Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RUTIN 6

FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU: Dr. Nurlaila, S.pd,M.pd

NAMA : KRISTIKA MONDANG MATONDANG


NIM : 1193151035
KELAS : BK REGULER D 2019

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA TERHADAP SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL

A.    Makna Filsafat Pendidikan Pancasila

Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada


hakikatnya adalah makhluk tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan makhluk
lain citpaannya di muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk sosial terikat oleh suatu sistem
sosial dengan segala komponennya seperti pranata sosial, tatanan hidup kemasyarakatan.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi dasar negara dan pandangan hidup
segenap bangsa Indonesia. Nilai yang terkandung dalam Pancasila sepatutnya menjadi acuan
dasar dalam kehidupan manusia Indonesia. Dengan demikian, pembangunan pendidikan
nasional sebagai usaha sadar dan sistimatis untuk membina manusia Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan
menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan
dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Pendidikan nasional harus mampu membawa segenap bangsa Indonesia untuk
menjadi manusia Pancasila seperti telah dirumuskan dalam GBHN (1993) yaitu “Pendidikan
nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani, menimbulkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa
cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta
kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi
ke masa depan.
Tap MPR No. II/MPR/1978 memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan
kelima sila Pancasila, bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat
kepastian nilai yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pengamalan
tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanaan Yang Maha Esa.
a.       Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
b.      Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c.       Saling menghormati kebebesan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan.
d.      Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada oranglain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


a.       Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, persamaan kewajiban antar sesame manusia.
b.      Saling mencintai sesame manusia.
c.       Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d.      Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e.       Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f.       Gemar melakukan kegiatan manusia.
g.      Berani membela kebenaran dan keadilan
h.      Bngsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
a.       Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
b.      Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
c.       Cinta tanah air dan bangsa.
d.      Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e.       Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
ika.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan
a.       Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
b.      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c.       Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
d.      Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e.       Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab meneriama dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah
f.       Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g.      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia


a.       mengembangkan perbutan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaandan bergotong royong.
b.      Bersikap riil.
c.       Menjaga keseimbangan anrtara hak dan kewajiban.
d.      Menghormati hak-hak orang lain.
e.       Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f.       Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
g.      Tidak bersikap boros.
h.      Tidak bergaya hidup mewah.
i.        Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j.        Suka bekerja keras.
k.      Menghargai hasil karya orang lain.
l.        Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan social.

B.     Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional

Tata cara bernegara di Indonesia di atur dalam UUD 1945 yang selama ini belum
pernah mengalami amandemen, kecuali setelah bergulir reformasi tahun 1998. Kendatipun
amandemen telah rampung bulan agusrus tahun 2002, namun pembukaan UUD 1945 masih
tetap, dan di alenia ke empat disebutkan ; “...untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial,....”
Tidak berubahnya pembuakaan UUD 1945 tersebut mengindikasikan bahwa bangsa
indonesia tetap memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 hasil
amandemen 2002 yaitu :
1.      setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2.      pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.
3.      Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya pendidikan adalah suatu proses sosial
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian pendidikan
secara nyata merupakan proses sosialisasi antar warga melalui interaksi insani menuju
masyarakat yang berbudaya. Nana Sudjana (1989) menyebutkan tiga gejala yang diwujudkan
dalam kebudayaan umat manusia yaitu berupa:
1.      Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagi hasil ciptaan dan karya
manusia.
2.      Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3.      Hasil karya cipta manusia

Pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka senantiasa dalam upaya membina
dan mengembangkan cipta, rasa dan karsa ke dalam tiga wujud di atas.
Wujud pertama, yaitu ide dan gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam pikiran
manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada. Gagasan itu menjadi
motivasi, pendorong, serta memberi jiwa dan makna bagi kehidupan manusia dalam
bermasyarakat sehingga pola pikir tersebut menjadi suatu sistem yang dianut. Wujud yang
kedua adalah kegiatan yang berpola dari manusia, yaitu aktivitas manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Dalam sistem sosial, aktivitas manusia cenderung bersifat konkret, bisa dilihat dan
bisa di observasi secara langsung. Sedangkan wujud yang ketiga adalah seluruh hasil fisik
atau non fisik serta perbuatan atau karya manusia dalam masyarakat. Sudah barang tentu
wujud fisik dan non fisik ini hasil dari karya manusia sesuai dengan kebudayaan pertama dan
kedua. Artinya, wujud ketiga merupakan hasil buah pikir dan keterampilan manusia sesuai
dengan gagasan atau ide dan aktivitas manusia dalam struktur sistem sosialnya
Dengan demikian program pendidikan yang dirancang untuk membina kompetensi
peserta didik, tak bisa lepas dari aspek sosial budaya masyarakatnya. Di sini berarti asas
sosiologis akan memberikan pijakan yang mendasar untuk memberikan apa yang cocok
dipelajari para peserta didik, bagaimana mempelajari bahan tersebut sehingga produktivitas
pendidikan (out put) sesuai dengan harapan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik diamati
dan perkembangan sosial budayanya maupun di amati dari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Perkembangan sosial budaya akan memberi warna dan corak kepada perencanaan dan
implementasi kurikulum pendidikan. Namun demikian, asas sosiologis tak berarti program
pendidikan hanya berorientasi kepada tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
tanpa menghiraukan kebutuhan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri. Oleh sebab itu,
harus dijaga keseimbangan kurikulum (curiculum balance) antara kepentingan peserta didik
sebagai individu yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota
masyarakat.
Pendidikan yang terlalu memusatkan pada kepentingan masyarakat (sociely centered)
akan pincang dan membuahkan beberapa kelemahan. Misalnya, program pendidikan yang
dilakukan kurang menghiraukan perkembangan peserta didik sebagai pribadi yang unik dan
mandiri. Ini berarti, pendidikan harus menjaga keseimbangan kurikulum dengan menyajikan
program antara kepentingan sociely centered dengan program yang mengarah dan
memperhatikan kegiatan yang berorientasi pada student centered (memusatkan perhatian
pada kepentingan peserta didik sebagai pribadi).
Asas lain yang mempengaruhi pendidikan adalah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam beberapa dasa
warsa terakhir ini maju dengan pesat. Sebagai buah dari kegiatan penelitian dalam bidang
ilmu murni (pure science) dan ilmu terapan (applied science) yang berkembang pesat.
Perkembangan ini jelas memberi pengaruh dan dampak yang sangat kuat pada pendidikan.
Sedangkan isi kurikulum itu sendiri merupakan kumpulan pengalaman manusia yang disusun
secara sistematis dan sistemik sebagai hasil atau buah karya kebudayaan umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu karakteristik
perkembangan sosial budaya, akan memberi corak dan warna bagi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan pendidikan.
Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup sehingga mampu menyiapkan peserta
didik untuk dapat hidup wajar sesuai dengan sosial budaya manusia. Dalam konteks inilah,
kurikulum sebagai isi program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan
tersebut, bukan hanya dari penyiapan isi programnya saja tetapi juga pendekatan dan strategi
pelaksanaannya.
Dalam pemahaman yang hampir sama, Daoed Joesoef dalam Raka Joni (1983: 40)
menyebutkan bahwa Sumber ratusan ribu nilai yang ada dalam masyarakat untuk
dikembangkan melalu proses pendidikan ada tiga hal yaitu:
1.      Pikiran atau logika
2.      Perasaan atau estetika
3.      Kemauan (etika)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi isi /
materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas pada pendidikan
untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan seni juga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu karakteristik
perkembangan sosial budaya masyarakat akan memberi corak dan warna terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pendidikan. Sebab Pendidikan adalah sebagai
sutu investasi bagi pengembangan sumber daya manusia sebagai individu dan anggota
masyarakat.
Selain itu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pendidikan adalah Bangsa
Indonesiaa yang terdiri dari berbagai etnis dan budaya yang berbeda merupakan modal atau
aset nasional bagi bangsa untuk memajukan bangsa, tetapi jika diabaikan dapat menjadi
potensial sebagai sumber disentegrasi. Karena itu sisdiknas harus mampu mengembangkan
kearifan untuk belajar hidup bersama dalam perbedaan. Tanpa kearifan yang tulus lembaga
pendidikan tidak akan mampu berfungsi sebagai lembaga pemersatu, bahkan bisa melahirkan
benih-benih konflik yang sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa.
Hafid Abbas (2002) menyebutkan sisdiknas belum dapat berfungsi untuk
mempersatukan manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi, maka :
1.      Pendidikan harus dikelola dengan prinsip keadilan
2.      pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam rangka mengakomodir partisipasi masyarakat
banyak
3.      pengelolaan pendidikan harus bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh eklusif berlebihan
4.      pengelolaan pendidikan di semua tingkatan harus secara profesional
5.      pengelolaan pendidikan dengan melibatkan semua stakeholder dalam rangka pengayaan
dan demokratisasi pendidikan
6.      pendidikan nasional hendaknya benar-benar mendorong tercapainya pemerataan pendidikan

Pendidikan di Indonesia bersifat multi-kulttural. Sistem pendidikan nasional


Indonesia yang berlatar belakang plural harus dapat memahamkan bahwa manusia itu
beraneka ragam, hendaknya saling memahami, menghargai, menerima dan kerjasama dengan
peraturan yang adil dan proporsional, mengembangkan kerjasama demi kejayaan bangsa.
Pendidikan telah menjadi watak dan karakter budaya bangsa, namun sejauh ini
hasilnya belum seperti yang diharapkan. Walaupun demikian dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pendidikan, dilihat dari aspek kuantitatif secara nasional pemerintah telah
mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan seperti :
1.      Perubahan kurikulum pendidikan nasional.
2.      Undang-undang dan peraturan mengenai pendidikan, termasuk undang-undang guru dan
dosen dan standarisasi pendidikann dan undang-undang lainnya.
3.      Peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah.
4.      Penambahan anggaran pendidikan oleh daerah, sesuai dengan amanat pembukaan Undang-
undang Dasar 1945
5.      Konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah, standarisasi pendidikan dsb.
Ø  Kesimpulan

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan
guna diabadikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat
bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna
memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan
menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan
dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara IndSonesia.

sumber :

Tim pengajar.2010.”Filsafat pendidikan”.Medan:Universitas Negeri Medan


Http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem-
pendidikan-pendidikan-nasional/
Http://www.geofacts.co.cc/2008/11/landasan-dan-tujuan-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai