Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Perusahaan

1. Masa Perintisan

Masa perintisan ini dimulai pada tahun 1935 -1938, ketika seorang
sarjana Belanda bernama Ir Van Ess melakukan penelitian geologis di sekitar
Gresik. Hasil survey menunjukkan adanya deposit batu kapur dalam jumlah
besar. Penemuan ini mendorong pemerintah Belanda untuk mendirikan
pabrik semen. Akan tetapi, survey yang dilakukan tidak berkelanjutan karena
pecahnya Perang Dunia II Pada tahun 1950, Drs Moh Hatta (Wakul presiden RI pada masa
itu), mendorong pemerintah untuk merealisasikan proyek pembangunan pabrik
semen tersebut. Hasil penelitian ulang yang dilakukan menyimpulkan bahwa
proses pendirian pabrik Semen Gresik sangat baik. Dilaporkan bahwa deposit
bahan galian tersebut dapat memenuhi kebutuhan pabrik semen yang
beroperasi dengan kapasitas 250.000 ton per tahun selama 60 tahun. Tanggal
25 Maret 1953, dengan akte notaris Raden Meester Soewandi nomor 41
Jakarta, didirikanlah badan hukum NV. Semen Gresik.

2. Masa Persiapan
Realisasi pembangunan pabrik Semen Gresik tersebut selanjutnya
oleh pemerintah Indonesia diserahkan ke BIN(Bank Industri Negara). Dengan
penugasan tersebut, BIN mulai mengadakan persiapan-persiapan terutama
yang menyangkut penyediaan pembiayaan lokal yang berupa rupiah. Sedang
untuk pembiayaan valuta asing, digunakan kredit bank USA.
Konsultan untuk persiapan pelaksanaan pembangunan pabrik ini
adalah White Eag AS dan Mc Donald Co. yang ditugaskan untuk menentukan lokasi
sekaligus merancang pembangunan pabrik.

3.Masa Pelaksanaan Pembangunan

Pelaksanaan pembangunan fisik pabrik dimulai pada bulan April


1955. Pembangunan tahap pertama dari pabrik tersebut dimaksudkan untuk
mendirikan sebuah pabrik yang memiliki tanur pembakaran berkapasitas
250.000 ton per tahun dengan kemungkinan perluasan di masa yang akan
datang.
Pada tahun 1961, Pabrik Semen Gresik melakukan perluasan yang
pertama dengan menambah satu tanur pembakaran sehingga kapasitas
produksi meningkat menjadi 375.000 ton per tahun. Pada tanggal 1 April
1960, status NV semen Gresik berubah menjadi perusahaan negara, yaitu PN.
Semen Gresik Dan terakhir tanggal 24 Oktober 1969 statusnya berubah lagi
menjadi PT. Semen Gresik (PERSERO) hingga sekarang.
Pada tahun 1972, Pabrik Semen Gresik melakukan perluasan yang
kedua dengan menambah satu buah Kiln sehingga kapasitasnya menjadi 500-
600 ribu ton per tahun. Keempat Kiln di atas adalah untuk proses basah.Pada
tahun 1979 dilakukan perluasan ketiga dengan menambah dua buah Kiln
untuk proses kering, sehingga kapasitas produksi menjadi 1,5 juta ton per
tahun. Pada tahun 1988 dilakukan konversi bahan bakar dari minyak ke
batubara sebagai upaya untuk menekan biaya bahan bakar.
Optimalisasi pabrik Semen Gresik dilakukan pada tahun 1992 dengan
mengganti jenis suspension preheater dari Gepol menjadi Cyclone, sehingga
kapasitas terpasang pabrik Semen Gresik Unit I dan II menjadi 1,8 juta ton
per tahun
Tanggal 16 November 1994, ditandatangani kerjasama perjanjian
antara PT. Semen Gresik dengan Fuller International untuk pembangunan
perluasan keempat, yaitu pabrik Semen Gresik Unit III di Kota Tuban (Tuban
I) yang berkapasitas 2,3 juta ton per tahun dan diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 24 September 1994. Salah satu alasan didirikannya
Unit III di Tuban ini adalah struktur geografis Kota Tuban dan sekitarnya,
yaitu pegunungan kapur yang mempunyai kemungkinan dilakukan
penggalian bahan baku sampai dengan seratus tahun mendatang. Dengan
berdirinya pabrik Semen Gresik Unit III ini, maka total kapasitas produksi
menjadi 6,3 juta ton per tahun.
Unit pabrik I dan II terletak di Desa Sidomoro, Kabupaten Gresik
sedangkan Unit III terletak di Desa Sumber Arum, Kecamatan Kerak,
Kabupaten Tuban. Pada Masa ini pabrik yang beroperasi adalah Unit III,
sedangkan untuk Unit I dan II beroperasi sebagai finishing dan analisa
(laboratorium) saja.
Bulan September 1995, PT. Semen Gresik (PERSERO) melakukan
penjualan sahamnya kepada masyarakat untuk kedua kalinya sehingga
komposisi kepemilikan saham menjadi 65% milik pemerintah dan 35% milik
masyarakat. Berkat disiplin dan kerjasama yang baik di antara para pegawai,
maka pada tanggal 29 Mei 1996 PT. Semen Gresik memperoleh serifikat ISO
9002 untuk Unit I, II, III di Gresik dan Tuban.
Pada tanggal 17 April 1997 dilakukan peresmian pabrik Semen Gresik
Tuban II sebagai perluasan pabrik Semen Gresik unit III oleh Presiden
Soeharto Pabrik ini mempunyai kapasitas 2,3 juta ton per tahun. Dengan
selesainya pabrik Semen Tuban III, maka pabrik Semen Gresik mempunyai
total produksi 8,2 juta ton per tahun.
1.2 Bidang Usaha industri

