KATA SAMBUTAN:
Susi Pudjiastuti
Prof. Armida Salsiah Alisjahbana, SE, M.Sc
Prof. Dr. Mari Elka Pangestu, B.Ec. M.Ec
Zuzy Anna
Copyright@2019
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Copyright @2019, Zuzy Anna
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau meperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.
ISBN : 978-602-439-630-5
ii
Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia
Sambutan
Susi Pudjiastuti
Zuzy Anna
Social function
Ecological
Function of (non-market )
Nat. res
Resource flows
Macroeconomic
Model
Uses &
Patrimony National Satellite
Extraction of
Accounts Accounts Accounts
resources
Scenarios and
Projects
Gambar 1.1
Hubungan Resource accounting, National accounts dan
Satelite Accounts
Sumber: Fauzi dan Anna (2004)
UUD 45
Gambar 1.3
Landasan Yuridis Impelementasi Perhitungan
Neraca Sumber Daya Ikan di Indonesia
Gambar 2.2
Konsumsi modal alam/deplesi Konsumsi modal tetap Ikan tangkapan/deplesi
Sistem Neraca Nasional dari segi moneter Neraca Fisik Neraca Aset
Neraca Fisik dan Moneter Neraca satelit internal dari segi moneter
Gambar 2.2
Framework NESI (UN-FAO, 2004)
Deplesi dalam pengukuran SEEAF merupakan
ekstraksi dari sumber daya ikan di atas laju pertumbuhan
alami, dihitung sebagai perubahan antara apa yang
ditangkap dengan tangkapan lestari. Tangkapan lestari ini
tentu saja berdasarkan pada data upaya penangkapan.
Estimasi deplesi didasarkan pada variabel tangkapan dan
input. Secara umum prinsip dari Neraca Ekonomi Sumber
Daya Ikan dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini. Ikan di
alam mengalami pertumbuhan alaminya sendiri dan juga
proses rekrutmen, yang akan menjadi stok fishable (stok
yang dapat ditangkap). Proses pemanfaatan melalui
penangkapan dan perubahan lainnya (kematian alami,
penambahan melalui restoking, dan lain-lain) menyebabkan
adanya perubahan stok. Kebutuhan mempertahankan
kondisi fishable stock dibutuhkan melalui instrumen
kebijakan untuk pengelolaan sumber daya ikan yang
berkelanjutan dalam bentuk input pengelolaan dalam
bentuk kebijakan baik pada kegiatan penangkapannya
maupun pada sektor hilirnya yaitu pengelolaan stok ikan
melalui konservasi misalnya.
Pengambilan
Fishable Stock
Lain
Penangkapan
Input
Perubahan Kebijakan
Stock
Pengelolaan
Instrumen
SDI
Kebijakan
Berkelanjutan
Gambar 2.3
Prinsip Neraca Ekonomi Sumber Daya Ikan
Neraca Moneter
Tabel 2.3
Asset Moneter Sumber daya Akuatik pada
Neraca Ekonomi Sumber Daya Ikan
(diadaptasi dari FAO, 2004)
Opening Stock
Perubahan bersih aktivitas ekonomi dan pertumbuhan alami
Sumber daya Budidaya, breeding stock : Pertumbuhan bersih
Sumber daya Budidaya, panen : Perubahan penemuan
Sumber daya Perikanan Tangkap : Produksi tangkap
Perubahan volume lain dari asset
Perubahan stok
Revaluasi
Closing Stock
Rt Qt Pt MCt
RR TR ( IC CE CFC NP)
NP rK
TR = penerimaan total
IC = konsumsi intermediate (intermediate consumption)
CE = pembayaran terhadap tenaga kerja (compensation of
employee)
CFC = pembayaran modal tetap (compensation of fixed
capital)
NP = keuntungan normal (normal profit) yang dihitung
dari perkalian nilai modal
PQ
Vt t t
r
Seperti pada perhitungan ekonomi lainnya, kalkulasi
NPV ini pada dasarnya membutuhkan proyeksi harga yang
akan datang, teknologi, biaya produksi, level stok ikan dan
arah eksploitasi sumber daya. Kondisi level stok yang akan
datang tentunya tidak terlepas dari bagaimana kebijakan
GDP/kapita
Gambar 3.1
Kurva Kuznet Hubungan Antara GDP dan
Kerusakan Lingkungan
Unit
rent
Gambar 4.1
Harga Biaya
Gambar 4.1
Pendekatan Umum Neraca Ekonomi Sumber daya Ikan
79
4.2 Pendekatan Teknis Neraca Ekonomi Sumber Daya
Ikan
Pada pendekatan teknis, perhitungan Neraca Ekonomi
Sumber Daya Ikan biasanya dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
Analisis
Neraca
SDI
Gambar 4.2
Pendekatan Teknis Neraca Ekonomi Sumber Daya Ikan
y f ( x1 , x2 , e)
y x1 x2
Tabel 4.1
Perhitungan Neraca Fisik
Variabel T1 T2 T3 T4 T5
Stok Awal x1 x2 x3 Dst
Penangkapan
Pertumbuhan
Deplesi
Penambahan Volume
Ekspor – Impor
Perubahan Lain
Stok Akhir x2 x3 x4 Dst
Keterangan : T = tahun
RR TR ( IC CE CFC NP)
NP rK
RR = Rente sumber daya
TR = penerimaan total
IC = konsumsi intermediate (intermediate consumption)
CE = pembayaran terhadap tenaga kerja (compensation of
employee)
CFC = pembayaran modal tetap (compensation of fixed
capital)
NP = keuntungan normal (normal profit) yang dihitung
dari perkalian nilai modal
RR
uR
E
VDt RR( Dt )
Dinamik
Adjusted and
Fox Schaefer CYP Schaefer/
Calibrated
fox
Estimated depletion:
Dt ht hst
Unit Rent
Gambar 4.3
Flowchart Pengukuran NESI
Djt jt NDjt
U jt
jt
U st
Dekompsisi
& disagregasi
data
Differencing
Standardi-
Sasi alat
Uji
Stationer?
stationarity
Analisis
Solusi
Kontras &
bioekonomi
sensitifitas
Gambar 5.2
Proses pemodelan Bio-ekonomi Perikanan
(Fauzi dan Anna, 2003)
𝜕𝑥 𝑥
= 𝐹(𝑥) = 𝑟𝑥(1 − )
𝜕𝑡 𝐾
F(x)
Gambar 5.3
Kurva Pertumbuhan Logistik
Kondisi kurva di atas yang menunjukkan
pertumbuhan biomassa ikan dalam kondisi tidak ada
intervensi atau eksploitasi manusia. Selanjutnya jika ada
kegiatan penangkapan, dimana produksi yang dihasilkan
akan sangat tergantung dari besaran input yang digunakan
(E), jumlah stok ikan yang ada (x) dan kemampuan
teknologi yang digunakan, atau koefisien daya tangkap (q):
h f ( E, x, q)
h Exq
𝜕𝑥 𝑥
= 𝑟𝑥 �1 − � − ℎ
𝜕𝑡 𝐾
𝑥
= 𝑟𝑥 �1 − � − 𝐸𝑥𝑞
𝐾
Dengan mengasumsikan kondisi perikanan dalam keadaan
𝜕𝑥
keseimbangan ( = 0) dapat diperoleh nilai biomass :
𝜕𝑡
𝑞
𝑥 = 𝐾 �1 − 𝑟 𝐸�
h E E2
dimana:
2
qK , dan q K
r
h q 2k
qk E
E r
U E
U
h (yield)
MSY
Input Input
Gambar 5.4
Hubungan antara Input dan Output Perikanan
EMSY
2
sehingga produksi pada tingkat MSY dapat diperoleh
sebesar:
2
hMSY
4
Selain model Logistik di atas, model Gompertz yang tidak
bersifat simetris, juga dapat digunakan untuk
menggambarkan model fungsional stok biomass dalam
neraca sumber daya ikan, sebagai berikut:
𝜕𝑥𝑡 𝐾
= 𝑟𝑥𝑡 𝑙𝑛 � � − ℎ
𝜕𝑡 𝑥𝑡
2r (2 r) q
ln(U t 1 ) ln(qK ) ln(U t ) (Et Et 1 )
2 r) (2 r) (2 r)
Selanjutnya dengan teknik regresi, antara tangkap per unit
input (upaya) yang disimbolkan dengan U pada periode
𝑑𝑥
= 𝑓(𝑥) − ℎ
𝑑𝑡
Dengan memberlakukan Pontryagins Maximum Principle,
tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan yang optimal
diperoleh dari Modified Golden Rule sebagai:
𝜕𝐹 𝜕𝑝(𝑥, ℎ)/𝜕𝑥
+ 𝑟=𝑑
𝜕𝑥 𝜕𝑝(𝑥, ℎ)/𝜕ℎ
𝜕𝐹 𝑐𝐹(𝑥)
+ =𝑑
𝜕𝑥 𝑥[𝑞𝑥𝑝(𝐹(𝑥)) − 𝑐]
cr ln(k / x )
r ln(k / x ) - r 0
x pqx - c
1
T n h1
max P(h)dh c(h, x) t
t 0 i 1
h0
(1 )
dengan kendala:
𝑥𝑡
𝑥𝑡+1 − 𝑥𝑡 = 𝑟𝑥𝑡 �1 − � − ℎ𝑡
𝐾
0 ≤ 𝑥𝑡 ≤ 𝑥�𝑎𝑥 ; 0 ≤ ℎ𝑡 ≤ ℎ�𝑎𝑥
dimana:
L ( xt , ht )
t t 1 0
ht ht
L
( xt , ht ) F ( xt )
t t 1 1 t 0
t
xt xt
xt
dan
L
t xt F ( xt ) ht xt 1 0
( t 1 )
Hasil dari pemecahan persamaan di atas akan
menghasilkan standing stock yang merupakan stok awal
untuk perhitungan neraca yakni:
2
*
x
K c 1
c
1
8c
4 pqK r pqK r pqKr
Selanjutnya dapat dihitung rente sumber daya perikanan
yang diperoleh dari hasil perkalian antara harga produk
Dt ht hst
x
(r ( P)r ) x(1 x / K )
t
xr ( K x ( P) K ( P) x
K
rx 2
( P)rx 2
xr -x ( P)r
K K
dimana (P ) adalah dampak dari pencemaran terhadap
pertumbuhan intrinsik, sedangkan notasi lain memiliki arti
yang sama seperti yang sudah didefinisikan sebelumnya.
r ( x ) r ( p)( x )
sehingga interaksi antara perikanan dan pencemaran dapat
diformulasikan sebagai berikut:
𝜕𝑥
= 𝑟(𝑥 − 𝜎) − 𝑟∅(𝑃)(𝑥 + 𝜎) − 𝑞𝑥𝐸
𝜕𝑡
Dalam kondisi keseimbangan (equilibrium),
persamaan diatas akan menghasilkan kurva modifikasi
yield-effort yang menggambarkan pengaruh pencemaran.
Penurunan kurva tersebut adalah sebagai berikut:
rx 2 rx 2 (P )
rx rx (P ) qxE
K K
𝑥 𝑓(𝑃)𝑟
𝑟 �1 − � − 𝑓(𝑃)𝑟 + = 𝑞𝐸
𝐾 𝐾
𝑥 𝑓(𝑃)𝑟𝑥
𝑟 �1 − 𝑓(𝑃) − + � = 𝑞𝐸
𝐾 𝐾
𝑟𝑥
𝑟 ��1 − 𝑓(𝑃)� − (1 − 𝑓(𝑃))� = 𝑞𝐸
𝐾
rx
(1 (P )) r (1 (P )) qE
K
qK
x K E
(1 (P ))r
qK
K 1 𝑞𝐾 E
= 𝐾 �1 − (1 (P ))r𝐸�
�1 − 𝑓(𝑃)�𝑟
𝑞𝐾
ℎ = 𝑞𝐾 �1 − 𝐸� 𝐸
�1 − 𝑓(𝑃)�𝑟
tanpa pencemaran
dengan pencemaran
effort
Gambar 5.5
Kurva Yield Effort Dengan Dan Tanpa Faktor Pencemaran
𝜕𝑥 𝑥
= 𝑟𝑥 �1 − − 𝛾𝑃� − 𝑞𝑥𝐸
𝜕𝑡 𝐾
Model di atas dapat dikembangkan kedalam model diskrit
sehingga besaran paramater dapat diketahui melalui
teknik OLS (Ordinary Least Square). Dalam model diskrit
persamaan diatas menjadi:
U t 1 U t rU t U
(1 t P) U t Et
q q q Kq
U t 1 r
1 r U t r Pt qEt
Ut Kq
yt o 1 x1 2 x2 3 x3
dimana
yt (Ut 1 / Ut ) 1 , 0 r , 1 r / Kq, 2 r ,
dan 3 q .
x1 U t , x2 Pt dan x3 Et .
̇ 𝐾
𝑥̇ = 𝑟𝑥 ln( ) − 𝑞𝑥𝐸
𝑥
dengan memasukan faktor pencemaran ke dalam model
tersebut maka model di atas menjadi :
𝐾
𝑥̇ = �𝑟 − 𝑓(𝑃)�𝑥𝑙𝑛 � � − 𝑞𝑥𝐸
𝑥
𝐾 𝐾
= 𝑟𝑥 𝑙𝑛 � � − 𝑟𝑓(𝑃) ln � � − 𝑞𝑥𝐸
𝑥 𝑥
𝐾
= 𝑟(1 − 𝑓(𝑃))𝑥 ln � � − 𝑞𝑥𝐸
𝑥
𝐾
𝑥̇ = 𝑟(𝑥 − 𝛾𝑃) ln � � − 𝑞𝑥𝐸
𝑥
= 𝑟(𝑥 − 𝛾𝑃)(ln K − ln x) − 𝑞𝑥𝐸
𝑈𝑡+1 − 𝑈𝑡 𝑈𝑡 𝑈𝑡 𝑈𝑡
= 𝑟 � − 𝛾𝑃𝑡 � 𝑙𝑛𝐾 − 𝑟 � − 𝛾𝑃𝑡 � ln � � − 𝑈𝑡 𝐸𝑡
𝑞 𝑞 𝑞 𝑞
𝑈𝑡 𝑈𝑡 𝑈𝑡 𝑈𝑡 𝑈𝑡
= 𝑟 � � 𝑙𝑛𝐾 − 𝑟𝛾𝑃𝑡 ln 𝐾 − 𝑟 ln � � + 𝑟 ln � � − 𝑈𝑡 𝐸𝑡
𝑞 𝑞 𝑞 𝑞 𝑞
𝑈𝑡+1 − 𝑈𝑡 =
𝑟𝑈 𝑙𝑛 𝐾 − 𝑟𝑞𝛾𝑃𝑡 ln 𝐾 − 𝑟 𝑈𝑡 ln 𝑈𝑡 + 𝑟𝑈𝑡 ln 𝑞 − 𝑟𝛾𝑞𝑃𝑡 ln 𝑈𝑡 +
𝑟𝛾𝑞𝑃𝑡 ln 𝑞 − 𝑞𝑈𝑡 𝐸𝑡
( 0 3
)U t ( 1 5
)P U t lnU t
2 4
P lnU t U t Et
6
Ut
0 1
P U t lnU t
2 4
P lnU t U t Et
6
dimana
0
( 0 3
)dan 1
( 1 5
).
Gambar 6.1
Nilai Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan
Ki
f (Ci , Di )
N
Ki
dimana adalah jumlah kunjungan perkapita (N) dari
N
wilayah i, Ci adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan
(travel cost) dan Di adalah variabel demografis yang terkait
dengan kunjungan, seperti umur, besar pendapatan,
gender, dan lain-lain.
Gambar 7.1
Fluktuasi Stok dan Produksi Sumber Daya Pelagis Kecil
periode 1988 sd 2017
Tabel 7.3
Neraca Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil berdasarkan MSY
Tahun Stok awal Produksi Pertumbuhan Stok akhir
1988 3.552.729 1.792.709 1.709.834 3.469.854
1989 4.419.384 1.792.709 1.323.864 3.950.538
1990 3.869.139 1.792.709 1.605.424 3.681.854
1991 4.734.802 1.792.709 1.105.214 4.047.307
1992 4.530.568 1.792.709 1.251.551 3.989.410
1993 4.419.534 1.792.709 1.323.769 3.950.595
1994 4.680.307 1.792.709 1.145.971 4.033.569
1995 4.443.039 1.792.709 1.308.913 3.959.243
1996 5.476.734 1.792.709 426.416 4.110.441
1997 4.366.394 1.792.709 1.356.503 3.930.188
1998 5.646.778 1.792.709 238.327 4.092.395
1999 3.834.085 1.792.709 1.619.059 3.660.435
2000 3.937.648 1.792.709 1.577.288 3.722.226
2001 3.633.282 1.792.709 1.687.237 3.527.810
2002 4.844.154 1.792.709 1.019.671 4.071.116
2003 3.812.120 1.792.709 1.627.340 3.646.751
2004 3.274.984 1.792.709 1.766.885 3.249.160
2005 3.258.404 1.792.709 1.769.267 3.234.962
2006 3.349.985 1.792.709 1.754.667 3.311.943
2007 3.477.073 1.792.709 1.728.580 3.412.944
2008 3.150.624 1.792.709 1.781.944 3.139.859
2009 4.685.510 1.792.709 1.142.134 4.034.935
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
Gambar 7.2
Dinamika Neraca Stok Ikan Pelagis Kecil Basis MSY
1400000
1200000
1000000
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Index
Gambar 7.3
Trend Analisis Plot forward account forecast
Ikan Pelagis Kecil
3,500,000.00
3,000,000.00
2,500,000.00
Opening Stock
2,000,000.00
Production
1,500,000.00
Growth
1,000,000.00 Closing Stock
500,000.00
-
2018 2019 2020 2021 2022
Gambar 7.4
Prediksi Fluktuasi Ikan Pelagis Kecil Lima Tahun ke Depan
Penutup 159
hanya di atas kertas saja, tidak diikuti dengan kebijakan
lainnya dalam hal pembatasan input atau output misalnya.
Dengan demikian kebijakan MSY dapat dikatakan belum
operasional sepenuhnya. Kebijakan lainnya yang juga
sudah kita dengar dan saksikan adalah pengembangan
Kawasan Konservasi Laut (KKL), pengelolaan berbasis
sosial seperti community-based management, dan kebijakan
lainnya seperti moratorium kapal asing, pelarangan alat
tangkap tidak ramah lingkungan, dan lain-lain. Sayangnya
seluruh pengelolaan itu tidak berbasis pada informasi
paling penting dan mendasar berkaitan dengan kondisi
stok sumber daya ikannya sendiri secara dinamis, flowsnya
dari tahun ke tahun.
Penutup 161
Halaman ini sengaja dikosongkan