Anda di halaman 1dari 19

ASURANSI SYARIAH

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan
Syariah

Oleh

Kelompok 3

Anita A (1904010176)
Risman (1904010190)
Lailatul Rosita (1904010202)

EKIS 1 G

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul“ Asuransi Syariah”.

Tugas makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk men
yelesaikan mata kuliah  Lembaga Keuangan Syariah di Institut Agama Islam
Negeri Palopo.

Dalam penulisan makalah ini penulis dapat menyampaikan ucapan terima


kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Jabaluddin Hamud, S.TP.,M.M selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah.
2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Lembaga Keuangan Syariah.
3. Keluarga yang selalu mendukung.
Penyusun  merasa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam makalah
ini baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Palopo, 18 Oktober 2020

i
                                                                                             Kelompok 3

DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

C. Manfaat.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Asuransi ( At-Ta’min )...............................................................3

B. Prinsip Asuransi Syariah..............................................................................4

C. Sumber Hukum Asuransi Syariah.................................................................6

D. Jenis – Jenis Asuransi Syariah......................................................................8

E. Mekanisme Pengelolaan Dana.....................................................................9

F. Perbedaan Antara Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional.......11

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa konsekuensi


berkembang pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang
muncul dalam masyarakat adalah bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang
yang mengatur tentang bisnis perasuransian, belum diatur tentang asuransi
syariah. Namun, dalam praktik perasuransian ternyata bisnis asuransi syari’ah
sudah banyak dikenal masyarakat.

Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh


perhatian besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi
alternatif, asuransi syriah boleh dikatakan relatif baru dibandingkan dengan
bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan bisnis asuransi syariah adalah
pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
bersumber dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun
dalam majelis ulama Indonesia (MUI).

Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi


konvensional adalah asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastan (gharar),
unsur spekulasi alias perjudian (maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam
kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi (tertanggung) merasa terbebas dari
praktik kezaliman yang merugikan nya. Agar masyarakat dapat memahami
konsep asuransi syariah secara wajar, perlu dilakukan penyuluhan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan melaui publikasi yang lebih luas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkapkan secara jelas konsep dan profil asuransi syariah
dengan pendekatan kasus pada PT Asuransi Takaful Keluarga Jakarta cabang
Bandar Lampung.

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari asuransi syariah.
2. Untuk mengetahui Konsep Asuransi Syariah.
3. Untuk mengetahui Prinsip Asuransi Syariah.
4. Untuk mengetahui Sumber Hukum Asuransi Syariah.

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami  pengertian dari asuransi syariah.
2. Mahasiswa dapat memahami  Konsep Asuransi Syariah.
3. Mahasiswa dapat memahami  Prinsip Asuransi Syariah.
4. Mahasiswa dapat memahami  Sumber Hukum Asuransi Syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi ( At-Ta’min )

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance, yang dalam bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dengan padanan kata “pertanggungan”. Echols dan Shadilly memaknai
kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan. Dalam bahasa Belanda biasa
disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan verzekering (pertanggungan).

Mengenai definisi asuransi secara baku dapat dilacak dari peraturan


(perundang undangan) dan beberapa buku yang berkaitan dengan asuransi.
Muhammad Muslehuddin dalam bukunya Insurance and Islamic Law mengadopsi
pengertian asuransi dari Encyclopaedia Britanica sebagai suatu persediaan yang
disiapkan oleh sekelompok orang, yang dapat tertimpa kerugian, guna
menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila kerugian
tersebut menimpa salah seorang di antara mereka maka beban kerugian tersebut
akan disebarkan ke seluruh kelompok.

Lebih jauh Muslehuddin menjelaskan pengertian asuransi dalam sudut


pandang yang berbeda, serta mengalami kesimpangsiuran. Ada yang
mendefinisikan asuransi sebagai perangkat untuk menghadapi kerugian, dan ada
yang mengatakannya sebagai persiapan menghadapi risiko. Dilihat dari
signifikansi kerugian, Adam Smith berpendapat bahwa dengan menyebarkan
beban kerugian kepada orang banyak, asuransi membuat kerugian menjadi ringan
dan mudah bagi seluruh masyarakat.

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi adalah


“transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu berkewajiban membayar

3
iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan
perjanjian yang dibuat.”

