Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN II: KUESIONER

Kuesioner (questionnaires) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan


sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternative yang didefinisikan dengan
jelas. Kuesioner dapat diberikan secara pribadi, disuratkan kepada responden, atau disebarkan
secara elektronik.

1. Kuesioner yang Diberikan Secara Pribadi


Jika survey terbatas di suatu daerah local, dan organisasi bersedia serta mampu
mengumpulkan kelompok karyawan untuk mengisi kuesioner di tempat kerja, cara yang
baik untuk memperoleh data adalah dengan memberikan kuesioner secara pribadi.
Keuntungan utama dari hal ini adalah bahwa peneliti atau seorang anggota dari
tim penelitian dapat mengumpulkan semua respons lengkap dalam periode waktu singkat.
Menyebarkan kuesioner kepada sejumlah besar orang pada saat yang sama adalah lebih
murah dan memakan lebih sedikit waktu dibanding wawancara.

2. Kuesioner Surat
Kelebihan utama kuesioner surat (mail questionnaires) adalah bahwa daerah
geografis yang luas dapat dicakup dalam survey. Kuesioner tersebut dapat dikirimkan
melalui surat kepada responden, sehingga mereka dapat mengisinya dengan nyaman di
rumah mereka, tanpa “diburu” waktu. Tetapi tingkat pengembalian kuesioner surat
biasanya rendah, tingkat respons 30% dianggap bisa diterima.
Kekurangan lain dari kuesioner surat adalah bahwa keraguan apa pun yang
responden miliki tidak dapat diklarifikasi. Tetapi, beberapa teknik yang efektif dapat
diterapkan untuk meningkatkan tingkat respons pada kuesioner surat. Diantaranya,
mengirim surat tindak lanjut, melampirkan sejumlah kecil uang sebagai insentif pada
kuesioner, memberikan kepada responden amplop pengembalian lengkap dengan prangko
dan alamat, dan membuat kuesioner tetap singkat.

PEDOMAN UNTUK DESAIN KUESIONER


Prinsip desain kuesioner bisa difokuskan pada tiga bidang. Yaitu pertama berkaitan
dengan susunan kata dalam pertanyaan. Kedua mengacu pada perencanaan bagaimana variable
akan dikategorikan, diskalakan, dan dikodekan setelah respons diterima. Ketiga berkaitan dengan
penampilan kuesioner secara keseluruhan. Ketiganya merupakan penting dalam desain kuesioner
karena mereka dapat meminimalkan bias dalam penelitian.

1. Prinsip Susunan Kata


Prinsip susunan kata ini mengacu pada factor, seperti:
1) Ketepatan Isi Pertanyaan
Sifat variable yang diteliti—perasaan subjektif atau fakta objektif—akan
menentukan jenis pertanyaan yang diajukan. Bila variable yang diteliti bersifat subjektif
(misalnya, kepuasan, keterlibatan), dimana keyakinan, persepsi dan sikap responden ingin
diukur, pertanyaan sebaiknya mengungkap dimensi dan elemen konsep.
Namun jika variable objektif seperti usia dan tingkat pendidikan responden yang
diteliti, pertanyaan tunggal yang langsung—lebih disukai pertanyaan yang memiliki
kategori berskala ordinal—akan lebih tepat. Jadi, tujuan masing-masing pertanyaan
sebaiknya dipertimbangkan dengan hati-hati sehingga variable bisa diukur secara
memadai dan tanpa ada pertanyaan yang tidak berguna.
2) Bahasa dan Susunan Kata
Bahasa kuesioner sebaiknya disesuaikan dengan tingkat pemahaman responden.
Pilihan kata bergantung pada tingkat pendidikan, penggunaan istilah dan idiom dalam
budaya, serta bingkai referensi responden. Misalnya pada beberapa buruh pabrik mungkin
tidak memahami terminology seperti “struktur organisasi”.
Jadi, penting untuk mengatakan pertanyaan dalam cara yang dapat dipahami oleh
responden. Bila suatu pertanyaan tidak dipahami atau diartikan secara keliru oleh
responden, peneliti akan memperoleh jawaban yang salah terhadap pertanyaan, dan
dengan demikian respons akan menjadi bias. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan,
bahasa yang dipakai dan susunan kata hendaknya tepat untuk mengungkap sikap,
persepsi, dan perasaan responden.

3) Tipe dan Bentuk Pertanyaan


a) Pertanyaan Terbuka versus Tertutup
Pertanyaan terbuka (open-ended questions) memungkinkan responden untuk
menjawab dengan cara yang mereka pilih. Contohnya adalah meminta responden
untuk menyebutkan lima hal yang menarik dan menantang dalam pekerjaan. Contoh
lain yaitu menanyakan apa yang responden sukai tentang supervisor atau lingkungan
kerja mereka. Contoh ketiga adalah meminta komentar mereka mengenai portofolio
investasi perusahaan.
Pertanyaan tertutup (closed questions), sebaliknya, akan meminta responden
untuk membuat pilihan di antara serangkaian alternative yang diberikan oleh peneliti.
Misalnya, daripada meminta responden untuk menyebutkan lima hal pekerjaan yang
dirasa menarik dan menantang, peneliti dapat mendaftarkan 10 atau 15 aspek yang
mungkin terlihat menarik atau menantang dalam pekerjaan dan meminta responden
untuk mengurutkan lima aspek pertama di antara daftar tersebut menurut preferensi
mereka. Semua item dalam kuesioner yang menggunakan skala nominal, ordinal,
likert atau rasio dianggap tertutup.
Pertanyaan tertutup membantu responden membuat keputusan cepat untuk
memilih di antara beberapa alternative yang diberikan. Mereka juga membantu
peneliti mengodekan informasi dengan mudah untuk analisis sesudahnya. Namun
pada pertanyaan tertutup ini cukup membatasi dan mungkin tidak memberikan
kesempatan kepada responden untuk memberi komentar tambahan. Inilah alasan
mengapa banyak kuesioner berakhir dengan sebuah pertanyaan terbuka yang
mengundang responden untuk mengomentasi topic yang mungkin belum dicakup
sepenuhnya atau secara memadai respons pada pertanyaan terbuka semacam itu
harus diedit dan dikategorikan untuk analisis data berikutnya.

b) Pertanyaan yang Disusun secara Positif dan Negatif


Daripada menyampaikan semua pertanyaan secara prositif, disarankan
memasukkan beberapa pertanyaan yang disusun secara negative, sehingga
kecenderungan responden untuk secara mekanis melingkari titik disalah satu ujung
skala bisa diminimalkan. Oleh karena itu, kuesioner yang baik hendaknya
memasukkan pertanyaan yang disusun secara positif dan negative. Penggunaan
negative dua kali, penggunaan kata tidak dan penggunaan kata secara berlebihan
sebaiknya dihindari karena hal tersebut cenderung membingungkan responden.
Misalnya, lebih baik mengatakan, “pergi bekerja bukanlah hal yang menyenangkan”
daripada mengatakan “tidak pergi bekerja adalah lebih menyenangkan dibanding
pergi bekerja”. Demikian pula, lebih baik mengatakan “orang kaya tidak
membutuhkan bantuan apa pun” daripada mengatakan “hanya orang kaya yang
tidak membutuhkan bantuan”

c) Pertanyaan yang Memiliki Respons Ganda


Pertanyaan yang membuka kemungkinan respons yang berbeda pada
subkalimatnya disebut pertanyaan yang memiliki respons ganda. Pertanyaan
semacam itu sebaiknya dihindari dan lebih baik mengajukan dua atau lebih
pertanyaan terpisah. Misalnya, pertanyaan “menurut anda adakah pasar yang baik
untuk produk ini dan bahwa produk ini akan laris terjual?” bisa menimbulkan
jawaban “ya” pada bagian pertama (yaitu, ada pasar yang baik untuk produk ini) dan
jawaban “tidak” untuk bagian terakhir (yaitu, produk tidak akan laris terjual karena
beberapa alasan). Dalam hal ini, akan lebih baik untuk mengajukan dua pertanyaan:
(1) “menurut anda adakah pasar yang baik untuk produk ini?” dan (2) “apakah
menurut anda produk ini akan laris terjual?”. Jawaban bisa “ya” untuk keduanya,
“tidak” keduanya, “ya” untuk yang pertama, dan “tidak” untuk kedua, atau “ya”
untuk yang kedua dan “tidak” untuk pertama. Bila kita menggabungkan kedua
pertanyaan tersebut dan mengajukan pertanyaan yang memiliki respons ganda, kita
akan membingungkan responden dan mendapatkan respons yang ambigu. Karena itu,
pertanyaan yang memiliki respons ganda sebaiknya dihilangkan.

d) Pertanyaan Ambigu
Bahkan pertanyaan yang tidak memiliki respons ganda mungkin disusun secara
ambigu dan responden menjadi tidak yakin apa arti pertanyaan yang sesungguhnya.
Contohnya seperti “seberapa besar menurut anda kebahagiaan anda?” Responden
mungkin kesulitan untuk memutuskan apakah pertanyaan tersebut mengacu pada
keadaan perasaan mereka di tempat kerja, di rumah atau secara umum. Karena itu
adalah survey organisasi, ia bisa menduga bahwa pertanyaan mengacu pada tempat
kerja. Tetapi, peneliti mungkin bermaksud untuk menyelidiki secara umum tingkat
kepuasan yang orang alami dalam kehidupan sehari-hari—perasaan sangat global
yang tidak hanya khusus di tempat kerja. Jadi, respons atas pertanyaan ambigu
menimbulkan bias karena responden yang berbeda mungkin mengartikan item dalam
kuesioner tersebut secara berbeda. Hasilnya akan berupa campuran kumpulan
respons ambigu yang tidak secara akurat memberikan jawaban yang tepat pada
pertanyaan.

e) Pertanyaan yang Bergantung pada Ingatan


Beberapa pertanyaan mungkin mengharuskan responden untuk mengingat
pengalaman dari masa lalu yang sudah kabur dalam memori mereka. Jawaban atas
pertanyaan yang bergantung pada ingatan mungkin bisa menjadi bias. Misalnya, jika
seorang karyawan yang telah 30 tahun mengabdi dalam organisasi diminta untuk
menceritakan kapan ia mulai bekerja dalam departemen tertentu dan berapa lama, ia
mungkin tidak mampu memberikan jawaban yang perisis dan melewatkan hal
tertentu dalam responsnya. Sumber yang lebih baik untuk mendapatkan informasi
tersebut adalah dokumen personalia.

f) Pertanyaan yang Mengarahkan


Pertanyaan sebaiknya tidak disampaikan dalam cara tertentu yang
mengarahkan responden untuk memberikan respons yang peneliti sukai dan inginkan
dari mereka. Contoh pertanyaan yang mengarahkan (leading questions) seperti itu
adalah: “tidakkah menurut anda dalam waktu di mana biaya hidup meningkat drastis
seperti sekarang, karyawan seharusnya diberi kenaikan gaji yang layak?” Dengan
bertanya demikian kita mengisyaratkan dan mendesak responden untuk menjawab
“ya”. Menambahi pertanyaan dengan kenaikan biaya hidup membuat kebanyakan
responden (kecuali mereka adalah pimpinan puncak yang menangani anggaran dan
keuangan) sulit untuk berkata, “tidak”; tidak terkecuali produktivitas mereka
meningkat!” Cara lain untuk mengajukan pertanyaan mengenai kenaikan gaji agar
mengurangi respons yang bias: “Dalam hal apa anda setuju bahwa karyawan
seharusnya diberikan kenaikan gaji?” Bila responden berpikir bahwa karyawan sama
sekali tidak layak diberi kenaikan gaji yang lebih tinggi, respons mereka tentulah
“sangat tidak setuju”; jika mereka berpikir bahwa responden jelas harus diberi
kenaikan gaji yang tinggi, mereka akan merespons dengan memilih “sangat setuju”
pada ujung skala, dan titik-titik di antara poin akan dipilih tergantung pada kekuatan
persetujuan atau ketidaksetujuan mereka. Dalam hal ini, pertanyaan tidak dibingkai
secara sugestif sebagaimana dalam contoh sebelumnya.

g) Pertanyaan yang Bermuatan


Jenis bias lain dalam pertanyaan terjadi ketika pertanyaan disampaikan dalam
cara yang bermuatan emosional. Contoh pertanyaan yang bermuatan adalah bertanya
kepada karyawan: “sampai tingkat apa menurut anda pihak manajemen
kemungkinan akan membalas jika Serikat Pekerja memutuskan untuk melakukan
pemogokan?” Kata “pemogokan” dan “membalas” merupakan istilah bermuatan
emosi, yang mempertentangkan manajemen dan serikat pekerja. Karena itu,
mengajukan pertanyaan seperti di atas akan mengundang respons yang sangat bias
dan emosional. Jika tujuan pertanyaan ada dua, yaitu, untuk menemukan (1) tingkat
keinginan karyawan untuk mogok dan (2) tingkat ketakutan mereka akan reaksi
merugikan jika melakukan pemogokan, maka itu lah dua pertanyaan psesifik yang
perlu ditanyakan. Dari sana mungkin tampak bahwa karyawan tidak benar-benar
ingin mogok dan mereka juga tidak percaya bahwa manajemen akan membalas jika
mereka melakukan pemogokan!

h) Keinginan Disukai secara Sosial


Pertanyaan sebaiknya tidak disampaikan dalam cara yang membuat respons
bersifat ingin disukai secara social. Misalnya, pertanyaan seperti “menurut anda
apakah orang yang sudah tua sebaiknya diberhentikan?” akan memperoleh respons
“tidak”, terutama karena masyarakat mengerutkan dahi pada seseorang yang
mengatakan bahwa orang yang sudah tua sebaiknya dipecat meskipun mereka
mampu melakukan pekerjaannya secara memuaskan. Karena itu, tidak peduli apa
pun perasaan responden yang sebenarnya, jawaban yang disukai secara social yang
akan tetap diberikan.
Terkadang item-item tertentu yang mengungkap penerimaan social dengan
sengaja disisipkan pada beberapa poin dalam kuesioner dan sebuah indeks tentang
tendensi penerimaan social individu dihitung dari sana. Indeks tersebut kemudian
diterapkan untuk semua respons lain yang diberikan oleh individu dalam rangka
mengendalikan bias penerimaan social (Crowne & Marlowe, 1980; Edwards, 1957).

i) Panjang Pertanyaan
Pertanyaan yang sederhana dan singkat lebih disukai daripada yang panjang.
Sebagai ukuran, pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner sebaiknya tidak
melebihi 20 kata, atau melebihi satu baris penuh dalam cetakan (Hors, 1968;
Oppenheim, 1986).

4) Urutan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya membawa responden dari pertanyaan
yang bersifat lebih umum ke pertanyaan spesifik, dan dari pertanyaan yang relative
mudah ke pertanyaan yang semakin sulit dijawab. Pendekatan corong (funnel approach)
ini, demikian sebutannya (Festinger & Katz, 1966), mempermudah dan memperlancar
responden untuk mengisi item kuesioner. Pergeseran dari pertanyaan umum ke khusus
bisa berarti bahwa responden pertama-tama diberi pertanyaan bersifat global yang
berkaitan dengan organisasi, dan kemudian diberi pertanyaan lebih tajam yang
berhubungan dengan pekerjaan spesifik, departemen, dan semacamnya. Pertanyaan yang
mudah bisa berkaitan dengan persoalan yang tidak membutuhkan banyak pemikiran;
pertanyaan yang lebih sulit mungkin memerlukan pemikiran lebih, penilaian dan
pengambilan keputusan untuk menghasilkan jawaban.
Dalam menentukan urutan pertanyaan, disarankan tidak menempatkan secara
berdekatan pertanyaan positif dan negative yang mengungkap elemen atau dimensi
konsep yang sama. Jadi bahasa dan susunan kata dalam kuesioner berfokus pada
persoalan seperti tipe dan bentuk petanyaan yang diberikan (yaitu, pertanyaan terbuka
dan tertutup, dan pertanyaan yang disusun secara positif dan negative), serta menghindari
pertanyaan yang memiliki respons ganda, ambigu, pertanyaan yang mengarahkan,
pertanyaan yang bermuatan, pertanyaan yang cenderung mengundang jawaban yang
disukai secara social, dan pertanyaan yang bergantung pada ingatan. Pertanyaan juga
sebaiknya tidak terlalu panjang. Penggunaan teknik corong membatnu responden untuk
mengisi kuesioner dengan mudah dan nyaman.