Perseroan memproduksi berbagai jenis semen, antara lain : 

1. Semen Portland Tipe I. Dikenal pula sebagai ordinary Portland Cement (OPC), merupakan
semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi
bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain : bangunan, perumahan,
gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya.

2. Semen Portland Tipe II. Di kenal sebagai semen yang mempunyai ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa,
dermaga, saluran irigasi, beton massa dan bendungan.

3. Semen Portland Tipe III. Semua jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah
proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya
digunakan untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan bandar udara.

4. Semen Portland Tipe V. Semen jenis ini dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan
pada tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbang pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit
tenaga nuklir.

5. Special Blended Cement (SBC). Semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega
proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk bangunan di
lingkungan air laut. Dikemas dalam bentuk curah.

6. Portland Pozzolan Cement (PPC). Semen Hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak,
gypsum dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang
memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya, jembatan, jalan raya,
perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.
BAB II SUBSISTEM INPUT DAN OUTPUT

2.1 SUB SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Sistem Informasi Akuntansi bertugas menyediakan data akuntansi yang berupa catatan
mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan. Data akuntansi menyediakan catatan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan yang terjadi dalam perusahaan.
Catatan dibuat untuk setiap transaksi, menjelaskan apa yang terjadi, kapan terjadinya, siapa yang
terlibat dan berapa banyak uang yang terlibat. Data ini dapat dianalisis dalam berbagai cara
untuk memnuhi sebagian kebutuhan informasi manajemen.
Pengumpulan data diperoleh dari dokumen sumber dan dimasukkan ke dalam database
dengan menggunakan terminal atau dalam jaringan yang ditempatkan di seluruh perusahaan.
Subsistem pemrosesan data juga mengumpulkan data lingkungan sebagai hasil dari transaksi
bisnis dengan perusahaan lain.
Data internal berfungsi sebagai dasar untuk pemecahan masalah yang berhubungan
dengan segala aspek operasi perusahaan. Sebagai contoh menggunakan data yang diperoleh dari
pelaporan kerja, yang digunakan dasar untuk menyusun atau merevisi keputusan mengenai
inventarisasi manajer. Sinonim dengan Pemrosesan data. Dalam pandangan kita, sistem
pemrosesan data adalah sama dengan sistem accounting.

2.2 SUB SISTEM AUDIT INTERNAL

Auditor adalah orang bertugas memeriksa catatan akuntansi untuk menguji


kebenarannya. Auditor intemal adalah pekerja dalam perusahaan, yang biasanya terlibat dalam
pekerjaan perancangan dan evaluasi sistem informasi konseptual seluruh perusahaan.
Subsistem audit internal sama dengan subsistem penelitian pemasaran dan subsistem
teknik industri, yakni bahwa mereka ini dirancang untuk melakukan studi khusus mengenai
operasi perusahaan. Auditor intemal harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan. Ini rneliputi pemahaman kornputer dan informasi, selain kemampuan auditing
standart yang dimilikinya. Mungkin kebalikan dari apa yang anda perkiakan, bahwa auditor
internal tidak selalu hams dari lulusan perguruan tinggi jurusan accounting, namun mereka yang
bekeja di auditing bisa dari berbagai macam disiplin ilmu. Kondisi ini, dan dengan adanya
kenyataan hahwa sistem bisnis bersifat sangat kompleks, menyebabkan auditor intemal hatus
setidaknya menjalani training sekitar empat tahun. Semuanya ini dimaksudkan agar auditor
intemal, sperti halnya spesialis informasi, dapat memberikan kontribusi yang beragam terhadap
proyek sistem berdasarkan disiplin ilmunya dan berdasarkan pengalamannya. Mungkin tingkat
kontribusi auditor ini bisa dipengamhi oleh sikap manajemen puncak. Jika manajemen melihat
auditor hanya sebagai anjing pengawas yang misi utamanya mendeteksi kelemahan yang
terhadap sistem yang telah diinstal, rnaka kontribusinya akan sedikit. Sebaliknya, bila
manajemen melihatnya secara posotif yaitu bahwa ia dapat memberikan masukan atau pengaruh
kepada selumh siklus hidup CBIS, maka tingkat kontribusinya akan tinggi.
- Audit Keuangan

Menguji akurasi catatan keuangan perusahaan. Audit keuangan melakukan verifikasi


terhadap keakurangan record perusahaan dan merupakan jenis aktivitas yang dilakukan oleh
auditor eksternal. Auditor internal juga melakukan audit keuangan khusus terpisah dari apa yang
dilakukan oleh auditor ekstemal, atau dapat beketja sama dengan eksternal.
- Audit Operasional

Bertugas memeriksa efektivitas prosedur. Audit operasional tidak dilakukan untuk


memverifikasi keakuratan record, namun untuk memvalidasi (mensyahkan) efektivitas prosedur.
Sistem yang dipelajari hampir semuanya bersifat konseptual, bukannya fisik, dan mungkin
melibatkan atau tidak melibatkan penggunaan komputer. Dilakukan oleh analis sistem selama
tahap analis dari siklus hidup sistem.
2.3 SUBSISTEM INTELIJEN KEUANGAN

Sub sistem Intelijen Keuangan bertugas mengidentifikasi sumber-sumber terbaik bagi modal
tambahan dan investasi terbaik bagi kelebihan dana.
Sub sistem Intelijen Keuangan digunakan untuk mengidentifikasikan sunber – sumber
terbaik modal tambahan dan investasi terbaik. Informasi yang diperoleh berasal dari dua pihak,
yakni Pemegang saham dan masyarakat keuangan.
Subsistem inteligensi keuangan mengumpulkan data dari masyarakat keuangan, yaitu
bank, agen pemerintah, pasar pengaman, dan sebagainya. Subsistem ini memonitor denyut nadi
ekonomi nasional dan memberikan informasi kepada eksekutif perusahaan dan analis keuangan
mengenai trend yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. Dalam beberapa tahun yang lalu,
lingkungan yang dimonitor subsistem ini telah meluas dari lingkup nasional menjadi
internasional.
1. Level Strategic, report yang disediakan untuk Direktur dalam mengambil keputusan
jangka panjang seperti pembangunan pabrik semen kembali dalam upaya ekspansi.
Projek pengembangan ekspansi yaitu dengan membangun pabrik baru, pengantongan
semen dengan memonitor pabrik yang sedang berjalan dan pabrik yang berhenti.
2. Level Tactical, report yang disediakan untuk Direksi dalam mengambil keputusan untuk
mencapai sebuah target seperti perencanaan cashflow yang dimonitor secara tepat,
monitoring harga dengan melihat posisi neraca perusahaan dan trend pendapatan
perusahaan.
3. Level Operasional, report yang disediakan untuk Staff dalam mengambil keputusan
untuk mencapai sebuah target penjualan yang bersifat harian dapat tercapai atau tidak.
Jika belum harus ada program untuk mencapai target. Targetnya adalah dengan
pengadaan batubara dengan harga yang tidak terlalu tinggi dan memastikan kelancaran
operasional dalam pendistribusian semen

2.4 SUBSISTEM PERAMALAN


Subsistem Peramalan bertugas memproyeksikan aktivitas perusahaan untuk
jangka waktu sampai sepuluh tahun atau lebih.

Aktivitas tahun yang akan datang terutama dipengangaruhi oleh permintaan pasar
dan hambatan internal, seperti besarnya kapasitas produksi, dan keuangan yang ada.
Bila jangka waktu peramalan tersebut diperpanjang, maka pengaruh lingkungan
meningkat. Perubahan kebutuhan konsumen harus diantisipasi, seperti halnya
mengantisipasi iklim ekonomi. Model peramalan telah dikembangkan, yang meliputi
data internal dan lingkungan. Data ini akan memberikan dasar bagi perencanaati
jangka pendek dan jangka panjang. Model ini berfungsi sebagai alat DSS untuk
memecahkan masalah yang menjadi kurang terstruktur karena adanya perpanjangan
jangka waktu perencanaan. Sistem Peramalan, merupakan salah satu kegiatan
matematis tertua dalam bisnis.

Ada berbagai macam teknik peramalan yang dapat digunakan untuk melihat masa
depan. Perusahaan biasanya akan menggunakan kombiiasi dari beberapa teknik,
dengan mencari prediksi masa depan yang paling baik.

Sebagian besar teknik tersebut bersifat informal dan sangat tergantung pada
pengetahuan, pertimbangan, dan intuisi manajer. Teknik yang lain menggunakan
metode kuantitatif. Metode kuantitatif telah lama digunakan untuk peramalan
sebelum ia doterapkan untuk bidang lain dalam operasi perusahaan.

 PT Semen Indonesia khususnya pada area pemasaran Jawa Timur memerlukan
metode yang tepat untuk dapat memperkirakan penjualan sehingga dapat menjadi
dasar perencanaan perusahaan. Paparan kali ini membandingkan tiga metode
peramalan yakni Least Square, Double Exponential Smoothing dan Triple
Exponential Smoothing dengan mencari nilai error terkecil. Metode Least Square
menghasilkan nilai error terkecil yang digunakan untuk meramalkan penjualan semen
non-curah selama satu tahun mendatang di 36 kota area penjualan Jawa Timur untuk
periode data bulan Januari 2012 – Juni 2014. Adapun tahapan peramalan pada PT
Semen Indonesia yakni tahap pre-processing data, penerapan metode Least Square,
uji moving range, analisis trend penjualan semen non-curah di 36 kota dan terakhir
mengkategorikan wilayah penjualan semen sesuai dengan kondisi trend penjualan.
Pada paparan ini juga dikaji/dianalisis penyebab peningkatan dan penurunan trend
dengan melakukan interview terhadap pihak-pihak di Departemen Penjualan PT
Semen Indonesia. Dan hasilnya terdapat 6 kota masuk ke dalam kategori high yang
mempunyai peningkatan tren penjualan yang lebih dari 10%. Kemudian 25 kota
mengalami kenaikan penjualan yang tidak signifikan, kenaikan penjualan mulai dari
1% hingga 10% masuk ke dalam kategori medium. Sisanya yakni 5 kota masuk ke
dalam kategori low dengan rata-rata penurunan trend sebesar-1% yang disebabkan
karena adanya pergeseran gudang besar dan adanya ekspansi dari perusahaan
kompetitor.

Anda mungkin juga menyukai