Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENGANALISIS PERAN PEMERINTAH DALAM LAYANAN PAUD

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum

Guru Pengampu: Dra. Imas Titin Kaniawati, M.Pd.d

Disusun Oleh:
Nama: RAHAYU
NIM : 2018.4.6.1.00916

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUTE AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena atas karunia-Nya
penulis bias menyusun sebuah makalah yang berjudul “Menganalisis Peran Pemerintah Dalam
Layanan PAUD” dengan baik.
Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Kurikulum. Penulis sangat berharap semoga Makalah ini di terima dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran Kritik dan saran tersebut
akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cirebon, Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB IIPEMBAHASAN

A. PEMENUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA DINI DI INDONESIA


B. FAKTA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INSONESIA
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh kembang seorang anak untuk
memperoleh masa depan yang lebih baik. Pendidikan juga bermanfaat agar generasi muda
dapat menghadapi persaingan global dunia. Pendidikan harus di mulai sejak dini, karena
pendidikan ini dapat membentuk mental dan karakter anak di usia 0-6 tahun sebelum masuk
pada jenjang sekolah dasar (SD). Selain itu, pada usia 0-6 tahun, anak-anak mengalami masa
golden age atau masa keemasan dimana pada masa tersebut anak lebih peka untuk menerima
berbagai rangsangan yang diterimanya.
Salah satu pemenuhan pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat adalah program pendidikan anak usia dini (PAUD). Pada
penyelenggaraannya, PAUD tidak menggunakan kurikulum baku dari Depdiknas namun
menggunakan rencana pembelajaran yang disebut dengan menu besar. Menu besar ini
mencakup pendidikan moral dan nilai keagamaan, fisik/motorik, bahasa, sosio emosional, dan
seni. Selain tidak menggunakan kurikulum baku, PAUD pada dasarnya ditujukan bagi kalangan
ekonomi miskin karena pada umumnya PAUD tidak menarik iuran sekolah atau jika menarik
iuran dengan jumlah yang kecil.
Berbicara mengenai pendidikan maka akan berhubungan dengan kesadaran masyarakat.
Karena kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya pendidikan terutama dalam
pendidikan usia dini dinilai masih cukup rendah. Hal ini dikarenakan adanya ketidaktahuan,
kemiskinan, gagasan orang tua tentang perkembangan anak yang masih sangat tradisional,
motivasi yang rendah karena kebutuhan yang masih sangat mendasar, masih dipengaruhi
budaya setempat yang sempit, kondisi geografis yang tidak memungkinan, serta ketersediaan
lembaga PAUD di derahnya. Selain itu, pemahaman masyarakat akan pendidikan usia dini juga
masih sangat rendah. Pada umumnya, mereka berpikir bahwa pendidikan identik dengan
sekolah sehingga bagi anak usia dini, pendidikan merupakan hal yang tidak penting. Hal ini
juga membuat rendahnya partisipasi anak yang mengikuti pendidikan usia dini. Selain itu,
rendahnya partisipasi anak mengikuti pendidikan anak usia dini dipengaruhi oleh terbatasnya
dan tidak meratanya PAUD yang ada di masyarakat terutama di daerah pedesaan, serta
kurangnya dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
Berkembangnya suatu instansi atau lembaga pendidikan tak luput dari peran pemerintah,
masyarakat, dan orang tua itu sendiri. Namun karena minimnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya suatu pendidikan anak usia dini, keterbatasan dana untuk memasukkan anak dalam
PAUD, dan keterbatasan dana alokasi dari pemerintah membuat angka partisipan pada PAUD
tergolong rendah, terutama pada masyarakat pelosok yang belum memiliki PAUD di daerahnya.
Hal ini perlu ditanggapi serius mengingat bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi anak-anak di dunia terutama di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis pelayanan Pendidikan Bagi Anak Usia Dini Di Indonesia?
2. Bagaimana Fakta Pendidikan Anak Usia Dini Di Insonesia?

C. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Jenis-jenis pendidikan bagi anak usia dini di indonesia


2. Fakta pendidikan anak usia dini di insonesia
BAB II
PEMBAHASAN

JENIS-JENIS PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA DINI DI INDONESIA