5) Klasifikasi Data dan Informasi Pribadi


Data klasifikasi juga disebut sebagai informasi pribadi atau pertanyaan demografis,
mengungkap informasi seperti usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan
penghasilan. Kecuali mutlak diperlukan, adalah perlu lebih baik untuk tidak menanyakan
nama responden. Tetapi, jika kuesioner bisa diberi nomor dihubungkan dengan nama
responden oleh peneliti, dalam sebuah dokumen tersendiri dan terpisah. Prosedur tersebut
sebaiknya dijelaskan kepada responden. Alasan penggunaan system numerical dalam
kuesioner adalah untuk memastikan anonimitas responden, sebagai antisipasi bila
kuesioner jatuh ke tangan seseorang dalam organisasi.
Jadi keputusan orang meminta informasi tersebut pada permulaan atau akhir
kuesioner sepenuhnya merupakan pilihan pribadi. Tetapi, pertanyaan yang meminta
rincian penghasilan, atau informasi lain yang sangat sensitive—jika benar-benar dianggap
perlu—paling baik ditempatkan di bagian terakhir kuesioner.

2. Prinsip Pengukuran
Sama seperti adanya pedoman yang perlu diikuti untuk memastikan bahwa susunan
kata dalam kuesioner adalah tepat untuk meminimalkan bias, demikian pula sejumlah
prinsip pengukuran yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh
adalah tepat untuk menguji hipotesis, juga diperlukan. Hal ini mengacu pada skala dan
teknik penyusunan skala yang digunakan dalam mengukur konsep, sekaligus penilaian
terhadap keandalan dan validitas ukuran yang dipakai.
Ketepatan skala yang digunakan bergantung pada jenis data yang perlu dikumpulkan.
Berbagai mekanisme penyusunan skala yang membantu kita untuk menentukan skala secara
tepat hendaknya dipergunakan sebagiamana mestinya. Bila mungkin, skala interval dan rasio
sebaiknya digunakan dalam perbandingan dengan skala nominal serta ordinal. Seteleh data
diperoleh, “ketepatan data” dinilai melalui uji validitas dan keandalan. Validitas
memperlihatkan seberapa baik sebuah teknik, instrument, atau proses mengukur suatu
konsep tertentu, dan keandalan menunjukkan seberapa stabil dan konsisten instrument
mengungkap variable. Akhirnya, data hendaknya dikumpulkan dalam cara yang
memudahkan kategorisasi dan pengodean.

3. Penampilan Umum atau “Getup” Kuesioner


Kuesioner yang menarik dan rapi dengan pendahuluan, instruksi, rangkaian pertanyaan
dan alternative jawaban yang tepat, akan memudahkan responden untuk menjawab
kuesioner tersebut.
1) Pendahuluan yang Baik
Pendahuluan yang baik yang secara jelas mengungkapkan identitas peneliti dan
menyampaikan tujuan survey, mutlak diperlukan. Penting pula untuk membangun
suatu hubungan dengan responden dan memotivasi mereka untuk menjawab
pertanyaan dalam kuesioner dengan sepenuh hati dan antusias. Bagian pendahuluan
sebaiknya diakhiri dengan ungkapan sopan santun, berupa ucapan terima kasih kepada
responden karena menyediakan waktu untuk mengisi survey.
2) Menyusun Pertanyaan, Memberi Instruksi dan Petunjuk, serta Penjajaran yang Baik
Menyusun pertanyaan secara logis dan rapi dalam bagian yang tepat dan
memberikan instruksi tentang bagaimana melengkapi item-item di setiap bagian akan
membantu responden untuk menjawabnya tanpa kesulitan. Pertanyaan juga sebaiknya
dijajarkan dengan rapi sehingga memungkinkan responden menyelesaikan tugas
membaca dan menjawab kuesioner dengan waktu dan usaha sesedikit mungkin tanpa
melelahkan mata.

3) Data pribadi
Data pribadi bisa dikelola seperti contoh berikut:
4) Informasi tentang Penghasilan dan Data Pribadi Lainnya yang Sensitif
Meskipun informasi demografis bisa diperoleh, entah pada permulaan atau di
akhir kuesioner, informasi yang bersifat sangat pribadi dan rahasia seperti penghasilan,
keadaan kesehatan, dan sebagainya, jika benar-benar dianggap perlu untuk survey,
sebaiknya ditanyakan pada akhir kuesioner, dan bukannya di awal. Selain itu,
pertanyaan tersebut sebaiknya dijustifikasi dengan menjelaskan bagaimana informasi
akan berkontribusi pada pengetahuan dan pemecahan masalah, sehingga responden
tidak menganggap hal tersebut bersifat menyelidiki atau mencampuri. Menunda
pertanyaan seperti itu hingga akhir kuesioner akan membantu mengurangi bias
responden jika mereka merasa terganggu oleh pertanyaan yang bersifat pribadi.

5) Pertanyaan Terbuka di Akhir


Kuesioner bisa memasukkan sebuah pertanyaan terbuka di akhir yang
memungkinkan responden untuk mengomentari aspek apa pun yang mereka inginkan.
Kuesioner akan diakhiri dengan ucapan terima kasih yang tulus kepada responden.
6) Menyimpulkan Kuesioner
Kuesioner sebaiknya diakhiri dengan sebuah catatan yang sopan, yang
mengingatkan responden untuk memeriksa kembali semua item yang telah diisi.
Seperti contoh berikut:

7) Tinjauan Desain Kuesioner


Prinsip-prinsip desain kuesioner berkaitan dengan bagaimana pertanyaan
disusun dan diukur, serta bagaimana keseluruhan kuesioner dikelola. Untuk
meminimalkan bias responden dan kesalahan pengukuran, semua prinsip yang dibahas
sebelumnya harus diikuti dengan teliti.
Ada beberapa cara untuk menyebarkan kuesioner. Kuesioner dapat diberikan
secara pribadi kepada responden, disisipkan dalam majalah, tabloid atau surat kabar,
disuratkan kepada responden, atau dikirimkan secara elektronik melalui e-mail—
menggunakan internet dan intranet. Tersedia pula peranti lunak untuk menyusun
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya berdasarkan respons subjek pada pertanyaan
terdahulu.

