Disusun oleh
Rahmaya
C1D321129
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang
bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu sejarah merupakan deretan
peristiwa yang saling berhubungan peristiwa-peristiwa masa lampau yang
berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara
pada masa yang akan datang.Hal ini berarti bahwa semua aktivitas
manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang
untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang
sebelumnya
Dasar negara merupakan alat atau fundamen yang menjadi pijakan dan
mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara
negara.Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu Landasan atau
pijakan yaitu Pancasila.Pancasila,dalam fungsinya sebagai dasar negara
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik
Indonesia termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsur nya yakni
pemerintah,wilayah,dan rakyat Pancasila dalam kedudukannya
merupakan dasar pijakan penyelenggara negara dan seluruh kehidupan
negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti yaitu mengatur
penyelenggaraan pemerintah konsekuensinya adalah Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum.Hal ini menempatkan
Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai
Pancasila dalam Semua peraturan perundang-undang yang berlaku Oleh
karena itu sudah seharusnya Semua peraturan perundang-undangan di
negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.
B. Rumusan Masalah
a. Pancasila Pada Zaman Kerajaan
b. Proses Rumusan Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang
sudah dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke
India, banyak guru-guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti
Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah
tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan
"Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika" (suatu cita-cita negara yang
adil dan makmur).
Pada Hakekatnya Nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-
nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang
hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
d. Nilai sila keempat Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas,
meliputi Siam dan Semenanjung Melayu (INA sekarang)
1) Sila 1, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan
secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku 'Negrakertagama
karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku Sutasoma
yang terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi "Bhineha Tunggal
Ika tan Hana Dharma Mangrud\ artinya walaupun berbeda-beda namun
satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang berbeda.
2) Nilai sila 2, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan kamboja. Disamping itu juga
mengadakan persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
3) Nilai sila 3, terwujud dengan keutuhan kerajaan , khususnya Sumpah
Palapa, yang di ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu
dan Menteri-menteri tahun 1331 yang berbunyi: "Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa, jika selurnh nusantara tertakluk di bawah
kekuasaan Negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Ham, pahang, Dempo,
Bali Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan"
4) Nilai sila 4, Terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
prasasti Kerajaan Brumbang (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan , seperti Rakryan I Hino,
I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja.
Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah
menumbuhkan adat bennusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan
masalah bersama.
5) Nllai Sila 5 dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang
ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
3. Zaman Penjajahan
4. Kebangkitan Nasional
1. Terbentuknya BPUPKI
Dalam tahun 1944 dengan jatuhnya Saipan dan dipukul mundurnya angkatan
perang Jepang dari Irian Timur, Kepulauan Solomon dan Marshall oleh
angkatan perang Serikat, maka seluruh garis pertahanan di Pasifik terancam dan
berarti kekalahan Jepang telah terbayang. Kemudian Jepang menghadapi
serangan Serikat atas kota-kota Ambon, Makassar, Manado dan Surabaya;
bahkan tentara Serikat telah pula mendarat di pelabuhan kota minyak seperti
Balikpapan. Menghadapi situasi yang kritis itu, pemerintah militer Jepang di
Jawa dibawah pimpinan Saiko Syikikan Kumakici Harada pada tanggal 1945,
telah mengumumkan pembentukan suatu Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-
oesaha Persiapan Kemerdekaan disingkat menjadi Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai). Tindakan itu merupakan langkah
kongkrit pertama bagi terpenuhinya janji Koiso tentang “Kemerdekaan
Indonesia kelak di kemudian hari”. Maksud tujuannya ialah untuk mempelajari
dan menyelidiki hal-hal yang penting yang berhubungan dengan segi-segi
politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lainnya, yang dibutuhkan dalam
usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. Susunan pengurusnya terdiri
dari sebuah badan perundingan dan kantor tatausaha. Badan perundingan terdiri
dari seorang Kaico (Ketua), 2 orang Fuku Kaico (Ketua muda), 60 orang Iin
(anggota), termasuk 4 orang golongan Cina dan golongan Arab serta seorang
golongan peranakan Belanda.
Terdapat pula 7 orang anggota Jepang, yang duduk dalam pengurus istimewa
yang akan menghadiri setiap sidang tetapi mereka tidak mempunyai hak suara.
Pengangkatannya diumumkan pada tanggal 29 April 1945, dimana yang
diangkat sebagai Kaico bukanlah Ir. Soekarno yang saat itu dikenal sebagai
pemimpin nasional utama, tetapi dr.K.R.T. Radjiman Wediodiningrat.
Pengangkatan itu disetujui oleh Ir. Soekarno yang menganggap bahwa
kedudukannya sebagai seorang anggota biasa dalam badan tersebut akan lebih
mempunyai kemungkinan besar untuk turut aktif didalam perundingan.
Sedangkan sebagai Fuku Kaico pertama dijabat oleh orang Jepang yakni
Syucokan Cirebon dan R. Surowo (Syucokan Kedu) sebagai Fuku Kaico kedua.
R.P. Suroso diangkat pula sebagai kepala secretariat Dokuritsu Junbi Cosakai
dengan dibantu oleh Toyohiko Masuda dan Mr. A G Pringgodigdo.
Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama
Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan, bertempat di gedung Cuo Sangi In.
Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Wilayah Ketujuh yang bermarkas besar di
Singapura) dan Letnal Jenderal Nagano (Panglima Tentara Keenambelas di
Jawa) menghadiri sidang tersebut. Pada kesempatan itu pula dilakukan upacara
pengibaran bendera Hinomaru oleh Mr.A.G. Pringgodigdo yang kemudian
disusul dengan pengibaran Sang Merah Putih oleh Toyohiko Masuda. Peristiwa
tersebut telah membangkitkan semangat para anggota dalam usahanya
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
2. Sidang BPUPKI
Sebagai realisasi pelaksanaan tugas, BPUPKI kemudian mengadakan sidang-
sidang. Secara garis besar sidang-sidang BPUPKI tersebut dibagi menjadi dua
kali sidang. Sidang BPUPKI I diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945.
Kemudian Sidang BPUPKI II dilangsungkan pada tanggal 10 – 17 Juli 1945.
Sidang-sidang BPUPKI itu untuk merumuskan Undang-Undang Dasar.
3. Sidang Pertama
Sidang berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai tanggal 1 Juni 1945. Mr.
Moh. Yamin dan Ir. Soekarno terdapat diantara para pembicara, yang telah
mengucapkan pidato penting, yang dianggap telah mengusulkan kelima dasar
filsafat negara yang kemudian dikenal sebagai Pancasila. Yang dianggap
pertama kali merumuskan materi Pancasila, ialah Mr. Moh. Yamin, yang pada
tanggal 29 Mei 1945 di dalam pidatonya mengemukakan lima Azas dan Dasar
Negara Kebangsaan Republik Indonesia sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat).
Mr. Supomo dalam pidatonya tanggal 31 Mei 1945 juga menyampaikan dasar-
dasar negara yang diajukan sebagai berikut:
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Keseimbangan lahir dan batin.
4. Musyawarah.
5. Keadilan rakyat.
Tiga hari kemudian, yakni pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno, mengucapkan
pidatonya yang kemudian dikenal dengan nama Lahirnya Pancasila, dimana
materi dan nama Pancasila sekaligus dicetuskan didalam. Materi Pancasila yang
dikemukakannya adalah sebagai berikut:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima dasar itu atas “petunjuk seorang teman ahli bahasa” oleh Ir. Soekarno
dinamakan Pancasila.
Untuk menindaklanjuti usulan-usulan dari sidang, BPUPKI membentuk panitia
kecil yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini dikenal sebagai Panitia
Sembilan. Sebagai ketuanya Ir. Soekarno. Anggota-anggotanya adalah Drs.
Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis,
Abdulkadir Muzakir, Wakhidd Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno
Cokrosuyoso. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan melahirkan rumusan
yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Rumusan tersebut
sebagai berikut:
1. Ketuhan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sidang Kedua
Pada tanggal 10 Juli 1945 mulai sidang BPUPKI II. Sidang ini membahas
rancangan Undang-Undang Dasar (UUD). Panitia perancang UUD diketuai oleh
Ir. Soekarno. Panitia Perancang membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan
rancangan UUD dengan segala pasal-pasalnya. Panitia kecil ini dipimpin oleh
Mr. Supomo.Sebelum membahas rancangan Undang-Undang Dasar, mereka
membahas bentuk negara. Setelah diadakan pungutan suara, mayoritas anggota
memilih negara kesatuan yang berbentuk republik.
Bahasan berikutnya adalah UUD dan pembukaannya. Pada rapat tanggal 11 Juli
1945, Panitia Perancang UUD secara bulat menerima Piagam Jakarta sebagai
Pembukaan UUD. Tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI melanjutkan sidang untuk
menerima laporan dari Panitia Perancang UUD. Tiga hal penting yang
dilaporkan oleh Ir. Soekarno selaku ketua Panitia Perancang UUD sebagai
berikut:
1. Pernyataan Indonesia merdeka.
2. Pembukaan UUD (diambil dari Piagam Jakarta).
3. Batang tubuh UUD.
Sebelum Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan dibentuk dan bersidang di
Bndung pada tanggal 16 Mei 1945 telah diadakan Kongres Pemuda seluruh
Jawa, yang penyelenggaraannya disponsori oleh Angkatan Moeda Indonesia.
Adapun Angkatan Moeda Indonesia rupa-rupanya dibentuk atas inisiatif Jepang
pada pertengahan tahun 1944, tetapi kemudian menjadi suatu gerakan pemuda
yang anti-Jepang. Oleh para pemimpin Angkatan Moeda Indonesia di dalam
kongres yang dihadiri oleh lebih dari 100 pemuda terdiri dari utusan-utusan
pemuda, pelajar dan mahasiswa seluruh Jawa, antara lain Djamal Ali, Chairul
Saleh, Anwar Tjokroaminoto dan Harsono Tjokroaminoto serta mahasiswa-
mahasiswa Ika Daigaku Jakarta, dianjurkan agar para pemuda di Jawa
hendaknya bersatu dan mempersiapkan dirinya untuk pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan bukan sebagai hadiah Jepang. Pertemuan berada dalam suasana
militant dan nasionalistis, dimana hanya dinyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa
lagu kebangsaan Jepang Kimigayo dan dilakukan pengibaran bendera Merah
Putih, tanpa didampingi oleh bendera Jepang.
Setelah 3 hari lamanya kongres berjalan, akhirnya dicapai dua resolusi sebagai
berikut: pertama semua golongan Indonesia terutama golongan pemuda
dipersatukan dan dibulatkan dibawah satu pimpinan saja dan kedua,
dipercepatnya pelaksanaan kemerdekaan Indonesia.
Tetapi, sebagaimana yang diberitahukan oleh pers resmi, ternyata kongres pun
menyatakan dukungan sepenuhnya dan kerjasama erat dengan Jepang seperti
usaha mencapai kemenangan terakhir. Pernyataan tersebut tidak memuaskan
beberapa tokoh pemuda yang hadir, seperti urusan dari Jakarta yang dipimpin
oleh Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Chairul Saleh. Mereka bertekad
untuk tidak mengambil bagian dalam gerakan Angkatan Moeda Indonesia dan
bermaksud untuk menyiapkan suatu gerakan pemuda yang lebih radikal.
Sebagai imbangannya, pada tanggal 3 Juli 1945 diadakan suatu pertemuan
rahasia di Jakarta diantaranya sejumlah 100 pemuda yang membentuk suatu
panitia khusus yang diketuai oleh B.M. Diah, dengan para anggotanya Sukarni,
Sudiro, Sjarif Thayeb, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Chairul Saleh, F.
Gultom, Supeno dan Asmara Hadi. Pertemuan rahasia diadakan Gerakan
Angkatan Baroe Indonesia, yang kegiatannya sebagian besar digerakkan oleh
para pemuda dari Asrama Menteng 31.
Tujuan daripada gerakan tersebut tercantum didalam surat kabar Asia
Raya pertengahan bulan Juni 1945, yang menunjukkan sifat daripada gerakan
tersebut yang lebih radikal sebagai berikut: pertama mencapai persatuan
kompak diantara seluruh golongan masyarakat Indonesia, kedua menamkan
semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran mereka sebagai rakyat yang
berdaulat; ketiga, membentuk negara kesatuan Republik Indonesia, dan keempat
mempersatukan Indonesia bahu membahu dengan Jepang, tetapi jika perlu
gerakan itu bermaksud untuk “mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya
sendiri”
Golongan pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baroe Indonesia didalam
perkembangan selanjutnya dapat mengemukakan pendapat-pendapatnya yang
mempengaruhi usaha pembentukan negara Indonesia. Para pemuda seperti
Chairul Saleh, Sukarni, B.M. Diah, Asmara Hadi, Harsono Tjokroaminoto,
Wikana, Sudiro, Supeno, Adam Malik, S.K. Trimurti, Sutomo dan Pandu
Kartawiguna telah diikutsertakan didalam suatu gerakan yang disebut Gerakan
Rakyat Baroe. Gerakan tersebut diperkenankan pembentukannya oleh Saiko
Syikikan yang baru, Letnan Jenderal Y. Nagano didalam suatu pertemuan pada
tanggal 2 Juli 1945. Gerakan Rakyat Baroe disusun berdasarkan hasil sidang
Cuo Sangi In ke 8 yang mengusulkan pendirian suatu gerakan untuk mengobar-
ngobarkan semangat cinta kepada tanah air dan semangat perang. Susunan
pengurus pusat gerakan tersebut terdiri dari 80 orang. Disamping anggotanya
terdiri atas penduduk asli Indonesia dan bangsa Jepang, juga terdapat golongan
Cina, golongan Arab dan golongan Peranakan Eropa.
Sedangkan pengangkatan wakil-wakil golongan pemuda didalamnya
dimaksudkan oleh pemerintah Jepang untuk menguasai kegiatan-kegiatan
mereka. Somubuco Mayor Jenderal Nisyimura menegaskan bahwa setiap
organisasi pemuda yang tergabung didalamnya harus tunduk sepenuhnya
kepada Gunseibu (Pemerintah Militer Jepang) dan merekapun harus pula
bekerja di bawah kekuasaan petugas-petugas pemerintah yang berhubungan erat
dengan ahli-ahli Jepang. Dengan demikian berarti kebebasan bergerak para
pemuda dibatasi, hingga timbullah rasa tidak puas. Akhirnya tatkala Geraka
Rakyat Baroe diresmikan pembentukannya pada tanggal 28 Juli 1945, dimana
dua organisasi besar, yaitu Jawa Hokokai dan Masjumi digabungkan menjadi
satu didalamnya, tidak seorangpun tokoh golongan pemuda yang radikal, seperti
Chairul Saleh, Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Asmara Hadi yang
bersedia menduduki kursi yang telah disediakan untuk mereka. Maka
nampaklah bahwa perselisihan paham antara golongan tua dan golongan muda
tentang cara melaksanakan berdirinya negara Indonesia Merdeka, semakin
tajam.
Sidang menyetujui tiga hal yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno tersebut. Setelah
tugas BPUPKI dipandang selesai, maka BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya
pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
3. Terbentuknya PPKI
Jepang semakin mengalami kemuduran dalam Perang Asia Timur Raya.
Komando Tentara Jepang wilayah Selatan mengadakan rapat. Dalam rapat itu
disepakati bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal 7 September
1945.Keadaan Jepang semakin kritis. Pada 6 Agustus 1945, kota Hiroshima
dibom atom oleh Amerika Serikat. Menghadapi situasi ini, Jenderal Terauci
menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Persetujuan ini terjadi pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas
PPKI adalah melanjutkan tugas BPUPKI dan untuk mempersiapkan
Kemerdekaan Indonesia.
Selama masa tugasnya, PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali pada
tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Berikut ini
hasil-hasil sidang PPKI.
Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945
1. Mengesahkan UUD sebagai UUD negara RI.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai
wakil presiden.
3. Untuk sementara waktu presiden dibantu oleh sebuah Komite Nasional
Indonesia.
Sidang PPKI II tanggal 19 Agustus 1945
1. Menetapkan wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi dan menunjuk
gubernurnya.
2. Menetapkan 12 departemen beserta menteri-menterinya.
3. Mengusulkan dibentuknya tentara kebangsaan.
4. Pembentukan komite nasional di setiap provinsinya.
Sidang PPKI III tanggal 22 Agustus 1945
1. Dibentuknya Komite Nasional.
2. Dibentuknya Partai Nasional Indonesia.
3. Dibentuknya tentara kebangsaan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 12.00 (waktu Tokyo) atau jam 10.30 waktu
Jawa zaman Jepang, atau jam 10.00 WIB teks Proklamasi dibacakan oleh Ir.
Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Moh. Hatta ditempat kediamannya di
Jalan Pegangsaan Timur (sekarang Jalan Proklamasi) No. 56, Jakarta. Dengan
Proklamasi itu tercapailah Indonesia merdeka yang susunan negaranya diatur
dengan undang-undang dasar yang kemudian dikenal dengan sebutan Undang-
Undang Dasar 1945.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA