Anda di halaman 1dari 1

2.

Laju Reaksi senyawa pada umumnya mengikuti SN 1, dikarenakan Reaksi ini melibatkan
sebuah zat antara karbokation dan umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder ataupun
tersier, atau dalam keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder dan tersier. Dengan alkil halida
primer, reaksi alternatif SN2 terjadi. Dimana, SN1 dirujuk sebagai mekanisme disosiatif.
Mekanisme reaksi SN1 cenderung mendominasi ketika atom karbon pusat dikelilingi oleh
gugus-gugus yang meruah karena gugus-gugus tersebut menyebabkan halangan sterik untuk
terjadinya reaksi SN2. Selain itu, substituen yang meruab pada karbon pusat juga
meningkatkan laju pembentukan karbokation oleh karena terjadinya pelepasan terikan sterik
yang terjadi. Karbokation yang terbentuk juga distabilkan oleh stabilisasi
induktif dan hiperkonjugasi yang berasal dari gugus alkil yang melekat pada karbon.

Dimana, Reaksi SN1 selang molekul A dan nukleofil B memiliki tiga tahapan:


1.Pembentukan sebuah karbokation dari A dengan pemisahan gugus lepas sama sekali dari
karbon; tahap ini berlanjut dengan lambat dan reversibel[4].
2 .Serangan nukleofilik: B bereaksi dengan A. Jika nukleofil tersebut adalah molekul netral
(contoh: pelarut), tahap ketiga diperlukan agar reaksi ini berkesudahan. Jika pelarutnya
adalah air, maka zat selangnya adalah ion oksonium.
3. Deprotonasi: Penyingkiran proton pada nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun
molekul di sekitar.
Reaksi yang mengikuti SN2 dapat dianggap mekanisme reaksi SN 1 karena pada Reaksi SN2
ini juga terjadi ketika adanya serangan nukleofil pada substrat primer dan sebagian pada substrat
sekunder. Reaksi substrat sekunder tergantung pada nukleofil dan gugus pergi. Substrat tersier sulit
untukmengalami reaksi dengan mekanisme SN2.

Anda mungkin juga menyukai