8) Pretesting Pertanyaan Terstruktur


Entah wawancara terstruktur dimana pertanyaan diberikan kepada responden
dalam urutan yang telah direncanakan sebelumnya, atau kuesioner yang digunakan
dalam sebuah survey, adalah Penting untuk menguji instrumen terlebih dahulu utk
memastikan bahwa pertanyaan dipahami oleh responden dan tidak ada masalah
dengan kata-kata atau pengukuran. Percobaan tersebut melibatkan sejumlah kecil
responden untuk menguji ketepatan pertanyaan dan pemahaman mereka. Hal tersebut
membantu untuk meralat setiap kekurangan, dalam waktu, sebelum memberikan
instrument secara lisan atau melalui kuesioner kepada responden, dan dengan
demikian dapat mengurangi bias.
DESAIN DAN SURVEI KUESIONER ELEKTRONIK
Survey kuesioner online mudah didesain dan disebarkan jika komputer mikro
dihubungkan ke jaringan komputer. Tentu saja hal tersebut hanya akan membantu jika responden
mengetahui cara menggunakan computer dan merasa nyaman merespons dengan cara terebut.
Sebuah sistem CAPPA yang memfasilitasi persiapan dan administrasi kuesioner, sangat berguna
untuk penelitian pemasaran. Sistem ini meliputi 10 program yang membuat pengguna mampu
untuk mendesain kuesioner terkomputerisasi dengan canggih.
Beberapa program dibuat untuk menyebarkan kuesioner secara elektronik. Sejauh disket
tidak mahal, menyuratkannya ke seluruh negeri bukanlah masalah. Tingkat nonresponse media
PC mungkin tidak lebih tinggi disbanding respons kuesioner surat. Dengan meningkatnya
kemampuan penggunaan computer, kita bisa berharap administrasi kuesioner elektronik akan
semakin berperan besar di masa depan. Selain itu juga ada SPSS yang mempunyai beberapa
program peranti lunak untuk tujuan penelitian, termasuk (1) SPSS Data Entry Builder, (2) SPSS
Data Entri Enterprise, (3) SPSS 11.0.
Kelebihan dan kekurangan wawancara pribadi dan tatap muka, wawancara telpon,
kuesioner yang diberikan secara pribadi, kuesioner surat, dan kuesioner yang disebarkan melalui
sistem elektronik ditabulasikan dalam Tabel 10.1.
BAGIAN III: METODE PENGUMPULAN DATA LAINNYA
1. STUDI OBSERVASI (PENGAMATAN)
Mengamati bagaimana perilaku individu terhadap rangsangan yang diberikan. Dengan
melakukan pengamatan, peneliti dapat mengetahui respon yang diberikan individu terhadap
rangsangan yang diberikan, gerakan mereka, aktivitas mereka, ekspresi wajah, ataupun emosi
lainnya. Contohnya pengamatan yang dilakukan oleh produsen mainan anak terhadap minat dan
keterlibatan anak-anak terhadap mainan yang berbeda, sehingga produsen mainan dapat
merancang ide mainan baru sesuai minat/respon yang ditunjukkan anak-anak selama
pengamatan.
Jenis keterlibatan peneliti dalam observasi dibedakan atas dua, yaitu :
a. Peneliti tidak Menjadi Peserta dalam pengaturan studi (Nonparticipan – Observer)

Peneliti tidak menjadi bagian dari sistem organisasi yang diamati. Misalnya, peneliti
ingin menngetahui bagaimana manajer menghabiskan waktunya. Peneliti tidak harus
menjadi bagian dari organisasi tersebut untuk mendapatkan data, namun harus hadir
secara fisik daan membuat studi observasi untuk waktu yang cukup lama. Peneliti dapat
mengamati semua aktivitas manajer selama beberapa hari dengan duduk disudut kantor,
kemudian mencatat temuan, dan mentabulasinya, sehingga didapatlah sebuah generalisasi
tentang kebiasaan manajer menghabiskan waktunya.

b. Peneliti Menjadi Peserta dalam pengaturan studi (Participant –Observer)

Peneliti menjadi bagian atau memasuki organisasi atau setting penelitian, dan menjadi
bagian dari tim kerja. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari dinamika
kelompok dalam organisasi kerja, maka ia dapat bergabung dengan organisasi sebagai
karyawan dan mengamati dinamika dalam kelompok selama menjadi bagian dari
organisasi kerja dan kelompok kerja. Banyak penelitian antropologis dilakukan dengan
cara ini, di mana peneliti menjadi bagian dari budaya asing, yang mereka tertarik untuk
mempelajari secara mendalam.

