Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat karunia dan
hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Perencanaan Strategi Pendidikan
Kesetaraan Paket C ” bisa diselesaikan dengan baik, meskipun masih banyak
kekurangan. Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas sebagai syarat dalam
mengikuti Program Magister Administrasi Pendidikan, pada Kuliah Pasca Sarjana
(S2), khususnya matakuliah Perencanaan Strategi.

Dalam makalah ini kami mencoba menjawab enam pokok permasalahan,


yaitu : 1. Pengertian Perencanaan Strategi Pendidikan; 2. Pendidikan Kesetaraan
Paket C; 3. Bagaimana Rencana Strategi Kesetaraan Paket C di Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Pemerintahan Kabupaten Bandung; 4. Bagaimana PKBM C di
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintahan Kabupaten Bandung; 5.
Bagaimana Program Kerja PKM C Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Pemerintahan Kabupaten Bandung; 6. Bagaimana kendala dan solusi PKBM C
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintahan Kabupaten Bandung

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber


inspirasi dan rujukan guna melakukan penelitian lebih dalam, tentang
Perencanaan Strategi Pendidikan Kesetaraan Paket C di Dinas Pendidikan dan
kebudayaan Pemerintah Kabupaten Bandung. Billaahit Taufiq wal Hidaayah
Wasalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2021


Penyusun Makalah,

Euis Sumiati

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 5


2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Pendidikan ....................................... 5
A. Perencanaan Pendidikan ............................................................... 5
B. Tujuan perencanaan pendidikan ................................................... 6
C. Manfaat Perencanaan Pendidikan ................................................. 7
D. Bentuk-bentuk Perencanaan Pendidikan ...................................... 8
E. Berdasarkan ruang lingkupnya perencanaan pendidikan .............. 9
F. Rencana pembangunan pendidikan dari segi pendekatannya ........ 10
G. Tahap-tahap Penyusunan Rencana Strategis ................................ 11
H. Kaitan antara Renstra, Renop, dan SP4 ........................................ 13
I. Kriteria Keunggulan Rencana Strategis ........................................ 14
2.2 Program Kesetaraan Paket C ( Kesetaraan Pendidikan Tingkat Menegah /
Madrasah Aliyah) ................................................................................ 15
A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Program Paket C .................. 15
B. Tujuan umum program Kejar Paket C setara SMA/MA ............. 17
C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan ................................................... 18
2.3 Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung
untuk Tingkat Menegah Atas Kesetaraan Paket C ............................... 18

iii
A. Visi ............................................................................................... 18
B. Misi ............................................................................................... 18
C. Tujuan .......................................................................................... 19
D. Sasaran ......................................................................................... 19
E. Kebijakan ..................................................................................... 20
F. Program Kerja .............................................................................. 20

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 23


BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Proses Penyusunan Rencana Strategis ......................12


Gambar 2.2 Hubungan Visi, Misi, Tujuan, Isu Utama, dan Program
Pengembangan .......................................................................13
Gambar 2.3 Kaitan Renstra, Rencana 5 tahunan, Renop tahunan ..............14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam pemahaman luas pendidikan memberi seseorang dengan ilmu


pengetahuan, kompetensi, metode, data, sehingga mereka mampu mengetahui hak
dan kewajibannya terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsanya menurut
Ramdhani Dkk (2021, hlm.1). Pendidikan membangun sumber daya manusia agar
lebih produktif dimana prosesnya dinaungi didalam lembaga pendidikan formal,
non formal, dan informal yang menerapkan perencanaan yang strategis guna
membangun siswa siswi yang lebih potensial. Didalam organisasi pendidikan
terdapat jenjang pendidikan non-formal untuk menaungi siswa siswi untuk
mendapatkan kesetaraan setingkat menegah atas atau madrasah aliyah dengan
adanya program paket c. Kebutuhan terhadap layanan program kesetaraan Paket
C, sejalan dengan pemerintahan kabupaten Bandung dalam Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan yang membuat kebijakan bagi kesetaraan Paket C untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan kualitas hidup yang
lebih baik.

Kesetaraan Paket C di dukung dengan adanya perencanaan strategis dalam


bidang pendidikan yang diterapkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaaan
Pemerintahan Kabupaten Bandung. Sejalan dengan hal tersebut program
kesetaraan Paket C terdapat proses perencanaan yang mencakup berbagai
kegiatan, tujuan dan kebutuhan untuk mencapai pendidikan yang strategis.
Perencanaan pendidikan yang bersifat stategis ini sangat penting dalam rangka
penentuan prioritas pembangunan pendidikan. Lebih lanjut ditegaskan oleh
pendapat Saud dan Makmun (2007, hlm.19) yang menyatakan bahwa perencanaan
strategi pembangunan pendidikan adalah perencanaan yang mengambil fokus atau
prioritas pembangunan kualitas pendidikan

1
2

Perencanaan strategis ini merupakan salah satu fungsi administrasi


pendidikan yang dimana mencakup segala rangkaian aktivitas yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan dalam suatu waktu tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan menurut Ramdhani Dkk (2021, hlm.20). Kemudian
perencanaan strategi merupakan salah satu faktor kunci efektifitas terlaksananya
proses pendidikan dan peningkatan mutu pembelajaran, demi tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat
nasional maupaun lokal. Salah satu manfaat utama dari perencanaan strategis
adalah kemampuan untuk menciptakan perubahan di dalam organisasi (lihat
Lietdka, 2000a, b; Kohtamaki et al,2012). Dimana dengan lingkungan yang
berubah, sekolah dituntut untuk bisa berfikir, bertindak, dan belajar secara
strategis. Hal ini ditujukan supaya organisasi tersebut dapat meningkatkan tingkat
sustainabilitas dan kompetitifnya (lihat Bryson, 2004,hlm.1).

