Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ Motivasi Dalam Belajar ’’


DITULIS UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS KELOMPOK MATA
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Kelompok 4 :
1) Bustami A (19086314)
2) David Febrio (19086317)
3) Ferly Verdiansyah (19086336)
4) Ahmad Firdaus (19087002)
5) Dhea Veronica Putri (19087006)
6) Muhammad Ikhsan (19087024)

Dosen Pengampu :
Drs. Afrizal Sano, M.Pd., Kons.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga
kelompok 4 mampu menyelesaikan makalah kelompok mata kuliah Psikologi
Pendidikan ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu tugas kelompok. Adapun
makalah ini membahas mengenai “Peran Bakat Dalam Proses Belajar”.

Penyusun makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Afrizal Sano, M.Pd., Kons. yang telah bersedia memberikan
arahan dan membimbing kelompok dalam penyusunan makalah.
2. Orangtua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta do’a yang
selalu kami dapatkan.
3. Teman-teman kelas seperjuangan yang setiap hari memberikan semangat
dan memberikan bantuan fasilitas dalam penyusunan makalah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini


belum sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan. Akan tetapi dari ketidak
sempurnaan ini kiranya dapat diiambil hikmah dan pelajaran serta memberikan
kritikan yang bersifat kontruktif sehingga kelompok semangat memperbaiki
makalah ini serta tidak terulang kesalahan-kesalahan untuk kedua kalinya.

Padang, 1 November 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Motivasi...........................................................................................3
B. Fungsi Motivasi ................................................................................................4
C. Teori-Teori Motivasi........................................................................................11
D. Upaya Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.............................16

BAB III PENUTUP................................................................................................19

A. Kesimpulan.......................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar.

Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa

atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan

hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai,

maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak

dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu

menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar

sebagai akibat pengaruh negatif dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat

membentuk kebiasaan siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun

dapat meningkat.

Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar

mengajar. Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah,

guru, konselor, siswa, petugas lainnya maupun orang tua siswa sangat

mengharpkan terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Terjadinya

proses belajar yang optimal, diharapkan siswa akan mampu meraih prestasi

yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem

pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar.

Motivasi dalam belajar memiliki fungsi serta dilandasi oleh teori-teori

yang mendukung agar siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu

kami membahas tentang apa saja fungsi teori-teori motivasi dalam belajar,

1
serta bagaimana peranan guru dalam meningkatkan motivasi siswa dalam

belajar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian motivasi ?

2. Apa saja fungsi motivasi ?

3. Apa saja teori-teori motivasi ?

4. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami apa itu pengertian motivasi.

2. Untuk memahami apa saja fungsi motivasi.

3. Untuk memahami apa saja teori-teori motivasi.

4. Untuk memahami bagaimana upaya guru untuk meningkatkan motivasi

dalam belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga

tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang

ditandai dengan dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk mencapai

tujuan. Dorongan dan reaksi-reaksi usaha yang disebabkan karena adanya

kebutuhan untuk berprestasi dalam hidup. Hal tersebut menjadikan individu

memiliki usaha, keinginan dan dorong untuk mencapai hasil belajar yang

tinggi (Maryam, 2016: 87). Selanjutnya Emda (2017: 175) menyatakan

bahwa “Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan

bila tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan

perasaan tidak suka itu”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga

tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Jadi, motivasi dapat dirangsang

oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.

Lingkungan merupakan salah faktor dari luar yang dapat menumbuhkan

motivasi dalam diri seseorang untuk belajar.

3
Pengaruh motivasi terhadap seseorang tergantung seberapa besar

motivasi itu mampu membangkitkan motivasi seseorang untuk bertingkat

laku. Dengan motivasi yang besar, maka seseorang akan melakukan sesuatu

pekerjaan dengan lebih memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif pada

proses pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegaitan

belajar dan memberikan arah pada kegiatna belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik (Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sejalan dengan itu pula,

Suryabrata (1994:72) juga membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a) motivasi

ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar;

dan b) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi meskipun tidak

mendapat rangsangan dari luar.

B. Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman (2007:85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

4
2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai,

sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Hamalik (2000:175) ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak

akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku

seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya

suatu pekerjaan.

Berikut ini ada beberapa jenis-jenis motivasi yaitu :

1. Berdasarkan Arahnya :

a. Motivasi Tugas

Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-

tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun

yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar

yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan

ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.

5
Motivasi tugas hendaklah dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat

dilakukan oleh guru kalau dia mengetahui cara-caranya.

b. Motivasi aspirasi

Merupakan motivasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau

pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan

aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan

pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus

menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus

ditanam oleh guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi

adalah bahawa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh ‘usaha’,

bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.

c. Motivasi Persaingan

Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam

belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di

kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang

tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan

berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan

status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar

akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam

belajar.

d. Motivasi afiliasi

Motivasi afilisi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan

belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh

6
orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan

usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh

orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih

terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari

rakan sebaya. Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar

yang masih kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan

yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang

ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya dapat

memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi

belajar ahli kelompok.

e. Motivasi kecemasan

Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi

kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil

belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar

jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu.

Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ)

rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil

belajar mereka menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat

berkesan untuk meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang

bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan tinggi.

f. Motivasi penguatan

Motivasi penguat dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan

belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan

7
peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah

menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama

untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan

pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan

persaingan yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam

kelas.

g. Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri

Motivasi ini sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi

pelajar dalam belajar. Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku

yang mandiri dalam belajar dan mempunyai sistem nilai yang baik yang

melatar-belakangi tingkah laku mereka itu. Pembentukan sistem nilai-

nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga

pelajar-pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri

adalah sangat penting. Bagi pelajar-pelajar yang telah memiliki

motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu

memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar

mereka.

2. Berdasarkan faktor pembangkitnya:

a. Motivasi internal (intrinsik)

Motivasi internal (intrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku

seseorang yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya.

Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin

mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi

8
memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku.

Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku

lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah

buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang

lain. Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada

timbulnya motivasi berprestai.

Lepper dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik di

defisinikan sebagai ketertarikan  dan kenyamanan di dalam melakukan

aktivitas di dalam pekerjaan itu sendiri, sedangkan Hirst (1988)

mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah keyakinan individu

tentang tingkat, yang mana sesuatu aktiviatas dapat dilakukan dengan

nyaman dan atas dasar keinginan diri sendiri. Konsep dari motivasi

intrinsik tidak hanya ada pada definisi praktisnya, tetapi konsep

motivasi intrinsik juga masuk dalam teori-teori utama di dalam motivasi

kerja, seperti teori hierarkinya Maslow yang menyatakan babwa

motivasi intrinsik ada di dalam hierarki yang   paling tinggi, yaitu

aktualisasi diri. Pendapat ahli lain mengenai motivasi intrinsik

dikemukakan oleh Beach (1980). Ia mengatakan bahwa motivasi

intrinsik sebagai suatu hal yang terjadi ketika seseorang menikmati

suatu aktivitas dan memperoleh kepuasan selama melakukan tugas dari

aktivitas tersebut.

Telaah dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para

ahli di atas dapat diambil intisari bahwa motivasi intrinsik merupakan

9
suatu bentuk motivasi dari dalam diri individu dalam menyikapi suatu

tugas dan pekerjaan yang diberikan kepa individu dan membuat tugas

dan pekerjaan tersebut mampu memberikan kekuatan batin bagi

individu sendiri. ( M. Nur Ghufron, dkk, Teori-teori Psiologi, 2011: 86-

87).                        

b.   Motivasi eksternal (ekstrinsik)

Motivasi ekternal (ekstrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku

seseorang tang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat

sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan

menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP

belum mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula ia hanya ingign ikut-

ikutan belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di SMP.

Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, ssiswa memahami

faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat

dan bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia

berhasil lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia menyadari pentingnya

belajar dan melanjutkan pelajaran di SMA.Di SMA ia belajar dengan

penuh semangat karena ia ingin masuk AKABRI. Berkat ketekunan dan

semangat belajarnya maka ia lulus SMA dengan nilai sangat baik, dan

diterima  di AKABRI.

