Tugas Essay
“Kisah Sukses Transformasi Pemasaran Digital
Disusun Oleh:
Menurut Asosiasi Usaha Kecil Menengah Indonesia (Akumindo), kontribusi UKM dalam
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2019 mencapai 60 persen. UKM bergerak dalam
berbagai sektor perekonomian seperti perdagangan (26.2%), industri material (24.8%), restoran,
makanan, dan minuman (22.6%), dll. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UKM pun mencapai
121 juta pada tahun 2019. Besarnya peran UKM juga menjadi pertimbangan Pemerintah untuk
memberikan stimulus khusus bagi UKM. Untuk tetap mendukung keberlangsungan UKM saat
pandemi, Pemerintah menganggarkan Rp 120,6 triliun stimulus dalam Program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN). Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk restrukturisasi kredit UKM,
subsidi bunga, insentif pajak, dan pembiayaan investasi UKM. Sampai dengan 18 November 2020,
realisasi stimulus yang diberikan Pemerintah kepada sektor UKM mencapai Rp 96,6 triliun setara
dengan 84% anggaran yang tersedia. Meski demikian, UKM tentunya tidak dapat bergantung
hanya pada stimulus yang diberikan oleh Pemerintah. UKM perlu untuk cepat beradaptasi dengan
kondisi sekarang agar tetap dapat bertahan baik di masa pandemi maupun setelah ini berakhir.
Terlebih lagi, jika ekonomi kembali normal namun perilaku konsumen berubah menyesuaikan
kebiasaan yang ada pada masa pandemi ini.
UKM DAN TRANFORMASI DIGITAL
Salah satu hal yang dapat menjadi senjata ampuh adalah transformasi digital. Transformasi
digital dalam dunia usaha mengacu pada proses dan strategi penggunaan teknologi dalam kegiatan
operasional sehingga mengubah cara bisnis beroperasi dan melayani pelanggan. Transformasi
digital dapat dilakukan dalam berbagai aspek bisnis mulai dari pemasaran hingga produksi.
Kisah sukses transformasi digital dalam meningkatkan omzet bisnis sangat mudah
ditemukan. Seperti halnya kemunculan Gojek, Grab, Tokopedia, Shopee, dll. sebagai start-up
teknologi yang membantu mendorong transformasi digital pada dunia bisnis baik untuk korporasi
besar maupun UKM. Masih tergambar jelas di benak kita bagaimana dulu kita harus menghubungi
call center jika ingin memesan taksi. Namun, kehadiran Gojek/Grab membuat pemesanan moda
transportasi roda dua atau empat menjadi lebih mudah. Hal ini bahkan mendorong BlueBird
sebagai perusahaan penyedia jasa taksi terbesar di Indonesia untuk melakukan transformasi digital
dengan turut bekerjasama dengan Gojek dan membuat aplikasi pemesanan moda transportasi
sendiri. Contoh kasus lainnya yang juga sangat dirasakan oleh banyak orang adalah tersedianya
layanan Gofood/GrabFood yang mempermudah pelanggan untuk melakukan pemesanan produk
makanan dan minuman dari berbagai merchant. Mayoritas merchant tentunya adalah UKM yang
sebelumnya beroperasi secara tradisional dan tidak memiliki layanan pesan antar.
Kurva peningkatan penjualan produk sanitasi serta makanan dan minuman di berbagai
platform e-commerce.
Digital platform pada umumnya dimanfaatkan oleh UKM pada sektor perdagangan dan
makanan-minuman, dimana mayoritas UKM Indonesia memang bergerak pada sektor-sektor
tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan digital platform cukup berperan besar dalam
membantu survival UKM pada masa pandemi.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa transformasi digital untuk UKM adalah sebuah
kebutuhan. Terlebih lagi jika perubahan perilaku konsumen tetap terjadi (permanen) meski
pandemi telah berakhir. Tidak cukup pada konsep transformasi digital yang sudah ada, inovasi
terus dibutuhkan sesuai dengan profil dan model bisnis masing-masing. Namun, dalam mendorong
transformasi digital pada UKM tentunya memiliki tantangan tersendiri di samping peluang yang
begitu besar.
Beberapa penelitian telah dilakukan dalam mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
transformasi digital pada UKM. Mayoritas penelitian menyebutkan bahwa alasan utama dari
lambatnya tingkat penetrasi digital pada UKM adalah kurangnya pengetahuan terhadap
keuntungan dan penggunaan instrumen digital dalam bisnis. Kurangnya pengetahuan terkait
instrumen digital memunculkan banyak kekhawatiran mulai dari keamanan instrumen digital yang
digunakan terutama jika terkait dengan pembayaran, hingga biaya yang dibutuhkan dalam
implementasinya. Selain itu, adopsi digital yang lambat juga terkait dengan profil kepemilikan
UKM di Indonesia.Menurut Asia Pacific Foundation of Canada (APFC), mayoritas pemilik UKM
di Indonesia adalah penduduk berusia lebih dari 35 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA). Karakteristik penduduk tersebut cenderung lebih enggan untuk
mengadopsi teknologi digital yang perkembangannya sangat cepat.
Tantangan lain yang juga mempengaruhi tingkat adopsi teknologi digital adalah kesiapan
infrastruktur digital pendukung di berbagai daerah. Salah satu infrastruktur dasar yang dibutuhkan
adalah internet. Penetrasi internet di Indonesia masih mengalami ketimpangan yang cukup
signifikan antar wilayah. Menurut survei dari Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia
(APJII), penetrasi internet masih terkonsentrasi pada Pulau Jawa dengan rasio terhadap total
penduduk mencapai 41,7%. Sementara itu, penetrasi di daerah lain masih berada di bawah 20%
dengan rasio terendah berada di Maluku dan Papua sebesar 2,2%.
Untuk menghadapi tantangan yang ada dan menjadikannya sebagai peluang, Pemerintah
dan sektor swasta perlu bekerja sama. Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN) juga sudah merancang peta jalan 25 tahun transformasi digital
Indonesia yang dimulai dari 2020 dengan fokus utama dalam lima tahun kedepan untuk
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), diikuti oleh percepatan pembangunan infrastruktur
digital dan pengembangan ekosistem digital pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun depan,
anggaran infrastruktur tercatat sebesar Rp 414 triliun (tertinggi dalam 5 tahun terakhir) dengan
pengembangan teknologi informasi dan digital sebagai salah satu fokus pembangunan. Output
strategis yang menjadi target Pemerintah salah satunya adalah Base Transceiver Station (BTS) di
5.053 lokasi wilayah terpencil. Dengan ekosistem digital yang dibangun oleh Pemerintah
diharapkan akan menjadi insentif bagi pengusaha terutama UKM untuk melakukan inovasi dan
transformasi digital. Pengusaha harus turut memanfaatkan program-program yang dirancang
Pemerintah untuk mengoptimalkan inovasi pada unit bisnis sesuai dengan perkembangan perilaku
pasar.
Kemunculan start-up digital juga turut akan membantu mempercepat penetrasi digital pada
UKM, tentunya juga dengan dukungan ekosistem yang baik terutama dari perbankan sebagai
pelaku utama sektor keuangan dan otoritas yang terkait sebagai regulator. Salah satunya juga
dengan adanya aplikasi pembukuan android yang mendukung proses tersebut.Selain itu,
diperlukan juga penggunakan program akuntansi UKM untuk membantu para pengusaha UKM
mengelola bisnisnya lebih efektif. Dengan begitu, perkembangan UKM di era digital ini akan lebih
pesat.
DAFTAR PUSTAKA
Rosita, R. (2020). Pengaruh pandemi Covid-19 terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Lentera
Bisnis, 9(2), 109-120. ISO 690
Mahadewi, E. P., & Muhmin, A. H. (2021, February). Pelatihan Pengelolaan Manajemen Bisnis
Untuk UMKM di Era New Normal. In Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri
(Vol. 2, No. 2, pp. 295-298).
Hadiono, K., & Santi, R. C. N. (2020). Menyongsong Transformasi Digital. ISO 690