Meskipun demikian perencanaan strategis yang fokus dan komprehensif


tidak akan memberikan manfaat apabila renstra tidak diimplementasikan dalam
bentuk tindakan (Saud &Makmun, 2007; Alkhafaji 2003, hlm.181). Adapun
kesulitan dalam implementasi renstra, misalnya disebabkan faktor-faktor antara
lain lemahnya komitmen warga sekolah (Kavalko & Aaltonen, 2001), lemahnya
komunikasi (Knapkova dan Blahova, 2010; Kavalko & Aaltonen, 2001),
kurangnya partisipasi (Hunger dan Wheelen, 2003). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa lemahnya komitmen warga sekolah, komunikasi, dan
kurangnya partisipasi akan menjadi faktor penghambat dalam efektifitas
implementasi renstra.

Tingkat perencanaan strategis di sekolah dikenal sebagai renstra yang


kemudian dijabarkan dalam rencana tahunan bernama RKS (Rencana Kerja
Sekolah). Rencana strategi ini disusun sebagai adanya kebutuhan bagi sekolah
untuk merencanakan sebuah rencana pengembangan sekolah yang sesuai dengan
kebutuhannya, hal ini sesuai dengan pernyataan Fidler (2003, hlm 2), yaitu “the
needs of that school and formulate a development plan suited to its needs.”
3

Dengan demikian perencanaan stategis di tingkat sekolah harus


mempertimbangkan kebutuhan.

Perencanaan strategis (strategic planning) di bidang pendidikan


mengutamakan pada adanya prioritas dalam penyelenggaraan dan pembangunan
pendidikan. Perencanaan strategis merujuk pada adanya keterkaitan antara
internal strengths dan external needs. Dalam hal ini, strategi mengandung unsur
analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan, pertimbangan ekonomis dan finansial,
serta analisis terhadap rencana tindakan yang lebih rinci menurut Somantri (2014,
hlm 25). Lebih lanjut Rowe (1990) menyatakan bahwa suatu strategi harus
ditangani dengan baik sebab “... it is not only knowing the competitive
environment, allocating resources, restructuring organizations, and implementing
plans, but it olso involves controlling the management process” (Michael Porter
1987; Rowe dkk. 1990). Sesuai dengan paparan diatas maka penulis membuat
makalah dalam bidang perencanaan strategis untuk pendidikan menegah atas atau
madrasah aliyah dengan kesetaraan Paket C di lingkungan sekolah wilayah Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten bandung.
4

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Strategis Pendidikan ?


2. Apa yang dimaksud dengan Kesetaran Paket C ?
3. Bagaimana rencana strategi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
kabupaten bandung untuk kesetaraan Paket C ?
4. Bagaimana PKBM C di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten
bandung ?
5. Bagaimana Program PKBM C di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
kabupaten bandung ?
6. Bagaimana Kendala dan Solusi PKBM C di Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan kabupaten bandung ?

1.3 Tujuan Penulis

1. Mengetahui tentang Perencanaan Strategis dalam bidang Pendidikan


2. Mengetahui tentang Kesetaraan Paket C
3. Mengetahui Perencanaan Strategis dalam bidang Pendidikan di dinas
pendidikan dan kebudayaan kabupaten Bandung untuk kesetaraan Paket C
4. Mengetahui PKBM C di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten
Bandung
5. Mengetahui Program PKBM C di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
kabupaten Bandung
6. Mengetahui Kendala dan Solusi PKBM C di Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan kabupaten Bandung
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Pendidikan

A. Perencanaan Pendidikan

Perencanaan pendidikan mempunyai peran penting dan berada pada tahap


awal dalam proses manajemen pendidikan, yang dijadikan sebagai panduan bagi
pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan.

Pengertian perencanaan pendidikan dalam literatur berbahasa Indonesia


masih belum banyak ditemukan, kalaupun ada bisa dipastikan adalah kutipan-
kutipan dari beberapa ahli Barat. Udin S. Sa‟ud dan Adin S Makmun (2011, hlm
8-9) dalam bukunya pun mengutip dari beberapa ahli, di antaranya adalah :

1. Menurut Guruge, perencanaan pendidikan adalah: “A simple definition of


educational planning is the proses of preparing decisions for action in the field of
educational development is the function of educational planning.” Dengan
demikian menurut Guruge bahwa perencanaan pendidikan adalah proses
mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan
adalah tugas dari perencanaan pendidikan.

2. Menurut Albert Waterston perencanaan pendidikan adalah “Functional


planning involves the application of a rational system of choices among feasibel
cources of educational invesment and the other development action based on a
consideration of economic and social cost and benefits.” Atau dengan kata lain
bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan
dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan
ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.

3. Menurut Coombs bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang


rasional dan analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan

5
6

agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.

4. Menurut Y. Dor bahwa perencanaan pendidikan adalah: “As the process of


preparing set of decisions for action in the future for the overall economic and
social development of a country.” (Perencanaan Pendidikan adalah sebagai suatu
proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa
depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal
untuk pembangunan ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu Negara.

Maka dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perencanaan


pendidikan merupakan suatu proses dalam kegiatan di lingkungan pendidikan
yang digunakan untuk kegiatan sosial sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar
dapat di aplikasikan dalam kegiatan-kegiatan di masa depan untuk mencapai
tujuan perencanaan pendidikan dan pembangunan ekonomi yang otimal.

B. Tujuan perencanaan pendidikan

Tujuan Perencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaran


yang telah ditetapkan dalam dunia pendidikan dan juga sebagai suatu alat ukur di
dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan harapan. Namun,
menurut Sagala (2009, hlm 30) jika diurai lebih lanjut maka dapat kita temukan
beberapa tujuan perencanaan pendidikan antara lain:

1. Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu untuk


mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota organisasi
pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun.

2. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan


dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan.
7

3. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam


pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas maupun
kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-non akademik.

4. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara


efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.

5. Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif dan


tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan
pendidikan.

6. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus


(spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus
dilakukan.

7. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu


organisasi pendidikan sebagai suatu sistem.

8. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang


dihadapi organisasi pendidikan.

9. Untuk mengarahkan proses pencapaikan tujuan pendidikan.

C. Manfaat Perencanaan Pendidikan

Menurut Soenarya (2000, hlm 23) manfaat perencanaan pendidikan disusun


dengan baik bagi lembaga pendidikan :

1. Dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses


aktivitas atau pekerjaan pemimpin dan anggota dalam suatu lembaga
pendidikan;
8

2. Dapat dijadikan sebagai media pemilihan berbagai alternatif langkah


pekerjaan atau strategi penyelesaian yang terbaik bagi upaya pencapaian
tujuan pendidikan;
3. Dapat bermanfaat dalam penyusunan skala prioritas kelembagaan baik yang
menyangkut sasaran yang akan dicapai maupun proses kegiatan layanan
pendidikan;
4. Dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan beragam sumber
daya organisasi atau lembaga pendidikan;
5. Dapat membantu pimpinan dan para anggota (warga sekolah) dalam
menyesuaikan diri terhadap perkembangan atau dinamika perubahan sosial-
budaya;
6. Dapat dijadikan sebagai media atau alat untuk memudahkan dalam
berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait,
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan;
7. Dapat dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan yang tidak
efisien atau tidak pasti;
8. Dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi pencapaiantujuan proses
layanan pendidikan.

D. Bentuk-bentuk Perencanaan Pendidikan,

Ditinjau dari segi waktu, perencanaan pendidikan dapat dibedakan atas


beberapa bentuk menurut Somantri (2018, hlm 7) :

a. perencanaan jangka panjang (antara 11– 30 tahun)


b. perencanaan jangka menengah (antara 5–10 tahun),
c. perencanaan jangka pendek (antara 1–4 tahun).

Ketiga bentuk perencanaan tersebut berkaitan antara satu dan yang lainnya.
Perencanaan jangka pendek merupakan bagian dari perencanaan jangka
menengah, keduanya merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang.
Beberapa perencanaan jangka pendek yang digabungkan secara sistematis dan
9

sistemik dapat dipandang sebagai perencanaan jangka menengah, beberapa


perencanaan jangka menengah yang dirangkai dalam satu kesatuan akan menjadi
rencana jangka panjang.

E. Berdasarkan ruang lingkupnya Somantri (2018, hlm 8), perencanaan


pendidikan dapat dibedakan atas :

(1) perencanaan makro, level nasional, meliputi seluruh usaha pendidikan


pada semua jenjang dan jenis pendidikan, kurikulum, peserta didik, dan
pendidik dalam suatu sistem pendidikan yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional;
(2) perencanaan meso, yaitu level regional atau lokal, meliputi semua jenis
dan jenjang pendidikan di suatu daerah;
(3) perencanaan mikro, biasanya bersifat institusional, meliputi berbagai
kegiatan perencanaan pada suatu lembaga atau satuan pendidikan tertentu
atau pada beberapa lembaga yang sama dan berdekatan lokasinya.

Dalam ruang lingkupnya sering kita kenal dengan :

(1) Perencanaan Pendidikan Nasional


(2) Perencanaan Pendidikan Provinsi
(3) Perencanaan Pendidikan Kabupaten/Kota/Kecamatan
(4) Perencanaan Satuan Pendidikan atau Perencanaan Kelembagaan atau
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Rencana pembangunan
pendidikan nasional merupakan “kumulatif” dari perencanaan pendidikan
provinsi. Rencana pembangunan pendidikan provinsi merupakan
kumulatif dari perencanaan pendidikan kabupaten/kota.
10

F. Rencana pembangunan pendidikan dari segi pendekatannya

Rencana pembangunan pendidikan kabupaten/kota merupakan kumulatif dari


perencanaan pengembangan satuan-satuan pendidikan. Dari segi pendekatannya,
perencanaan pendidikan dibedakan atas Somantri (2018, hlm 11) :

1. perencanaan terintegrasi (integrated planning), yaitu perencanaan yang


mencakup keseluruhan aspek pendidikan sebagai suatu sistem dalam pola
pembangunan nasional;
2. perencanaan komprehensif (comprehensive planning), yaitu perencanaan
yang disusun secara sistematis dan sistemik, sehingga membentuk suatu
kesatuan yang utuh dan menyeluruh;
3. perencanaan strategis (strategic planning), yaitu perencanaan yang
disusun berdasarkan skala prioritas, sehingga berbagai sumber daya yang
ada dapat diatur dan dimanfaatkan secermat dan seefisien mungkin;
4. perencanaan konsep dasar perencanaan pendidikan operasional
(operational planning), yang mencakup kegiatan pengembangan dari
perencanaan strategis.

Perencanaan terintegrasi dalam bidang pendidikan mengandung makna


bahwa pembangunan pendidikan bukanlah penerapan konsep pembangunan yang
parsial, tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan (terintegrasi) dengan
pembangunan nasional di berbagai bidang. Pembangunan pendidikan tidak dapat
lepas dari program pembangunan: (1) ketenagakerjaan; (2) teknologi; (3) industri;
(4) transportasi; (5) lingkungan sosialbudaya; (6) lingkungan geografis; serta (7)
ekonomi dan keuangan.

Perencanaan pendidikan yang komprehensif adalah perencanaan pendidikan


yang disusun secara sistematis, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh tentang perencanaan, tentang penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan pada suatu wilayah tertentu, yang kegiatannya meliputi perencanan
pengembangan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Perencanaan dan pengembangan pendidikan
11

berkaitan dengan substansi kesiswaan, ketenagaan (pendidik dan tenaga


kependidikan), kurikulum, sarana dan prasarana, biaya, metode, isi/kurikulum,
mutu kelembagaan pendidikan, kependudukan, dan hal lain yang bermakna bagi
pengembangan penyelenggaraan pendidikan.

Perencanaan strategis (strategic planning) di bidang pendidikan


mengutamakan pada adanya prioritas dalam penyelenggaraan dan pembangunan
pendidikan. Sebagai contoh, prioritas pendidikan diletakkan pada pendidikan
dasar. Sebagai bukti bahwa pendidikan dasar mendapatkan prioritas dalam
pembangunan pendidikan adalah besarnya biaya pendidikan yang dialokasikan
untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan dasar. Apabila rencana strategis
tersebut telaksana maka dilanjutkan dengan tingkat menengah sebagi contoh
dengan adanya kesetaraan pendidikan diletakkan pada pendidikan Paket C.
Sebagai bukti bahwa pendidikan Paket C mendapatkan kesamaan dalam
pembangunan pendidikan pada tingkat menengah.

Perencanaan operasional (operational planning) merupakan penjabaran dari


perencanaan strategis. Perencanaan yang mampu memberikan penjelasan secara
detail tentang (what) apa yang harus dikerjakan, (who) siapa yang mengerjakan,
(how) bagaimana mengerjakannya, (where) di mana akan dikerjakan, (when)
bilamana hal itu akan dilaksanakan. Perencanaan operasional secara dokumen
diwujudkan dalam bentuk program kerja atau kegiatan yang disusun sedemikian
rupa dan menjadi panduan bagi setiap orang yang terlibat dalam melaksanakan
program kerja tersebut.

G. Tahap-tahap Penyusunan Rencana Strategis

Proses penyusunan rencana strategis pendidikan dapat dilakukan dalam tiga


tahap, yaitu (1) diagnosis, (2) perencanaan, dan (3) penyusunan dokumen rencana
(Tim SP4 UGM 1995:9–14). Tahap diagnosis dimulai dengan pengumpulan
berbagai informasi perencanaan sebagai bahan kajian. Kajian lingkungan internal
bertujuan untuk memahami kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahan -
kelemahan (weakness) dalam pengelolaan pendidikan. Sementara kajian
12

lingkungan eksternal bertujuan untuk mengungkap peluang-peluang


(opportunities) dan tantangan-tantangan (threats) dalam penyelenggaraan
pendidikan dikenal dengan (SWOT).

Gambar 2.1 Tahapan Proses Penyusunan Rencana Strategis

Tahap perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan misi. Visi


(vision) merupakan gambaran (wawasan) tentang keadaan yang diinginkan di
masa depan. Sementara misi (mission) ditetapkan dengan jalan
mempertimbangkan rumusan penugasan, yang merupakan tuntutan tugas dari luar
organisasi dan keinginan dari dalam berkaitan dengan visi masa depan dan situasi
yang dihadapi saat ini.
13

Tahap pengembangan dirumuskan berdasarkan misi yang diemban dan


dalam rangka menghadapi isu utama (isu strategis). Urutan strategi
pengembangan disusun sesuai dengan isu-isu utama. Dalam rumusan strategi,
pengembangan dapat dibedakan menurut kelompok strategi, dengan rincian terdiri

atas tiga tingkat (seperti strategi utama, substrategi, dan rincian strategi).
Hubungan antara visi, misi dan tujuan, isu utama dan strategi pengembangan
dapat digambarkan seperti tertuang pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Hubungan Visi, Misi, Tujuan, Isu Utama, dan Program
Pengembangan

H. Kaitan antara Renstra, Renop, dan SP4

Keterkaitan antara rencana strategis (Renstra), rencana 5 tahunan, rencana


operasional tahunan, serta sistem penyusunan perencanaan dan penganggaran
program(SP4) digambarkan pada Gambar 2.3.
14

Rencana strategis yang dirumuskan dalam jabaran visi, misi, isu utama, dan
strategi pengembangan harus dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan
rencana 5ntahunan. Dalam rencana 5 tahunan antara lain tercakup program
kerja/kegiatan, sasaran, dan pentahapannya. Dari rencana operasional 5 tahunan
kemudian dipilah-pilah menjadi rencana operasional tahunan yang berisi proyek
atau kegiatan, sasaran dan data atau alasan pendukungnya.

Gambar 2.3 Kaitan Renstra, Rencana 5 tahunan, Renop tahunan

I. Kriteria Keunggulan Rencana Strategis

Rencana strategis dipandang memiliki keunggulan apabila: (1) mempunyai


visi yang jelas dan spesifik; (2) memiliki misi yang lebih mengutamakan
kepentingan pengguna/pelanggan; (3) menggunakan cara yang tepat untuk
melaksanakan misi lembaga; (4) melibatkan para pengguna/pelanggan dalam
pengembangan strategi; (5) terbuka peluang bagi pengembangan kekuatan bagi
seluruh staf dengan jalan menghilangkan kendala dan membantu mereka dalam
meningkatkan kontribusi terhadap lembaga dengan mengembangkan kelompok
kerja yang efektif dan efisien; serta (6) adanya instrumen pemantauan dan
evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi kelembagaan.
15

2.2 Program Kesetaraan Paket C ( Kesetaraan Pendidikan Tingkat Menegah /


Madrasah Aliyah)

A. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Program Paket C

Pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar


kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun konten,
metodologi, dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut
lebih memberikan konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan
permasalahan lingkungan dan melatihkan kecakapan hidup berorientasi kerja atau
berusaha sendiri.

Kemudian Pendidikan non-formal menurut (Ngatman 2012, 11) berfungsi


mengembangkan potensi peserta didik/warga belajar dengan asas belajar seumur
hidup yang berarti setiap warga masyarakat diberi stimulus untuk terus belajar
meskipun dengan waktu, cara, tempat, dan jenjang yang berbeda, keleluasaan
untuk memilih bebas dilakukan sesuai keadaan masyarakat. Pendidikan nonformal
di dalamnya terdapat hal-hal yang sama-sama penting dengan pendidikan sekolah
formal seperti bentuk pendidikan, tujuannya, sasarannya, pelaksanaannya dan
sebagainya.

Disimpulkan bahwa pendidikan non formal yang diselenggarakan dalam


program Kejar Paket C sangat diperlukan dalam mendukung pelaksanaan program
pendidikan. Program Kejar Paket C sebagai pengganti Sekolah Menengah Atas
(SMA) bagi mereka yang belum memperoleh pendidikan tersebut. Pendidikan
luar sekolah sebagai bagian dari pendidikan nonformal, di samping memberikan
kemampuan akademik sesuai dengan jenjangnya, secara terintegrasi juga
memberikan berbagai kecakapan hidup, yang nantinya setelah peserta didik lulus
dari program-program pendidikan kesetaraan. Mereka dapat memanfaatkannya
16

untuk bekal mencari nafkah dan atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.
Program Kejar Paket C dalam makalah ini merupakan bagian dari pendidikan
kesetaraan.

Dasar kebijakan adanya program kesetaraan Kejar Paket C adalah Undang


– Undang Dasar 1945 Pasal 28B Ayat 1 “Setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia”. Dalam
implementasinya diperkuat dengan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ; ayat (1 dan 5). 1)
Setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. 5) Setiap Warga Negara berhak mendapatkan kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Selain undang – undang dan peraturan diatas dasar kebijakan adanya program
kejar Paket C antara lain :

a. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah.

b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 177/U/2001 tentang pemberian


bantuan dana kepada penyelenggara PLS, Pemuda, dan OlahRaga.

e. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional RI (No. 107 /MPN/MS/2006 tentang


Eligibilitas Program Kesetaraan.

Setiap peserta didik yang lulus ujian program Paket A, Paket B, Paket C
mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijasah SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih
tinggi. Berdasarkan keterangan pada pasal tersebut, pada dasarnya pendidikan
nonformal disamakan statusnya dengan pendidikan formal. Peraturan yang
menjelaskan lebih lanjut mengenai Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
17

adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan
Dasar Dan Menengah menegaskan beberapa poin penting berikut : Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan
tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:

a) Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan


SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b) Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan:


Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

B. Tujuan umum program Kejar Paket C setara SMA/MA

Untuk membekali warga belajar dengan kemampuan, pengetahuan,


keterampilan serta sikap yang setara dengan kemampuan, pengetahuan dan sikap
lulusan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, sedangkan Tujuan khusus
penyelenggaraan Program Kejar Paket C adalah:

1. Memiliki pengetahuan yang setara dengan pengetahuan lulusan SMA/MA,


dengan merujuk pada penguasaan kompetensi kurikulum yang berlaku.

2. Memiliki keterampilan fungsional praktis dan teknis yang dapat dijadikan


sebagai dasar bagi pengembangan bermata pencaharian.

3. Memiliki akhlak mulia.

4. Memiliki sikap yang kompetitif, ulet dan kepribadian tangguh serta tidak
mudah putus asa dalam menghadapi permasalahan serta perkembangan yang
ada.
18

C. Sasaran Pendidikan Kesetaraan

1. Kelompok masyarakat usia 15 – 44 yang belum tuntas wajib belajar


pendidikan dasar 9 tahun.
2. Kelompok masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri dengan
flexi e-learning seperti komunitas sekolah rumah atau komunitas e-learning.
3. Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut : a.
potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll; b. waktu seperti pengrajin,
buruh, dan pekerja lainnya; c. geografi seperti etnik minoritas, suku terasing
dan terisolir; d. ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani,
nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan
tenaga kerja wanita.
4. Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan
pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial;hukum seperti anak
jalanan, korban napza, dan anak lapas.

Sasaran Pencapaian pendidikan kesataraan ini guna untuk menyamakan,


menjembatani, masyarakat, siswa-siswi, atau pun kalangan yang memang
terhambat untuk melanjutkan pendidikan formal.

Lebih lanjut Kemendikbud mengatakan melalui program belajar paket yang


terdiri dari paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA.
Sistem pembelajaran yang dilakukan tidak sama dengan sekolah formal, namun
kurikulum yang digunakan sama sehingga ijazah yang diterima oleh peserta
didiknya disejajarkan dengan sekolah formal. Program belajar alternatif ini
memberikan ruang yang cukup luas bagi peserta didiknya karena waktu
belajarnya lebih fleksibel, maksudnya jam belajar dapat ditentukan bersama-sama
oleh pendidik dengan peserta didiknya.

Kegiatan belajarnya akan dilaksanakan selama 2-3 jam dalam 2-3 hari
seminggu. Lembaga-lembaga yang menyelenggarakan program tersebut
diantaranya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan
19

Masyarakat (SKB), Kantor Organisasi Kemasyarakatan, maupun di rumah-rumah


masyarakat. Dengan sistem pembelajaran yang diterapkan pada pendidkan
informal tersebut, makanya setiap tahun semakin banyak peserta didik yang
terdaftar pada program paket baik A, B maupun C.

2.3 Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung


untuk Tingkat Menegah Atas Kesetaraan Paket C

A. Visi

Terselenggaranya layanan prima pendidikan dalam membentuk insan kamil


yang mengedepankan nilai - nilai budaya lokal dengan berorientasi global.

B. Misi
1. Menumbuh-kembangkan keimanan, ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas,
keterampilan, produktivitas, dan kemandirian masyarakat melalui
pemerataan dan perluasan pendidikan menengah.
2. Meningkatkan kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas, dan
kemandirian masyarakat berdasarkan keimanan dan ketaqwaan melalui
peningkatan mutu, relvansi dan daya saing pendidikan menengah.

C. Tujuan
1. Memperluas kesempatan bagi seluruh anak usia wajib belajar (AUWB)
untuk memperoleh pelayanan Pendidikan Menegah (usia 16-18 tahun)
yang berkeadilan, sehingga memiliki bekal pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan untu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi atau untuk memperoleh pekerjaan tingkat menengah dalam
lingkungan kehidupan dimasyarakat.
2. Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing seluruh penyelenggaraan
Pendidikan Menengah agar dapat menumbuh-kembangkan dan
menguatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, baik untuk bekal
20

dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tingkat tinggi,


maupun sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di
lingkungan masyarakat.

D. Sasaran
1. Seluruh anak usia wajib belajar (16-18 tahun) dapat menamatkan
pendidikan menengah, baik pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), dan Madrasah Diniyah Ulya (MDU), Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMALB) Pendidikan kesetaraan Paket C; Jumlah dan
sebaran kelembagaan pendidikan menengah umum dan kejuruan
berkembang dengan seimbang sesuai dengan tuntutan masyarakat;
Jumlah dan sebaran kelembagaan pendidikan menengah terpadu
berbasis keunggulan bertaraf internasional dapat berkembang sampai ke
tingkat kecamatan.
2. Seluruh program yang diselenggarakan Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA),
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Diniyah Ulya
(MDU), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan
Pendidikan kesetaraan Paket C sangat selevan dengan kebutuhan
masyarakat, sehingga lulusannya memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan, baik untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan tinggi, maupun untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak di lingkungan masyarakat; Seluruh kelembagaan pendidikan
menengah berbasis keunggulan memiliki kemampuan untuk bersaing
pada tingkat internasional, sehingga lulusannya banyak melanjutkan ke
pendidikan tinggi bertaraf internasional, dan banyak bekerja pada
lembaga-lembaga perusahaan bertaraf internasional.

E. Kebijakan
21

1. Pemerataan pelayanan kelembagaan satuan pendidikan menengah


dalam rangka rintisan wajib belajar 12 tahun.
2. Penguatan dan pendalaman relevansi muatan kurikulum satuan
pendidikan menengah;

F. Program Kerja

1. (a) Pemerataan pelayanan SMK/MAK, dan atau satuan SMA/MA,


SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan menengah
terpadu yang berbasis keunggulan;
(b). Pemerataan UGB/RKB dan sarana perlengkapan pendidikan
menengah formal (sekolah-sekolah), maupun pendidikan nonformal
(PKBM, SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan menengah)
berbasis keunggulan dalam senibudaya, keolahragaan, kecakapan
hidup dan entreupreneur, serta penerapan teknologi menengah;
(c). Pemerataan peralatan laboratorium, workshop, perbustakaan dan
sumber belajar/berlatih serta sarana peribadatan yang mendukung
pembelajaran pendidikan menengah berbasis keunggulan;
(d). Pemerataan guru/pelatih/ ustad/tutor/ pamong belajar, laboran,
pustakawan dan tenaga administrasi kantor pada satuan pendidikan
menengah berbasis keunggulan;
(e). Pemerataan biaya operasional manajemen dan reward bagi
sekolah, pemerintah desa dan kecamatan berprestasi dalam perintisan
wajar dikmen; Pemerataan fasilitas beasiswa bagi anak berprestasi dan
anak tidak mampu untuk medapatkan layanan pendidikan menengah
berbasis keunggulan;
2. (a) Penguatan dan pendalaman muatan kurikulum SMK/MAK, dan
atau satuan SMA/MA, SMALB, Paket C, MDU, satuan program
pendidikan menengah terpadu unggulan;
(b) Penguatan intensitas pendayagunaan sarana perlengkapan
pendidikan menengah formal (sekolah-sekolah), maupun pendidikan
22

nonformal (PKBM, SKB dan Pesantren penyelenggara pendidikan


menengah) berbasis keunggulan;
(c) Penguatan intensitas pendayagunaan peralatan laboratorium,
workshop, perbustakaan dan sumber belajar/berlatih serta sarana
peribadatan yang mendukung pembelajaran pendidikan menengah
berbasis keunggulan;
(d) Peningkatan kemampuan dan intensitas pemeliharaan sarana
prasarana dan perlengkapan pendidikan menengah;
(d) Penguatan kualifikasi, kompetensi dan kemampuan guru/pelatih/
ustadz/tutor/ pamong belajar, laboran, pustakawan dan tenaga
administrasi kantor pada satuan program pendidikan menengah
berbasis keunggulan;
(e) Penguatan kreativitas, inovasi dan daya nalar peserta didik dan
tenaga kependidikan pada satuan program pendidikan menengah
berbasis keunggulan;
(f). Penyediaan biaya operasional peningkatan mutu manajemen
kelembagaan pendidikan menengah berbasis keunggulan;
(g) Peningkatan kesejahteraan ketenagaan pendidikan pada
kelembagaan pendidikan menengah;

Untuk mengaplikasikan rencana strategi maka terdapat lembaga


pendidikan non-formal dibawah di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Pemerintah Kabupaten Bandung. Menurut (Sri; 2020) jumlah lembaga Pusat
kegiatan belajar masayarakat (PKBM) yang aktif di Kabupaten Bandung
sebanyak 85 lembaga, yang tersebar di 31 Kecamatan se- Kab. Bandung,
sedangkan lembaga PKBM yang siap menyelenggarakan Ujian Nasional
Berbasis Komputer ( UNBK ) pada April 2020 , mendatang sebanyak 75
lembaga.
23
24

BAB III
PEMBAHASAN

Perencanaan pendidikan merupakan suatu proses dalam kegiatan di


lingkungan pendidikan yang digunakan untuk kegiatan sosial sesuai dengan
kebutuhan masyarakat agar dapat di aplikasikan dalam kegiatan-kegiatan di masa
depan untuk mencapai tujuan perencanaan pendidikan dan pembangunan ekonomi
yang optimal. Kemudian perencanaan pendidikan memiliki tujuan sebagai
pedoman untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam dunia pendidikan
dan juga sebagai suatu alat ukur di dalam membandingkan antara hasil yang
dicapai dengan harapan.
Dalam perencanaan pendidikan terdapat ruang lingkup seperti Perencanaan
Pendidikan Nasional, Perencanaan Pendidikan Provinsi, Perencanaan Pendidikan
Kabupaten/Kota/Kecamatan, Perencanaan Satuan Pendidikan atau Perencanaan
Kelembagaan atau Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Rencana
pembangunan pendidikan nasional merupakan “kumulatif” dari perencanaan
pendidikan provinsi. Rencana pembangunan pendidikan provinsi merupakan
kumulatif dari perencanaan pendidikan kabupaten/kota.
Lebih lanjut untuk mewujudkan rencana pendidikan kabupaten/kota maka di
buatlah suatu perencanaan strategis (RENSTRA). Rencana strategi yaitu
perencanaan yang disusun berdasarkan skala prioritas, sehingga berbagai sumber
daya yang ada dapat diatur dan dimanfaatkan secermat dan seefisien mungkin.
Penyusunan rencana strategi di bagi kedalam dua tahapan yaitu tahap perencanaan
dimulai dengan menetapkan visi dan misi dan yang kedua adalah tahap
pengembangan dirumuskan berdasarkan misi yang diemban dan dalam rangka
menghadapi isu utama (isu strategis).
Dengan adanya rencana pendidikan maka Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Bandung menerapkan rencana strategi yang terdiri dari
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Program Kerja untuk mewujudkan pendidikan
yang lebih baik. Visi dari rencana startegi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Bandung adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan dalam
25

membentuk insan kamil yang mengedepankan nilai - nilai budaya lokal dengan
berorientasi global.
Kemudian di barengi dengan misi menumbuh-kembangkan dan
meningkatkan keimanan, ketaqwaan, kecerdasan, kreativitas, keterampilan,
produktivitas, dan kemandirian masyarakat melalui pemerataan, perluasan
pendidikan, relevansi, dan daya saing pendidikan menengah. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan Somantri (2018, hlm 11) beliau mengatakan
bahwa adanya rencana strstegi pendidikan maka akan menghasilkan rencana
pembangunan pendidikan yang strategi guna untuk mengatur sumber daya agar
dapat dimanfaatkan secermat dan seefisien mungkin.
Tidak hanya membicarakan visi dan misi dalam rencana strategi Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung memiliki tujuan yang dimana
tujuan tersebut akan memperluas kesempatan bagi seluruh anak usia wajib belajar
(AUWB) untuk memperoleh pelayanan Pendidikan Menegah (usia 16-18 tahun)
yang berkeadilan, sehingga memiliki bekal pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan untu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau untuk
memperoleh pekerjaan tingkat menengah dalam lingkungan kehidupan
dimasyarakat. Kemudian meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing seluruh
penyelenggaraan Pendidikan Menengah agar dapat menumbuh-kembangkan dan
menguatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, baik untuk bekal dalam
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tingkat tinggi, maupun sebagai
bekal untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di lingkungan masyarakat.
Tujuan tersebut sesuai dengan undang – undang Pasal 28B Ayat 1 yang
dimana akan memperluas kesempatan bagi seluruh anak usia wajib belajar untuk
memperoleh pelanyanan pendidikan menengah. Dalam hal ini tujuan harus
mempunyai suatu sasaran dalam rencana strategi, sasaran pendidikan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung adalah seluruh anak usia wajib
belajar (16-18 tahun) dapat menamatkan pendidikan menengah, baik pada
Sekolah Menengah Atas (SMA) Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA),
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Diniyah Ulya (MDU), Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Pendidikan kesetaraan Paket C dengan
26

memfasilitasi sarana prasarana untuk lembaga pendidikan baik formal, Non-


formal, dan Informal agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebagai salah
satu contoh kebutuhan masyarakat adalah kesetaraan Paket C yang dimana
kesetaraan paket C dalam implementasinya diperkuat dengan Undang–Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 5 ; ayat (1 dan 5). 1) Setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. 5) Setiap Warga Negara berhak
mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Kemudian
Sasaran Pendidikan Kesetaraan adalah mereka yang berumur 15 – 44 atau seluruh
anak usia wajib belajar yang belum dapat menamatkan pendidikan menengah.

Lebih lanjut program kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten


Bandung adalah pemerataan pelayanan SMK/MAK, dan atau satuan SMA/MA,
SMALB, Paket C, MDU, satuan program pendidikan menengah terpadu yang
berbasis keunggulan. Kemudian (Sri Laksmi) mejelaskan bahwa masih banyak
masyarakat yang berjumlah 4.792 membutuhkan kesetaraan Paket C maka Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mengadakan ujian kesetaraan
Paket C untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan dengan kebijakan
rencana strategi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung untuk
penguatan dan pendalaman relevansi muatan kurikulum satuan pendidikan
menengah untuk kesetaraan Paket C. Lebih lanjut jumlah lembaga Pusat kegiatan
belajar masayarakat (PKBM) yang aktif di Kabupaten Bandung sebanyak 85
lembaga, yang tersebar di 31 Kecamatan se- Kab. Bandung.

Sri mengatakan bahwa terdapat lembaga PKBM dibawah naungan Dinas


Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung sebanyak 76 lembaga yang siap
menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang
menyediakan kesetaraan Paket C. Hal tersebut sesuai dengan program kerja
rencana strategi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung yaitu
Pemerataan UGB/RKB dan sarana perlengkapan pendidikan menengah formal
(sekolah-sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan Pesantren
penyelenggara pendidikan menengah) berbasis keunggulan dalam senibudaya,
27

keolahragaan, kecakapan hidup dan entreupreneur, serta penerapan teknologi


menengah.

Kemudian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung


simulasi ujian pun sudah dilaksanakan, baik itu yang offline maupun yang online.
Karena untuk jaringan sendiri ada yang baik dan tidak baik, sebab melihat kondisi
geografis wilayah Kabupaten Bandung. Serta adanya penguatan dan pendalaman
muatan kurikulum SMK/MAK, dan atau satuan SMA/MA, SMALB, Paket C,
MDU, satuan program pendidikan menengah terpadu unggulan dan penguatan
intensitas pendayagunaan sarana perlengkapan pendidikan menengah formal
(sekolah-sekolah), maupun pendidikan nonformal (PKBM, SKB dan Pesantren
penyelenggara pendidikan menengah) berbasis keunggulan.

Dikarenakan adanya kendala akibat Pandemi Covid-19 anggaran mengalami


refocusing sebanyak 12 persen. Hal tersebut membuat beberapa program
pembelajaran tidak bisa dilaksanakan secara maksimal misalnya program
perlombaan, pengembangan data informasi hingga sosialisasi juga hilang dan
mengakibatkan Ujian Nasional di tiadakan. Namun untuk PKBM Kesetaraan
Paket C tetap harus mengikuti ujian pendidikan kesetaraan (UPK), sebagai salah
satu sarana untuk menentukkan kelulusan. Sri Laksmi mengatakan bahwa
penentuan kelulusan siswa dilakukan melalui ulangan harian, portofolio, ujian
tulis, penugasan, hingga modul-modul.

Maka dari itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten


Bandung tetap melaksanakan ujian pendidikan kesetaraan sebagai solusi dari
dampak pandemi yang mengharuskan ujian kesetaraan tetap dilaksanakan. Ujian
kesetaraan pun harus tetap dengan mengedepankan protokol kesehatan dan
program kesetaraan menggunakan proses daring dan luring. Selain hal tersebut
proses administrasi harus di perhatikan dengan baik karena nantinya nilai akan
langsung di upload ke (Dapodik) Data Pokok Pendidikan.

Diharapkan dengan adanya program kerja, evaluasi , serta solusi dimasa


pandemi ini maka kegiatan PKBM C dan ujian pendidikan kesetaraan (UPK) bisa
28

diselenggarakan dengan baik. Dengan adanya dukungan serta kesiapan sarana


prasarana dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung yang
membawahi lembaga – lembaga pendidikan non – formal untuk tingkat menengah
atau kesetaraan Paket C maka kebutuhan masyarakat untuk tingkat menengah
kesetaraan Paket C bisa diselesaikan dengan baik.
BAB IV
PENUTUP

Dalam hal ini kesetaraan Paket C telah didukung dengan payung hukum
seperti terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat 1, Undang –
Undang No. 20 Tahun 2003 , Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 dengan
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pedidikan yang layak guna
meningkatkan taraf kualitas hidup masing-masing.

Sejalan dengan undang-undang maka Dinas Pendidikan Kabupaten


Bandung membuat suatu perencanaan strategi pendidikan bagi masyarakat yang
membutuhkan kesetaraan dalam bidang pendidikan menengah atas atau madrasah
aliyah dengan diadakannya suatu kesetaraan Paket C. Dari perencanaan strategi
pendidikan kesetaraan Paket C bawahsannya pemerintah telah menyediakan
kebijakan bagi masyarakat, siswa-siswi dan kalangan yang membutuhkan
kesetaraan Paket C guna untuk melangsungkan kehidupan yang lebih baik serta
meningkatkan perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
dapat di imbangi dengan adanya kesetaraan Paket C. Dalam konteks
persekolahan, perencanaan strategi yang di bantu oleh perencanaan operasional
diwujudkan dalam bentuk program kerja sekolah, agenda akademik sekolah,
jadwal pembelajaran, dan sejenisnya yang sama halnya dengan pendidikan
menegah formal pada umumnya.

Dengan tujuan kebijakan program yang dilakukan oleh dinas pendidikan


dan kebudayaan pemerintahan kabupaten bandung agar terasa langsung terhadap
masyarakat siswa-siswi, dan kalangan tertentu maka pelayanan yang diberikan
menerapkan rasa keadilan bagi mereka yang membutuhkan kesetaraan Paket C.
Sehingga lulusannya memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik
untuk bekal dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi maupun
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di lingkungan masyarakat. Serta
lulusanya dapat bersaing baik secara lokal, nasional, dan internasional tanpa

29
30

merasa adanya perbedaan dengan pendidikan formal karena pada dasarnya


program kesetaraan paket C telah diatur baik dalam undang-undang maupun
kebijakan yang dilakukan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan pemerintah
daerah kabupaten bandung untuk penerapan sarana prasarana sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Alkhafaji. (2003).Strategic Management: Formulation, Implementation and


Control in Dynamic Environment. The Hawort Press.London.

Bryson, J. M. (2004). Strategic Planning for Public and Non Profit


Organizations: A Guide to Strengthening and Sustaining
Organizational Achievement (ThirdEdition). San Francisco: Jossey-
Bass Publishing Co.

Fidler, B. (2002). Strategic Management for School Development. London: SAGE


Publications.

Hunger, J. David danWheelen, Thomas L. (2003). Manajemen Strategis.


Yogyakarta: PenerbitAndi.

Hunger, J.D. danWheelen, T.L. (2012). Strategic Management and Bussiness


Policy: Toward Global Sustainability (13th Edition). New York:
Pearson.

Kohtamaki, et.al. (2012).The Role of Personnel Commitment to Strategy


Implementation and Organizational Learning Within the Relationship
Between Strategic Planning and Company Performance. International
Journal of EnterpreneurialBehaviour& Research.Vol. 18 No. 2. Pp.
159-178. Emerald Group Publishing limited
Knápková A. Blahová M. (2011). Effective Strategic Action: From Formulation
to Implementation. 2010 International Conference on Economics,
Business and Management. IPEDR vol.2 (2011) © (2011) IAC S IT
Press, Manila, Philippines

Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Yogjakarta :PenerbitAndi

Michael E. Potter . (2011). On Strategy : HBR’S 10 MUST READ. Harvard


BusinessReview Publishing Corporation

Manap Somantri, Perencanaan Pendidikan, (Bogor : IPB Press, 2014),

Ramdhani, Dkk. (2021). Dasar – Dasar Perencanaan Pendidikan, Medan:


Yayasan kita Menulis

31
32

Sagala, S. Manajemen Strategi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:


Alfabeta, 2009).

Somantri, M. (2014). Perencanaan pendidikan. Bogor: PT. Penerbit IPB Press

Soenarya, E, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan


Sistem, (Yogyakarta : Adicita. 2000).

Udin Syamsudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, M.A. (2011).


Perencanaan Pendidikan : Suatu Pendekatan Komprehensif. Rosda.
Bandung.

Wheelen, Thomas L dan Hungger, J. Davis, (1995), Strategic Management and


Bussiness Policy, Singapore, Addison Wessley.

https://wartaparahyangan.com/pendidikan/disdik-kab-bandung-optimistis-lulusan-
pkbm-mampu-bersaing-masuk-perguruan-tinggi/

32

Anda mungkin juga menyukai