Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

PERCOBAAN 9
EFEK OBAT ANESTESI UMUM TERHADAP HEWAN UJI

DISUSUN OLEH:
NAMA : Citra Lestari
KELAS : Reguler 2A
NIM : PO.71.39.1.20.027

DOSEN PEMBIMBING:
1. DEWI MARLINA, S.F., Apt., M.Kes
2. ADE AGUSTIANINGSIH, , S.Farm, Apt

Paraf Nilai
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2022/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktikum


Anestesi umum adalah ketidaksadaran yang dihasilkan oleh medikasi (Torpy, 2011). Anestesi
umum adalah keadaan fisiologis yang berubah ditandai dengan hilangnya kesadaran reversibel,
analgesia dari seluruh tubuh, amnesia, dan beberapa derajat relaksasi otot (Morgan et al., 2006).
Ketidaksadaran tersebut yang memungkinkan pasien untuk mentolerir prosedur bedah yang akan
menimbulkan rasa sakit tak tertahankan, yang mempotensiasi eksaserbasi fisiologis yang
ekstrim, dan menghasilkan ingatan yang tidak menyenangkan. Selama anestesi umum, seseorang
tersebut tidak sadar tetapi tidak dalam keadaan tidur yang alami. Seorang pasien dibius dapat
dianggap sebagai berada dalam keadaan terkontrol, keadaan tidak sadar yang reversibel (Press,
2013). Anestesi umum tidak terbatas pada penggunaan agen inhalasi. Banyak obat yang
diberikan secara oral, intramuskular, dan intravena yang menambah atau menghasilkan keadaan
anestesi dalam rentang dosis terapi (Morgan et al., 2006). Tetapi saat ini anestesi umum biasanya
menggunakan sediaan intravena dan inhalasi untuk memungkinkan akses bedah yang memadai
ke tempat yang akan dioperasi. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa anestesi umum mungkin
tidak selalu menjadi pilihan terbaik. Semua itu tergantung pada presentasi klinis pasien, dan
anestesi lokal atau regional mungkin lebih tepat. (Press, 2013). Kombinasi agen anestesi yang
digunakan untuk anestesi umum sering meninggalkan pasien dengan klinis berikut (Press, 2013)

B. Tujuan Percobaan
Memahami efek anastesi umum dan memahami tahap-tahap stadium anastesi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Anastesi umum adalah suatu keadaan hilangnya persepsi sensorik terutama rasa sakit
disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Obat-obat yang menimbulkan
anastesi umum disebut anastetika umum (general anaesthetics).
Menurut Guedeel ada 4 stadium anastesi:
a. Stadium I : (Stadium analgesia)
Penderita masih sadar dan responsif, perasaan sakit hilang, euphoria, respirasi teratur,
pendengaran lebih tajam.
b. Stadium II : (Satdium ekstasi/delirium)
Penderita tampak tidak tenang sampai ribut/gelisah, tonos otot naik, respirasi irregular,
pupil tampak membesar, takikardia, gerak bola mata bertambah, kesadaran menurun,
refleks masih ada. Stadium I dan II ini bersama-sama disebut stadium induksi. Kemudian
dapat mati mendadak karena inhibisi vagal atau sensitasi jantung terhadap adrenalin
(endogen atau eksogen).
c. Stadium III : (Stadium pembedahan) dibagi 4 plane, yaitu:
Plane 1 : Kesadaran hilang, tonus otot berkurang, respirasi teratur cepat dan dalam, gerak
bola mata berkurang, pupil kembali ke ukuran normal, refleks kornea masih ada, refleks
peritoneal masih ada, refleks muntah dan menelan hilang pada plane ini dilakukan
pembedahan kecil.
Plane 2 : Gerak bola mata berkurang sekali sampai tidak ada, relaksasi otot sempurna,
respirasi teratur, refleks kornea hilang pada plane ini biasanya dilakukan pembedahan
besar.

Plane 3 : Refleks hilang, pupil berdilatasim palsus lemah tekanan darah temporer, tonus
otot masih ada tetapi relaksasi sempurna, respirasi dalam dan tidak sempurna.

Plane 4 : Respirasi jadi abnormal kecil dan dangkal, semua refleks hilang, pupil dilatasi
maksimal, takikardia, tekanan darah merosot turun.

d. Stadium IV : (Stadium paralisa meduler)


Tekanan darah menurun terus akhirnya nol, respirasi hilang, kollaps vasomotor, hal ini
terjadi karena over dosis.
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan yang digunakan

 Alat yang digunakan

 Penggaris (alat ukur milimeter)


 Alat fiksasi
 Lampu senter
 Stetoskop
 Eter kap
 Botol drop
 Pipet drop

 Bahan yang digunakan


 Eter
 Amoniak
 Kapas

 Hewan yang digunakan


 Kelinci Albino
B. Pelaksanaan Praktikum / Cara Kerja

ANASTESI UMUM

Digunakan satu kelinci / Kelompok

Kelinci dibuat tenang

Amoniak kap ditetesi dengan amoniak lalu ditutup ke mulut/hidung


kelinci percobaan (penetesan amoniak sebagai kebutuhan)

Catat pengamatan sesuai dengan kolom isian

Lakukan juga pengamatan serupa sebelum percobaan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Sebelum dianastesi

Tanda-Tanda fisik yang Pengamatan Waktu


terjadi
Respirasi abdominal dan torak 102/menit 11.53

Denyut jantung permenit 165/menit 11.55

Gerak bola mata Normal 11.57

Ukuran pupil mata Tidak disinari : 3 mm 11.40


Disinari : 2 mm
Reflex kornea Normal 11.59

Inhibasi, tonus otot Lincah 12.01

2. Setelah dianastesi
Tanda-Tanda fisik yang terjadi Pengamatan Waktu
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
Respirasi abdominal dan torak 139/menit 107/menit 109/menit 101/menit

Denyut jantung permenit 120/menit 110/menit 112/menit 100/menit

Gerak bola mata Normal Normal Melemah Melemah

Tidak disinari : 3 mm Tidak disinari : 3 mm Tidak disinari : 4 mm Tidak disinari : 3 mm


Ukuran pupil mata Disinari : 2 mm Disinari : 2 mm Disinari : 4 mm Disinari : 2 mm

Reflex kornea Normal Normal Memelan Memelan

Inhibasi, tonus otot Lincah Lincah Melemah Melemah


3. Tabel kesimpulan
Stadium Tanda-Tanda fisik yang Pengamatan Waktu/menit
terjadi
1 Respirasi abdominal dan torak Tetap normal 12.20
Denyut jantung permenit 120/menit
Gerak bola mata Teratur
Ukuran pupil mata Tidak disinari : 3 mm
Disinari : 2 mm
Reflex kornea Refleks (Normal)
Inhibasi, tonus otot Euphoria
2 Respirasi abdominal dan torak Tidak normal 12.50
Denyut jantung permenit 112/menit
Gerak bola mata Tidak teratur
Ukuran pupil mata Tidak disinari : 4 mm
Disinari : 4 mm
Reflex kornea Refleks (mengecil)
Inhibasi, tonus otot Agak lemah
3 Respirasi abdominal dan torak - -
Denyut jantung permenit -
Gerak bola mata -
Ukuran pupil mata -
Reflex kornea -
Inhibasi, tonus otot -
4 Respirasi abdominal dan torak - -
Denyut jantung permenit -
Gerak bola mata -
Ukuran pupil mata -
Reflex kornea -
Inhibasi, tonus otot -