Studi Observasi Terstruktur versus Tidak Terstruktur


a. Studi Observasi Terstruktur

pengamat memiliki seperangkat kategori kegiatan atau fenomena yang direncanakan


untuk dipelajari. Format untuk merekam pengamatan dapat dirancang dan disesuaikan
secara khusus untuk setiap penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian itu. Biasanya,
hal-hal yang berkaitan dengan fitur yang menarik, seperti durasi dan frekuensi acara, serta
kegiatan tertentu yang mendahului dan mengikutinya, dicatat. Kondisi lingkungan dan
setiap perubahan dalam pengaturan juga dicatat, jika dianggap relevan. Perilaku aktor
yang relevan dengan tugas, emosi yang dirasakan, komunikasi verbal dan nonverbal, dan
semacamnya, dicatat. Pengamatan yang dicatat dalam lembar kerja atau catatan lapangan
kemudian dianalisis secara sistematis, dengan kesimpulan pribadi minimal yang dibuat
oleh peneliti. Kategori kemudian dapat dikembangkan untuk analisis lebih lanjut.

b. Studi Observasi Tidak Terstruktur

Pada awal penelitian, mungkin saja pengamat tidak memiliki gagasan yang pasti tentang
aspek-aspek tertentu yang memerlukan fokus. pengamat akan merekam hampir semua
yang diamati. Studi semacam itu akan menjadi studi observasional tidak terstruktur. Studi
observasional tidak terstruktur diklaim sebagai ciri khas penelitian kualitatif. Peneliti
mungkin memiliki serangkaian hipotesis tentatif yang mungkin berfungsi sebagai
panduan tentang siapa, kapan, di mana, dan bagaimana individu akan mengamati. Setelah
informasi yang dibutuhkan diamati dan dicatat selama periode waktu tertentu, pola dapat
dilacak, dan penemuan induktif kemudian dapat membuka jalan untuk pembangunan
teori dan pengujian hipotesis berikutnya.

Keuntungan dan Kelemahan Studi Observasional

Keuntungan studi observasi, yaitu :

1) Data yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan bebas dari bias responden.
2) Lebih mudah untuk mencatat efek pengaruh lingkungan pada hasil tertentu.
Misalnya, cuaca hari dalam seminggu (panas, dingin, hujan); penjualan produk, pola lalu
lintas, ketidakhadiran, dan sejenisnya, dapat dicatat dan pola yang bermakna mungkin
muncul dari jenis data ini.
3) Lebih mudah untuk mengamati kelompok individu tertentu
Misalnya, anak-anak yang sangat kecil dan eksekutif perusahaan yang sangat sibuk, yang
dari kelompok tersebut akan diketahui dari siapa yang mungkin sulit untuk memperoleh
informasi.

Kelemahan studi observasi, yaitu :

1) Pengamat harus hadir secara fisik dilokasi objek pengamatan (kecuali kamera atau sistem
mekanis lain dapat menangkap peristiwa yang menarik), seringkali untuk jangka waktu
yang lama.
2) Pengumpulan data lambat, tetapi juga membosankan dan mahal.
3) Periode pengamatan yang lama, sehingga pengamat mudah kelelahan/bosan, dan
cenderung membiaskan data yang direkam.
4) Meskipun suasana hati, perasaan, dan sikap dapat ditebak dengan mengamati ekspresi
wajah dan perilaku nonverbal lainnya, proses berpikir kognitif individu tidak dapat
ditangkap.
5) Pengamat harus dilatih tentang apa dan bagaimana mengamati, dan cara-cara untuk
menghindari bias pengamat

Bias dalam Studi Observasi

Data yang diamati dari sudut pandang peneliti cenderung rentan terhadap bias
pengamat.Ada kemungkinan kesalahan perekaman, kesalahan dalam menafsirkan aktivitas,
perilaku, peristiwa, dan isyarat nonverbal. Pengamatan kejadian dalam periode waktu yang lama,
dapat membuat pengamat merasa bosan dan menimbulkan bias dalam pencatatan pengamatan.
Untuk meminimalkan bias pengamat, pengamat biasanya diberikan pelatihan tentang cara
mengamati dan apa yang harus direkam.

Bias responden juga dapat menjadi ancaman terhadap validitas hasil studi
observasional,karena mereka yang diamati dapat berperilaku berbeda selama periode studi,
terutama jika observasi terbatas pada periode waktu yang singkat. Namun, dalam studi dengan
durasi yang lebih lama, karyawan menjadi lebih santai saat studi berlangsung dan cenderung
berperilaku normal. Untuk alasan ini, peneliti yang melakukan studi observasional mengabaikan
data yang direkam dalam beberapa hari pertama, jika tampaknya sangat berbeda dari apa yang
diamati kemudian.

2. PENGUMPULAN DATA MELALUI OBSERVASI MEKANIK

Pengumpulan data menggunakan mesin dapat menyediakan data dengan merekam


peristiwa yang menarik saat terjadi, tanpa kehadiran peneliti secara fisik. Film dan alat perekam
elektronik seperti kamera video juga dapat digunakan untuk merekam data. Data yang diamati
secara mekanis seperti itu bebas dari kesalahan. Misalnya untuk mencatat berapa banyak
individu yang menggunakan fasilitas atau mengunjungi situs web.

3. METODE PSYCHOLOGI

Gagasan di balik penelitian motivasi adalah bahwa "emosionalitas". Emosi adalah


motivator tindakan yang kuat, dan pengetahuan tentang apa yang memotivasi individu untuk
bertindak sangat berguna. Emosionalitas jelas berada pada tingkat non-rasional, bawah sadar,
untuk diketahui hanya dengan teknik proyektif saja.

Ide-ide dan pemikiran-pemikiran tertentu yang tidak dapat dengan mudah diungkapkan atau
yang tetap berada pada tingkat bawah sadar dalam benak responden biasanya dapat diangkat ke
permukaan melalui penelitian motivasi. Teknik umum untuk mengumpulkan data tersebut adalah
asosiasi kata, penyelesaian kalimat, tes apersepsi tematik (TAT), tes noda tinta, dan sejenisnya.

Teknik asosiasi kata, seperti meminta responden untuk mengasosiasikan sebuah kata yang
diberikan dengan cepat. Jawabannya akan menjadi indikasi tentang apa arti kata tersebut bagi
individu. Tes Apersepsi Tematik (TAT) meminta responden untuk membuat cerita dari gambar
yang ditampilkan, untuk mengetahui karakteristik kepribadian karyawan.Tes noda tinta,
menggunakan noda tinta berwarna yang ditafsirkan oleh responden, yang menjelaskan apa yang
mereka lihat dalam berbagai pola dan warna, untuk mengetahui sikap dan perasaan yang sulit
diperoleh. Namun, tes tersebut tidak dapat digunakan oleh peneliti yang tidak terlatih untuk
melakukan penelitian motivasi.

4. PENGUMPULAN DATA MULTIMETHOD

Hampir semua metode pengumpulan data memiliki beberapa bias yang terkait
dengannya, pengumpulan data melalui multimetode dan dari berbagai sumber memerlukan
ketelitian untuk penelitian. Jika pertanyaan yang sama mendapatkan jawaban yang tidak sesuai
dalam kuesioner dan selama wawancara, maka suasana ketidakpastian muncul dan kita
cenderung mengabaikan kedua data tersebut karena bias.

Misalnya, jika seorang karyawan menilai kinerjanya sebagai 4 pada skala 5 poin, dan
atasannya memberinya peringkat yang sama, kita mungkin cenderung menganggapnya sebagai
pekerja yang lebih baik daripada rata-rata. Sebaliknya, jika dia memberi dirinya nilai 5 pada
skala 5 poin dan atasannya memberinya peringkat 2, maka kita tidak akan tahu sejauh mana ada
bias dan dari sumber mana.

Oleh karena itu, korelasi yang tinggi antara data yang diperoleh pada variabel yang sama
dari sumber yang berbeda dan melalui metode pengumpulan data yang berbeda memberikan
kredibilitas lebih pada instrumen penelitian dan data yang diperoleh melalui instrumen tersebut.
Penelitian yang baik memerlukan pengumpulan data dari berbagai sumber dan melalui berbagai
metode pengumpulan data. Penelitian semacam itu, bagaimanapun, akan lebih mahal dan
memakan waktu.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI BERBAGAI METODE PENGUMPULAN


DATA DAN KAPAN MENGGUNAKAN MASING-MASINGNYA.

1. Wawancara tatap muka

Keuntungan metode wawancara tatap muka antara lain : menyediakan data yang kaya,
menawarkan kesempatan untuk membangun hubungan dengan orang yang diwawancarai,
dan membantu untuk mengeksplorasi dan memahami masalah yang kompleks. Banyak ide
yang biasanya sulit untuk diartikulasikan juga dapat muncul ke permukaan.

Di sisi negatif, wawancara tatap muka berpotensi menimbulkan bias pewawancara dan bisa
mahal jika melibatkan banyak subjek. Ketika beberapa pewawancara diperlukan, pelatihan
yang memadai menjadi langkah pertama yang diperlukan. Wawancara tatap muka paling
cocok pada tahap penelitian eksplorasi ketika peneliti mencoba untuk mendapatkan
pegangan pada konsep atau faktor situasional.
2. Wawancara telepon

Ini adalah cara yang efisien untuk mengumpulkan data ketika seseorang memiliki
pertanyaan spesifik untuk ditanyakan, membutuhkan tanggapan dengan cepat, dan
sampelnya tersebar di wilayah geografis yang luas.

Di sisi negatif, pewawancara tidak dapat mengamati tanggapan nonverbal responden, dan
orang yang diwawancarai dapat memblokir panggilan. Wawancara telepon paling cocok
untuk mengajukan pertanyaan terstruktur di mana tanggapan perlu diperoleh dengan cepat
dari sampel yang tersebar secara geografis.

3. Memberikan kuesioner Secara pribadi untuk kelompok individu

Metode ini dapat membangun hubungan dengan responden saat memperkenalkan survei,
memberikan klarifikasi yang dicari oleh responden di tempat, mengumpulkan kuesioner
segera setelah diisi. Sisi negatifnya, menyelenggarakan kuesioner secara pribadi itu mahal,
terutama jika sampelnya tersebar secara geografis. Kuesioner yang dikelola secara pribadi
paling cocok ketika data dikumpulkan dari organisasi yang terletak berdekatan satu sama
lain dan kelompok responden dapat dengan mudah dikumpulkan di ruang konferensi
perusahaan.

4. Kuesioner email

Menguntungkan bila jawaban atas banyak pertanyaan harus diperoleh dari sampel yang
tersebar secara geografis, atau sulit atau tidak mungkin melakukan wawancara telepon
tanpa banyak biaya. Sisi negatifnya, kuesioner yang dikirimkan biasanya memiliki tingkat
respons yang rendah dan orang tidak dapat memastikan apakah data yang diperoleh bias
karena nonresponden mungkin berbeda dari mereka yang merespons. Survei kuesioner
yang dikirim paling cocok (dan mungkin satu-satunya alternatif yang terbuka bagi peneliti)
ketika informasi harus diperoleh dalam skala besar melalui pertanyaan terstruktur, dengan
biaya yang masuk akal, dari sampel yang tersebar luas secara geografis.

5. Studi observasional

Studi observasional ini membantu untuk memahami masalah yang kompleks melalui
pengamatan langsung, jika mungkin, mengajukan pertanyaan untuk mencari klarifikasi
tentang isu-isu tertentu. Data yang diperoleh kaya dan tidak terkontaminasi oleh bias
laporan diri. Di sisi negatif, metode ini mahal, karena periode pengamatan yang lama
diperlukan, dan bias pengamat mungkin ada dalam data. Karena biaya yang terlibat, sangat
sedikit studi observasional yang dilakukan dalam bisnis. Studi observasional paling cocok
untuk penelitian yang membutuhkan data deskriptif.

DIMENSI SURVEI INTERNASIONAL.

Dengan globalisasi operasi bisnis, manajer sering perlu membandingkan efektivitas bisnis anak
perusahaan mereka diberbagai negara. Para peneliti yang terlibat dalam penelitian lintas budaya
juga berusaha untuk melacak persamaan dan perbedaan dalam tanggapan perilaku dan sikap
karyawan di berbagai tingkatan dalam budaya yang berbeda. Ketika data dikumpulkan melalui
kuesioner dan atau melalui wawancara, orang harus memperhatikan alat ukur dan bagaimana
data dikumpulkan. Survei juga harus disesuaikan dengan budaya yang berbeda.

ISU KHUSUS DALAM INSTRUMENTASI UNTUK PENELITIAN LINTAS BUDAYA.

Isu-isu khusus tertentu perlu ditangani saat merancang instrumen untuk mengumpulkan data dari
berbagai negara. Karena bahasa yang berbeda digunakan dinegara yang berbeda, penting untuk
memastikan bahwa terjemahan instrumen ke bahasa lokal cocok secara akurat dengan bahasa
aslinya. memastikan kesetaraan kosakata (yaitu, bahwa kata-kata yang digunakan memiliki arti
yang sama). Kesetaraan konseptual, dimana arti kata-kata tertentu bisa berbeda dalam budaya
yang berbeda, adalah masalah lain yang harus diperhatikan.

MASALAH DALAM PENGUMPULAN DATA

Tiga isu penting untuk pengumpulan data lintas budaya, yaitu: kesetaraan respons, waktu
pengumpulan data, dan status individu yang mengumpulkan data (ketika orang asing datang
untuk mengumpulkan data, tanggapannya mungkin bias karena takut menggambarkan negara itu
kepada "orang asing"). Peneliti harus peka terhadap nuansa budaya ini saat terlibat dalam
penelitian lintas budaya. Berkolaborasi dengan peneliti lokal perlu dilakukan saat
mengembangkan dan mengelola instrumen penelitian, terutama jika bahasa dan kebiasaan
responden berbeda dengan bahasa dan kebiasaan peneliti.
KEUNTUNGAN MANAJERIAL

Seorang manajer mungkin akan melibatkan konsultan untuk melakukan penelitian dan mungkin
tidak mengumpulkan data sendiri melalui wawancara, kuesioner, atau observasi. Namun, selama
kasus tersebut, ketika manajer terpaksa harus memperoleh informasi terkait pekerjaan melalui
wawancara dengan klien, karyawan, atau orang lain, manajer akan tahu bagaimana menyusun
pertanyaan yang tidak bias.

Sebagai sponsor penelitian, akan dapat memutuskan pada tingkat kecanggihan apa yang Anda
inginkan untuk mengumpulkan data, berdasarkan kompleksitas dan tingkat keparahan situasi.
Selain itu, sebagai manajer harus dapat membedakan antara pertanyaan baik dan buruk yang
digunakan dalam survei dengan kepekaan terhadap variasi budaya, tidak hanya dalam penskalaan
tetapi juga dalam mengembangkan seluruh instrumen survei, dan metode dalam mengumpulkan
data.

ETIKA DALAM PENGUMPULAN DATA

Penelitian dilakukan untuk tujuan organisasi yang lebih baik, dan bukan untuk alasan
mementingkan diri sendiri lainnya. Peneliti harus menghormati kerahasiaan data yang diperoleh,
sponsor penelitian tidak meminta tanggapan individu atau kelompok untuk diungkapkan kepada
mereka, atau meminta untuk melihat kuesioner. Mereka harus berpikiran terbuka dalam
menerima hasil dan rekomendasi dalam laporan yang disajikan oleh peneliti.

Etika Peneliti

1) Memperlakukan informasi yang diberikan oleh responden sebagai sangat rahasia dan
menjaga privasinya adalah salah satu tanggung jawab utama peneliti.
2) Tujuan penelitian harus dijelaskan kepada responden. Peneliti tidak boleh salah
menggambarkan sifat penelitian kepada responden/subjek, terutama dalam eksperimen
laboratorium.
3) Informasi pribadi atau yang tampaknya mengganggu tidak boleh diminta, dan jika benar-
benar diperlukan untuk proyek, informasi itu harus disadap dengan kepekaan tinggi
kepada responden, dengan menawarkan alasan khusus untuk itu.
4) Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri subjek tidak boleh dilanggar.
5) Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk menanggapi survei dan jika seseorang tidak ingin
memanfaatkan kesempatan untuk berpartisipasi, keinginan individu tersebut harus
dihormati. Ini berlaku bahkan ketika data dikumpulkan melalui cara mekanis, seperti
merekam wawancara, merekam video, dan sejenisnya.
6) Pengamat nonpartisipan harus sebisa mungkin tidak mengganggu.
7) Memerhatikan keselamatan responden. Responden tidak boleh dihadapkan pada situasi di
mana mereka dapat mengalami cedera fisik atau mental.
8) Tidak boleh ada kekeliruan atau distorsi dalam pelaporan data yang dikumpulkan selama
penelitian.

Perilaku Etis Responden

1. Subjek/Responden yang telah setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian, harus bekerja
sama sepenuhnya dalam tugas-tugas ke depan, seperti menanggapi survei atau
mengambil bagian dalam percobaan.

2. Responden juga memiliki kewajiban untuk jujur dalam memberikan tanggapan.


Penyajian yang salah atau memberikan informasi yang tidak benar, harus dihindari.

Anda mungkin juga menyukai