan dalam penyusunan dan
kompetensi lulusan sebagaimana yang diamanatkan penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran
oleh Permendikbud No. 20 tahun 2016 adalah (RPP).
sebagai berikut:
168 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

Tabel 1. Standar Kompetensi Lulusan


SD/MI/SDLB/Paket A SMP/MTs/SMPLB/Paket B SMA/MA/SMALB/Paket C
SIKAP
Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap: mencerminkan sikap: mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada 1. beriman dan bertakwa kepada 1. beriman dan bertak wa kepada
Tuhan YME, Tuhan YME, Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan peduli, 2. berkarakter, jujur, dan peduli, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggun gjawab, 3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati sepanjang 4. pembelajar sejati sepanjang 4. pembelajar sejati sepanjang
hayat, dan hayat, dan hayat, dan
5. sehat jasmani dan ro hani 5. sehat jasmani dan rohani 5. sehat jasmani dan rohani

sesuai dengan perkembangan anak sesuai dengan perkembangan anak sesuai dengan p erkembangan
di lingkungan keluarga, sekolah, di lingkungan keluarga, sekolah, anak d i lingkungan keluarga,
masyarakat dan lingkungan alam masyarakat dan lingkungan alam sekolah, masyarakat dan
sekitar, bangsa, dan negara. sekitar, b angsa, negara, dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
kawasan regional. negara, kawasan regional, dan
internasional.
PENGETAHUAN
Memiliki pengetahuan faktual, Memiliki pengetahuan faktual, Memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan konseptual, prosedural, d an konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar metakognitif pada tingkat teknis dan metakognitif pada tingkat teknis,
berkenaan dengan: spesifik sederhana berkenaan spesifik, detil, dan kompleks
1. ilmu pengetahuan, dengan: berkenaan dengan:
2. teknolo gi, 1. ilmu pengetahuan, 1. ilmu pen getahuan,
3. seni, dan 2. teknologi, 2. teknologi,
4. budaya. 3. seni, dan 3. seni,
4. budaya. 4. budaya, dan
Mampu mengaitkan pengetahuan di 5. humaniora.
atas dalam ko nteks diri sendiri, Mampu mengaitkan pengetahuan di
keluarga, sekolah, masyarakat dan atas dalam konteks diri sendiri, Mampu mengaitkan pengetahuan
lingkungan alam sekitar, bangsa, keluarga, sekolah, masyarakat dan di atas dalam ko nteks diri
dan negara. lingkungan alam sekitar, bangsa, sendiri, keluarga, sekolah,
negara, d an kawasan regional. masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, serta
kawasan regional dan
internasional
KETERAMPILAN
Memiliki keterampilan berpikir dan Memiliki keterampilan berpikir dan Memiliki keterampilan berp ikir
bertindak: bertindak: dan bertind ak:
1. kreatif, 1. kreatif, 1. kreatif,
2. produktif, 2. produktif, 2. produktif,
3. kritis, 3. kritis, 3. kritis,
4. mandiri, 4. mandiri, 4. mandiri,
5. kolaboratif, dan 5. kolaboratif, dan 5. kolab oratif, dan
6. komunikatif 6. komunikatif 6. komunikatif

melalui pendekatan ilmiah sesuai melalui pendekatan ilmiah sesuai melalui pendekatan ilmiah
dengan tahap perkembangan anak dengan yang dipelajari di satuan sebagai pengembangan dari yang
yang relevan dengan tugas yang pendidikan dan sumber lain secara dipelajari di satuan pendidikan
diberikan mandiri dan sumber lain secara mandiri
Sumber: Permendikbud No. 20 tahun 2016

Standar Proses Menengah. Standar proses tersebut mencakup gam-


Standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran baran tentang hakikat dan karakteristik pembela-
K-13 diatur dalam Permendikbud No. 22 tahun 2016 jaran, model dan pendekatan pembelajaran, serta
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan tahapan-tahapan pembelajaran.
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 169

Hakikat Pembelajaran keterjalinan, keterpaduan, dan konsistensi antara


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta keluarga, sekolah, dan masyarakat harus diupayakan
didik dengan sumber-sumber belajar sehingga dan diperjuangkan secara terus menerus karena tri-
tercapai hasil belajar dalam bentuk perubahan- pusat pendidikan tersebut sekaligus menjadi sumber
perubahan perilaku atau pencapaian kompetensi belajar yang saling menunjang.
tertentu. Pembelajaran di sini adalah suatu proses Sekolah merupakan bagian dari masyarakat
pengembangan potensi dan pembangunan karakter yang memberikan pengalaman belajar terencana di
setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari
pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
dan masyarakat. Proses tersebut memberikan ke- masyarakat sebagai sumber belajar. Peserta didik
sempatan kepada peserta didik untuk mengembang- mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keteram-
kan potensi mereka menjadi kemampuan yang pilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi,
semakin lama semakin meningkat dalam sikap di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses terse-
(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan but berlangsung melalui kegiatan tatap muka di kelas,
yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri.
bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran
kesejahteraan hidup umat manusia. Lokus pem- ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta
belajaran dapat terjadi di dalam keluarga, di sekolah didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai
dan masyarakat. pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
Keluarga merupakan tempat pertama bersemai- kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontri-
nya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, busi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, ber-
dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, negara, dan berperadaban dunia. Peserta didik ada-
peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan lah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara
oleh sekolah. Dalam kaitan dengan implementasi aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan meng-
Kurikulum 2013, keluarga dalam hal ini orang tua gunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus
menjadi mitra pendidik di sekolah dalam mengem- berkenaan dengan kesempatan yang diberikan ke-
bangkan kemampuan-kemampuan tertentu, teruta- pada peserta didik untuk mengkonstruksi pengeta-
ma berhubungan dengan pengembangan sikap dan huan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar
perilaku (spiritual maupun sosial). memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik perlu didorong untuk bekerja meme-
peserta didik yang dilakukan melalui program intra- cahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran.
Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan- Prinsip-Prinsip Pembelajaran dalam Kurikulum
kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung 2013
dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, Kegiatan pembelajaran dalam konteks
tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
proyek atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan sebagai berikut:
ekstrakurikuler dilaksanakan melalui berbagai ke- 1. Prinsip Konstruktivisme. Dalam prinsip ini,
giatan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung siswa diasumsikan sebagai subjek yang aktif
dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, dan memiliki kemampuan dan dorongan belajar
palang merah remaja, festival seni, bazar, dan dan mencari tahu. Siswa bukanlah botol kosong
olahraga. yang siap untuk diisi melainkan perlu dipacu
Masyarakat merupakan tempat pendidikan untuk mengisi pundi-pundi khasanah pengeta-
yang jenisnya beragam dan pada umumnya sulit huan dan keterampilannya melalui berbagai
diselaraskan antara satu sama lain, misalnya media stimulasi dari guru. Sehubungan dengan itu,
massa, bisnis dan industri, organisasi kemasyara- siswa harus difasilitasi dengan berbagai sumber
katan, dan lembaga keagamaan. Untuk itu para belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
tokoh masyarakat tersebut semestinya saling koordi- 2. Prinsip Integratif dan Terfokus Kepada
nasi dan sinkronisasi dalam memainkan perannya Kompetensi. Pembelajaran yang efektif harus
untuk mendukung proses pembelajaran. Singkatnya, mampu menuntun siswa untuk mencapai
170 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. dalam kehidupan nyata para siswa. Kemam-
Capaian kompetensi juga bersifat integratif yang puan soft skill lahir sebagai dampak tidak lang-
mencakup aspek sikap, pengetahuan dan kete- sung dari berbagai pengalaman belajar yang
rampilan secara seimbang. Karena itu, tagihan dialami.
terhadap pencapaian kompetensi juga harus 6. Prinsip Pelembagaan Nilai. Prinsip ini me-
dilakukan secara holistic komprehensif. nuntut agar setiap pembelajaran dalam latar apa
3. Prinsip Belajar Autentik dan Bermakna. saja dengan menggunakan sumber belajar atau
Pembelajaran di sekolah harus mampu me- pendekatan apa saja hendaknya terkandung
ngembangkan kompetensi siswa secara fung- nilai-nilai tertentu yang diharapkan dapat
sional. Artinya kemampuan-kemampuan yang membentuk watak atau karakter peserta didik.
dikembangkan dalam pembelajaran harus bias Nilai-nilai itu tidak diajarkan secara langsung,
diterapkan atau diaplikasikan di dalam kehi- tetapi dilembagakan melalui budaya sekolah,
dupan nyata para siswa. Karena itu wawasan tradisi-tradisi positif, penegakan disiplin dan
teoretik yang diperoleh siswa harus diperkaya aturan serta juga keteladanan dari para guru di
dengan pengalaman-pengalaman konkret siswa sekolah. Guru harus mampu memainkan peran
sehingga pengetahuan para siswa menjadi sebagai ing ngarso sun tulodo, ing madya
bermanfaat. Prinsip ini didasarkan pada asumsi mangun karso dan tutwuri handayani.
bahwa belajar yang efektif dan berdaya guna Pelembagaan nilai menjadi tanggung jawab
hanya bisa terwujud jika pengetauan dan kete- tidak hanya pada guru mata pelajaran seperti
rampilan yang dipelajari siswa memiliki keter- agama dan budi pekerti tetapi juga tanggung
kaitan dengan konteks kehidupan para siswa jawab semua guru mata pelajaran. Itulah
sendiri baik saat ini maupun di kemudian hari. sebabnya, melalui tagihan wajib pada empat
Karena itu pembelajaran dapat saja terjadi di kompetensi inti secara konsisten maka diharap-
sekolah, di rumah atau di lingkungan masya- kan bahwa pelembagaan nilai dan pembentukan
rakat. Dalam konteks inilah para siswa dapat karakter juga akan terwujud.
memperoleh pengalaman-pengalamann nyata 7. Prinsip Perbedaan Individual. Pembelajaran
yang memiliki nilai-nilai pedagogis tertentu. yang baik juga harus ramah terhadap berbagai
4. Prinsip Kreativititas. Pembelajaran harus perbedaan individual yang dimiliki siswa. Siswa
mampu mengembangkan kemampuan kreati- berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,
vitas siswa, tidak hanya kemampuan- memiliki kemampuan intelektual, minat, motivasi
kemampuan reproduktif. Siswa harus dilatih yang berbeda-beda. Perbedaan individual siswa
untuk menemukan berbagai macam kebenaran ini harus menjadi perhatian dalam kemasan
pada berbagai dimensinya melalui pencarian pembelajaran agar tidak ada siswa yang men-
kebenaran. Sehubungan dengan itu, pendekatan jadi korban dari suatu model tertentu yang digu-
utama pembelajaran yakni pendekatan saintifik nakan. Siswa harus merasa disentuh melalui
diharapkan mampu mengembangkan kemam- berbagai pengalaman belajar. Selain itu,
puan berpikir divergen sehingga ketika berha- karakteristik perbedaan individual ini juga harus
dapan dengan masalah-masalah tertentu, siswa mampu mendorong guru untuk mengembang-
mampu menggunakan berbagai macam alter- kan model-model pembelajaran yang lebih
native pemecahan masalah secara kreatif dan ramah terhadap anak, mampu membangkitkan
tidak hanya terpaku pada model-model peme- minat dan kemauan belajarnya serta terlaksana
cahan masalah yang sudah baku. dengan prinsip belajar yang menyenangkan.
5. Prinsip Keseimbangan Hard Skills dan Soft 8. Prinsip Teknologis. Pembelajaran di abad
Skills dalam rangka Belajar Sepanjang teknologi ini menuntut adaptasi dalam peman-
Hayat. Tujuan pembelajaran bukan hanya pem- faatan teknologi demi memaksimalkan dan
bentukan sikap dan keterampilan yang diajarkan mengefektifkan proses belajar. Proses belajar
tetapi juga diharapkan mampu mamacu akan menjadi lebih efisien dan efektif jika digu-
keterampilan-keterampilan hidup yang lain yang nakan teknologi seperti teknologi komunikasi
tidak tercantum secara jelas di dalam kuriku- dan informasi, pemanfaatan computer sebagai
lum. Kemampuan-kemampuan itu berkembang alat bantu pembelajaran (computer-aided
secara tidak sengaja tetapi sangat dibutuhkan instruction), maupun juga teknologi pembelajaran
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 171

lain dalam bentuk media dan sumber belajar Standar Evaluasi


inovatif. Standar yang terakhir dalam sebuah kurikulum
adalah evaluasi. Pedoman dan standar pelaksanaan
Pendekatan Pembelajaran peniliaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diatur
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggu- dengan beberapa peraturan menteri. Standar
nakan pendekatan saintifik atau pendekatan berba- Evaluasi sendiri diatur dalam Permendikbud No. 23
sis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
menggunakan beberapa strategi seperti pembela- yang mencakup: penilaian yang dilakukan oleh pen-
jaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan didik, penilaian yang dilakukan oleh satuan pendi-
suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, dikan, dan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah.
sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery Menurut Permendikbud 23 tahun 2016, standar
learning, project-based learning, problem-based penilaian mencakup prinsip dan pendekatan peni-
learning, inquiry learning. laian, ruang lingkup, teknik dan instrument penilaian,
Kurikulum 2013 menggunakan modus teknik penilaian, mekanisme dan prosedur penilaian,
pembelajaran langsung (direct instructional) dan serta pelaksanaan dan pelaporan hasil penilaian.
tidak langsung (indirect instructional). Pembela- Ruang lingkup penilaian mencakup: penilaian kom-
jaran langsung adalah pembelajaran yang mengem- petensi sikap, penilaian kompetensi pengetahuan
bangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan dan penilaian kompetensi keterampilan. Penilaian
keterampilan menggunakan pengetahuan peserta kompetensi sikap menggunakan instrumen berupa
didik melalui interaksi langsung dengan sumber pengamatan perilaku, penilaian diri, penilaian sesame
belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Da- peserta didik dan jurnal atau catatan guru di dalam
lam pembelajaran langsung peserta didik melakukan dan di luar kelas. Sementara itu penilaian kompetensi
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan pengetahuan menggunakan instrumen tes tertulis,
informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan tes lisan dan penugasan/proyek. Penilaian keteram-
mengomunikasikan. Pembelajaran langsung meng- pilan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian
hasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, portofolio. Sementara itu penilaian hasil belajar yang
yang disebut dengan dampak pembelajaran dilakukan oleh guru menggunakan model peniliaan
(instructional effect). otentik secara berkelanjutan.
Pembelajaran tidak langsung adalah pem-
belajaran yang terjadi selama proses pembelajaran PERANAN GURU DALAM MENGIMPLE-
langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak MENTASIKAN KURIKULUM 2013
pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak Sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum,
langsung berhubungan dengan pengembangan nilai apakah guru siap dan mampu mengimplementasikan
dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Kurikulum 2013? Pertanyaan ini menjadi menarik
Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai karena dua latar belakang. Pertama, dilihat dari
dan sikap yang dilakukan dalam proses pembela- hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG) dalam bebe-
jaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan rapa tahun terakhir kemampuan guru belum mem-
Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila perlihatkan hasil yang menggembirakan. UKG
dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan menguji dua kompetensi dari empat kompetensi
sikap sebagai proses pengembangan moral dan utama guru yakni kompetensi pedagogic dan kom-
perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan petensi professional. Menurut hasil UKG tahun 2015
dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, yang lalu belum ada peningkatan yang berarti dari
dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pem- hasil UKG baik pada kompetensi pedagogic maupun
belajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intraku- kompetensi professional. Data berikut memperli-
rikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang hatkan hasil UKG secara nasional tahun 2015.
terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar seko- Dari hasil ini tampak bahwa kompetensi guru
lah) dalam rangka mengembangkan moral dan baik pada aspek pedagogic maupun professional
perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap. Adapun kurang memuaskan atau belum memenuhi standar.
pendekatan saintifik yang meliputi lima pengalaman Dari hasil UKG secara nasional juga Nampak
belajar dapat disajikan sebagaimana tabel 2. kecenderungan bahwa hasil UKG pada guru-guru
172 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

Tabel 2. Tahapan-tahapan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


SD/MI/SDLB/Paket A SMP/MTs/SMPLB/Paket B SMA/MA/SMALB/Paket C
SIKAP
Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap: mencerminkan sikap: mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada 1. beriman dan bertakwa kepada 1. beriman dan bertak wa kepada
Tuhan YME, Tuhan YME, Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan peduli, 2. berkarakter, jujur, dan peduli, 2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggun gjawab, 3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati sepanjang 4. pembelajar sejati sepanjang 4. pembelajar sejati sepanjang
hayat, dan hayat, dan hayat, dan
5. sehat jasmani dan ro hani 5. sehat jasmani dan rohani 5. sehat jasmani dan rohani

sesuai dengan perkembangan anak sesuai dengan perkembangan anak sesuai dengan p erkembangan
di lingkungan keluarga, sekolah, di lingkungan keluarga, sekolah, anak d i lingkungan keluarga,
masyarakat dan lingkungan alam masyarakat dan lingkungan alam sekolah, masyarakat dan
sekitar, bangsa, dan negara. sekitar, b angsa, negara, dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
kawasan regional. negara, kawasan regional, dan
internasional.
PENGETAHUAN
Memiliki pengetahuan faktual, Memiliki pengetahuan faktual, Memiliki pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan konseptual, prosedural, d an konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar metakognitif pada tingkat teknis dan metakognitif pada tingkat teknis,
berkenaan dengan: spesifik sederhana berkenaan spesifik, detil, dan kompleks
1. ilmu pengetahuan, dengan: berkenaan dengan:
2. teknolo gi, 1. ilmu pengetahuan, 1. ilmu pen getahuan,
3. seni, dan 2. teknologi, 2. teknologi,
4. budaya. 3. seni, dan 3. seni,
4. budaya. 4. budaya, dan
Mampu mengaitkan pengetahuan di 5. humaniora.
atas dalam ko nteks diri sendiri, Mampu mengaitkan pengetahuan di
keluarga, sekolah, masyarakat dan atas dalam konteks diri sendiri, Mampu mengaitkan pengetahuan
lingkungan alam sekitar, bangsa, keluarga, sekolah, masyarakat dan di atas dalam ko nteks diri
dan negara. lingkungan alam sekitar, bangsa, sendiri, keluarga, sekolah,
negara, d an kawasan regional. masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, serta
kawasan regional dan
internasional
KETERAMPILAN
Memiliki keterampilan berpikir dan Memiliki keterampilan berpikir dan Memiliki keterampilan berp ikir
bertindak: bertindak: dan bertind ak:
1. kreatif, 1. kreatif, 1. kreatif,
2. produktif, 2. produktif, 2. produktif,
3. kritis, 3. kritis, 3. kritis,
4. mandiri, 4. mandiri, 4. mandiri,
5. kolaboratif, dan 5. kolaboratif, dan 5. kolab oratif, dan
6. komunikatif 6. komunikatif 6. komunikatif

melalui pendekatan ilmiah sesuai melalui pendekatan ilmiah sesuai melalui pendekatan ilmiah
dengan tahap perkembangan anak dengan yang dipelajari di satuan sebagai pengembangan dari yang
yang relevan dengan tugas yang pendidikan dan sumber lain secara dipelajari di satuan pendidikan
diberikan mandiri dan sumber lain secara mandiri
Sumber: Permendikbud No. 103/2014 dan Permendikbud No. 22/2016
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 173

Tabel 3. Hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015


Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Mengamati (observing) mengamati dengan indra perhatian pada waktu mengamati suatu
(membaca, mendengar, objek/membaca suatu tulisan/ mendengar
menyimak, melihat, menonton, suatu penjelasan, catatan yang dibuat
dan sebagainya) dengan atau tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on
tanpa alat task) yang digunakan untuk mengamati
Menanya (questioning) membuat dan mengajukan jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang
pertanyaan, tanya jawab, diajukan peserta didik (pertanyaan faktual,
berdiskusi tentang informasi yang konseptual, prosedural, dan hipotetik)
belum dipahami, informasi
tambahan yang ingin diketahui,
atau sebagai klarifikasi.
Mengumpulkan mengeksplorasi, mencoba, jumlah dan kualitas sumber yang
informasi/mencoba berdiskusi, mendemonstrasikan, dikaji/digunakan, kelengkapan informasi,
(experimenting) meniru bentuk/gerak, melakukan validitas informasi yang dikumpulkan, dan
eksperimen, membaca sumber instrumen/alat yang digunakan untuk
lain selain buku teks, mengumpulkan data.
mengumpulkan data dari nara
sumber melalui angket,
wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengem-bangkan
Menalar/Mengasosiasi mengolah informasi yang sudah mengembangkan interpretasi, argumentasi
(associating) dikumpulkan, menganalisis data dan kesimpulan mengenai keterkaitan
dalam bentuk membuat kategori, informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi
mengasosiasi atau argumentasi dan kesimpulan mengenai
menghubungkan keterkaitan lebih dari dua
fenomena/informasi yang terkait fakta/konsep/teori, menyintesis dan
dalam rangka menemukan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan
suatu pola, dan menyimpulkan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/
pendapat; mengembangkan interpretasi,
struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan
yang menunjukkan hubungan
fakta/konsep/teori dari dua sumber atau
lebih yang tidak bertentangan;
mengembangkan interpretasi, struktur baru,
argumentasi dan kesimpulan dari
konsep/teori/penda-pat yang berbeda dari
berbagai jenis sumber.
Mengomunikasikan menyajikan laporan dalam bentuk menyajikan hasil kajian (dari mengamati
(communicating) bagan, diagram, atau grafik; sampai menalar) dalam bentuk tulisan,
menyusun laporan tertulis; dan grafis, media elektronik, multi media dan
menyajikan laporan meliputi lain-lain
proses, hasil, dan kesimpulan
secara lisan
Mencipta Mengembangkan suatu produk, produk, inovasi, gagasan atau ide baru
inovasi, gagasan atau ide baru
Sumber: Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbud, 2015

non PNS cenderung lebih tinggi daripada guru-guru pada kelompok guru yang sudah disertifikasi namun
PNS. Dari hasil ini juga Nampak bahwa guru-guru tetap lebih rendah daripada rata-rata guru tetap
di 305 (59%) kabupaten/kota berada di bawah rata- yayasan (GTY) atau guru swasta. Sementara itu,
rata nasional dan standar kompetensi minimal. Hasil dilihat dari kualifikasi guru, sampai tahun 2015,
UKG menurun tajam setelah usia 41 tahun. Semen- masih terdapat 461.116 (15,32%) guru yang belum
tara itu, ada kecenderungan nilai UKG lebih tinggi berkualifikasi S1/D-IV seperti terlihat dari tabel 4.
174 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

Tabel 4. Kualifikasi Guru Menurut Jenjang Pendidikan (2015)*


Hasil Ujian Kompetensi Guru
Jenjang Jumlah
Nilai Nila i Min Nilai Std.
Pendidikan Peserta
Max Rata Deviasi
TK/PAUD 252.631 100 0 59,65 10.19
SD/MI 1.389.859 100 0 54,33 12,99
SMP/MTs 561.164 100 0 5,25 14,45
SMA/MA 254.166
100 0 61,74 15,54
SMK 220.409 100 0 58,30 13,39
Nasional 2.699.516 100 10,00 56,69 12,67
* Termasuk Kepala Sekolah
Sumber: Statistik SD, SMP, SMA, SMK, 2015/2016 (Kemdikbud, 2016)

Kedua, meskipun secara kuantitatif terdapat Dari kedua indikasi dan data-data tersebut di
peningkatan pada jumlah guru yang disertifikasi, atas, ada keraguan terhadap kemampuan guru da-
namun hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan lam mengimplementasikan Kurikululm 2013 dengan
nilai UN sampai tahun 2015 belum memperlihatkan berhasil dan membawa dampak bagi peningkatan
hasil yang menggembirakan seperti terlihat pada mutu pendidikan secara nasional. Hal ini ditunjang
beberapa tabel berikut ini. Secara umum, hasil UN dengan beberapa riset berikut ini mengingat karakte-
pada jenjang SMP/MTs telah berada pada grade B ristik pembelajaran dalam K-13 sebagaimana yang
untuk Bahasa Indonesia sedangkan tiga mata pela- telah diuraikan membuat guru memiliki peranan yang
jaran lain masih berada pada grade C. Sementara sangat strategis.
hasil UN untuk tingkat SMA. Menurut Stronge (2007), guru yang efektif da-
lam menjamin keberhasilan pelaksanaan kurikulum
Tabel 5. Hasil Ujian Nasional SMP Tahun 2015 ditentukan oleh beberapa karakteristik berikut: 1)
Jenjang kemampuan verbal yang baik, 2) pengetahuan peda-
< S1 / D-IV > S1 / D-IV
Pendidikan gogis, 3) sertifikasi, 4) pengetahuan yang memadai
SD 340.264 1.455.349
SMP 86.868 594.554 tentang isi mata pelajaran yang diajarkan, 5) penga-
SMA 13.300 282.612 laman mengajar (Stronge, 2007:3–18).
SMK 20.684 252.669 Kemampuan verbal guru berkorelasi secara
Jumlah 461.116 2.585.184 positif dengan hasil belajar siswa. Hasil penelitian
(Sumber: www.kemdikbud.go.id)

Tabel 6. Hasil Ujian Nasional SMA Jurusan Bahasa Tahun 2015


NILAI Bahasa Bahasa Jumlah
Matematika IPA
UJIAN Indonesia Inggris Nilai
Kategori B C C C C
Rata-Rata 71.06 60.01 56.28 59.88 247.23
Terendah 2.0 2.0 2.5 2.5 20.0
Tertinggi 100.0 100.0 100.0 100.0 398.0
Std. Dev. 14.28 18.24 19.92 17.91 59.10
(Sumber: www.kemdikbud.go.id)

Tabel 7. Hasil Ujian Nasional SMA Jurusan IPA tahun 2015


NILAI Bahasa Bahasa Mate- Sastra Antro- Bahasa Jumlah
UJIAN Indonesia Inggris matika Indonesia pologi Asing Nilai
Kategori C C D C C C C
Rata-Rata 63.56 56.80 46.04 64.53 55.39 63.30 349.62
Terendah 6.1 2.1 2.5 7.5 8.0 6.0 103.4
Tertinggi 100.0 100.0 100.0 100.0 94.0 100.0 555.6
Std. Dev 16.52 18.82 22.11 13.83 14.20 23.69 85.76
(Sumber: www.kemdikbud.go.id)
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 175

Tabel 8. Hasil Ujian Nasional SMA Jurusan IPS 2015


NILAI Bahasa Bahasa Mate- Jumlah
UJIAN Indonesia Inggris matika Fisika Kimia Biologi Nilai
Kategori B C C C C C C
Rata-Rata 75.26 65.83 59 .17 67.43 59.98 64.04 391.71
Terendah 4.0 2.0 2 .5 2.5 2.5 2.5 20.0
Tertinggi 100.0 100.0 10 0.0 100.0 100.0 100.0 581.4
Std. Dev. 13.15 15.42 21 .54 21.06 21.43 18.38 87.99
(Sumber: www.kemdikbud.go.id)

yang dilakukan oleh Coleman, dkk. (1966) memper- terhadap hasil belajar siswa (Darling Hammond,
lihatkan bahwa guru yang memiliki skor yang tingi Berry dan Thoreson, 2001; Goe, 2002, Laczko-Kerr
pada kemampuan verbal mempunyai pengaruh posi- & Berliner, 2002). Siswa yang diajar oleh guru yang
tif langsung terhadap prestasi belajar siswa. Hasil telah disertifikasi dalam mata pelajarannya memiliki
penelitian ini diperkuat dengan penelitian sejenis skor mata pelajaran yang lebih tinggi 7 sampai 10
yang dilakukan oleh Wenglingsky (2000). Penelitian pint pada tes matematika kelas 12 dibandingkan
lain diperlihatkan oleh Strauss dan Sawyer (1986) dengan siswa yang diajar oleh guru yang belum
bahwa siswa yang diajar oleh guru dengan kemam- disertifikasi (Goldhaber & Brewer, 2000).
puan verbal yang tinggi dapat mempengaruhi ke- Pengetahuan tentang isi mata pelajaran (content
mampuan siswa dalam menyelesaikan tes-tes baku. knowledge) juga ditemukan memiliki pengaruh yang
Sementara itu, pengetahuan dan kemampuan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Penelitian
pedagogic guru juga ditemukan memiliki pengaruh Wenglinsky (2000) memperlihatkan adanya hubungan
yang positif bagi hasil belajar siswa. Penelitian yang antara pengetahuan isi pelajaran dengan prestasi
dilakukan oleh Monk (1994) memperlihatkan bahwa belajar siswa. Guru yang memiliki penguasaan yang
ada pengaruh positif dari kemampuan pedagogis tinggi terhadap isi mata pelajaran yang diajarkan
guru yang melewati persiapan pedagogis formal di berkorelasi secara positif dengan tingginya hasil
LPTK terhadap prestasi belajar siswa, khususnya belajar siswa pada mata pelajaran itu. Tentu saja
dalam bidang matematika, sains, dan membaca. kemampuan ini ditunjang juga oleh kemampuan
Selain itu, guru yang menyelesaikan program pendi- verbal yang memadai. Beberapa studi juga memper-
dikan pada lembaga-lembaga pendidikan guru cen- lihatkan bahwa guru yang memiliki penguasaan mata
derung memperlihatkan hasil yang lebih baik pada pelajaran yang tinggi cenderung memberikan
ujian-ujian masuk untuk menjadi guru dibandingkan pertanyaan-pertanyaan yang mengukur kemampuan
dengan guru yang tidak melewati pendidikan formal berpikir tingkat tinggi kepada para siswa, melibatkan
sebagai guru (Gitomer, Latham & Ziomek, 1999). siswa dalam pembelajaran secara aktif, dan mema-
Penelitian yang dilakukan Monk (1994) juga menun- cu kemandirian siswa dalam belajar Wenglinsky
jukkan bahwa hubungan antara antara penguasaan (2000, 2002).
bidang studi guru dengan hasil belajar siswa positif Pengalaman guru juga diidentifikasi berpenga-
hanya pada tingkat tertentu namun penguasaan ruh secara positif dengan hasil belajar dan keefektif-
pedagogik yang lebih memiliki pengaruh substantive an guru. Penelitian menunjukkan bahwa guru
terhadap prestasi belajar siswa. Demikian juga, guru dengan pengalaman yang memadai cenderung
yang senantiasa mengikuti pelatihan-pelatihan memperlihatkan keterampilan perencanaan yang
pengembangan profesionalisme guru seperti lebih baik termasuk kemampuan mengorganisir
lokakarya, studi lanjut, konferensi dll memiliki penyajian materinya secara hirarkis dan sistematis
pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa. (Borko dan Livingston, 1989; Covino & Iwanicki,
Guru yang dipersiapkan dengan baik di LPTK 1996; Jay, 2002). Guru berpengalaman juga diidenti-
menunjukkan keterampilan manajemen kelas yang fikasi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
lebih baik dan mampu menghubungkan isi pelajaran menerapkan berbagai strategi pembelajaran dalam
dengan kebutuhan dan minat siswa (Ferguson dan kegiatan pembelajarannya (Covino & Iwanicki,
Womack, 1993). 1996). Diidentifikasi juga bahwa guru dengan pe-
Riset juga membuktikan bahwa guru-guru yang ngalaman mengajar di atas tiga tahun memiliki
telah disertifikasi memiliki pengaruh yang lebih besar kemampuan dalam mengajar yang lebih baik
176 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 8, Nomor 2, Juni 2016, hlm. 161–177

dibandingkan mereka yang memiliki pengalaman e. Guru juga masih terjebak dalam kerangka pikir
mengajar di bawah tiga tahun (Nye, Konstantopoulos, birokratis dalam menerapkan kurikulum.
& Gedges, 2004). Sekolah dengan guru-guru baru Selama pelatihan guru-guru dalam Program
diidentifikasi cenderung mempunya prestasi belajar BERMUTU di Kabupaten Manggarai 2009-
siswa yang lebih rendah dibandingkan dengan 2013 fokus perhatian guru bukan pada substansi
sekolah-sekolah dengan guru-guru yang sudah inovasi pembelajaran tetapi lebih kepada hal-
berpengalaman. hal teknis birokrasi seperti format-format RPP,
Beberapa temuan penelitian di atas ketika silabus, format penilaian, dsb. Perdebatan-per-
dikaitkan dengan kesiapan guru dalam berbagai debatan yang kami temukan di dalam pelatihan-
focus group discussion (FGD) yang kami lakukan pelatihan lebih berkaitan pada mana format
selama memberikan pelatihan Kurikulum 2013 pada yang resmi yang baku.
tahun 2014 dan juga pelatihan-pelatihan pengem- f. Dorongan dan kemauan untuk belajar dan
bangan profesionalisme guru di wadah-wadah mengembangkan diri belum terlalu terutama
KKG dan MGMP di seluruh Kabupaten Manggarai pada guru-guru yang sudah disertifikasi. Dalam
periode 2009–2015 dapat kami simpulkan sebagai FGD juga kami temukan bahwa tunjangan-
berikut: tunjangan profesi lebih banyak dimanfaatkan
a. Para guru belum siap dengan berbagai inovasi untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak secara
pembelajaran dan masih selalu kembali dengan langsung berdampak pada pengembangan
pola-pola pembelajaran yang lama di mana profesionalismenya. Misalnya, jarang guru
guru masih menjadi pusat (teacher-centered). memanfaatkan dana tunjangan profesi untuk
Inovasi yang diperkenalkan sering berujung membeli buku-buku, kecuali membeli laptop
mubazir karena lebih dilihat nilai proyeknya berlangganan internet karena tuntutan untuk
daripada dampak keberlanjutannya. UKG yang berbasis online.
b. Program kualifikasi dan sertifikasi guru tidak
secara langsung memberikan dampak bagi KESIMPULAN
peningkatan hasil belajar siswa dan bahkan juga Dari beberapa gambaran factual tentang kondisi
bagi nilai-nilai UN selama beberapa tahun guru di atas dikaitkan dengan desain ideal K-13
terakhir. Analisis terhadap hasil UN untuk Kab. maka belum dapat dipastikan apakah K-13 dapat
Manggarai memperlihatkan tidak terdapat diterapkan secara efektif tidak. Kesiapan guru dari
peningkatan yang berarti dalam hasil UN baik sisi kemampuan profesionalnya masih menjadi salah
pada jenjang SMP maupun SMA. satu masalah penting. Tantangan sikap mental guru
c. Program-program pengembangan keprofesioan yang belum selalu siap dengan berbagai inovasi
berkelanjutan sering tidak dilihat sebagai pro- pembelajaran dan kemampuan mengembangkan diri
gram-program strategis yang memiliki nilai masih menjadi persoalan yang harus terus menerus
tambah pada pengayaan wawasan dan kete- diatasi. Karena itu program pengembangan keprofe-
rampilan guru. Pada waktu sertifikasi berbasis sioan berkelanjutan bagi guru harus menjadi program
penilaian portofolio, program-program ini hanya strategis untuk meningkatkan kompetensi dan ke-
dilihat sebagai program yang wajib diikuti siapan guru dalam rangka menerapkan K-13 secara
karena adanya sertifikat untuk menambah bobot efektif. Diharapkan melalui sosialisasi, lokakarya,
penilaian portofolio. dan pembelajaran secara terus-menerus yang akan
d. Akibat sistemik dari pemilihan kepala daerah diberikan kepada guru-guru mampu mengubah sikap
langsung maka sebagian guru terjebak dalam mental mereka dan pola pikir guru sehingga inovasi
praktik-praktik politik praktis yang mempe- pembelajaran dalam K-13 dapat memiliki dampak
ngaruhi kinerjanya dalam pembelajaran dan penting bagi peningkatan mutu pendidikan di
juga dalam hubungan dengan sesame guru di Indonesia.
sekolah. Ini diakibatkan oleh orientasi guru yang
tidak terfokus pada profesionalisme tetapi lebih DAFTAR RUJUKAN
kepada jabatan-jabatan birokrasi baik di level
Borko, H., and Livingston, C. 1989. “Cognition and Im-
sekolah maupun juga di level kecamatan atau
provisation: Differences in Mathematics Instruc-
kabupaten. tion by Expert and Novice Teacher”, American
Payong, Kurikulum 2013 dan Kemampuan Profesionalisme Guru ... 177

Educational Research Journal, 26(4), pp. 473- Case of Harmful Public Policy”, Educational
489. Policy Analysis Archives, 10(37)
Coleman, J.S., dkk. 1966. Equality of Educational Monk, D.H. 1994. “Subject Area Preparation of Second-
Opportinity, Washington DC: Government Print- ary Mathematics and Science Teaching and Stu-
ing Office. dent Achievment”, Economic of Education Re-
Covino, E.A., and Imanicki. 1996. “Experienced Teach- view, 132), pp. 125-145.
ers: Their Constructs on Effective Teaching”, Nasution, S. 1999. Asas-Asas Kurikulum. Bumi Aksara:
Journal of Personnel Evaluation in Education, Jakarta.
11, pp. 325-363. Nye, B., Konstantopoulos, S., and Hedges, L.V. 2004.
Darling-Hammond, L., Berry, B., and Thoreson, A. 2001. “How Large are Teacher Effects?”, Educational
“Does Teacher Certification Matter? Evaluating Evaluation Evaluation and Policy Analysis,,
the Evidence”, Educational Evaluation and 26(3), pp. 237-257.
Policy Analysis, 23 (1) pp. 57-77. Payong, Marselus Ruben. 2007. Pengantar Pendidikan.
Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbud. 2015. Ruteng: STKIP St. Paulus.
“Laporan Hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG) Payong, Marselus Ruben. 2011. “Pendidikan Karakter
2015”. Jakarta: Kemdikbud. dalam Pembelajaran PAK di Sekolah” dalam
Ferguson, P., and Womack, S.T. 1993. “The Impact of Hendrikus Midun dan Kanisius T. Deki (eds),
Subject Matter and Educational Coursework on Membangun Pendidikan Karakter, Prosiding
Teaching Performance”, Journal of Teacher Edu- Seminar Program Studi Pendidkan Teologi
cation, 44(1), pp. 55-63. STKIP St. Paulus Ruteng 2011, STKIP St. Paulus
Gitomer, D.H., Latham, A.S., and Ziomeck, R. 1999. The Ruteng.
Academic Qualitiy of Prospective Teacher: The Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20
Impact of Admisions and Licensures Testing, tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Princeton, NJ: Educational Testing Service. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21
Goldhaber, D.D., and Brewer, D.J. 2000. “Does Teacher tahun 2016 tentang Isi Pendidikan Dasar dan
Certification Matter? High School Teacher Certi- Menengah.
fication Status and Student Achievement”, Edu- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22
cational Evaluation and Policy Analysis, 22(2, tahun 2016 tentang Standar Proses pada
pp. 129-145. Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jacob, Heidi Hayes. 2010. Curriculum 21: Essentials Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23
Education for a Changing World, Alexandria: tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
ASCD. Straus, R.P. and Sawyer, E.A. 1986. “Some New Evidence
Jay, J.K. 2002. “Points on a Continumm: An Expert/Nov- on Teacher and Student Competencies”, Econom-
ice Study of Pedagogical Reasoning”, The Pro- ics of Education Review, 5, pp. 41-48.
fessional Educator, 24(2), pp. 63-74. Stronge, James H. 2007. Qualities of Effective Teachers.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2016. Alexandria: ASCD.
“Statistik Pendidikan SD, SMP, SMA, SMK 2015/ Wenglinsky, H. 2000. How Teaching Matters Bringing
2016”, Jakarta: Kemdikbud. the Classroom Back into Discussions of Teacher
Laczko-Kerr, I., and Berliner, D. 2002. “The Effectiveness Quality. Princeton: NJ: Milikan Family Founda-
of Teach for America and Other Under-Certified tion and Educational Testing Service.
Teachers on Student Academic Achievement: A Zuhal. 2010. Knowledge and Innovation. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai