Anda di halaman 1dari 18

Mata

Kuliah:HOERVERSTEHEN Fϋr
CRITICAL JOURNAL REVIEW FORGESCHRITTENE

“Pentingnya Keterampilan Mendengar dalam Menciptakan Komunikasi yang Efektif”


(Ambar Wulan Sari, 2016)

OLEH:
Rohani Situmorang (2213132037)

Dosen Pengampu :
LINDA ARUAN,S.Pd,.M.Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Mata Kuliah
Deutsch Hoerverstehen für Forgeschrittene.
Saya juga berterimakasih kepada Frau Linda Aruan S.Pd,M.Hum Sebagai
Dosen Pengampu yang telah memberikan bimbingannya,Sehingga saya dapat
menyelesaikan Critical Journal Review ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
oleh karena itu penulis meminta maaf atas kesalahan dalam penulisan dan
penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan Terimakasih dan semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan,30 september

2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Rasionalisasi pentingnya CJR........................................................1
B. Manfaat CJR..................................................................................1
C. Tujuan CJR....................................................................................1
D. Identifikasi Jurnal..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Junal Utama...................................................................................3
B. Jurnal Pembanding.........................................................................4
BAB III ANALISIS ARTIKEL....................................................................6
A. Jurnal Utama..................................................................................6
B. Jurnal Pembanding.........................................................................7
BAB IV KELEBIHAN DAN KEKURANGAN..........................................9
A. Kelebihan.......................................................................................9
B. Kekurangan...................................................................................9
BAB V PENUTUP........................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................10
B. Saran.............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Disaat kita membtuhkan sebuah referensi, yaitu journal sebagai sumber bacaan kita selain
buku dalam   mempelajari mata kuliah Horvertigkeit Fur Afanger, sebaiknya kita terlebih dahulu
mengkritisi journal tersebut agar kita mengetahui journal mana yang lebih relevan untuk
dijadikan sumber bacaan.

B. Tujuan Penulisan CJR


1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hören
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan
membandingkan serta memberi kritik pada jurnal.
3. Memperkuat pemahaman pembaca terhadap mendengar dalam bahasa Jerman.

C. Manfaat CJR
1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jounal dan mencari sumber bacaan
yang relevan.
2. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah journal.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang mendengar dalam bnahasa Jerman.
IDENTITAS JURNAL

Identitas Jurnal Utama

Judul : PENTINGNYA KETRAMPILAN MENDENGAR DALAM


MENCIPTAKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTI
Penulis : Ambar Wulan Sari

Email : awsari@gmail.com

Penerbit :-

Tahun Terbit :2016

ISSN : ISSN: 2442-6024


Jumlah Halaman :10 Lembar

2.1.2 Jurnal pembanding

Judul : Pendidikan Keluarga melalui Keterampilan Mendengar: Studi Kasus di


Wedung, Demak
Penulis : Hasan Bastomi
Email : tommy.wedung@gmail.com

Penerbit :Buana Gender


Tahun terbit :2016

ISSN : 2527-8096

Jumlah Halaman :20 Lmbr


2.2 Ringkasan Jurnal

2.2.1 Jurnal Utama

Abtrak

Komunikasi merupakan kunci terpenting dalam membangun hubungan baik antar setiap
individu. Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada ketrampilan seseorang dalam
mengirim maupun menerima pesan. Kemampuan mendengarkan secara aktif diartikan sebagai
proses pemahaman secara aktif untuk mendapatkan informasi, dan sikap dari pembicara yang
tujuannya untuk memahami pembicaraan tersebut secara objektif. Komunikasi efektif adalah
suatu kegiatan pengiriman makna (pesan) dari seorang individu ke individu yang lain di mana
kegiatan tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak. Komunikasi Efektif,
inilah yang menjadi permasalah orang Indonesia sekarang mereka masih awam terhadap budaya
komunikasi Efektif dan kurangnya ketrampilan mendengar dalam berkomunikasi yang
mengakibatkan mereka lebih banyak “berpendapat untuk mengemukakan masalah” daripada
“berpendapat untuk memecahkan masalah”. Tujuan penelitian mengetahui pentingnya
ketrampilan mendengar dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Metode yang digunakan
adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yang di dasarkan pada data sekunder. Membangun komunikasi yang efektif,
setidaknya kita harus: (1) Berusaha benar-benar mengerti orang lain (emphatetic
communication), (2) Memenuhi komitmen atau janji, (3) Menjelaskan harapan atau rencana yang
akan di lakukan, (4) Meminta maaf denga tulus ketika membuat kesalahan, (5) Memperlihatkan
integritas pribadi.

PENDAHULUAN

Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada ketrampilan seseorang dalam mengirim
maupun menerima pesan. Kita menyaksikan begitu banyak proyek atau program perusahaan
macet ditengah jalan hanya gara-gara dis-komunikasi para anggotanya. Sebaliknya, kita juga bisa
menyaksikan sebuah arena lingkungan kantor yang bisa berjalan dengan indah lantaran
didalamnya terbangun proses komunikasi yang elegan nan produktif. Dan ketika seseorang
mengikuti rapat, diskusi, seminar ataupun di dalam kelas, informasi yang dapat diserap dalam
benak pikiran peserta mungkin hanya setengah dari yang diucapkan pembicara. Beberapa hari
kemudian, pesan yang masih diingat mungkin tinggal seperempatnya. Begitu pula halnya dengan
mahasiswa dalam mengikuti kuliah, pada hari pertama mungkin banyak hal yang didapatkan,
dipahami dan dimengerti. Namun, pada hari-hari berikutnya materi yang masih dapat diingat,
dipahami dan dimengerti sudah semakin banyak berkurang atau terlupakan. Masalah yang paling
sederhana dan sering muncul itu di karenakan adalah kurangnya keterampilan mendengarkan
dalam berkomunikasi. Keterampilan mendengarkan seharusnya mengiringi keterampilan
bertanya dalam komunikasi yang efektif. Karena sebaik apa pun komunikasi terhadap seseorang
tanpa diiringi dengan kemampuan mendengar maka komunikasi tidak efektif. Komunikasi
efektif adalah suatu kegiatan pengiriman makna (pesan) dari seorang individu ke individu yang
lain di mana kegiatan tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak. Komunikasi
Efektif, inilah yang menjadi permasalah orang Indonesia sekarang mereka masih awam terhadap
budaya komunikasi Efektif dan kurangnya ketrampilan mendengar dalam berkomunikasi yang
mengakibatkan mereka lebih banyak “berpendapat untuk mengemukakan masalah” daripada
“berpendapat untuk memecahkan masalah”. Komunikasi adalah jembatan antara diri kita dengan
dunia luar. Semakin baik dan lancar komunikasi dan ketrampilan mendengar kita, maka akan
semakin bagus hubungan kita dengan dunia luar. Semakin bagus komunikasi kita berarti akan
semakin sedikit kesalah pahaman yang terjadi dengan orang lain. Memperhatikan berbagai hal
tersebut diatas, maka dalam hal ini penulis akan membahas tentang “Pentingnya Ketrampilan
Mendengar Dalam Menciptakan Komunikasi Yang Produktif”. Masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut: (1) Bagaimana mengenali tipe mendengarkan? (2) Bagaimana
memahami proses mendengarkan (3) Bagaimana mengatasi penghalang mendengarkan secara
efektif? (4) Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif?. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui: (1) tipe mendengarkan dalam komunikasi (2) proses mendengarkan dalam
berkomunikasi (3) mengatasi penghalang mendengarkan secara efektif (4) menciptakan
komunikasi yang efektif.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif eksploratif.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang di dasarkan pada data sekunder. Sumber yang
digunakan relevan pada ketrampilan mendengar dan komunikasi efektif. Penelitian kepustakaan
merupakan langkah pertama yang penulis lakukan dengan maksud untuk menggali teori-teori
yang berhubungan dengan penulis laporan penelitian sebagai data sekunder dengan cara
membaca dan mempelajari buku-buku atau laporan yang dapat membantu kelancaran penulis
dalam menyusun laporan penelitian.

HASIL

Berikut ada 3 tipe mendengarkan: 1. Mendengarkan isi (content listening) adalah memahami dan
menguasai pesan pembicara. Mendengarkan isi pembicaraan, penekanannya adalah pada
informasi dan pemahaman anda dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk memperjelas
materi. Anda coba abaikan gaya pembicaraan dan keterbatasan apa pun dalam
menyampaikannya, fokuskan hanya pada informasinya. 2. Mendengarkan dengan kritis (critical
listening) adalah memahami dan mengevaluasi arti pesan pembicara pada beberapa tingkat:
logika argument, bukti yang kuat, kesimpulan yang valid, implikasi pesan untuk anda dan
organisasi anda, maksud dan motif pembicara, dan setiap informasi atau poin relevan yang
dihilangkan. Bila anda ragu, ajukan pertanyaan untuk menyelidiki sudut pandang dan kredibilitas
pembicara. Perhatikan pembicara yang mungkin mewarnai cara informasi yang disampaikan, dan
berhati-hatilah untuk selalu memisahkan antara opini dan fakta. 3. Mendengarkan dengan empati
(emphatic listening) adalah memahami perasaan, kebutuhan, dan keinginan pembicara sehingga
anda dapat menghargai sudut pandangnya, terlepas dari apakah anda mempunyai perspektif yang
sama dengannya.

Menciptakan komunikasi yang efektif Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan
komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu,
dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak
yang berkomunikasi samasama mengerti apa pesan yang disampaikan. Komunikasi efektif
adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude cange) pada orang yang
terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif memungkinkan seseorang dapat saling bertukar
informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya
sesuai dengan harapan.Komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja,
sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah
dengan secara khusus mempelajari bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca
dengan cepat dan efektif, bagaimana berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi
pendengar yang baik. Bahkan untuk yang terakhir, yaitu ketrampilan untuk mendengar tidak
pernah diajarkan atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah
formal maupun pendidikan informal lainnya. Komunikasi efektif memberikan kemudahan dalam
memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga tercipta
feedback yang baik antara pemberi dan penerima pesan. Untuk membangun komunikasi yang
efektif, setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu
membaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu pentingmya,
banyak orang menghabiskan waktunya untuk melakukan, paling tidak salah satu keempat
keterampilan itu. Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan
komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah
persepsi. Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan
maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik.

KESIMPULAN

 Mendengarkan merupakan proses intelektual dan emosional. Dengan proses itu orang
mengumpulkan dan mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual dari orang lain
dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Ketika anda membaca mengenai tipe-tipe
umum mendengarkan, renungkan kecenderungan anda sebagai pendengar, dan pertimbangkan
bagaimana belajar menggunakan metode tertentu bisa membuat kegiatan mendengarkan anda
lebih efektif. Berikut ada 3 tipe mendengarkan: (1) Tujuan utama mendengarkan isi (content
listening) adalah memahami dan menguasai pesan pembicara. (2) Tujuan utama mendengarkan
dengan kritis (critical listening) adalah memahami dan mengevaluasi arti pesan pembicara pada
beberapa tingkat: logika argument, bukti yang kuat, kesimpulan yang valid, implikasi pesan
untuk anda dan organisasi anda, maksud dan motif pembicara, dan setiap informasi atau poin
relevan yang dihilangkan. (3) Tujuan utama mendengarkan dengan empati (emphatic listening)
adalah memahami perasaan, kebutuhan, dan keinginan pembicara sehingga anda dapat
menghargai sudut pandangnya, terlepas dari apakah anda mempunyai perspektif yang sama
dengannya.
 Agar dapat mendengarkan secara efektif perlu memahami proses mendengarkan dalam
berkomunikasi ada lima langkah berbeda yang perlu dilakukan dengan baik: (1) Menerima: anda
memulai mendengarkan pesan secara fisik dan mengajui bahwa anda memang mendengarkan.
(2) Menafsirkan (decoding): langkah anda berikutnya adalah memberikan arti terhadap suara,
yang dapat anda lakukan menurut nilai-nilai, kepercayaan, ide, harapan, kebutuhan, dan sejarah
pribadi anda. (3) Mengingat: sebelum anda dapat bertindak berdasarkan informasi tersebut, anda
perlu menyimpannya lebih dulu untuk diproses di waktu yang akan datang. (4) Mengevaluasi:
dengan diterimanya pesan dari pembicara, langkah anda berikutnya adalah mengevaluasi pesan
tersebut dengan menerapkan keterampilan berfikir kritis. (5) Merespon: setelah anda melakukan
evaluasi terhadap pesan pembicara, anda sekarang bereaksi.

 Mengatasi penghalang mendengarkan secara efektif, antara lain: (1) kendalikan apa pun hambatan
terhadap penerimaan fisik sebisa mungkin, (2) hindari pendengar secara selektif dengan mencoba
berfokus pada pembicara dan menganalisis apa yang di dengar, (3) pertahankan pikiran yang
terbuka dengan menghindari setiap prasangka atau tidak mendegarkan secara defensif, (4)
menguraikan kata-kata sendiri ide-ide pembicara, (5) jangan hanya mengandalkan pada daya
ingat, tetapi rekam, tulis, simpan informasi dalam beberapa cara fisik lain, (6) tingkatkan daya
ingat jangka pendek dengan mengulangulang informasi, dan (7) tingkatkan daya ingat jangka
panjang dengan melakukan asosiasi, kategorisasi, visualisasi dan menghafal.

 Komunikasi efektif memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi dan penerima pesan. Sehingga tercipta feedback yang baik antara pemberi dan penerima
pesan. Untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus: (1) Berusaha benar-
benar mengerti orang lain (emphatetic communication), (2) Memenuhi komitmen atau janji, (3)
Menjelaskan harapan atau rencana yang akan di lakukan, (4) Meminta maaf denga tulus ketika
membuat kesalahan, (5) Memperlihatkan integritas pribadi.
2.2.2 Jurnal Pembanding

ABSTRAK

Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam masyarakat. Ia merupakan lingkungan pertama


bagi anak dalam berinteraksi. Pola hubungan ini diwujudkan dengan sikap dan perilaku orang tua
terhadap anak, salah satunya dengan budaya mendengar. Penelitian ini mengunakan metode riset
lapangan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian
dianalisis dengan menggunakan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif yang berkenaan
dengan ketrampilan mendengar orang tua di Desa Mutih Wetan Wedung Demak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan mendengar penting dalam keluarga terutama
kesadaran bagi orang tua dalam memberikan kepercayaan kepada anak untuk mengeluarkan
segala ide ataupun gagasan yang dimilikinya.

PENDAHULUAN

Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa -
Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990 Bab
(1) Pasal (1), yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun.
Undang- Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal (1) Ayat (1) juga
menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Anak merupakan masa depan dan generasi penerus cita-cita bangsa.
Negara berkewajiban memenuhi hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, berpartisipasi serta mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi. Tidak terpenuhinya hak anak akan menurunkan kualitas hidup anak dan pada
akhirnya akan menimbulkan masalah bagi negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang
tua. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal (1)
menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Dengan kata lain yang dimaksud dengan anak adalah penduduk berusia
0 sampai 17 tahun. Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010, pada 2012 penduduk Indonesia
diperkirakan mencapai 245,4 juta jiwa, dan sekitar 33,4 persen diantaranya adalah anak-anak
usia 0-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi untuk anak adalah berinvestasi untuk
sepertiga penduduk Indonesia.Gambaran kondisi anak saat ini menjadi dasar yang penting bagi
pengambilan kebijakan yang tepat bagi anak. Anak-anak merupakan kelompok penduduk usia
muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agar dapat berpartisipasi aktif dalam
pembangunan di masa mendatang. Mereka merupakan kelompok yang perlu disiapkan untuk
kelangsungan bangsa dan negara di masa depan. Salah satu aspek penting untuk melihat kualitas
anak adalah dari sisi pendidikan. Hasil Susenas 2012 menunjukkan bahwa anak usia 5-17 tahun
yang berstatus sekolah sebesar 81,53 %. Pada kelompok usia tersebut terdapat 6,32% yang tidak
bersekolah lagi dan yang belum pernah sekolah sebesar 12,15 %. Meskipun persentase anak usia
sekolah yang masih bersekolah cukup tinggi, namun kualitas dari anak tersebut juga harus
ditingkatkan demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas bagi bangsa dan negara di
masa mendatang. Hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan terbatasnya akses pendidikan
berkualitas bagi anak, terutama bagi anak keluarga miskin dan di masyarakat terpencil.
Dampaknya dapat terlihat dari semakin meningkatnya kasus-kasus kekerasan, jumlah anak yang
bermasalah dengan hukum, eksploitasi (termasuk trafficking), dan diskriminasi terhadap anak.

Dalam hubungan secara sosial, masalah anak diantaranya adalah diskriminasi, kekerasan,
eksploitasi, dan penelantaran anak. Hasil Survei Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
(2006) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPP&PA) menunjukkan sebesar 3 % anak-anak mendapatkan kekerasan
dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga, yang
seharusnya menjadi tempat aman bagi anak dan memberikan perlindungan bagi anak justru
menjadi tempat anak mendapatkan tindak kekerasan. Maraknya kasus kekerasan terhadap anak,
baik di lingkungan keluarga atau lingkungan umum menunjukkan masih minimnya perlindungan
terhadap anak. Hal ini menunjukkan pula masih jauhnya lingkungan yang ramah dan aman bagi
anak (Tim Penyusun 2013, 1-3). Oleh karena itu, perlu adanya sebuah konsep pendidikan yang
mampu meningkatkan ketahanan anak Indonesia, salah satunya melalui lingkungan keluarga.
Untuk mewujudkan pendidikan yang ideal dalam keluarga perlu sebuah pola yang
harmonis antara keluarga. Menurut Mimi Doe and Marsha Walch Pola hubungan orang tua dan
anak adalah suatu bentuk interaksi timbal balik antara orang tua dan anak. Pola hubungan ini
diwujudkan dengan sikap dan perilaku orang tua terhadap anak. Salah satu pola hubungan
interaksi orang tua dan anak adalah mendengar, dengan didengarkan anak merasa diakui dan
memberi mereka kepercayaan diri, istimewa dan aman (Mimi & Walch 1998, 96). Sedangkan
Indrajaya mengungkapkan komunikasi adalah jembatan antara orang tua dan anak. Semakin baik
dan lancar komunikasi dan ketrampilan mendengar kita, maka akan semakin bagus hubungan
orang tua dan anak. Semakin bagus komunikasi kita berarti akan semakin sedikit
kesalahpahaman yang terjadi orang tua dan anak (Indrajaya 2013, 3). Oleh karena itu, yang
menjadi problem adalah bagaimana menerapkan budaya mendengar dalam keluarga bagi orang
tuadi Desa Mutih Wetan Wedung Demak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)
ketrampilan mendengar bagi orang tua masyarakat Desa Mutih Wetan, 2) apa yang dikatakan
oleh anak pada orang tua, 3) perasaan anak jika mereka didengarkan orang tua, 4) manfaat
mendengarkan perkataan anak. Dalam Penelitian ini mengunakan Metode Riset Lapangan (field
research) dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian
dianalisis dengan menggunakan pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Metode deduktif
yaitu metode pembahasan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari pengetahuan
yang sifatnya umum, kepada penilain yang bersifat khusus yang berkenaan dengan ketrampilan
mendengar bagi orang tua di Desa Mutih Wetan. Sedangkan metode induktif yaitu suatu
pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang
sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum mengenai
ketrampilan mendengar orang tua di Desa Mutih Wetan.

Pola hubungan orang tua dan anak adalah suatu bentuk interaksi timbal balik antara orang tua
dan anak (Soetjiningsih 1995, 8-11). Pola hubungan ini diwujudkan dengan sikap dan perilaku
orang tua terhadap anak. Slater mengungkapkan tentang empat pola dasar relasi orang tua-anak
beserta pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu : a. Tolerance-intolerance Pengaruh yang
mungkin dirasakan dari adanya sikap orang tua yang penuh toleransi, memungkinkan anak untuk
dapat memiliki ego yang kuat. Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung akan menghasilkan ego
yang lemah pada diri anak. b. Permissiveness – strictness Relasi orang tua-anak yang permisif
dapat membentuk menunjang proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun sebaliknya
kekerasan berdampak pada pembentukan pribadi anak yang impulsif. c. Involvement –
detachment Seorang anak cenderung menjadi ekstrovert, manakala orang tua dapat menunjukkan
sikap mau terlibat dan peduli. Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu membiarkan berdampak
terhadap pembentukan pribadi anak yang introvert.

Ketrampilan mendengarkan seharusnya mengiringi ketrampilan bertanya dalam komunikasi


yang efektif. Karena sebaik apapun komunikasi terhadap seseorang tanpa diiringi dengan
kemampuan mendengar maka komunikasi tidak efektif. Kemampuan mendengarkan secara aktif
diartikan sebagai proses pemahaman secara aktif untuk mendapatkan informasi, dan sikap dari
pembicara yang tujuannya untuk memahami pembicaraan tersebut secara objektif. Komunikasi
efektif adalah suatu kegiatan pengiriman makna (pesan) dari seorang individu ke individu yang
lain di mana kegiatan tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak (Indrajaya
2013, 3). Komunikasi Efektif, inilah yang menjadi permasalahan orang Indonesia
sekarang,khususnya di lingkungan keluraga, mereka masih awam terhadap budaya komunikasi
Efektifdan kurangnya ketrampilan mendengar dalam berkomunikasi yang mengakibatkan
mereka lebih banyak “memberi instruksi kepada anak” daripada “mendengarkan anak”.
Komunikasi adalah jembatan antara orang tua dan anak. Semakin baik dan lancar komunikasi
dan ketrampilan mendengar kita, maka semakin bagus hubungan orang tua dan anak. Semakin
bagus komunikasi kita berarti semakin sedikit kesalahpahaman yang terjadi orang tua dan anak.

KESIMPULAN

Dari beberapa uraian sebelumnya dapat dikemukakan hal-hal berikut ini: Pertama, keluarga
merupakan komunitas terkecil dalam masyarakat.Iamerupakan lingkungan (milleu) pertama bagi
individu dalam berinteraksi. Kedua, pola hubungan orang tua dan anak adalah suatu bentuk
interaksi timbal balik antara orang tua dan anak. Pola hubungan ini diwujudkan dengan sikap dan
perilaku orang tua terhadap anak. Ketiga, masyarakat lebih menekankan memberi instruksi
kepada anak-anak daripada mendengarkan mereka. Keempat, anak-anak adalah pengamat yang
baik, reseptif, dan sadar serta kita dapat berbagi sebagian kesadaran itu dengan mendengarkan
mereka. Kelima, didengarkan membuat anakanak merasa diakui dan memberi mereka
kepercayaan pada diri mereka sendiri. Keenam, mendengar dapat menjadi cara termudah yang
dapat orang tua lakukan. Ketujuh, ketika anak-anak didengar dan dilihat mereka secara alami
mengungkapkan perasaan mereka. Kedelapan, mendengarkan mendorong anak-anak membagi
pikiran masa depan dan perasaannya dengan kita. Kesembilan, dengarkan dengan hormat dan
anak akan merasa nyaman mengungkapkan pikiran-pikirannya (baik maupun buruk).

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

Jurnal Utama

Kelebihan :

 Penulisan judul mudah dipahami dan dimengerti, tidak berbelit-belit dan menggunakan
makna yang jelas
 Pendahuluan ditulis dengan jelas menerangkan latar belakang penulis melakukan penelitian,
rumusan masalah melalui gambaran umum.

Kekurangan
 Kajian Pustaka dalam Jurnal ini tidak secara langsung di tulis dengan nama “Kajian Pustaka”
 Ada beberapa judul yang tidak ditebalkan atau di cetak miring dan tidak ada tanda koma
dalam penulisan nama pengarang.
 Tidak disertai dengan saran yang lengkap

 Jurnal Pembanding

Kelebihan

 Abstrak disajikan dengan dua bahasa yaitu Bahasa inggris dan Bahasa Indonesia yang
dicetak miring
 Penulisan Abstrak sudah rapi dan ditulis dengan jelas.
 Penulis menyajikan kesimpulan dari hasil penelitiannya dengan singkat dan jelas serta
menggunakan bahasa yang mudah dipahami
 Daftar pustaka ditulis dengan rapi sesuai abjad dan mengikuti format penulisan
Kekurangan

 Penjelasan pendahuluan terlalu banyak. Sebaiknya langsung ditulis singkat tetapi


terperinci.
 Kajian Pustaka dalam Jurnal ini tidak secara langsung di tulis dengan nama “Kajian
Pustaka” namun melalui gambaran umum di dalam metode penelitian
 Tidak menyajikan Hasil dan Pembahasan secara langsung dengan nama ”Hasil dan
Pembahasan” serta tidak menyajikan saran

2.4 Perbedaan Jurnal Utama dan Jurnal Pembanding

Jurnal Utama

 Terdapat Hasil dan Pembahasan yang ditulis secara langsung dengan kata “Pembahasan”
 Meningkatkan kemampuan mendengar dengan metode studi kepustakaan dengan
pendekatan deskriptif eksploratif.

Jurnal Pembanding

 Meningkatkan kemampuan mendengar dengan metode Penelitian ini mengunakan


metode riset lapangan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif

BAB III
PENUTUP
FAZIT
Nach der Identifizierung und Bewertung der beiden Zeitschriften mit dem Titel Anwendung der
Methode Die verwendete Methode ist eine Literaturstudie mit einem explorativ-deskriptiven
Ansatz zu THE BEDEUTUNG VON HÖRKOMPETENZEN BEI DER KREATION
EFFEKTIVER KOMMUNIKATION und der Zeitschrift Family Education through Listening
Skills: A Case Study in Wedung , Demak., die der Autor in der Studie verwendet, können die
Autoren feststellen, dass die Zeitschrift mit dem Titel THE IMPORTANCE OF HEARING
SKILLS IN CREATING EFFECTIVE COMMUNICATIONS besser ist als die
Vergleichszeitschrift (Family Education through Listening Skills: Case Studies in Wedung,
Demak weil die Zeitschriften in den Vergleichszeitschriften noch verfügbar sind) Schreibfehler
wie im Titel, Zusammenfassung ist nicht ordentlich, präsentiert die Ergebnisse und Diskussion
nicht direkt und präsentiert keine Vorschläge.

ANRENGUNG
In der Präsentation werden die Vorbereitung des Schreibens und die verwendeten Methoden
verwendet
vom Autor in der Hauptzeitschrift als gut eingestuft wird, aber auch Mängel aufweist
Was überarbeitet werden muss, ist die Präsentation der Literaturrecherche direkt und das
Schreiben des Titels
im Literaturverzeichnis sind fett oder kursiv zu schreiben. Die Autoren hoffen, dass wenn
Das Vergleichsjournal wurde überarbeitet, wobei insbesondere auf Schreibverfahren geachtet
wurde wie:
Titel, der Leerzeichen und Großbuchstaben enthalten muss, Literaturrecherche, Ergebnisse
präsentieren
und Diskussion getrennt und direkt und ergänzen die Zeitschrift mit Anregungen.

DAFTAR PUSTAKA
-Atwater, E. I hear you. (Rev. ed.). Pacific Grove, Ca.: Walker. 1992

-Courtland L. Bovee dan John V. Thill. Business Communication. Edisi 9 Jilid 1. PT. Indeks.
2012
-Lehman, Carol M; Himstreet, William C; Baty Wayne Murlin. Business Communications.
11 Edition. Ohio: South Western CollegenPublishing, 1996.
Purwanto, Djoko, Komunikasi Bisnis, Penerbit Erlangga : Jakarta, 2006 Rosenblatt, S. Bernard.
Communication in Business. Prentice Hall, Inc. Engelwood Cliffs, Nj. 1982.
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang/images/unduh/listeningandleadership.pdf
www.id.shvoong.com http://www.wikipedia.com/komunikasi-yang-efektif
Al Ati, Hammudah ‘Abd. 1998. Keluarga Muslim. Surabaya: Bina Ilmu.
Al-Faqi, Sobri Mersi. 2011. Solusi Problematika Rumah Tangga Modern. terj. Najib Junaidi
dkk. Surabaya: Pustaka Yasir.
Al-Hasan, Yusuf Muhammad. 1997. Al-Wajiz Tarbiyah, terj. Muhammad Yusuf
Harun,Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Yayasan Al-Sofwa.
Al-Mahami, Muhammad Kamil Hasan. 2010. Ensiklopedia Alquran Tematis. Terj. Ahmad
Fawais Syadzili. Jakarta: Kharisma Ilmu.
Chazen, et al. 1983. Helping Your Children With Behavior Difficulties. Canberra, University
Par Press.
Courtland L. Bovee &John V. Thill.2012. Business Communication. Edisi 9 Jilid 1. Bandung:
Indeks
Dahlan. D. 2004. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Percetakan. Remaja
Rosdakarya
Daradjat, Zakiah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta, Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta;
Rineka Cipta.
Doe, Mimi, Marsha Walch. 1998. Principles For Spiritual Parenting: Nurturing Your Child’s
Soul. New York: Harper Perennial.
Hurlock, ElizabethB. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Indrajaya, Titus, 2013. Pentingnya Ketrampilan Mendengar Dalam Menciptakan Komunikasi
Yang Efektif. Jakarta: Bambu Apus
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju.
Langgulung, Hasan. 2004. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologis, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al- Husna Baru.

Anda mungkin juga menyukai