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan


bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah “suatu perjanjian
(timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu
peristiwa tak tentu (onzeker vooral).”

Sedangkan pengertian asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan


ta’min, takaful, atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
atau tabarru’ untuk memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Dari definisi asuransi syariah di atas jelas bahwa pertama, asuransi syariah
berbeda dengan asuransi konvensional. Pada asuransi syariah, setiap peserta sejak
awal bermaksud saling menolong dan melindungi satu dengan yang lain dengan
menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang disebut tabarru’. Jadi sistem
ini tidak menggunakan pengalihan resiko (risk tranfer) di mana tertanggung harus
membayar premi, tetapi lebih merupakan pembagian resiko (risk sharing) di mana
para peserta saling menanggung. Kedua, akad yang digunakan dalam asuransi
syariah harus selaras dengan hukum islam (syariah), artinya akad yang dilakukan
harus terhindar dari riba, gharar (ketidak jelasan dana), dan maysir (gambling), di
samping itu investasi dana harus pada obyek yang halal dan baik.

B. Prinsip Asuransi Syariah


Prinsip utama dalam asuransi syaiah adalah ta’awunu ‘ala al birr wa al-

4
taqwa (tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-
ta’min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi
sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling menjamin dan
menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi
syariah adalah akad takafuli (saling menanggung), bukan akad tabaduli (saling
menukar) yang selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Prinsip dasar asuransi syariah
adalah
1. Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan
yang ada dalam syariat Islam. Setiap Bangunan dan aktivitas kehidupan
manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid. Artinya bahwa dalam setiap
gerak langkah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai
ketuhanan.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam beransuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan
(justice) antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan
dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan
kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.
3. Tolong-menolong (ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus
didasari dengan semangat tolong-menolong (ta’awun) antara anggota.
Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan
motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu
ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam
literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapatkan mandat
dari Khaliq-nya untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran di muka
bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.

5
5. Amanah (trustworthy)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-
nilai akuntabilitas (pertanggung jawaban) perusahaan melalui penyajian
laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus
memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam
bermuamalah dan melalui auditor public.
6. Kerelaan (al-ridha)
Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota
(nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan
sejumlah dana (premi) yang disetorkan keperusahaan asuransi, yang
difungsikan sebagai dana sosial. Dan dana sosial memang betul-betul
digunakan untuk tujuan membantu anggota (nasabah) asuransi yang lain jika
mengalami bencana kerugiaan.
7. Larangan riba
Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang melarang pengayaan diri
dengan cara yang tidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan dan
melarang riba.
8. Larangan maisi<r (judi)
Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur maisi<r (judi) artinya adanya
salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian.
Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun
ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang
telah dibayarkan kecuali sebagaian kecil saja. Juga adanya unsur keuntungan
yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, di mana untung-rugi terjadi
sebagai hasil dari ketetapan.
9. Larangan gha}ra<r (ketidak pastian)
Gha}ra<r dalam pengertian bahasa adalah penipuan, yaitu suatu tindakan
yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.

6
C. Sumber Hukum Asuransi Syariah

Sumber hukum material asuransi syariah adalah syariah islam, sedangkan


sumber syariah islam adalah alquran, Hadis, Ijma (ijtihad), Fatwa sahabat
rasul,Qiyas, Istihsan, dan Urf (tradisi). Alquran dan hadis merupakan sumber
utama hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-prinsip maupun praktik
dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi rujukan
adalah syariah islam (Muhammad Syakir Sula, 2004,hlm,296).

Oleh karena itu pengaturan tentang asuransi syariah boleh didasarkan pada Ijma
(ijtihad). Penetapan hukum dengan metode Ijma (ijtihad) dapat menggunakan
beberapa cara, antara lain :

1. Melalukan interpretasi atau penafsiran hukum secara analogi (qiyas),


yaitu dengan cara mencari perbandingannya atau pengibaratannya.
2. Untuk kemaslahatan umum (maslahah mursalah), yang bertumu pada
pertimbangan menarik manfaat dan menghindarkan mudharat.
3. Meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil-dalil umum
yang dipandang lebih kuat )Istihsan).
4. Dengan cara melestarikan berlakuknya ketentuan asal yang ada, kecuali
terdapat dalil yang menetukan lain( Istish-ab)
5. Mengukuhkan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan
ketentuan syariah.

Keberadaan asuransi syariah saat ini tidak dilarang undang-undang yang


berlaku, yaitu undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian.
Malahan, pemerintah telah mengeluarkan keputusan- keputusan yang berkenaan
dengan asuransi, termasuk asuransi syariah yaitu sebagai berikut:

7
1. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.424/KMK.06/2003
tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi.
2. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.426/KMK.06/2003
tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan reasuransi.
3. Keputusan dirjen Lembaga keuangan No.Kep. 4499/LK/2000 tentang
jenis, penilaian, dan pembatasan Investasi perusahaan Asuransi dan
perusahaan Reasuransi dengan sistem syariah.

Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal


ini sesuai dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan
ketentuan pelaksanaan bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa
asuransi syariah guna mendukung permodalan dan investasi dana. Pada tanggal 27
juli 1993, ICMI melalui yayasan abdi bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia
(BMI), dan perusahaan asuransi tugu mandiri sepakat memprakarsai pendirian
asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful Indonesia
(tepat).

Sebagai realisasi kesepakatan tersebut, didirikanlah PT Syarikat Takaful


Indonesia sebagai Holding Company dan dua anak perusahaan yaitu PT asuransi
Takafulkeluarga (asuransi jiwa) dan PT asuransi Takaful umum (asuransi
kerugian). Pembentukan dua anak perusahaan tersebut, dimaksudkan untuk
memenuhi ketentuan pasal 3 undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian, yang mana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi
kerugian harus berdiri terpisah.

D. Jenis – Jenis Asuransi Syariah


Asuransi syariah terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan

8
kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful. Produk asuransi takaful
keluarga meliputi
a. Takaful berencana
b. Takaful pembiayaan
c. Takaful pendidikan
d. Takaful dana haji
e. Takaful berjangka
f. Takaful kecelakaan siswa
g. Takaful kecelakaan diri
h. Takaful khairat keluarga
2. Takaful Umum (asuransi Kerugian) adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi bencana atau
kecelakaan atas harta benda milik peserta takaful. Produk-produk
Asuransi Takaful umum adalah
a. Takaful kebakaran
b. Takaful kendaran bermotor
c. Takaful pengangkutan
d. Takaful Resiko Pembangunan
e. Takaful Resiko Pemasangan
f. Takaful Penyimpanan Uang
g. Takaful Gabungan
h. Takaful Aneka
i. Takaful rekayasa/Engineering

E. Mekanisme Pengelolaan Dana

Berdasarkan kontrak Mudharabah, ada dua cara pengelolaan dana (premi


takaful) :
1. Pengelolaan dana yang memiliki unsur tabungan
a. Rekening dipisahkan menjadi dua, yaitu:

9
1) Rekening Tabungan, adalah kumpulan dana yang merupakan
milik peserta dan dibayarkan bila terjadi hal-hal sebagai berikut:
a) Perjanjian berakhir
b) Peserta mengundurkan diri
c) Peserta meninggal dunia
2) Rekening Khusus (Tabarru’), adalah kumpulan dana yang
diniatkan oleh peserta sebagai derma dengan tujuan saling
membantu dan dibayarkan bila terjadi hal-hal sebagai berikut:
a) Perjanjian berakhir, jika ada surplus dana
b) Peserta meninggal dunia

Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah


dandibagikan menurut sistem bagi hasil misalnya 60% peserta dan 40%
perusahaan.
2. Pengelolaan dana yang tidak memiliki unsur tabungan
a. Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dikurangi biaya
pengelolaan dimasukkan ke dalam rekening khusus (semuanya
dimasukkan ke rekening tabarru’)
b. Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah
c. Hasil investasi dimasukkan ke dalam kumpulan dana peserta,
kemudian dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi
reasuransi)
d. Surplus kumpulan dana peserta dibagikan dengan sistem bagi hasil
misalnya 40% peserta dan 60% perusahaan

10
(Sumber : M. Syakir Sula, 2004)
Gambar 6.1 : Mekanisme pengelolaan dana yang memiliki unsur tabungan

(Sumber : M. Syakir Sula, 2004)


Gambar 6.2 : Mekanisme pengelolaan dana yang tidak memiliki unsur tabungan

F. Perbedaan Antara Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

No Uraian Asuransi Syariah Asuransi Konvensional


1. Konsep Sekumpulan orang yang saling Perjanjian antara dua pihak

11
bantu membantu, saling atau lebih, dengan mana pihak p
menjamin dan bekerjasama enanggung mengikatkan diri
antara satu dengan lainnya. kepada tertanggung dengan
Dengan cara masing-masing menerima pergantian kepada
mengeluarkan dana tabarru’ tertanggung
(bagian dari pembayaran premi)
2. Akad yang Akad tabarru’ dan tijarah Akad jual beli (tabadduli)
digunakan (mudharabah, musyarakah,
wakalah, dll)

3. Sumber Alquran, hadits dan sumber Bersumber dari pikiran


Hukum hukum islam lainnya manusia dan kebudayaan,
berdasarkan hukum positif,
dan lainnya
4. Ciri / Bersih dari praktik gharar, Tidak selaras dengan syariah
Karakteristi maysir dan riba islam karena adanya gharar,
k maysir dan riba
5. Dewan Ada. Berfungsi melakukan Tidak ada
Pengawas pengawasan terkait kepatuhan
Syariah terhadap syariah
6. Pengelola Sharing of risk, dimana terjadi Transfer of risk, pengalihan
Resiko proses saling menanggung risiko dari peserta ke
antara satu peserta dengan perusahaan asuransi
peserta lainnya

7. Kepemilika Premi yang diterima dipisahkan Tidak ada pemisahan dana,


n Dana antara dana tabarru’, dana atau premi yang diterima
peserta dan dana perusahaan menjadi hak perusahaan
asuransi asuransi

8. Investasi ketentuan perundang-undangan Bebas melakukan investasi


sepanjang tidak bertentangan dengan batas-batas ketentuan
dengan prinsip syariah. Bebas perundang-undangan dan
dari riba dan jenis investasi tidak terbatasi pada halal dan
terlarang lainnya haramnya objek atau sistem
investasi yang digunakan
9. Biaya Biaya yang dikenakan atas Biaya asuransi tidak
Pengelolaan pengelolaan asuransi harus dijelaskan di dalam polis
Asuransi transparan dan dijelaskan di
dalam polis
10. Sumber Pembayaran klaim bersumber
Pembayaran klaim bersumber
Pembayaran dari rekening dana tabarru’
dari dana perusahaan asuransi
Klaim
11. Keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari Keuntungan yang diperoleh
surplus underwriting, komisi dari surplus underwriting,
reasuransi dan hasil investasi komisi reasuransi dan hasil
bukan seluruhnya menjadi milik investasi seluruhnya menjadi
perusahaan tetapi dilakukan bagi milik perusahaan
hasil atau fee (tergantung akad)

12
12. Loading Pembebanan biaya operasional Pembebanan biaya
(kontribusi ditanggung pemegang polis, operasional ditanggung
biaya) terbatas pada 30% dari premi, seluruhnya oleh pemegang
sehingga pembentukan pada polis, sehingga pembentukan
nilai tunai cepat terbentuk nilai tunai menjadi lambat
ditahun pertama dengan tanpa ditahun-tahun pertama
loading

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan atta’min, takaful,atau tadham
un adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/
pihak melalui inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah .

Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal


ini sesuai dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan
ketentuan pelaksanaan bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa
asuransi syariah guna mendukung permodalan dan investasi dana.

Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam
menetapkan prinsip-prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah,
parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah syariah islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hasan. 2008. Konsep dan Operasional Asuransi Syariah. Majalah

Muhammadiyah. Jakarta

Jatmika, Agung. 2007. Asuransi Syariah. Surabaya

Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General). Jakarta :

Gema Insani Press. https://books.google.co.id/books?id=sb87OZHk-

qUC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false

Muhammad,Abdulkadir.2002.Hukum asuransi Indonesia.Bandar Lampung: PT

Citra Aditya Bakti

huwa alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma


istawaa 'alaa al'arsyi ya'lamu maa yaliju fii al-ardhi wamaa yakhruju
minhaa wamaa yanzilu mina alssamaa-i wamaa ya'ruju fiihaa wahuwa ma'akum
ayna maa kuntum waallaahu bimaa ta'maluuna bashiir

15

Anda mungkin juga menyukai