Dalam contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa yang

belajar dengan tujuannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya

siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh

10
penuh semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik dapat berubah

menjadi motivasi instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari

pentingnya belajar, dan ia belajar dengan sungguh-sungguh tanpa

disuruh orang lain. (Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, 2009: 91)

C. Teori-Teori Motivasi Dalam Belajar

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada

intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat

atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological

needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa

aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,

psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love

needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya

tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri

(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang

untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga

berubah menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua

(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya

dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang

lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari

cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa

11
sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan

yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas

bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi

bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai

prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa

motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan

prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan

kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan

sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau

mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan

hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai

kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar

tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang

dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri

melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi

(high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi

untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2)

menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-

upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti

kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang

12
keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang

berprestasi rendah.

3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG”

dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah

yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness

(kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth

(kebutuhan akan pertumbuhan).

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal

penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau

model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence”

dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori

Maslow; “Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan

keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama

dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer

menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan

pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut

akan tampak bahwa :

 Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula

keinginan untuk memuaskannya;

 Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi”

semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;

13
 Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya

lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan

yang lebih mendasar.

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting

dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya

dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor

motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal

yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti

bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor

hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik

yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku

seseorang dalam kehidupan seseorang.

5. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan

memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan

mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-

tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-

strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan

tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.

6. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )

14
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And

Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori

Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari

yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa

tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,

apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya

terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya

mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan

berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk

memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat

terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika

harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk

berupaya akan menjadi rendah.

7. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi

yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan

menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung

berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya

terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa

yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi

seseorang individu .

15
D. Usaha Guru untuk Mengenali dan Mengembangkan Bakat

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru

menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan

dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa

memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna

bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial.

Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah

Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan

sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa

yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan

mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus

yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid,

sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir

semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku

bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

3. Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi

yang telah dicapai sebelumnya.

16
4. Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa

dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si

Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

5. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat

proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar

siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi

belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal,

mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang

bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari

memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke

peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh

siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi

anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling

(BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah

dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik

Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa

belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa

17
diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran

ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun

kelompok.

9. Menggunakan metode yang bervariasi

Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi,

yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa

merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua

kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching &

Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya.

Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama

lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu

materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna

materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang

dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan

motivasi belajar siswa.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga

tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah mendorong manusia

untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan,

mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, motivasi berfungsi

sebagai pengarah, motivasi berfungsi sebagai penggerak cepat atau lambatnya

suatu pekerjaan.

Teori-teori motivasi dalam belajar adalah Teori Abraham H. Maslow

(Teori Kebutuhan), Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi), Teori

Clyton Alderfer (Teori “ERG), Teori Herzberg (Teori Dua Faktor), Teori

penetapan tujuan (goal setting theory), Teori Victor H. Vroom (Teori

Harapan), Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

Upaya guru meningkatkan motivasi siswa dalam belajar adalah

menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik, hadiah, saingan/kompetisi,

pujian, hukuman, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar,

membentuk kebiasaan belajar yang baik, membantu kesulitan belajar anak

didik secara individual maupun kelompok, menggunakan metode yang

bervariasi, menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

19
B. Saran

Motivasi dalam belajar sangat penting untuk di pelajari oleh peserta

didik karena dari situlah mereka bisa memahami apa fungsi motivasi dalam

belajar serta mereka dapat termotivasi untuk belajar. Oleh sebab itu penulis

menyarankan makalah ini dibaca dan dipelajari dengan baik serta dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

20
DAFTAR PUSTAKA

Afniola, S., Ruslana, Artika, W. (2020). Intelegensi Dan Bakat Pada Prestasi

Siswa. Jurnal Al-Din, 2(2), 1-18.

Emda, A. (2017). “Kedudukan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran”.

Lantanida Jurnal, 5(2), 172-182.

Maryam, M. (2016). “Pengaruh Motivasi Dalam Pembelajaran”. Lantanida

Jurnal, 4(2), 86-97.

Muhibbin, S. (2000). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sardiman. (2007). “Motivasi Belajar dan Fungsinya”. (Online).

http://www.omkris.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-

fungsi.html.U0TaSKykrIU (di akses tgl. 12 oktober 2014)

21

Anda mungkin juga menyukai