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan uji efek obat anestetik umum terhadap hewan uji. Hewan
coba yang digunakan adalah kelinci dengan berat badan 318 g. Dan bahan uji yang digunakan
adalah amoniak.
Prosedur kerjanya yaitu sebelum di anastesi kelinci di timbang terlebih dahulu. Kemudian
teteskan amoniak di atas kapas, teteskan sebanyak 1 ml. Letakkan Kapas di corong lalu tutup di
mulut kelinci atau hidungnya. Catat pengamatan sesuai dengan kolom isian setelah itu lakukan
pengamatan serupa sebelum percobaan. Diamati selama 60 menit.
Pada perlakuan pertama yaitu itu sebelumnya anastesi (keadaan normal) didapat hasil
respirasi abdominal dan thorax 120/menit pada jam 11.53, denyut jantung per menit 165 / menit
pada jam 11.55, gerak bola mata normal pada jam 11.57, ukuran Pupil mata tidak di sinari 3mm
dan disinari 2 mm pada jam 11.40, refleks kornea normal pada jam 11.59 dan inhibisi tonus otot
lincah pada jam 12.01.
Pada perlakuan kedua yaitu pada menit ke-15 respirasi abdominal dan thorax 139 / menit,
denyut jantung per menit 120/menit, gerak bola mata normal, ukuran Pupil mata tidak di sinari 3
mm dan disinari 2 mm, refleks kornea normal dan inhibisi tonus otot lincah.
Pada perlakuan ketiga yaitu pada menit ke-30 respirasi abdominal dan Toraks 107 / menit,
denyut jantung per menit 110/menit, gerak bola mata normal ukuran Pupil mata tidak di sinari 3
mm dan di sinari 2 mm, refleks kornea normal dan inhibisi tonus otot lincah.
Pada perlakuan keempat yaitu pada menit ke-45 respirasi abdominal dan thorax
109/menit, denyut jantung per menit 112/menit, gerak bola mata melemah, ukuran Pupil mata
tidak di sinari 4 mm dan di sinari 3 mm, refleks kornea memelan dan inhibisi tonus otot lincah.
Pada perlakuan kelima yaitu pada menit ke-60 respirasi abdominal dan thorax 101/menit,
denyut jantung per menit 100/menit, gerak bola mata melemah, ukuran Pupil mata tidak di sinari
3 mm dan disinari 2 mm, refleksi kornea menelan, dan inhibisi tonus otot lincah.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan tabel pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Pada menit ke-15, menit ke-30. Kelinci mengalami stadium 1 yaitu kelinci masih sadar
dan responsif, perasaan sakit hilang, euphoria, respirasi teratur, pendengaran lebih tajam.

Tetapi pada percobaan kali ini kelinci tidak mengeluarkan suara (euphoria)
2. Pada menit ke-45 dan menit ke-60. Kelinci mengalami stadium 2 Yaitu kelinci tidak
tenang sampai ribut atau gelisah, tonus otot naik, respirasi ireguler, Pupil tampak
membesar, takikardia, gerak bola mata bertambah, kesadaran menurun, dan refleks masih
ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ezekiel, M. (2008). Handbook of Anesthesiology. USA: Current Clinical Strategies Publishing.

Munaf. (2008). KUMPULAN KULIAH FARMAKOLOGI. Palembang: EGC.

Sulistia, G.G., 2017. Farmakologi dan Terapi, edisi 6. Departemen Farmakologi dan Terapi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sufriyana, H., & Salim, H. M. (2017). Modul Praktikum Farmakologi.

LAMPIRAN

berat badan kelinci


Hasil Perlakuan Gambar
pengamatan

Sebelum denyut jantug


dianastesi dan respirasi
permenit

Gerak bola
mata

Pengukuran Kiri Kanan


pupil Tidak disinari Tidak disinari
menggunakan
mistar

Disinari
Disinari
Inhibisi

Proses kelinci
anestesi dianastesi

Di anastesi 15 menit Kiri Kanan


Tidak disinari Tidak disinari

Disinari Disinari

Denyut
jantung dan
respirasi
permenit

Gerak bola
mata

Inhibisi

30 menit Kiri Kanan


Tidak disinari Tidak disinari
Disinari
Disinari

Denyut
jantung dan
respirasi
permenit

Gerak bola
mata

Inhibisi

45 menit Kiri Kanan


Tidak disinari Tidak disinari

Disinari Disinari
Denyut
jantung dan
respirasi
permenit

Gerak bola
mata

Inhibisi

60 menit Kiri Kanan


Tidak disinari Tidak disinari

Disinari
Disinari

Denyut
jantung dan
respirasi
permenit

Gerak bola
mata
Inhibisi

Anda mungkin juga menyukai