Jenis-Jenis Layanan PAUD – Mengenal Kelembagaan PAUD Indonesia. Pengertian
PAUD Indonesia secara ekplisit dan yuridis tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal 1, butir 14, bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah “suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”
Penyelenggaraan PAUD di Indonesia bertumpu pada lima layanan utama, yaitu:
1. TK (Taman Kanak-Kanak),
2. KB (Kelompok Bermain),
3. TPA (Taman Penitipan Anak),
4. SPS (Satuan PAUD Sejenis),
5. PAUD Berbasis Keluarga (PBK).
Pengertian kelima bentuk dan jenis layanan PAUD dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. TK (Taman Kanak-Kanak)
TK (Taman Kanak-Kanak)  adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program bagi
anak usia 4 sampai dengan 6 tahun secara lebih terstruktur.
b. KB (Kelompok Bermain)
KB (Kelompok Bermain) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program bagi
anak usia 2 sampai dengan 4 tahun dengan toleransi sampai dengan 6 tahun, jika di tempat
tersebut belum tersedia layanan TK.
c. TPA (Taman Penitipan Anak)
TPA (Taman Penitipan Anak) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program
pendidikan dan pengasuhan bagi anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun.
d. SPS (Satuan PAUD Sejenis)
SPS (Satuan PAUD Sejenis) adalah Bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang
penyelenggaraannya dapat diinterintegrasikan dengan berbagai layanan anak usia dini yang ada di
masyarakat seperti Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), BKB (Bina Keluarga Balita), TPQ
(Taman Pendidikan Al-Qur’an), TAPAS (Taman Pendidikan Anak Soleh), SPAS (Sanggar
Pendidikan Anak Soleh), Bina Anaprasa, PAK (Pembinaan Anak Kristen), BIA (Bina Iman Anak
Katolik), dan semua layanan anak usia dini yang berada di bawah binaan lembaga agama lainnya;
serta semua kelompok layanan anak usia dini yang berada di bawah binaan organisasi
wanita/organisasi kemasyarakatan. Salah satu bentuk program SPS adalah Pos PAUD, yaitu
program PAUD yang diintegrasikan dengan layanan Posyandu dan BKB.
e. PAUD Berbasis Keluarga (PBK)
PAUD Berbasis Keluarga (PBK) adalah Bentuk layanan PAUD yang diselenggarakan di keluarga.
Fasilitasi PAUD berbasis keluarga dapat dilakukan melalui program pendidikan
keorangtuaan (parenting education).
Setiap satuan PAUD berkewajiban menyelenggarakan program parenting yang diselenggarakan di
satuan PAUD yang dibinanya, dengan tujuan keselarasan dan kesinambungan program antara
perlakuan anak di satuan PAUD dan di rumah.

FAKTA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INSONESIA


Fakta menunjukkan bahwa dari 41.317 buah TK di seluruh Indonesia, 41.092 buah
(99,46%) didirikan oleh pihak swasta sedangkan pemerintah hanya mendirikan 225 buah
(0,54%) (Rosadi, 2002). Melihat data diatas dapat dipastikan bahwa masih kurangnya peran
pemerintah dalam membangun dan mengembangkan PAUD di Indonesia. Meskipun kita tahu
bahwa keberhasilan PAUD bukanlah tanggung jawab pemerintah semata namun juga menjadi
tanggung jawab bersama masyarakat terutama orang tua anak.
Selain kurangnya peran pemerintah dalam hal pembangunan PAUD, pemerintah juga
kurang mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan anak usia dini. Sebetulnya
pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional terutama Direktorat Jendral Pendidikan
Luar Sekolah sebenarnya sudah menyiapkan dana untuk operasional PAUD, namun dana
tersebut tidak mencukupi untuk keseluruhan PAUD yang ada di seluruh Indonesia sehingga
pemerintah memberikan proposal untuk menambah sumbangan dana bagi PAUD. Permasalahan
dana ini merupakan masalah yang cukup mendasar dan kontradiksi mengingat bahwa
pemenuhan hak pendidikan seharusnya gratis namun pada kenyataannya belum bisa gratis.
Sehingga untuk mendapatkan hak pendidikan penuh masyarakat masih harus mengeluarkan
biaya. Dan tentu saja bertentangan dengan pasal 26 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia
(DUHAM) yang menyatakan bahwa, “Setiap orang berhak memperoleh pendidikan.
Pendidikan harus cuma-cuma, setidaknya untuk tingkat sekolah rendah dan pendidikan dasar.
Pendidikan dasar diperlukan untuk menjaga perdamaian”.
Masalah-masalah diatas sebenarnya tidak akan terjadi apabila pemerintah melakukan
upaya-upaya yang optimal demi pemenuhan hak pendidikan bagi anak-anak di Indonesia.
Upaya tersebut antara lain: 1) Pemerintah seharusnya memasukkan PAUD menjadi pendidikan
yang wajib bagi seluruh warga negara, sehingga PAUD menjadi prioritas pemenuhan
pendidikan sesuai dengan UU yang berlaku, 2) Membuat anggaran pendidikan tersendiri,
anggaran ini harus memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan anggaran-anggaran
lainnya yang belaku baik dalam negara maupun daerah dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), 3)
Pengumpulan dana pajak atau retribusi dari perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah
PAUD yang di lakukan oleh pemerintah setempat yang digunakan terutama untuk pembiayaan
pendidikan.
Adanya kerjasama, peran, serta sikap jujur baik dari pemerintah maupun masyarakat
dalam menunjang keberhasilan dan pengembangan PAUD dapat membuat anak-anak
mendapatkan hak penuh pendidikan secara gratis terutama bagi anak-anak yang kurang mampu
secara ekonomi sehingga tidak ada alasan lagi tidak dapat mengemban pendidikan karena tidak
adanya dana.
BAB III
KESIMPULAN

Penyelenggaraan PAUD di Indonesia bertumpu pada lima layanan utama, yaitu:


6. TK (Taman Kanak-Kanak),
7. KB (Kelompok Bermain),
8. TPA (Taman Penitipan Anak),
9. SPS (Satuan PAUD Sejenis),
10. PAUD Berbasis Keluarga (PBK).
Pengertian kelima bentuk dan jenis layanan PAUD dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. TK (Taman Kanak-Kanak)
TK (Taman Kanak-Kanak)  adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program bagi
anak usia 4 sampai dengan 6 tahun secara lebih terstruktur.
b. KB (Kelompok Bermain)
KB (Kelompok Bermain) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program bagi
anak usia 2 sampai dengan 4 tahun dengan toleransi sampai dengan 6 tahun, jika di tempat
tersebut belum tersedia layanan TK.
c. TPA (Taman Penitipan Anak)
TPA (Taman Penitipan Anak) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program
pendidikan dan pengasuhan bagi anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun.
d. SPS (Satuan PAUD Sejenis)
SPS (Satuan PAUD Sejenis) adalah Bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang
penyelenggaraannya dapat diinterintegrasikan dengan berbagai layanan anak usia dini yang ada di
masyarakat seperti Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), BKB (Bina Keluarga Balita), TPQ
(Taman Pendidikan Al-Qur’an), TAPAS (Taman Pendidikan Anak Soleh), SPAS (Sanggar
Pendidikan Anak Soleh), Bina Anaprasa, PAK (Pembinaan Anak Kristen), BIA (Bina Iman Anak
Katolik), dan semua layanan anak usia dini yang berada di bawah binaan lembaga agama lainnya;
serta semua kelompok layanan anak usia dini yang berada di bawah binaan organisasi
wanita/organisasi kemasyarakatan. Salah satu bentuk program SPS adalah Pos PAUD, yaitu
program PAUD yang diintegrasikan dengan layanan Posyandu dan BKB.
e. PAUD Berbasis Keluarga (PBK)
PAUD Berbasis Keluarga (PBK) adalah Bentuk layanan PAUD yang diselenggarakan di keluarga.
Fasilitasi PAUD berbasis keluarga dapat dilakukan melalui program pendidikan
keorangtuaan (parenting education).
Setiap satuan PAUD berkewajiban menyelenggarakan program parenting yang diselenggarakan di
satuan PAUD yang dibinanya, dengan tujuan keselarasan dan kesinambungan program antara
perlakuan anak di satuan PAUD dan di rumah.
Pendidikan anak usia dini memegang peranan penting dalam hal tumbuh kembang anak
usia dini. Hal ini sama dengan peranan sebuah keluarga dan lingkungannya. Tidak semua anak
di Indonesia terjamah oleh pendidikan anak usia dini, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran
masyarakat terutama orang tua untuk memasukkan anaknya ke dalam PAUD. Orang tua
berpikir bahwa pendidikan belum cocok untuk anak dengan usia dini, tidak adanya biaya untuk
masuk PAUD, dan tidak adanya PAUD di daerah tempat tinggal terutama daerah pedesaan.
Oleh karena itu diperlukan beberapa upaya untuk mengembangkan PAUD agar semua
anak di Indonesia dapat merasakan pendidikan usia dini dan mencapai salah satu tujuan
Indonesia yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
yang berartii bahwa pemerintah Indonesia harus membiayai pendidikan anak-anak di seluruh
Indonesia tanpa terkecuali.
REFERENSI

 Agung, I. (2010). Perluasan Wajib Belajar 12 Tahun : Suatu Pemikiran. Jurnal


Penelitian Kebijakan Pendidikan : 119 – 135.

 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2007). Undang-undang No.20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
 Rosadi, D. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Otonomi Daerah. Buletin
Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, 60-72.
 http://paud.kemdikbud.go.id/article/detail/pendidikan_anak_usia_dini-2 diakses
pada Senin,
20 April 2015.
 http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2012/11/05/indonesia-early-
childhood- learning-deserves-greater-attention diakses pada Jumat, 17 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai