Anda di halaman 1dari 6

NAMA : BAGAS KURNIAWAN S

NPM : 16420062
KELAS :MANAJEMEN F
PENGARUH BUDAYA, SUB BUDAYA, DAN KELAS SOSIAL TERHADAP
PERILAKU KONSUMEN
Pemasar harus mempertimbangkan beberapa isu penting saat menganalisis budaya, yaitu :
1. Makna budaya dapat dianalisis dalam beberapa tahapan yang berbeda, seperti halnya
penganalisisan pada tingkat makro dari masyarakat atau negara secara keseluruhan ataupuan
budaya dari nilai-nilai bersama oleh sekelompok masyarakat tertentu secara mikro, seperti
dilihat dari segmen masyarakat tertentu misalnya sekelompok orang dalam kelas sosisl atau
grup referensi ,ataupun dalam lingkup keluarga.
2. Konsep makna umum atau yang dimiliki bersama sangat penting untuk memahami budaya.
Makna budaya ( cultural meaning) adalah jika sebagian atau beberapa masyarakat dalam
suatu kelompok sosial memiliki makna dasar yang sama. (misalnya, apakah arti ‘orang tua/
manula’? apakah makna ‘lingkungan yang aman’? bagaimana arti’bicara yang sopan’? dsb).
3. Makna budaya diciptakan oleh masyarakat melalui interaksi sosial mereka. Pembangunan
makna budaya terlihat dalam tingkatan kelompok yang lebih kecil misalnya bagaimana mode
busana yang disebut “ngetrend” pada mahasiswa sampai akhir tahun ini? Accessories apa
yang sering mereka gunakan?Sedangkan di lingkungan makro makna itu dipengaruhi oleh
institusi budaya seperti pemerintah, organisasi keagamaan, pendidikan, dan juga perusahaan
semuanya dapat terlibat dalam pembangunan makna budaya.
4. Makna budaya terus melakukan gerakan ( dinamis ) dan dapat mengalami perubahan yang
cepat, misalnya perilaku masyarakat yang dramatis oleh munculnya tipe ponsel (handphone )
Blackberry, yang dianggap mampu melakukan fungsi lebih dari sekedar ponsel tetapi mampu
melakukan chating , facebook, email dsb.
5. Kelompok-kelompok sosial memiliki perbedaan dalam tingkat kebebasan memilih makna
budaya tertentu, seperti di Amerika dan Eropa masyarakat lebih memiliki kesempatan untuk
menciptakan identitas pribadi dan menggunakannya, sementara sebagian masyarakat lain di
Cina, India dan Arab Saudi mungkin lebih terbatas dalam memiliki kebebasan memilih
makna budaya tertentu.
Kandungan utama budaya sering digunakan sebagai pendekatan oleh pemasar dalam
menganalisis budaya untuk melakukan terobosan pemasaran. Pemasar biasanya berfokus
pada nilai-nilai dominan dalam suatu masyarakat. Kandungan suatu budaya ( content of
culture) adalah kepercayaan, sikap, tujuan, dan nilai-nilai yang dipegang oleh sebagian besar
masyarakat dalam suatu lingkungan yang menyangkut aspek-aspek lingkungan sosial ( ragam
agama dan kepercayaan, ragam partai politik , dsb) dan fisik ( produk, peralatan , gedung dan
bangunan dsb) dalam masyarakat tertentu.
Tujuan dalam analisis budaya adalah untuk memahami kandungan makna dari sudut pandang
konsumen yang menciptakan dan menggunakannya

Produk mempunyai fungsi, bentuk dan arti . Ketika konsumen membeli suatu
produk mereka berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya,
dan konsumen terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi
dengan baik. Namun, bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk .
Produk juga harus memenuhi harapan tentang norma, misalnya persyaratan nutrisi
dalam makanan, crispy (renyah) untuk makanan yang digoreng, makanan harus
panas untuk ‘steak hot plate’ atau dingin untuk ‘ agar-agar pencuci
mulut’.Seringkali produk juga didukung dengan bentuk tertentu untuk menekankan
simbol fungsi seperti ‘ kristal biru’ pada detergen untuk pakaian menjadi lebih
putih. Produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat misal “ bayam”
diasosiasikan dengan kekuatan dalam film Popeye atau makanan juga dapat
disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga resep turun temurun
keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan Sasa atau Ajinomoto.
Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon dalam ibadat
agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan
spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus
belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak
menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di
lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak
produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan
siap saji seperti Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam
terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk
mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan
diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus
hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika
lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti
kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup
dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja
yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-
nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat
tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang
yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak
mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai memberi arah pengembangan norma, proses yang dijalani dalam mempelajari
nilai dan norma disebut ”sosialisasi atau enkulturasi”. Enkulturasi menyebabkan
budaya masyarakat tertentu akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan
zaman. Sebaliknya, bila masyarakat cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam
masyarakat dengan mempertahankan budaya lama disebut Accultiration.
Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi pengembangan dalam implikasi
pemasaran seperti perencanaan produk, promosi ,distribusi dan penetapan harga.
Untuk mengembangkan strategi yang efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-
aspek penting kebudayaan dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi
konsumen. Sebagaimana strategi dalam penciptaan ragam produk , segmentasi
pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan budaya masyarakat.
Beberapa perubahan pemasaran yag dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :
1. Tekanan pada kualitas
2. Peranan wanita yang berubah
3. Perubahan kehidupan keluarga
4. Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan
5. Waktu senggang yang meningkat
6. Pembelian secara impulsif
7. Hasrat akan kenyamanan
Definisi Kelas Sosial

Berdasarkan karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas
atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti yang sama,
walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat.
Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan
masyarakat tersebut.

Kelas Sosial atau Golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk
menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi.Jadi, definisi Kelas Sosial
atau Golongan Sosial ialah:Sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan
kriteria ekonomi.

Pengaruh dari adanya kelas sosial terhadap perilaku konsumen begitu tampak dari
pembelian akan kebutuhan untuk sehari-hari, bagaimana seseorang dalam membeli akan
barang kebutuhan sehari-hari baik yang primer ataupun hanya sebagai penghias dalam kelas
sosial begitu berbeda. Untuk kelas sosial dari status yang lebih tinggi akan membeli barang
kebutuhan yang bermerek terkenal, ditempat yang khusus dan memiliki harga yang cukup
mahal. Sedangkan untuk kelas sosial dari status yang lebih rendah akan membeli barang
kebutuhan yang sesuai dengan kemampuannya dan ditempat yang biasa saja. Adapun yang
merupakan ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas dan mungkin
merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.

Status Sosial

Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya.
Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial
yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial
yang rendah.

Contoh :
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria,
Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba.
Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus
dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar
Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek
dipakai oleh kasta Sudra.

Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi peran dan status. Setiap
peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat. Status
yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok sosial dari ruang lingkup yang kecil sampai
yang lebih besar, mempengaruhi suatu perilaku konsumen dalam menentukan suatu
keputusan pembelian. Sebagai contoh adalah seorang selebriti ternama akan mengenakan
pakaian yang mahal dan glamour. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor pribadi dan faktor
psikologis.

 Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan
daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.

 Faktor Psikologis

Pilihan seseorang membeli juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu :
motivasi, persepsi belajar, kepercayaan dan sikap. Motivasi seperti yang diterangkan oleh
teori Robert Maslow: Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis (lapar, haus), disusul
kebutuhan-kebutuhan keselamatan (perasaan aman, perlindungan), kemudian kebutuhan-
kebutuhan sosial (perasaan menjadi anggota lingkungan dan dicintai), selanjutnya
kebutuhan-kebutuhan untuk dihargai (harga diri, pengakuan, status) dan mengkerucut ke
kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri (pengembangan dan perwujudan diri).
Akan tetapi teori-teori diatas tidak lantas boleh dipersamakan pada setiap orang. Tidak
sedikit orang yang kelas sosial dan statusnya high class tetapi mempunyai kepribadian yang
down to earth, hal tersebut memungkinkan individu yang kelas dan status sosialnya lebih
tinggi memilih produk yang sederhana. Hal tersebut tergambar pada sosok gubernur baru
Jakarta, Bapak Jokowi, pada kesehariannya Bapak Gubernur Jakarta ini lebih sering
mengenakan pakaian yang sederhana, begitu juga dengan mobil yang membawanya kesana
kemari semua terlihat sederhana.
Pengaruh Kelas Sosial dan Status Terhadap Pembelian dan Konsumsi

Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai
produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri
maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai produk
lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih
rendah”.
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori
yang luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas sosial.
Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor
gaya hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama) yang cenderung
membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.
Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial dari
kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh
orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang
untuk mengembangkan dan memajukan diri.

Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup dan barang-barang
yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi maka para pemasar sering
memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik sebagai produk
maupun sebagai hiasan dalam iklan yang ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih
rendah.
Kelas sosial merupakan bentuk segmentasi yang hierarkis dan alamiah, dikarenakan aspek
hierarkis kelas sosial begitu penting bagi pemasar dan produsen untuk menentukan konsumen
mana yang akan dituju dari produk yang telah diciptakan, apa untuk status yang lebih tinggi
atau status yang lebih rendah. Memang disini begitu terlihat begitu ada ketidakadilan dan
jarak terhadap konsumen, namun itu semua merupakan segmentasi yang alamiah karena
semua sudah terjadi dan tercipta dengan sendirinya.

Adapun yang merupakan ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas
dan mungkin merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan
penghasilan Mesir Kuno.
Gaya hidup dari lapisan atas akan berbeda dengan gaya hidup lapisan menengah dan bawah.
Demikian juga halnya dengan perilaku masing-masing anggotanya dapat dibedakan sehingga
kita mengetahui dari kalangan kelas social mana seseorang berasal. Eklusivitas yang ada
sering membatasi pergaulan diantara kelas social tertentu, mereka enggan bergaul dengan
kelas social dibawahnya atau membatasi diri hanya bergaul dengan kelas yang sama dengan
kelas mereka.

Pola perilaku kelas social atas dianggap lebih berbudaya dibandingkan dengan kelas social di
bawahnya. Sebaliknya kelas social bawah akan memandang mereka sebagai orang boros dan
konsumtif dan menganggap apa yang mereka lakukan kurang manusiawi dan tidak memiliki
kesadaran dan solidaritas terhadap mereka yang menderita. Pemujaan terhadap kelas
sosialnya masing-masing adalah wujud dari etnosentrisme.

Peranan dan Status


Sepanjang kehidupan, seseorang akan terlibat dalam beberapa kelompok baik secara
langsung maupun tidak langsung, misalnya  : keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan
seseorang dalam setiap kelompok dapat diartikan sebagai Peranan dan Status.
a.        Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan
daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
b.       Faktor Psikologis
Pilihan seseorang membeli juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu :
motivasi, persepsi belajar, kepercayaan dan sikap. Motivasi seperti yang diterangkan oleh
teori Robert Maslow: Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis (lapar, haus), disusul
kebutuhan-kebutuhan keselamatan (perasaan aman, perlindungan), kemudian kebutuhan-
kebutuhan sosial (perasaan menjadi anggota lingkungan dan dicintai), selanjutnya kebutuhan-
kebutuhan untuk dihargai (harga diri, pengakuan, status) dan mengkerucut ke kebutuhan-
kebutuhan pernyataan diri (pengembangan dan perwujudan diri).

Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial mencakup dalam berbagai kategori
berikut:
1. UkuranSubyektif
Dalam pendekatan subyektif untuk menguukur kelas sosial, para individu diminta untuk
menaksir kedudukan kelas sosial mereka masing-masing. Klasifikasi keanggotaan kelas
sosial yang dihasilkan didasarkan pada persepsi partisipan terhadap dirinya.
2. UkuranReputasi
Pendekatan reputasi untuk mengukur kelas sosial memerlukan informan mengnai masyarakat
yang dipilih untuk membuat pertimbangan awal mengenai keanggotaan kelas sosial orang
lain dalam masyarakat.
3. UkuranObyektif
Berbeda dari metode subjektif dan reputasi, yang mengharuskan orang memimpikan
kedudukan kelas mereka sendiri atau kedudukan para anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai