Oleh:
Tyapatra Dwi Rangga 17070845010
Jawab:
1. a. Secara Ontologis
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Otonomi ini diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan
sumber dana dengan mengalokasikan sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat. Manajemen Berbasis Sekolah juga menawarkan
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memahami peserta
didik. Pada dasarnya Manajemen berbasis Sekolah suatu strategi pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengerahan dan
pendayagunaan sumber internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan efisien
sehingga menghasilkan lulusan yang berkuaitas dan bermutu. Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan
(stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
b. Secara Epistemologis
1) Pemberdayaan
Manajemen berbasis sekolah sebagai proses pemberdayaan. Pemberdayaan yang
telah membuat kesetaraan dalam segala aspek tersebut juga meliputi aspek
pendidikan, antara lain dikeluarkannya MBS sebagai paradigma baru manajemen
pendidikan. Sedikitnya terdapat delapan langkah pemberdayaan dalam kaitannya
dengan MBS, yaitu:
1. Menyusun kelompok guru sebagai penerima awal atas rencana program
pemberdayaan.
2. Mengidentifikasi dengan membangun kelompok peserta didik di sekolah.
3. Memilih dan melatih guru dan tokoh masyarakat yang terlibat langsung dalam
implementasi MBS.
4. Membentuk dewan sekolah yang terdiri dari unsur-unsur sekolah, unsur
masyarakat di bawah pengawasan pemerintah daerah.
5. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan para anggota dewan anggota sekolah.
6. Mendukung aktivitas kelompok yang tengah berjalan.
7. Mengembangkan hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat.
8. Menyelenggarakan lokakarya untuk evaluasi.
2) Penerapan
Menurut kutipan dari Sholeh (2012) dengan kata lain, penerapan MBS
mensyaratkan yang berikut:
1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.
3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada
saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran
komunikasi yang baru.
4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu
bagi staf untuk bertemu secara teratur.
5. Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala
sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para
guru dan orang tua murid.
c. Aksiologis
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang
memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut:
1. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada
peserta didik, orang tua, dan guru.
2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
Sedangkan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yang lebih rinci yaitu:
1. Meningkatkan peran serta warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama
2. Meningkatkan tanggungjawab sekolah terhadap orangtua, mayarakat, dan
pemerintah
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai
4. Memberikan pertanggungjawaban tentang mutu pendidikan kepada pemerintah,
orangtua peserta didik, dan masyarakat
5. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum muatan lokal,
sedangkan kurikulum inti dan evaluasi berada pada kewenangan pusat dan
pengembangannya disesuaikan dengan daerah dan sekolah masing-masing.
6. Memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan kerjasama kepada sekolah baik
dengan perorangan, masyarakat, lembaga dan dunia usaha yang tidak mengikat.