2. Kuesioner Surat
Kelebihan utama kuesioner surat (mail questionnaires) adalah bahwa daerah
geografis yang luas dapat dicakup dalam survey. Kuesioner tersebut dapat dikirimkan
melalui surat kepada responden, sehingga mereka dapat mengisinya dengan nyaman di
rumah mereka, tanpa “diburu” waktu. Tetapi tingkat pengembalian kuesioner surat
biasanya rendah, tingkat respons 30% dianggap bisa diterima.
Kekurangan lain dari kuesioner surat adalah bahwa keraguan apa pun yang
responden miliki tidak dapat diklarifikasi. Tetapi, beberapa teknik yang efektif dapat
diterapkan untuk meningkatkan tingkat respons pada kuesioner surat. Diantaranya,
mengirim surat tindak lanjut, melampirkan sejumlah kecil uang sebagai insentif pada
kuesioner, memberikan kepada responden amplop pengembalian lengkap dengan prangko
dan alamat, dan membuat kuesioner tetap singkat.
d) Pertanyaan Ambigu
Bahkan pertanyaan yang tidak memiliki respons ganda mungkin disusun secara
ambigu dan responden menjadi tidak yakin apa arti pertanyaan yang sesungguhnya.
Contohnya seperti “seberapa besar menurut anda kebahagiaan anda?” Responden
mungkin kesulitan untuk memutuskan apakah pertanyaan tersebut mengacu pada
keadaan perasaan mereka di tempat kerja, di rumah atau secara umum. Karena itu
adalah survey organisasi, ia bisa menduga bahwa pertanyaan mengacu pada tempat
kerja. Tetapi, peneliti mungkin bermaksud untuk menyelidiki secara umum tingkat
kepuasan yang orang alami dalam kehidupan sehari-hari—perasaan sangat global
yang tidak hanya khusus di tempat kerja. Jadi, respons atas pertanyaan ambigu
menimbulkan bias karena responden yang berbeda mungkin mengartikan item dalam
kuesioner tersebut secara berbeda. Hasilnya akan berupa campuran kumpulan
respons ambigu yang tidak secara akurat memberikan jawaban yang tepat pada
pertanyaan.
i) Panjang Pertanyaan
Pertanyaan yang sederhana dan singkat lebih disukai daripada yang panjang.
Sebagai ukuran, pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner sebaiknya tidak
melebihi 20 kata, atau melebihi satu baris penuh dalam cetakan (Hors, 1968;
Oppenheim, 1986).
4) Urutan Pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya membawa responden dari pertanyaan
yang bersifat lebih umum ke pertanyaan spesifik, dan dari pertanyaan yang relative
mudah ke pertanyaan yang semakin sulit dijawab. Pendekatan corong (funnel approach)
ini, demikian sebutannya (Festinger & Katz, 1966), mempermudah dan memperlancar
responden untuk mengisi item kuesioner. Pergeseran dari pertanyaan umum ke khusus
bisa berarti bahwa responden pertama-tama diberi pertanyaan bersifat global yang
berkaitan dengan organisasi, dan kemudian diberi pertanyaan lebih tajam yang
berhubungan dengan pekerjaan spesifik, departemen, dan semacamnya. Pertanyaan yang
mudah bisa berkaitan dengan persoalan yang tidak membutuhkan banyak pemikiran;
pertanyaan yang lebih sulit mungkin memerlukan pemikiran lebih, penilaian dan
pengambilan keputusan untuk menghasilkan jawaban.
Dalam menentukan urutan pertanyaan, disarankan tidak menempatkan secara
berdekatan pertanyaan positif dan negative yang mengungkap elemen atau dimensi
konsep yang sama. Jadi bahasa dan susunan kata dalam kuesioner berfokus pada
persoalan seperti tipe dan bentuk petanyaan yang diberikan (yaitu, pertanyaan terbuka
dan tertutup, dan pertanyaan yang disusun secara positif dan negative), serta menghindari
pertanyaan yang memiliki respons ganda, ambigu, pertanyaan yang mengarahkan,
pertanyaan yang bermuatan, pertanyaan yang cenderung mengundang jawaban yang
disukai secara social, dan pertanyaan yang bergantung pada ingatan. Pertanyaan juga
sebaiknya tidak terlalu panjang. Penggunaan teknik corong membatnu responden untuk
mengisi kuesioner dengan mudah dan nyaman.
2. Prinsip Pengukuran
Sama seperti adanya pedoman yang perlu diikuti untuk memastikan bahwa susunan
kata dalam kuesioner adalah tepat untuk meminimalkan bias, demikian pula sejumlah
prinsip pengukuran yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh
adalah tepat untuk menguji hipotesis, juga diperlukan. Hal ini mengacu pada skala dan
teknik penyusunan skala yang digunakan dalam mengukur konsep, sekaligus penilaian
terhadap keandalan dan validitas ukuran yang dipakai.
Ketepatan skala yang digunakan bergantung pada jenis data yang perlu dikumpulkan.
Berbagai mekanisme penyusunan skala yang membantu kita untuk menentukan skala secara
tepat hendaknya dipergunakan sebagiamana mestinya. Bila mungkin, skala interval dan rasio
sebaiknya digunakan dalam perbandingan dengan skala nominal serta ordinal. Seteleh data
diperoleh, “ketepatan data” dinilai melalui uji validitas dan keandalan. Validitas
memperlihatkan seberapa baik sebuah teknik, instrument, atau proses mengukur suatu
konsep tertentu, dan keandalan menunjukkan seberapa stabil dan konsisten instrument
mengungkap variable. Akhirnya, data hendaknya dikumpulkan dalam cara yang
memudahkan kategorisasi dan pengodean.
3) Data pribadi
Data pribadi bisa dikelola seperti contoh berikut:
4) Informasi tentang Penghasilan dan Data Pribadi Lainnya yang Sensitif
Meskipun informasi demografis bisa diperoleh, entah pada permulaan atau di
akhir kuesioner, informasi yang bersifat sangat pribadi dan rahasia seperti penghasilan,
keadaan kesehatan, dan sebagainya, jika benar-benar dianggap perlu untuk survey,
sebaiknya ditanyakan pada akhir kuesioner, dan bukannya di awal. Selain itu,
pertanyaan tersebut sebaiknya dijustifikasi dengan menjelaskan bagaimana informasi
akan berkontribusi pada pengetahuan dan pemecahan masalah, sehingga responden
tidak menganggap hal tersebut bersifat menyelidiki atau mencampuri. Menunda
pertanyaan seperti itu hingga akhir kuesioner akan membantu mengurangi bias
responden jika mereka merasa terganggu oleh pertanyaan yang bersifat pribadi.
Peneliti tidak menjadi bagian dari sistem organisasi yang diamati. Misalnya, peneliti
ingin menngetahui bagaimana manajer menghabiskan waktunya. Peneliti tidak harus
menjadi bagian dari organisasi tersebut untuk mendapatkan data, namun harus hadir
secara fisik daan membuat studi observasi untuk waktu yang cukup lama. Peneliti dapat
mengamati semua aktivitas manajer selama beberapa hari dengan duduk disudut kantor,
kemudian mencatat temuan, dan mentabulasinya, sehingga didapatlah sebuah generalisasi
tentang kebiasaan manajer menghabiskan waktunya.
Peneliti menjadi bagian atau memasuki organisasi atau setting penelitian, dan menjadi
bagian dari tim kerja. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari dinamika
kelompok dalam organisasi kerja, maka ia dapat bergabung dengan organisasi sebagai
karyawan dan mengamati dinamika dalam kelompok selama menjadi bagian dari
organisasi kerja dan kelompok kerja. Banyak penelitian antropologis dilakukan dengan
cara ini, di mana peneliti menjadi bagian dari budaya asing, yang mereka tertarik untuk
mempelajari secara mendalam.
Pada awal penelitian, mungkin saja pengamat tidak memiliki gagasan yang pasti tentang
aspek-aspek tertentu yang memerlukan fokus. pengamat akan merekam hampir semua
yang diamati. Studi semacam itu akan menjadi studi observasional tidak terstruktur. Studi
observasional tidak terstruktur diklaim sebagai ciri khas penelitian kualitatif. Peneliti
mungkin memiliki serangkaian hipotesis tentatif yang mungkin berfungsi sebagai
panduan tentang siapa, kapan, di mana, dan bagaimana individu akan mengamati. Setelah
informasi yang dibutuhkan diamati dan dicatat selama periode waktu tertentu, pola dapat
dilacak, dan penemuan induktif kemudian dapat membuka jalan untuk pembangunan
teori dan pengujian hipotesis berikutnya.
1) Data yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan bebas dari bias responden.
2) Lebih mudah untuk mencatat efek pengaruh lingkungan pada hasil tertentu.
Misalnya, cuaca hari dalam seminggu (panas, dingin, hujan); penjualan produk, pola lalu
lintas, ketidakhadiran, dan sejenisnya, dapat dicatat dan pola yang bermakna mungkin
muncul dari jenis data ini.
3) Lebih mudah untuk mengamati kelompok individu tertentu
Misalnya, anak-anak yang sangat kecil dan eksekutif perusahaan yang sangat sibuk, yang
dari kelompok tersebut akan diketahui dari siapa yang mungkin sulit untuk memperoleh
informasi.
1) Pengamat harus hadir secara fisik dilokasi objek pengamatan (kecuali kamera atau sistem
mekanis lain dapat menangkap peristiwa yang menarik), seringkali untuk jangka waktu
yang lama.
2) Pengumpulan data lambat, tetapi juga membosankan dan mahal.
3) Periode pengamatan yang lama, sehingga pengamat mudah kelelahan/bosan, dan
cenderung membiaskan data yang direkam.
4) Meskipun suasana hati, perasaan, dan sikap dapat ditebak dengan mengamati ekspresi
wajah dan perilaku nonverbal lainnya, proses berpikir kognitif individu tidak dapat
ditangkap.
5) Pengamat harus dilatih tentang apa dan bagaimana mengamati, dan cara-cara untuk
menghindari bias pengamat
Data yang diamati dari sudut pandang peneliti cenderung rentan terhadap bias
pengamat.Ada kemungkinan kesalahan perekaman, kesalahan dalam menafsirkan aktivitas,
perilaku, peristiwa, dan isyarat nonverbal. Pengamatan kejadian dalam periode waktu yang lama,
dapat membuat pengamat merasa bosan dan menimbulkan bias dalam pencatatan pengamatan.
Untuk meminimalkan bias pengamat, pengamat biasanya diberikan pelatihan tentang cara
mengamati dan apa yang harus direkam.
Bias responden juga dapat menjadi ancaman terhadap validitas hasil studi
observasional,karena mereka yang diamati dapat berperilaku berbeda selama periode studi,
terutama jika observasi terbatas pada periode waktu yang singkat. Namun, dalam studi dengan
durasi yang lebih lama, karyawan menjadi lebih santai saat studi berlangsung dan cenderung
berperilaku normal. Untuk alasan ini, peneliti yang melakukan studi observasional mengabaikan
data yang direkam dalam beberapa hari pertama, jika tampaknya sangat berbeda dari apa yang
diamati kemudian.
3. METODE PSYCHOLOGI
Ide-ide dan pemikiran-pemikiran tertentu yang tidak dapat dengan mudah diungkapkan atau
yang tetap berada pada tingkat bawah sadar dalam benak responden biasanya dapat diangkat ke
permukaan melalui penelitian motivasi. Teknik umum untuk mengumpulkan data tersebut adalah
asosiasi kata, penyelesaian kalimat, tes apersepsi tematik (TAT), tes noda tinta, dan sejenisnya.
Teknik asosiasi kata, seperti meminta responden untuk mengasosiasikan sebuah kata yang
diberikan dengan cepat. Jawabannya akan menjadi indikasi tentang apa arti kata tersebut bagi
individu. Tes Apersepsi Tematik (TAT) meminta responden untuk membuat cerita dari gambar
yang ditampilkan, untuk mengetahui karakteristik kepribadian karyawan.Tes noda tinta,
menggunakan noda tinta berwarna yang ditafsirkan oleh responden, yang menjelaskan apa yang
mereka lihat dalam berbagai pola dan warna, untuk mengetahui sikap dan perasaan yang sulit
diperoleh. Namun, tes tersebut tidak dapat digunakan oleh peneliti yang tidak terlatih untuk
melakukan penelitian motivasi.
Hampir semua metode pengumpulan data memiliki beberapa bias yang terkait
dengannya, pengumpulan data melalui multimetode dan dari berbagai sumber memerlukan
ketelitian untuk penelitian. Jika pertanyaan yang sama mendapatkan jawaban yang tidak sesuai
dalam kuesioner dan selama wawancara, maka suasana ketidakpastian muncul dan kita
cenderung mengabaikan kedua data tersebut karena bias.
Misalnya, jika seorang karyawan menilai kinerjanya sebagai 4 pada skala 5 poin, dan
atasannya memberinya peringkat yang sama, kita mungkin cenderung menganggapnya sebagai
pekerja yang lebih baik daripada rata-rata. Sebaliknya, jika dia memberi dirinya nilai 5 pada
skala 5 poin dan atasannya memberinya peringkat 2, maka kita tidak akan tahu sejauh mana ada
bias dan dari sumber mana.
Oleh karena itu, korelasi yang tinggi antara data yang diperoleh pada variabel yang sama
dari sumber yang berbeda dan melalui metode pengumpulan data yang berbeda memberikan
kredibilitas lebih pada instrumen penelitian dan data yang diperoleh melalui instrumen tersebut.
Penelitian yang baik memerlukan pengumpulan data dari berbagai sumber dan melalui berbagai
metode pengumpulan data. Penelitian semacam itu, bagaimanapun, akan lebih mahal dan
memakan waktu.
Keuntungan metode wawancara tatap muka antara lain : menyediakan data yang kaya,
menawarkan kesempatan untuk membangun hubungan dengan orang yang diwawancarai,
dan membantu untuk mengeksplorasi dan memahami masalah yang kompleks. Banyak ide
yang biasanya sulit untuk diartikulasikan juga dapat muncul ke permukaan.
Di sisi negatif, wawancara tatap muka berpotensi menimbulkan bias pewawancara dan bisa
mahal jika melibatkan banyak subjek. Ketika beberapa pewawancara diperlukan, pelatihan
yang memadai menjadi langkah pertama yang diperlukan. Wawancara tatap muka paling
cocok pada tahap penelitian eksplorasi ketika peneliti mencoba untuk mendapatkan
pegangan pada konsep atau faktor situasional.
2. Wawancara telepon
Ini adalah cara yang efisien untuk mengumpulkan data ketika seseorang memiliki
pertanyaan spesifik untuk ditanyakan, membutuhkan tanggapan dengan cepat, dan
sampelnya tersebar di wilayah geografis yang luas.
Di sisi negatif, pewawancara tidak dapat mengamati tanggapan nonverbal responden, dan
orang yang diwawancarai dapat memblokir panggilan. Wawancara telepon paling cocok
untuk mengajukan pertanyaan terstruktur di mana tanggapan perlu diperoleh dengan cepat
dari sampel yang tersebar secara geografis.
Metode ini dapat membangun hubungan dengan responden saat memperkenalkan survei,
memberikan klarifikasi yang dicari oleh responden di tempat, mengumpulkan kuesioner
segera setelah diisi. Sisi negatifnya, menyelenggarakan kuesioner secara pribadi itu mahal,
terutama jika sampelnya tersebar secara geografis. Kuesioner yang dikelola secara pribadi
paling cocok ketika data dikumpulkan dari organisasi yang terletak berdekatan satu sama
lain dan kelompok responden dapat dengan mudah dikumpulkan di ruang konferensi
perusahaan.
4. Kuesioner email
Menguntungkan bila jawaban atas banyak pertanyaan harus diperoleh dari sampel yang
tersebar secara geografis, atau sulit atau tidak mungkin melakukan wawancara telepon
tanpa banyak biaya. Sisi negatifnya, kuesioner yang dikirimkan biasanya memiliki tingkat
respons yang rendah dan orang tidak dapat memastikan apakah data yang diperoleh bias
karena nonresponden mungkin berbeda dari mereka yang merespons. Survei kuesioner
yang dikirim paling cocok (dan mungkin satu-satunya alternatif yang terbuka bagi peneliti)
ketika informasi harus diperoleh dalam skala besar melalui pertanyaan terstruktur, dengan
biaya yang masuk akal, dari sampel yang tersebar luas secara geografis.
5. Studi observasional
Studi observasional ini membantu untuk memahami masalah yang kompleks melalui
pengamatan langsung, jika mungkin, mengajukan pertanyaan untuk mencari klarifikasi
tentang isu-isu tertentu. Data yang diperoleh kaya dan tidak terkontaminasi oleh bias
laporan diri. Di sisi negatif, metode ini mahal, karena periode pengamatan yang lama
diperlukan, dan bias pengamat mungkin ada dalam data. Karena biaya yang terlibat, sangat
sedikit studi observasional yang dilakukan dalam bisnis. Studi observasional paling cocok
untuk penelitian yang membutuhkan data deskriptif.
Dengan globalisasi operasi bisnis, manajer sering perlu membandingkan efektivitas bisnis anak
perusahaan mereka diberbagai negara. Para peneliti yang terlibat dalam penelitian lintas budaya
juga berusaha untuk melacak persamaan dan perbedaan dalam tanggapan perilaku dan sikap
karyawan di berbagai tingkatan dalam budaya yang berbeda. Ketika data dikumpulkan melalui
kuesioner dan atau melalui wawancara, orang harus memperhatikan alat ukur dan bagaimana
data dikumpulkan. Survei juga harus disesuaikan dengan budaya yang berbeda.
Isu-isu khusus tertentu perlu ditangani saat merancang instrumen untuk mengumpulkan data dari
berbagai negara. Karena bahasa yang berbeda digunakan dinegara yang berbeda, penting untuk
memastikan bahwa terjemahan instrumen ke bahasa lokal cocok secara akurat dengan bahasa
aslinya. memastikan kesetaraan kosakata (yaitu, bahwa kata-kata yang digunakan memiliki arti
yang sama). Kesetaraan konseptual, dimana arti kata-kata tertentu bisa berbeda dalam budaya
yang berbeda, adalah masalah lain yang harus diperhatikan.
Tiga isu penting untuk pengumpulan data lintas budaya, yaitu: kesetaraan respons, waktu
pengumpulan data, dan status individu yang mengumpulkan data (ketika orang asing datang
untuk mengumpulkan data, tanggapannya mungkin bias karena takut menggambarkan negara itu
kepada "orang asing"). Peneliti harus peka terhadap nuansa budaya ini saat terlibat dalam
penelitian lintas budaya. Berkolaborasi dengan peneliti lokal perlu dilakukan saat
mengembangkan dan mengelola instrumen penelitian, terutama jika bahasa dan kebiasaan
responden berbeda dengan bahasa dan kebiasaan peneliti.
KEUNTUNGAN MANAJERIAL
Seorang manajer mungkin akan melibatkan konsultan untuk melakukan penelitian dan mungkin
tidak mengumpulkan data sendiri melalui wawancara, kuesioner, atau observasi. Namun, selama
kasus tersebut, ketika manajer terpaksa harus memperoleh informasi terkait pekerjaan melalui
wawancara dengan klien, karyawan, atau orang lain, manajer akan tahu bagaimana menyusun
pertanyaan yang tidak bias.
Sebagai sponsor penelitian, akan dapat memutuskan pada tingkat kecanggihan apa yang Anda
inginkan untuk mengumpulkan data, berdasarkan kompleksitas dan tingkat keparahan situasi.
Selain itu, sebagai manajer harus dapat membedakan antara pertanyaan baik dan buruk yang
digunakan dalam survei dengan kepekaan terhadap variasi budaya, tidak hanya dalam penskalaan
tetapi juga dalam mengembangkan seluruh instrumen survei, dan metode dalam mengumpulkan
data.
Penelitian dilakukan untuk tujuan organisasi yang lebih baik, dan bukan untuk alasan
mementingkan diri sendiri lainnya. Peneliti harus menghormati kerahasiaan data yang diperoleh,
sponsor penelitian tidak meminta tanggapan individu atau kelompok untuk diungkapkan kepada
mereka, atau meminta untuk melihat kuesioner. Mereka harus berpikiran terbuka dalam
menerima hasil dan rekomendasi dalam laporan yang disajikan oleh peneliti.
Etika Peneliti
1) Memperlakukan informasi yang diberikan oleh responden sebagai sangat rahasia dan
menjaga privasinya adalah salah satu tanggung jawab utama peneliti.
2) Tujuan penelitian harus dijelaskan kepada responden. Peneliti tidak boleh salah
menggambarkan sifat penelitian kepada responden/subjek, terutama dalam eksperimen
laboratorium.
3) Informasi pribadi atau yang tampaknya mengganggu tidak boleh diminta, dan jika benar-
benar diperlukan untuk proyek, informasi itu harus disadap dengan kepekaan tinggi
kepada responden, dengan menawarkan alasan khusus untuk itu.
4) Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri subjek tidak boleh dilanggar.
5) Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk menanggapi survei dan jika seseorang tidak ingin
memanfaatkan kesempatan untuk berpartisipasi, keinginan individu tersebut harus
dihormati. Ini berlaku bahkan ketika data dikumpulkan melalui cara mekanis, seperti
merekam wawancara, merekam video, dan sejenisnya.
6) Pengamat nonpartisipan harus sebisa mungkin tidak mengganggu.
7) Memerhatikan keselamatan responden. Responden tidak boleh dihadapkan pada situasi di
mana mereka dapat mengalami cedera fisik atau mental.
8) Tidak boleh ada kekeliruan atau distorsi dalam pelaporan data yang dikumpulkan selama
penelitian.
1. Subjek/Responden yang telah setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian, harus bekerja
sama sepenuhnya dalam tugas-tugas ke depan, seperti menanggapi survei atau
mengambil bagian dalam percobaan.