Anda di halaman 1dari 31

Laporan Hasil Identifikasi dan Wawancara

Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat Adat Manggarai


Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Matakuliah Pendidikan Lingkungan Hidup

RAHASIA KEINDAHAN MATA AIR WAE TELANG DAN BENTUK


KERAIFAN LOKAL ADAT MANGGARAI DALAM PELESTARIAN
LINGKUNGAN
DESA LENDONG, KECAMATAN LEMBOR SELATAN, KABUPATEN
MANGGARAI BARAT

Pelaksana Kegiatan:
1. Angelus Calvin Tagu NPM : 20103019

2. Anastasia Apriliany Pantur NPM : 20103013

3. Anatolius W. Patriagar NPM : 20103015


4. Andriani Vivianti NPM :20103016
5. Angelina Julita NPM :20103018

6. Baptista V. Yonasari NPM :20103027


7. Afralia Saina NPM : 20103002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2024

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk segala rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Adapun hal yang
mendasar dalam laporan ini, penulis mengkaji tentang kearifan lokal di
Wae telang yang berada di Bonda, Kecamatan Lembor Selatan,
Kabupaten Manggarai Barat. Hal ini dilatarbelangkangi, bagaimana
sejarah wae telang dan juga upacara-upacara khusus untuk menjaga
kelestarian wae telang serta bentuk-bentuk larangan masyarak yang
beraktifitas disana. Oleh karena itu, penulis mengkaji tentang kearifan
lokal wae telang di Kabupaten Manggarai Barat. Penyusunan laporan ini
bersumber dari wawancara terhadap beberapa tokoh adat di Bonda.

Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan


laporan ini tidak terlepas dari perhatian, dukungan, bantuan banyak
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Fransiskus Dir,selaku kepala desa di Desa Lendong yang


telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa
melaksanakan wawancara di Wae Telang
2. Bapak Gabriel Lapat, selaku Tua Tembong di Desa Lendong yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa
melaksanakan wawancara tentang sejarah dan pelestarian Wae
Telang
3. Bapak Konstantinus Stadion, selaku Tua Golo di Desa Lendong yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa
melaksanakan wawancara tentang sejarah dan pelestarian Wae
Telang
4. Bapak Hilarius Tari, selaku masyarakat yang mengetahui tentang
sejarah Wae Telang
5. Bapak Zephisius R. E. Ntelok,M.Pd, selaku dosen pengampuh mata
kuliah pendidikan lingkungan hidup yang telah memberikan
penugasan kepada penulis untuk mengkaji tentang Kearifan Lokal

iii
secara langsung maupun tidak secara langsung , sehingga penulis
dapat mengkaji kearifan lokal tentang Wae Telang .

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh


dari kata sempurna. Oleh karena itu, atas segala kekurangan dan ketidak
sempurnaan dalam penuli laporan ini, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan
isi propposal ini. akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini
bermanfaat bagi semua pihak dan semoga kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa

Ruteng, 10 Januari 2024


Tim Pelaksana

Angelus Calvin Tagu

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
1. Gambar 1. Lokasi wae Telang .............................................................. 14
2. Gambar 2. Peta Lokasi ......................................................................... 23
ABSTRAK ....................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................ 1
B. PERUMUSAN MASALAH .................................................................... 6
C. TUJUAN ................................................................................................... 6
D. MANFAAT............................................................................................... 6
E. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN ........................... 7
F. METODE PELAKSANAAN .................................................................. 7
G. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 10
H. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 14
I. DAFTAR RUJUKAN .............................................................................. 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN: ........................................................................... 17
1. Biodata Ketua Pengusul dan Anggota ....................................................... 17
2. Biodata Narasumber .................................................................................. 22
3. Peta Lokasi Pelaksanaan Kegiatan ........................................................... 24
4. Foto-foto dokumentasipelaksanaan kegiatan ............................................ 25

v
ABSTRAK
Abstrak:Nilai-nilai kearifan setempat yang hidup, tumbuh, dan berkembang dan
dilaksanakan serta ditaati oleh warga masyarakat.Kumpulan nilai kearifan lokal terkait
pengelolaan sumber daya air, merupakan cara menghormati kebudayan setempat sebaiknya
menjadi pedomaan dalam pengelolaan, sehingga dapat bersinergi dengan partisipasi
masyarakat setempat. Penelitian ini untuk mengkaji tentang sejarah dari Wae Telang,
kearifan lokal dan upaya pelestarian lingkungan di Wae Telang, bentuk larangan atau hal-
hal yang tidak boleh dilakukan, sanksi bagi pelanggar, artefak budaya untuk menghormati
atau bentuk penghormatan kepada situs atau upacara di Wae Telang, Kampung Bonda,
Desa Lendong, Kecamatan Lembor Selatan. Metode pelaksanaan kegiatan meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil kegiatan menunjukan bahwa Wae
Telangsebagai sumber mata air oleh masyarakat khususnya masyarakat di 3 Kampung
yaitu Kampung Bonda, Reweng, dan Lonto. Disekitaran Wae Telang terdapat beberapa
pohon beringin, kayu lada, pohon akasia dan masih banyak lagi jenis tanaman yang ada
disekitaran lokasi tersebut serta artefak budaya yang ada di lokasi Wae Telang ada dua
yaitu Watu Tange dan Compang.Pemeliharan sumber mata air di Wae Telang anatara lain
membersihkan lingkungan Wae Telang, tidak menebang pohon disekitaran Wae Telang
serta melakukan upacara adat setiap tahun di lokasi Wae Telang

Kata Kunci: Wae Telang; Kearifan Lokal; Kampung Bonda

Abstrac: Local wisdom values that live, grow and develop and are implemented and adhered
to by community members. A collection of local wisdom values related to water resources
management, is a way of respecting local culture that should serve as a guideline in
management, so that it can synergize with local community participation. This research aims
to examine the history of Wae Telang, local wisdom and environmental conservation efforts
in Wae Telang, forms of prohibitions or things that cannot be done, sanctions for violators,
cultural artifacts to honor or show respect for sites or ceremonies in Wae Telang , Bonda
Village, Lendong Village, South Lembor District. Methods for implementing activities
include observation, interviews and documentation. The results of the activity show that Wae
Telang is a source of water for the community, especially the community in 3 villages, namely
Bonda Village, Reweng and Lonto. Around Wae Telang there are several banyan trees,
pepper wood, acacia trees and many other types of plants around the location as well as two
cultural artifacts at the Wae Telang location, namely Watu Tange and Compang.
Maintaining water sources in Wae Telang includes cleaning the Wae Telang environment,
not cutting down trees around Wae Telang and carrying out traditional ceremonies every
year at the Wae Telang location.

Keywords: Wae Telang; Local Wisdom; Bonda Village

vi
A. LATAR BELAKANG
Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan lokal, penuh kearifan,
berinilai dan diikuti oleh warga masyarakat, sehingga menjadi dasar identitas
kebudayaan. Menurut Senoaji (2004) kearifan lokal terbentuk karena adanya
hubungan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem disekitarnya, yang
memiliki sistem kepercayaan, hukum dan pranata adat, pengetahuan dan cara
mengelola sumber daya alam secara lokal. Menurut Senoaji (2004)
menjelaskan bahwa masyarakat lokal di beberapa daerah di Indonesia mampu
untuk mengelola lingkungan dan sumberdaya alamnya. Kearifan lokal sangat
berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Kerifan lokal dapat
didefinisikan sebagai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kekayaan-
kekayaan budaya lokal berupa tradisi budaya lokal, petah, dan seboyan hidup.
Konsep sistem kearifan lokal berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan
lokal atau tradisional (Endraswara, 2013:206)
Konsep kearifan lokal meurut Zakaria (1994) sebagaimana dikutip oleh
Arafah (2002) pada dasarnya kearifan lokal atau kearifan tradisional dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan kebudayaan yang
berkenaan dengan model-model pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
alam secara lestari. Kearifan tersebut berisikan gambaran tentang anggapan
masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan struktur
lingkungan, fungsi lingkungan, reaksi alam terhadap tindakan-tindakan
manusia, dan hubungan-hubungan yang sebaiknya tercipta antara manusia
(masyarakat) dan lingkungan alamnya.
Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan
kesejaterahaan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam
yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik agar menghasilkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan
kelestarian sumber daya alam itu sendiri. Kearifan lokal lebih menekankan
pada tempat dan lokasi dari kearifan tersebut sehingga tidak harus merupakan

1
sebuah kearifan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi (Njatrijani
2018:17)
Sumber daya air merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk
keberlanjutan kehidupan maklhuk hidup terutama manusia. Keberadaan air
dapat berperan multiguna, dapat digunakan sebagai air minum dan MCK
(Mandi, cuci, kakus), mengairi lahan pertanian di tiga kampung yaitu Bonda,
Reweng, dan Lonto, serta pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat Desa
Lendong. Pengelolaan sumber daya air harus disesuaikan dengan kondisi
lokal dan kearifan lokal pada setiap daerah karena setiap daerah memiliki
karateristik yang berbeda-beda. Pengelolan sumber daya air yang dimakusd
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun daerah dan juga baik oleh lembaga vertical maupun lembaga
horizontal (Prastya 2017:50). Pada suatu komunitas tertentu dapat ditemukan
kearifan lokal yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam sebagai tata
pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan sejarah dan adaptasi
yang lama.
Pengelolaan sumber daya air di indonesia menjadi sangat penting
karena mempertaruhkan kemakmuran rakyat. Pengelolaan sumberdaya air
sangat berhubungan erat dengan keberlanjutan pembangunan. Sehingga sangat
jelas bahwa kemampuan pengelolaan sumberdaya air juga dipengaruhi oleh
sumberdaya manusia untuk memberi nilai tambah sumberdaya pendukung
pembangunan melalui penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
merupakan kunci apakah pembangunan yang dilaksanakan itu berkelanjutan,
berkesinambungan atau tidak (Wulandary 2019:297). Keinginan ideal
pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan adalah keseimbangan,
keselarasan dan keserasian dalam pengelolaan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Masalah utama pengelolan sumber daya air di Manggarai
adalah kekurangan air diberbagai sektor karena pertambahan jumlah penduduk
(Sulastriyono 2009:2). Kearifan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
air di indonesia sayangnya banyak yang mengalami pergeseran. Kebutuhan
akan air terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
(dengan berbagai jenis kebutuhan) dan kegiatan pembangunan yang kurang
memperhatikan kelestarian sumber daya ai di lingkungan (Deny 2016:40).
Feneomena ini dipertegas oleh Anissa, Endang (2022: 130) bahwa seiring
denngan bertambahnya waktu, keberadan kearifan lokal dalam pengelolaan

2
sumber daya air semakin tersingkirkan dengan masuknya berbagai teknologi
dan beragam masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat, seperti
pertambahan penduduk yang meningkat. Kedaan demikian yang membuat
masyarakat meninggalkan kearifan lokal yang telah diturunkan ke dari
generasi ke generasi. Pola pikir masyarakat mulai berubah seiring dengan
lunturnya kearifan lokal, yakni dari pola pikir holistik menjadi pola pikir
mekanik. Masyarakat tidak lagi memikirkan keseimbangan antara alam dan
lingkungan dalam mengelolah sumber daya alam di lingkungan.
Sumber daya air adalah salah satu sumber daya alam yang penting baik
untuk kehidupan flora, fauna dan manusia di muka bumi dan untuk kebutuhan
manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka di berbagai sektor
kehidupan. Sebagai sumber daya alam, kegiatan pengelolaan sumber daya air
adalah penting agar mereka yang membutuhkan air dapat memperoleh akses
yang sama baik untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka akan air minum dan
sanitasi, dan untuk memenuhi kebutuhan mata pencaharian mereka sebagai
petani untuk mengairi tanaman mereka dan untuk menghasilkan berbagai
produk (Idrus 2019:35) Adapun masalah pengelolaan air berkaitan erat dengan
pola pikir, kesadaran dan pemahaman masyarakat. bukti empiris dalam
beberapa hasil penelitian telah menunjukan bahwa sebagian besar masalah
pengelolaan air disebabkan oleh kurang pemahaman tentang pentingnya
interaksi manusia dengan lingkungan alam sebagai sumber air ( Niman 2019).
Nilai-nilai kearifan setempat yang hidup, tumbuh, dan berkembang dan
dilaksanakan serta ditaati oleh warga masyarakat Kampung Bonda sebagai
atauran hukum adat yang disebut nilai-nilai kearifan lokal. Adapun nilai-nilai
kearifdan lokal yang dikemukakan oleh Keraf, (2002:144-160) tentang nilai-
nilai yang dapat dijadikan pegangan dalam perilaku masyarakat ketika
berhadapan dengan alam dan menjadi bagaian dari kebiasaan berperilaku
masyarakat diantaranya: (1) Sikap Hormat Terhadap Alam Hormat terhadap
alam merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagaian dari alam
semesta. Setiap kehidupan dan sepesies dalam komonitas ekologis,
mempunyai kewajiban moral untuk menjaga komonitas ekologis, alam tempat
hidup manusia. (2) Prinsip Tanggung Jawab (moral responsibility for nature)
Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individual melainkan juga kolektif.
Prinsip tanggung jawab moral ini menuntut manusia mengambil prakarsa,
usaha kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam

3
semesta denagan segala isinya. (3) Solidaritas Kosmis (cosmic solidarity)
Prinsip solidaritas kosmis ini lalu mendorong manusia untuk menyelamatkan
lingkungan, untuk menyelamatkan semua kehidupan di alam ini karena alam
dan semua kehidupan di dalamnya mempunyai nilai yang sama dengan
kehidupan manusia. (4) Prinsip Kasih Sayang dan Kepeduliaan Terhadap
Alam (caring for nature) Sebagai sesam anggota komunitas ekologis yang
setara manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli kepada alam,
dan seluruh isinya tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Dengan mencintai
alam manusia menjadi semakin kaya dan semakin merealisasikan dirinya
sebagai pribadi ekologis dan manusia semakin tumbuh serta berkembang
bersama alam dengan segala watak dan kepribadian yang tenang, damai, penuh
kasih sayang. (5) Prinsip Tidak Merugikan (no harm) Prinsip no harm artinya
manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam,
paling tidak manusia tidak akan mau merugikan alam secara tidak perlu,
melindungi, menjaga, dan melestarikan alam, (6) Prinsip Hidup Sederhana dan
Selaras Dengan Alam prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup,
dan bukan kekayaan, sarana, standard material, (7) Prinsip Keadilan prinsip
keadilan sangat berbeda dengan prinsip-prinsip sebelumnya, prinsip keadilan
lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku adil terhadap
yang lain dalam keterikatannya dengan alam semesta juga tentang sistem sosial
yang harus diatur agar berdampak positif bagi kelestarian lingkungan hidup,
(8) Prinsip Demokrasi Demokrasi justru memberi tempat seluas-luasnya bagi
perbedaan, keanekaragaman, dan pluralitas. Oleh karena itu setiap orang yang
peduli dengan lingkungan adalah orang yang demokratis, sebaliknya orang
yang demokratis sangat mungkin bahwa dia seorang pemerhati lingkungan. (9)
Prinsip Integrasi Moral Prinsip ini terutama dimaksudkan untuk pejabat publik,
prisip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan prilaku moral
yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang
mengamankan kepentingan publik. Pernyatan tersebut didukung oleh Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dimaknai sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat, antara lain digunakan untuk mengelolah dan
melindungi ligkungan hidup secara lestari ( Annisa 2022:131). Kumpulan nilai
kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya air, merupakan cara
menghormati kebudayan setempat sebaiknya menjadi pedomaan dalam

4
pengelolaan, sehingga dapat bersinergi dengan partisipasi masyarakat
setempat.
Masyarakat NTT menghayati banyak kearifan lokal yang berbeda dan
mempunyai ciri khas p ada setiap kelompok masyarakat adat. namun secara
umum, kearifan lokal pada setiap masyarakat adat merupakan ungkapan relasi
interpersonal dengan sesama, dengan sang pencipata, dan dengan lingkungan,
termasuk dengan lingkungan air. Masyarakat tradisional sesungguhnya
memiliki kearifan lokal yang berfungsi untuk melestarikan lingkungan hidup,
khususnya lingkungan air (Januariawan 2021:131). Mengenai lingkungan air,
masyarakat NTT sangat meyakini bahwa manusia sesungguhnya sangat
bergantung pad air. Oleh karena itu, lingkungan harus dijaga dan dirawat
keberlanjutannya. Oleh sebab itu air sangat dihargai oleh masyarakat
Manggarai (Niman, Tapung, Ntelok, Darong 202:3)
Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa masyarakat di Kampung
Bonda sangat menghargai kearifan lokal dalam menjaga kelestarian
lingkungan di lokasi Wae Telang. Masyarakat di kampung Bonda berinteraksi
dengan alam menggunakan nilai-nilai budaya dan aturan-aturan yang sudah
diwariskan oleh nenek moyang mereka. Masyarakat di kampung Bonda sendiri
memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam. Dimana pandangan mereka
mengenai alam, alam harus diperlakukan dengan sebaik mungkin. Lingkungan
alam harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan
melestarikanya karena hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat
serta merupakan nilai yang mutlak adanya (Hasnawati 2020:207). Alam juga
harus diperlakukan dengan baik, melalui langkah merawat, menjaga, serta
selalu melesstarikan lingkungan alam (Siswirini). Nilai-nilai yang mereka
tanam dalam diri mereka masing-masing serta aturan-aturan yang mereka
sepakati bersama telah mempengaruhi adaptasi masyarakat dengan alam
semesta. Buktinya saja mereka sudah tanamkan nilai gotong royong untuk
membersikan lingkungan di sekitaran Wae Telang.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji
beberapa point penting terkait lokasi Wae Telang yang berada di Kampung
Bonda, Desa Lendong, Kecamatan Lembor Selatan. Adapun point-point
penting yang ingin kami kaji yaitu sejarah dari Wae Telang, kearifan lokal dan
upaya pelestarian lingkungan di Wae Telang, bentuk larangan atau hal-hal

5
yang tidak boleh dilakukan, sanksi bagi pelanggar, artefak budaya untuk
menghormati atau bentuk penghormatan kepada situs atau upacara tersebut.

A. PERUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana sejarah Wae Telang di Kampung Bonda?
b. Bagaimana Bentuk Kearifan Lokal dan Pelestarian Lingkungan Hidup
serta Bentuk Larangan di Wae Telang?
B. TUJUAN
a. Untuk Mengetahui sejarah Wae Telang di Kampung Bonda
b. Untuk Mengetahui Bentuk Kearifan Lokal dan Pelestarian Lingkungan
Hidup serta Bentuk Larangan di Wae Telang
C. MANFAAT
1. Manfaat pada ranah Kognitif
Manfaat yang diperoleh bagi kami sebagai peneliti agar dapat
membantu kami meningkatkan pengetahuan dan pemahaman untuk
mendapatkan informasi baru serta bisa mengembangkan pemikiran
lebih dalam mengenai informasi baru yang kami temukan dari hasil
observasi dan wawancara serta melalui pengalaman-pengalamn
yang kami temukan
2. Manfaat pada ranah Afektif
Manfaat yang diperoleh bagi kami sebagai peneliti adalah
memotivasi untuk menjaga dan menghargai lingkungan alam serta
pelestarian kearifan lokal serta dapat meningkatkan rasa
keterhubungan, memperdalam pemahaman budaya, dan mebuka
pikiran terhadap keberagaman serta membantu mengembangkan
toleransi, penghargaan, dan rasa hormat terhadap nilai-nilai dan
tradisi lokal.
3. Manfaat psikomotorik
Manfaat yang diperoleh bagi kami sebagai peneliti mengasah
keterampilan fisik dan ketrampilan motori untuk memberikan
sejumlah manfaat saat mengunjungi tempat-tempat bersejarah
tersebut.

6
D. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

Gambaran umum masyarakat di Kampung Bonda, desa Lendong, Kecamatan


Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat. Kampung Bonda ini merupakan
salah satu kampung di desa lendong yang berbatasan dengan kampung Reweng
dapat diakses melalui jalan aspal. Saat ini, kondisi jalan utama sudah diaspal bagus
serta ramai oleh aktivitas warga yang menggunakan transportasi motor dan
mayoritas adalah pejalan kaki. Sebagian besar masyarakat disana berprofesi
sebagai petani, mengurus rumah tangga, usaha keci-kecilan. Masyarakat di
Kampung Bonda sebagian besar beragama Katolik dan memiliki nilai kebudayaan
yang tinggi yang harus ditaati oleh masyarakat setempat dan berbagai aturan adat
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat di Kampung Bonda. Kampung Bonda
memiliki 5 KBG dengan jumlah jiwa 472 orang dan juga memiliki 3 RT yaitu RT
01, 02, 03 dan memiliki 1 RW saja yaitu RW 01. Di kampung Bonda biasanya
laki-laki pergi ke sawah, sedangkan ibu-ibu ada yang menjaga kios, menenun, dan
pergi ke kebun untuk mencari kemiri dan sambil membersikan kebun sedangkan
sebagian besar anak-anak di kampung Bonda masih duduk di bangku sekolah.
E. METODE PELAKSANAAN
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang kami gunakan adalah Etnography. Pendekatan
Etnography merupakan jenis penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan
studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang mengambil fakta yang berdasarkan
pemahaman subjek secara sangat rinci. Pendekatan kualitatif ini digunakan
untuk mengidentifikasi kearifan lokal Wae Telang, kampung Bonda, desa
Lendong. Berdasarkan tujuan dalam memperoleh data, jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif jenis penelitian yang
bertujuan yang untuk memberikan gambaran yang jelas tentang karakteristik
dari fenomena yang sedang diteliti tersebut. Fenomena yang sedang diteliti
adalah fenomena kearifan lokal dan pelestarian lingkungan di Wae Telang,
kampung Bonda, desa Lendong, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten

7
Manggarai Barat. Sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas dari kearifan
lokal dan pelestarian lingkungan Wae Telang.
3. Metode Pengambilan Data
Metode teknik pengambilan data yang kami gunakan antara lain, wawancara
dan dokumentasi
a. Observasi ( pengamatan)
Observasi berarti mengumpulkan data-data dari lapangan. Observasi
merupakan suatu penyeldikan yang dilakukan secara sistematik dan
sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata
terhadap kejadian kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada
waktu kejadian itu terjadi (Semiawan, 2010)
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.
Teknik wawancara yang kami lakukan adalah dengan mewawancarai
lima narasumber tokoh adat yang ada di Kampung Bonda, Desa Lendong.
Adapun pertanyaan wawancara yang kami ajukan berkaitan dengan
sejarah, pelestarian, serta larangan yang berkaitan dengan Wae Telang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan informasi dengan
mempelajari dokumen-dokumen untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Dokumentasi
merupakan salah satu cara dimana peneliti kualitatif dapat
memvisualisasikan prespektif subjek memlalui materi tertulis atau
dokumen lain yang dihasilkan langsung oleh orang-orang yang terlibat.
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan
foto pada saat melakukan observasi dan wawancara.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan teori Miles
dan huberman. Menurut Miles dan Huberman (2007: 16-19) bahawa terdiri
dari tiga alur kegiatan secara bersamaan yaitu pengmpulan data, reduksi data,
dan display data dan penarikan kesimpulan / verifikasi data.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan-catan
lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang

8
berhubungan dengan permasalahan penelit, rangkuman catatan-
catan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis
2. Display Data
Display data berguna untuk melihat gambaran-gambaran
keseluruhan peneliti
3. Kesimpulan dan Verifkasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan da tidak
lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verivikasi
dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan
memberchek, tringgulasi, sehingga menjamin signifikansi hasil
penelitian.
5. Teknik Validasi Data
Teknik validasi data yang kami gunkan adalah dengan tringulasi data dengan
mengumpulkan hasil wawancara kemudian menggabungkan data dari
berbagai sumber yang berbeda-beda.
6. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen Observasi yang digunakan adalah buku dan belpoin
untuk mencatat hasil-hasil pengamatan yang dilakukan tentang
hal-hal yang menjadi bahan observasi
2. Instrumen Wawancara yang digunakan sebagai metode
pengumpulan data adalah menyusun beberapa pertanyaan
sebagai panduan wawancara yang digunakan untuk
memperlancar proses wawancara. Pertanyaan yang kami buat
sebagai panduan untuk menanyakan kepada responden tentang
Wae Telang agar proses wawancara lebih efektif da efisien
3. Instrumen dokumentasi yang digunakan berupa catatan-catatan
atau hasil-hasil laporan dan keterangan-keterangan secara
tertulis, tergambar (foto-foto, vidio, dan rekaman) untuk
melengkapi dan memperkuat jawaban pada hasil observasi dan
wawancara di Wae telang

9
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsiumum wilayah sasaran termasuk di dalamnya terkait
kondisi lingkungan hidup di lokasi sasaran
Wilayah sasaran penelitian terletak di Kampung Bonda, Desa Lendong,
Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat yang dikelilingi oleh
pegunungan yang indah. Desa ini terkenal dengan wisata Wae Telang yang
penuh dengan nilai-nilai sejarahnya. Kondisi lingkungan hidup Di Kampung
Bonda khususnya di lokasi Wae Telang cendrung alami dan terjaga. Kampung
ini terletak dibawah pegunungan, yang meberikan keindahan alam serta
keberagaman Ekosistem yang ada di sekitaran Wae Telang. Beberapa ciri
kondisi lingkungan di Kampung Bonda khususnya di Lokasi Wae Telang
yaitu keasrian alam dimana Wae Telang dikelilingi oleh hutan tropis dan
perkebunan, menciptakan lingkungan alam yang asri. Hutan tersebut
mendukung keanekaragaman hayati dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Wae telang juga merupakan sumber mata air yang bersih di Kampung Bonda
dan menjadi vital bagikehidupan sehari-hari masyarakat. Pemeliharan sumber
mata air di Wae Telang anatara lain membersihkan lingkungan Wae Telang,
tidak menebang pohon disekitaran Wae Telang serta melakukan upacara adat
setiap Tahun di lokasi Wae Telang..
2. Deskripsi data temuan anda terkait bentuk-bentuk plestarian lingkungan
berbasis kearifan lokal.
Wae Telang digunakan sebagai sumber mata air oleh masyarakat sekitar
khususnya masyarakat di 3 Kampung yaitu Kampung Bonda, Reweng, dan
Lonto. Disekitaran Wae Telang terdapat beberapa pohon beringin, kayu lada,
pohon akasia dan masih banyak lagi jenis tanaman yang ada disekitaran lokasi
tersebut serta memiliki batu yang bersejarah, batu tersebut dinamakan batu
Tange “Watu Tange”. Di Wae telang terdapat lima pancuran “lima sosor” dan
satu buah bak penampung yang digunakan untuk menampung air yang
kemudian akan dialirkan melalu pipa menuju dua kampung yaitu Kampung
Reweng dan Kampung lonto. Pada salah satu sisi bak terdapat panuran air yang
digunakan warga untuk mandi, menimbah ataupun mencuci. Di mata air Wae
telang terdapat binatang-binatang yang hidup di air tersebut. Binatang-binatang
tersebut antara lain belut “tuna”, kepiting “rukus”, kodok “pake”, dan ikan.
Dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat di kampung Bonda, bahwa pohon
beringin yang ada di sekitaran lokasi Wae Telang dianggap sebagai tempat

10
tinggal bagi roh-roh atau entitas gaib yang dihormati “empo”. Wae Telang
adalah mata air yang turun temurun dijaga dan dibersihkan oleh masyarakat di
Kampung Bonda.
Bentuk-bentuk pelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal
disekitaran lingkungan Wae Telang dimana warga Kampung Bonda meyakini
mata Air Wae Telang harus dijaga kelestarianya. Kearifan dalam Masyarakat
teridiri dari tiga bentuk. Astra (2004:6) menyebutkan kearifan lokal tersebut
antara lain: ideologi dan tradisi, hubugan dan jaringan sosial, dan institusi lokal.
Ideologi dan tradisi lokal merupakan pemikiran yang menujukan kepada paham
tertentu dalam menyikapi hidup dan tatanan sosial. Hubungan dan jaringan
sosial merupakan ikatan sosial untuk mengikat individu dalam berbagai
kelompok sosial. Institusi lokal merupakan organisasi yang berfungsi bagi
kepentingan kelompok dan Masyarakat. Kearifan Kegiatan pelestarian
lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Bonda gotong royong
membersihkan lingkungan sekitar mata air. Hal ini sejalan dengan pendapat
Amalia (2021:78), bahwa kegiatan gotong royong sangat penting dalam
mempertahankan nilai gotong royong salah satunya adalah untuk menjaga
tradisi atau nilai kebiasan masyarakat, karena dengan adanya gotong royong
banyak manfaat atau keuntungan yang dapat dirasakan, misalnya seperti
pekerjaan dapa terselesaikan dengan cepat dan pekerjan menjadi ringan.
Kegiatan ini dilakukan setiap satu bulan sekali. Kegiatan ini masih sering sering
dilakukan oleh masyarakat dengan bertujuan untuk membangun jiwa sosial
masyarakat supaya bisa saling bekerja sama dalam kegiatan yang bersifat
membangun rasa persaudaraaan antar sesama masyarakat. tidak hanya kegiatan
gotong royong masyarakat di Kampung Bonda juga mengadakan kegiatan
perbaikan sarana yang ada di Wae Telang seperti perbaikan 5 pancuran air
ketika sudah rusak atau sudah tidak layak untuk digunakan, serta perbaikan bak
penampung air ketika sudah cebol, dan juga perbaikan pipa-pipa yang
digunakan untuk mengalirkan air ke dua kampung.
Sedangkan kearifan lokal berupa tradisi ritual adat masyarakat seperti
membuat aturan-aturan khusus yang lebih mengacu ke lingkungan hutan mata
air disekitaran Wae Telang misalnya menjaga sumber mata air tersebut berupa
larangan untuk menebang pohon, mengotori lingkungan sekitaran mata air, dan
tidak boleh menangkap atau menembak binatang-binatang yang ada disekitaran
lokasi mata air Wae Telang. Menurut Prabowo dkk (2017) sebagai salah satu

11
komponen ekosistem, jenis-jenis satwa liar sebagai individu atau kelompok
mempunyai peran dalam menjaga keseimbangan proses dialam. Secara umum,
beberapa jenis satwa liar merupakan konsumen pertama dalam piramida
makanan, sedangkan beberapa jenis satwa liar merupakan konsumen kedua,
ketiga dan seterusnya. Kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat
memberikan dampak positif terhadap kelestarian air dan hutan (Angin
2020:59). Hal ini didukung ole pernyatan Djuwadi (1980), bahwa pemeliharan
hutan sangat berdampak pada kondisi air yang ada di suatu kawasan tertentu
karena hutan, tanah, air merupakan tritunggal yang tidak dapat dipisahkan , dan
justru hutan, tana dan air inilah komponen-komponen penyusun ekosistem yang
dapat dipengaruihi oleh daya manusia. Sanksi bagi masyarakat yang melanggar
aturan-aturan yang sudah ditetapkan adalah diberi teguran dari tokoh adat, dan
orang teresebut akan mengalami kejadian-kejadian aneh seperti pingsan, mimpi
buruk, dan mengalami sakit atau orang manggarai sering menyebutna adalah
“Itang”. Artefak budaya yang ada di lokasi Wae Telang ada dua yaitu Watu
Tange dan Compang. Upaya untuk mengelolah dan menjaga sumber mata air
melalui kearifan lokal masyarakat diperlukan supaya keberadaan sumber mata
air dapat dipertahankan serta kebutuhan masyarakat terhadap air bisa terpenuhi,
selain itu kearifan lokal juga ikut berperan dalam menjaga keberadaan dan
kelestarian mata air (Frederikus, 2020:121)

Sejarah Asal USsul Wae Telang


Pada zaman dahulu hiduplah anak bernama Telang. Telang ini berjenis
kelamin perempuan. Ia tinggal bersama ayah, ibu dan juga neneknya . Kedua
orang tua Telang berpofesi sebagai petani. Setiap hari mereka selalu pergi ke
kebun untuk bercocok tanam sambil membersikan kebun.
Pada suatu hari, persis jam 12 siang ayahnya mebuat pagar, ibunya
sedang menenun dan nenenknya sedang memasak untuk makan siang
sedangkan Telang sedang bermain. Pada saat ia sedang bermain dia haus lalu
meminta kepada ibunya untuk membawakan ia air minum, tetapi ibunya
menjawab ‘Telang toe di manga wae, to’ong di ende ngo teku wae’ ( Telang
air sudah habis, sebentar baru ibu pergi timbah lagi), karena telang tidak tahan
haus dia menanyakan juga kepada nenenknya ‘ Nene aku masa wae’ (Nenek
saya haus), kemudian neneknya berkata ‘ngo tegi one ema dhau’ ( pergi minta
di kau punya bapa). Tidak lama kemudian telang akhinya pergi menghampiri

12
ayahnya yang lagi membuat pagar dari ‘ haju gurung’ (bambu kecil)untuk
meminta air, tetapi ayahnya tidak peduli dan sibuk menancapkan haju gurung
tersebut untuk membuat pagar. Ayahnya berkata ”ngo tegi wae agu ende
dhau” . Telang sudah sangat kehausan. Ia kembali menghampiri ibunya dan
meminta air lagi. Namun, ibunya kembali menyuruh Telang untuk meminta
air minum kepada ayahnya. Kemudian, Telang pergi lagi ketempat ayahnya,
tetapi ayahnya masih saja menyuruhnya untuk meminta air minum kepada
ibunya, begitupun sebaliknya.
Telang sudah sangat lelah dan kehausan. Ia sudah berkali-kali
menghampiri ayah dan ibunya, tetapi ayah dan ibunya tidak memperdulikn
Telang. Akhinya Telang menjadi putus asa dan pergi ke dapur untuk
mengambil “reakang” (alas periuk) untuk simpan di kepala, kemudian dia
juga mengambil “leke mata” (tempurung kelapa) simpan di mukanya, dan
dia juga mengambil “kebor” (irus) untuk simpan di pantatnya. Setelah Telang
memakai semua barang-barang tersebut ia naik ke satu pohon namanya pohon
ara. Setelah Telang sudah berada di atas pohon ara tersebut, ayahnya kemudia
menacapkan “haju gurung” untuk membuat pagar, tiba-tiba muncul air dan
ayahnya Telang langsung teriak memanggil anaknya “Telang,… Telang,..
Telang….ho’o wae ga”. Tetapi Telang tidak menjawab ayahnya dengan
wujud manusia tetapi dia menjawab ayahnya dari pohon ara dengan wujud
binatang monyet. Telang menjawab “ krak…krak..krak….kemudian ibunya
Telang mencarinya dan menanyakan kepada suaminya “nia hia enu?, manga
wae ga” ( dimna Telang?, air sudah ada). Kemudian kedua orang tua Telang
melihat Telang diatas pohon menyerupai binatang monyet sambil dan
memakai barang-barang yang sudah dia ambil di dapur. Melihat kejadian itu
ayah, ibu dan neneknya telang akhirnya nangis, dan mata air yang sudah ada
akhinya memenuhi lahan perkebunan mereka. Selang beberapa minggu kedua
orang tua Telang dan neneknya pergi berpindah ke Kampung Denge Satar
Mese.
Dari kisah tersebut, warga sekitar menamai air tersebut Wae Telang

13
Gambar 1. Lokasi Wae Telang

14
G. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara, dapat kami simpulkan Wae
Telang adalah mata air yang turun temurun dijaga dan dibersihkan oleh
masyarakat di Kampung Bonda. Bentuk-bentuk plestarian lingkungan
berbasis kearifan lokal disekitaran lingkungan Wae Telang dimana
warga Kampung Bonda meyakini mata Air Wae Telang harus dijaga
kelestarianya. Kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh
masyarakat Kampung Bonda gotong royong membersihkan lingkungan
sekitar mata air. Kegiatan ini dilakukan setiap satu bulan sekali. Artefak
budaya yang ada di lokasi Wae Telang ada dua yaitu Watu Tange dan
Compang.
2. Saran
Saran dari kami untuk masyarakat Kampung Bonda dan
masyarakat yang mengunjungi lokasi Wae Telang agar mereka tetap
menjaga kelestarian Wae Telang dengan tidak merusaknya seperti
menebang pohon sembarangan, dan membuang sampah di sekitaran
lokasi Wae Telang. Tidak hanya itu diharapakan agar masyarakat tetap
melaksanakan aturan-aturan yang sudah ditetapakan bersama dan tetap
mestarikan nilai-nilai budaya yang ada.

15
DAFTAR PUSTAKA

Angin, I. S., Nusa, U., Kupang, C., District, T., Regency, E. F., Tenggara, E. N., & Angin, I. S.
(2020). Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian Hutan Dan Mengelola
Mata Air di Desa Watowara , Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara
Timur. 1, 51–61.
Di, S., & Manggarai, K. (2013). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PARIWISATA BERBASIS
KEARIFAN LOKAL. 1(1), 28–37.
Firmansyah, F., Hidayat, S., Leksono, S. M., Jamaludin, U., Pgsd, P. S., Keguruan, F., Wiyata,
U. M., Studi, P., Ipa, P., Keguruan, F., Sultan, U., & Tirtayasa, A. (2023). Kearifan Lokal
dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup di Cagar Alam Rawa Danau ( CARD ). 8(1).
Hidayati, D. (2016). MEMUDARNYA NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR ( WANING VALUE OF LOCAL WISDOM IN THE
MANAGEMENT OF WATER RESOURCES ). 11(1), 39–48.
Hindu, U., Gusti, N. I., & Sugriwa, B. (2021). FUNGSI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA
KELESTARIAN. 5, 130–143.
Idrus, Z., Mulyana, A., Armanto, M. E., Susetyo, D., & Wildayana, E. (2019). Potensial dan
Permasalahan Sumberdaya Air dalam Menunjang Keberlanjutan Kota Terpadu Mandiri (
KTM ) Telang Potential and Problems of Water Resources to Support Sustainability Kota
Terpadu Mandiri ( KTM ) Telang. 33–42.
Iii, B. A. B., Penelitian, M., & Penelitian, L. (2007). Islamuddin, 2014 NILAI – NILAI KEARIFAN
LOKAL SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA BUDAYA SUKU TALANG MAMAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.
Itut, N., & Dewantara, J. A. (2022). Civic Culture in the Values of Local Wisdom of the Dayak
Kantuk Community in Bika Village. 1, 38–51. https://doi.org/10.26618/jed.v
Kunci, K. (2021). Keaktifan Gotong Royong Berpengaruh Meningkatkan Interakasi Sosial dan
Menumbuhkan Rasa Solidaritas di Desa Siamporik. 5(2), 75–80.
Lailia, A. N. U. R. (2000). Adln - perpustakaan universitas airlangga.
Landak, K. (2020). Frederikus Iren, Sofyan Zainal, Emi Roslinda. 8, 120–135.
Lingkungan, B. H. (2022). No Title.
Lingkungan, P., Ade, G., Adnyana, P., Alita, N., & Maitri, U. (2012). Pelestarian Lingkungan
......(I Gede Ade Putra Adnyana, Nyoman Alita Udaya Maitri). 32, 1–16.
Lombok, W., & Tenggara, W. N. (2015). The Efforts of Spring Conservation through Local
Wisdom at. 5(6), 98–106.
Manusia, F. E. (2010). AIR DI KAMPUNG KUTA Local Wisdom of Water Resource Management
in Kampung Kuta. 04(03), 345–355.
Masyarakat, K., Desa, D. I., Kecamatan, C., & Kabupaten, D. (2012). Journal of Educational
Social Studies. 1(1).
Mendrofa, B. F., Rahman, S. A., & Utami, H. S. (n.d.). BENTUK KEARIFAN LOKAL DALAM
PENGELOLAAN SUMBER AIR DI TAMAN LELE , KOTA SEMARANG. 211–217.
Niman, E. M. (2016). DAN UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN ALAM. 10, 91–106.
Niman, E. M., Tapung, M., Rudiyanto, Z., Ntelok, E., & Darong, H. C. (2023). Paradigma :
Jurnal Kajian Budaya KEARIFAN LOKAL DAN UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN
AIR : STUDI ETNOGRAFI MASYARAKAT ADAT MANGGARAI , FLORES ,. 13(1).

16
https://doi.org/10.17510/paradigma.v13i1.1160
Njatrijani, R. (2018). Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Kota Semarang Gema Keadilan
Edisi Jurnal Gema Keadilan Edisi Jurnal. 5(September), 16–31.
Prastya, I. Y. (2017). PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI DAERAH KEPULAUAN ( Studi
di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau ). 5(2).
Ranjeng, T. (n.d.). KABUPATEN BREBES kebudayaan dan kearifan lokal serta masyarakat yang
multikultural . Setiap. 111–126.
Saptosari, K., Yogyakarta, G. K., Hog, I., Zlwk, V., Dqg, L., Qrq, R., Phwkrgv, S., Gdwd, R. W.
K., Shqjkxmdq, P., & Shqfhpdudq, G. D. Q. (n.d.). SUMBER DAYA AIR DI TELAGA
OMANG DAN NGLORO.
Sri, A., Wulandari, R., Ilyas, A., Hukum, F., & Hasanuddin, U. (2019). Pengelolaan Sumber Daya
Air di Indonesia : Tata Pengurusan Air dalam Bingkai Otonomi Daerah Jurnal Gema
Keadilan Jurnal Gema Keadilan. 6(November), 287–299.
Sufia, R., & Amirudin, A. (2016). KEARIFAN LOKAL DALAM MELESTARIKAN
LINGKUNGAN HIDUP ( STUDI KASUS MASYARAKAT ADAT DESA KEMIREN
KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGI ). 726–731.
Teknik, D., Universitas, S., Palembang, T., Rawas, K. M., & Sumber, K. (2018).
PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR DALAM PENGELOLAAN. 8(2), 112–117.
Volume, J. P. (2020). Jurnal pendais volume 2 no. 2 desember 2020 203. 2(2), 203–218.
Weningtyas, A., Widuri, E., Maret, U. S., Syariah, F., Negeri, I., Kiai, P., & Purwokerto, S. Z.
(2022). Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Modal Untuk
Pembangunan Berkelanjutan. V(1), 129–144.
https://doi.org/10.24090/VOLKSGEIST.V5I1.6074

Prabowo, H.S., MUI., Tobing, I.S., Abbas, A.S., Saleh, C., Huda, M., Mulyana, T.M. and
Mangunjaya, F.M., (2017). Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem:
Penuntun Sosialisasi Fatwa MUI No 4, 2014, tentang Fatwa Pelestarian Satwa Langka
untuk Menjaga Keseimbangan Eksosis.
Senoaji, G. (2004). Pemanfaatan Hutan Dan Lingkungan Oleh Masyarakat Baduy Di Banten
Selatan (the Uses of Forest and the Environment by Baduy Community in South
Banten, Indonesia). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 11(3), 143-149.
Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

17
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1) BIODATA KETUA TIM:


1. Nama lengkap : Angelus Calvin Tagu
2. Tanda tangan :
3.

4. NPM : 20103019
5. Kelas : 2020A
6. Prodi : PGSD
7. Tingkat/Semester : 4/7
8. Alamat : Pagal
9. Nomor HP : 082147108581
10. Email : kevintagu107@gmail.com

11. Jenjang pendidikan:


No Jenjang Pendidikan Tahun Tahun
Masuk Tamat
SD 2007 2014
1.
SMP 2014 2017
2.
2017 2020
3. SMA

2) BIODATA ANGGOTA TIM


1. Nama Lengkap : Anatolius Wawan Patriagar
2. Tanda tangan :

3. NPM : 20103015
4. Kelas : 2020A
5. Prodi : PGSD
6. Tingkat/Semester : 4/7
7. Alamat : Rai
8. Nomor HP : 082145416319
9. Email : anatoliswawan03@gmail.com
10. Jenjang Pendidikan:
No. Jenjang Pendidikan Tahun Tahun
Masuk Tamat
SD 2007 2014
1.
SMP 2014 2017
2.
2017 2020
3. SMA

18
3) BIODATA ANGGOTA TIM
1. Nama Lengkap : Anastasia Apriliani Pantur
2. Tanda tangan :

3. NPM : 20103013
4. Kelas : 2020A
5. Prodi : PGSD
6. Tingkat/Semester : 4/7
7. Alamat : Lembor Selatan
8. Nomor HP : 081239221925
9. Email : rylipantur@gmail.com
10. Jenjang Pendidikan:
No Jenjang Pendidikan Tahun Tahun
Masuk Tamat
SD 2007 2014
1.
SMP 2014 2017
2.
2017 2020
3. SMA

4) BIODATA ANGGOTA
1. Nama Lengkap : Andriani Vivianti
2. Tanda tangan :

3. NPM : 20103016
4. Kelas : 2020A
5. Prodi : PGSD
6. Tingkat/Semester : 4/7
7. Alamat : Lembor Selatan
8. Nomor HP : 081238847689
9. Email : nevhyandriani1@gmail.com
10. Jenjang Pendidikan:
No Jenjang Pendidikan Tahun Tahun
Masuk Tamat
SD 2007 2014
1.
SMP 2014 2017
2.
2017 2020
3. SMA

19
5) BIODATA ANGGOTA
1. Nama Lengkap : Angelina Julita
2. Tanda tangan :

3. NPM : 20103018
4. Kelas : 2020A
5. Prodi : PGSD
6. Tingkat/Semester : 4/7
7. Alamat : Lembor
8. Nomor HP : 082165745910
9. Email : angelinajulita@gmail.com
10. Jenjang Pendidikan:
No Jenjang Pendidikan Tahun Tahun
Masuk Tamat
SD 2007 2014
1.
SMP 2014 2017
2.
2017 2020
3. SMA

6) BIODATA ANGGOTA
1. Nama Lengkap : Afralia Saina
2. Tanda tangan :

3. NPM : 20103002
4. Kelas : 2020A
5. Prodi : PGSD
6. Tingkat/Semester : 4/7
7. Alamat : Ndehes
8. Nomor HP : 081222102806
9. Email : afraliasaina@gmail.com
10. Jenjang Pendidikan:
No Jenjang Pendidikan Tahun Tahun
Masuk Tamat
SD 2007 2014
1.
SMP 2014 2017
2.
2017 2020
3. SMA

20
7) BIODATA ANGGOTA
1. Nama Lengkap : Babtista Varansi Yonasari
2. Tanda tangan :

3. NPM : 20103027
4. Kelas : 2020A
5. Prodi : PGSD
6. Tingkat/Semester : 4/7
7. Alamat : Lamba
8. Nomor HP : 081239437751
9. Email : baptistavaransiyonasari@gmail.com

10. Jenjang pendidikan

Jenjang Pendidikan Tahun Tahun


No Masuk Tamat
SD 2006 2013
1.
SMP 2013 2016
2.
2016 2019
3. SMA

21
Lampiran 2: BIODATA NARASUMBER

1) Narasumber 1
1. Nama : Gabriel Lapat

2. Tanda tangan :
3. Pekerjaan : Petani
4. Alamat : Bonda, Lembor Selatan
5. Nomor HP : 082169734260
6. Peran dalam tokoh adat : Tua Tembong

2) Narasumber 2
1. Nama : Konstantinus Stadion

2. Tanda tangan :
3. Pekerjaan : Petani
4. Alamat : Bonda, Lembor Selatan
5. Nomor HP : 082147187390
6. Peran dalam tokoh adat : Tua Golo

3) Narasumber 3
1. Nama : Petrus Madun

2. Tanda tangan :
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Alamat : Bonda, Lembor Selatan
5. Nomor HP : 081236589062
6. Peran dalam tokoh adat : Tua Teno

4) Narasumber 4
1. Nama : Hilarius Tari

2. Tanda tangan :
3. Pekerjaan : Petani
4. Alamat : Bonda, Lembor Selatan
5. Nomor HP : 081237356033
6. Peran dalam tokoh adat : Tua Panga

22
5) Narasumber 5
1. Nama : Theodurus Tandi

2. Tanda tangan :
3. Pekerjaan : Petani
4. Alamat : Bonda, Lembor Selatan
5. Nomor HP : 085337900953
6. Peran dalam tokoh adat : masyarakat

23
Gambar 3 Peta Lokasi Pelaksanaan Kegiatan

24
GAMBAR 4. Lokasi Wae Telang

25

Anda mungkin juga menyukai