Anda di halaman 1dari 9

Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan

pengaruh Kafein kopi dalam tubuh dilihat dari sudut pandang tingkat VO2Max,
terutama saat melakukan lari 2,4 Km (Test Cooper)

Pengambilan subyek dalam penelitian ini sebanyak 20 orang yang sesuai


dengan kriteria yang telah disesuaikan sebagai mana tertera dalam bab 2. Terdiri atas
Mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2018 offering A ataupun B dari
Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan, jenis kelamin laki-laki
dengan range usia 19-21 tahun dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang
suka meminum kopi dan tidak memiliki riwayat sakit, kelompok kedua tanpa kopi.
Usia yang diambil dalam penelitian ini 19-21 tahun karena mahasiswa yang masih
mengikuti perkuliahan praktikum lapangan dan kebugaran masih terjaga, kebanyakan
dari sampel 20 mahasiswa ini masih menjaga pola hidup sehat. (alasannya cari
yang lain)
Dalam penelitian ini Caffeine dalam kopi telah ditimbang sesuai takaran yang
merujuk pada peneliti sebelumnya yaitu bahwa kopi murni dengan takaran 250 ml
mengandung Caffeine didalamnya sebesar 150-240 mg (Hanifati, 2015:17). Kopi
yang diberikan kepada kelompok kontrol sampel ini menggunakan kopi murni
dengan takaran 10 mg kopi diseduh dengan takaran air panas 200 ml.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah efek kopi dapat meningkatkan
rasio kadar oksigen tertinggi yang dikonsumsi selama aktivitas fisik intens (VO2max).
Kadar oksigen tertinggi VO2max dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan
ketahanan tubuh seseorang secara aerobik, sekaligus memberikan gambaran
mengenai keadaan kardiorespirasi orang tersebut (Basset dan Howley, 2000:?).
5.1 Pengaruh kaffein pada Subyek Penelitian
5.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian
IMT ditentukan dengan cara mengukur berat dan tinggi badan secara terpisah
kemudian nilai berat dan tinggi tersebut dibagikan untuk mendapatkan nilai IMT
dalam satuan kg/m2 menurut (Situmorang, 2015:102). Sebelum melakukan penelitan
ada karakteristik subjek yang harus dicatat dan diukur sesuai IMT (indeks masa
tubuh), untuk penelitian ini peneliti mengambil dari tinggi badan (Meter), berat badan
(kg), IMT (Indeks Masa Tubuh), Usia (Tahun).

Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji Independent Sample T-


Test, sebelum dilakukan uji Independent Sample T-Test terlebih dahulu mencari rata
rata persetiap kelompok sesuai IMT, setelah itu melakukan uji normalitas untuk
sebagai prasyarat melakukan analisis data menggunakan uji Independent Sample T-
Test. Untuk mencari rata-rata dari persetiap kelompok K1 (Kelompok Kotrol) dan K2
(Kelompok Pemberian Kafein). Rata-rata dari persetiap kelompok sebagai berikut,
Kelompok Kotrol atau K1 Tinggi Badan (K1) 1,704 m 2, Berat Badan (K1) 63,400 kg,
IMT (K1) 21,850 kg/m2, Usia (K1) 19 tahun dan yang tua 20 tahun. Kelompok
Pemberian Kafein atau K2 Tinggi Badan (K2) 1,710 m 2, Berat Badan (K2) 62,600 kg,
IMT (K2) 21,471 kg/m2, Usia (K2) 19 tahun untuk usia termuda 19 tahun dan yang
paling tua 20 tahun. Setelah menemukan rata-rata dari kelompok kontrol dan
kelompok pemberian Kafein dilakukan Uji normalitas sebagai prasyarat sebelum
melakukan uji Independent Sample T-Test.

5.1.2 Uji normalitas subyek penelitian


Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah berdasarkan metode-metode
penelitian yang diajukan. Data dikatakan normal jika memiliki nilai signifikasi lebih
besar dari P>0,05, lalu sebaliknya dikatakan tidak normal jika memeliki nilai
signifikasi lebih kecil dari P<0,05 (Sugiyono, 2014:192). Hasil uji normalitas dari
kelompok kontrol atau K1 dan kelompok eksperimen atau K2 sebagai berikut: K1
hasil nilai signifikasinya untuk Tinggi Badan (0,584), Berat Badan (0,379), Indeks
Massa Tubuh (IMT) (0,460), Usia (0,445). Sedangakan untuk K2 hasil signifikasinya
untuk Tinggi badan (0,176), berat badan (0,964), Indeks massa tubuh (IMT) (0,151),
usia (0,238). Dari analisis data hasil penelitian menggunakan uji normalitas dapat
dikatakan normal karena hasil signifikasinya lebih dari P>0,05. Setelah menentukan
uji normalitas selanjutnya menganalisis data menggunakan Independents Sample T-
Test, dari data hasil penelitian menggunakan uji normalitas yang dapat dikatakan
normal apabila hasil nilainya yang lebih dari (P>0,05).

5.1.3 Uji independets Sample T-Test dari subyek penelitian


Sesuai hasil data yang didapat telah membuktikan bahwa semua sampel
memiliki karakteristi subyek penelitian, karena hasilnya lebih dari P>0,05 dari segi
berat badan, tinggi badan, Indeks massa tubuh (IMT), dan usia. Lalu dapat dilakukan
uji Independents Sample T-Test. Uji Independents Sample T-Test adalah uji untuk
mengetahui adanya perbedaan mean atau rata-rata antara 2 kelompok bebas yang
beskala data interval/rasio menurut (Sugiyono, 2014:178). Dari hasil uji Independents
Sample T-Test dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen hasilnya sama
sebagai mana data yang diperoleh peneliti sebagai berikut: K1 dan K2 dari segi tinggi
badan (0,233), berat badan (0,826), Indeks massa tubuh (0,343), usia (1,000). Jadi
dengan hasil yang sama dapat dikatakan dari masing-masing kelompok menunjukan
hasil nilai yang sama lebih dari P>0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan tidak ada
pengaruh untuk kelompok yang diberi kafein atau kelompok yang tidak diberi kafein
dari sudut pandang karakteristik subjek penelitian. Tetapi ada hasil lain yang bisa
dilihat dari sudut pandang HR (Heart Rate) dan hasil waktu test Cooper.

5.2 Pengaruh kafein pada Heart rate


5.2.1 Rata-rata heart rate
Setelah mengetahui hasil dari karakteristik subjek penelitian dengan
menggunakan uji Independents Sample T-Test dengan hasil yang sama tidak ada
pengaruh untuk kelompok kontrol K1 dan kelompok eksperimen K2 dari sudut
pandang karakteristik subjek penelitian. Setelah menganalisa karakteristik subjek
penelitian dilanjutkan menganalisa dari hasil nilai data yang diperoleh dari Heart
Rate (HR). Istilah denyut jantung merupakan manifestasi dari kemampuan jantung,
indikator dari denyut jantung adalah denyut nadi. Jadi untuk mengetahui kerja
jantung dapat dilihat dari denyut nadi yang merupakan rambatan dari denyut jantung,
denyut tersebut dihitung tiap menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit) atau
dengan denyut nadi maksimal dikurangi umur (Subiyono dan Rahayu, 2012:15).
Dalam penelitian ini ada tiga kriteria untuk melihat perbedaan pada Heart rate
atau HR, terdiri dari RHR (detak jantung saat diam), HR awal, dan HR akhir. Untuk
melihat data yang signifikan dari Heart Rate san juga perbedaan pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, pada penelitian ini peneliti menggunakan uji
Independents Sample T-Test. Namun sebelum menggunakan uji Independents Sample
T-Test harus didapatkan rata-rata pada setiap tiga kriteria tersebut, setelah
menemukan rata-rata lalu diuji normalitas apakah data yang diperoleh dari subyek
penelitian ini apakah normal, setelah menemukan dari data hasil uji normalitas
selanjutnya menganalisa menggunakan uji Independents Sample T-Test.
Telah didapatkan data awal sebelum melakukan test Cooper, data RHR
(Resting Heart Rate), HR awal, dan HR akhir. Setelah data awal diperoleh dari tiga
kriteria tersebut dihitung Mean atau rata-rata dari kelompok kontrol K1 dan
kelompok eksperimen K2 sebagai berikut: K1 RHR 75,00 bpm, K1 HR awal 77,00
bpm, K1 HR akhir 169,20 bpm. Untuk kelompok eksperimen atau K2 dari RHR
75,00 bpm, K2 HR awal 75,00 dan HR akhir 184,80 bpm. Dari rata-rata dapat terlihat
perbedaan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dari kriteria pertama
RHR Resting Heart Rate hasil rata rata dai K1 dan K2 masih sama, dikriteria kedua
HR awal terdapat hasil lebih tinggi rata-rata K1 dari K2 masih belum ada pengaruh
kafein pada kelompok eksperimen, Namun karena kafein ini akan berpengaruh saat
masuk dalam tubuh dan dapat dilihat dari Heart Rate. kafein akan akan mencapai
puncaknya dalam tubuh pada menit 50 sebelum melakukan latihan menurut (Hanifati,
2015:21). Setelah menemukan rata-rata dari tiga kriteria Heart rate lalu menguji
normalitas untuk menentukan apakah subyek yang telah setuju untuk menjadi sampel
penelitian ini normal atau tidak.
5.2.2 Normalitas pada Heart Rate
Setelah menemukan hasil nilai data dari rata-rata Heart Rate, dilanjutkan
dengan menguji normalitas data hasil Mean atau rata-rata untuk mencari hasil data
signifikan. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah berdasarkan metode-metode
penelitian yang diajukan, data dikatakan normal jika memliki nilai signifikasi lebih
besar dari P>0,05 dapat dikatakan normal, lalu sebaliknya dikatakan tidak normal jika
memeliki nilai signifikasi lebih kecil dari P<0,05 dapat dikatakan tidak normal
menurut (Sugiyono,2014:192).
Hasil uji normalitas dari Heart Rate dengan tiga kriteria RHR (Resting Heart
Rate), HR awal, dan HR akhir lalu dibagi menjadi dua kelompok kontrol K1 dan
kelompok eksperimen K2 sebagai berikut : K1 RHR (0,66), HR awal (0,26), dan HR
akhir (0,16) untuk hasil nilai data dari signifikasinya K2 RHR (0,28), HR awal (0,28),
dan HR akhir (0,11). Menurut hasil yang didapat setelah menguji normalitas, dapat
dikatakan normal dari tiga kriteria RHR Resting Heart Rate, Heart Rate awal dan
Heart Rate akhir pada setiap kelompok kontrol K1 dan Kelompok eksperimen K2
hasil data yang diperoleh siginifikasinya lebih dari (p>0,05) dikatakan persetiap
kelompok adalah normal. Dari hasil uji normalitas belum dapat dilihat apakah ada
perbedaan dari kelompok kontrol K1 dan kelompok eksperimen K2, uji normalitas ini
digunakan sebagai prasyarat untuk melakukan uji Independent Sample T-Test dan
juga menguji subyek penelitian ini termasuk kategori normal atau kurang dari normal.

5.2.3 Uji independets Sample T-Test dari Heart Rate


Pra syarat untuk melakukan uji Independent Sample T-Test dari Heart Rate
adalah mencari rata-rata setelah mendapatkan hasil dari rata-rata, melakukan uji
normalitas dengan norma dari analisis data hasil penelitan menggunakan uji
normalitas dapat dikatakan normal karena hasil nilai signifiaksinya lebih dari
(p>0,05). Lalu dapat dilakukan uji Independents Sample T-Test. Uji Independents
Sample T-Test adalah uji untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rata-rata
antara 2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio menurut
(Sugiyono,2014:178). Hipotesis dari uji Independents Sample T-Test jika data hasil
uji lebih besar (p>0,05) dikatakan tidak ada berpengaruh, apabila kurang dari
(p<0,05) dikatakan berpengaruh menurut (Sugiyono,2014:192).

200.00
180.00
Rata-rata Heart Rate (bpm)

160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
RHR HR AWAL HR AKHIR

Didapatkan data hasil uji Independents Sample T-Test dari heart rate yang
memliki kriteria RHR (Resting Heart Rate), Heart Rate awal dan Heart Rate akhir,
pada kelompok kontrol K1 dan kelompok eksperimen K2 sebagai berikut: K1 dan K2
dari RHR (0,545), K1 dan K2 HR awal (1,000) dan HR akhir (0,000). Dari data hasil
uji Independents Sample T-Test dijelaskan bahwa RHR (Resting Heart Rate ) dan
Heart rate awal hasil menunjukan bahwa analisis data lebih dari (p>0,05) dikatakan
tidak ada perbedaan yang signifikan saat kafein masuk dalam tubuh dengan tolak
ukur Heart Rate atau HR, sedangankan untuk Heart Rate akhir terlihat dengan data
hasil menunjukan (0,000) ada perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen karena kurang dari (p<0,05). Saat kafein masuk dalam tubuh pada
kelompok eksperimen terjadi perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Disini dapat dikatakan bahwa kaffein dapat membuat perbedaan
pada HR akhir agar subyek lebih cepat mencapai ke titik puncak zona latihan. Agar
penelitian ini dapat dikatakan valid dilakukan uji analisis dari segi waktu saat
melakukan Test Cooper, hasil waktu yang diperoleh pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen hasil waktu akan dihitung dengan uji analisis Independents
Sample T-Test.
5.3 Pengaruh pada hasil Test Cooper
5.3.1 Rata-rata pada Test Cooper
Hasil dari karakteristik subyek penelitian diperoleh data hasil menganalisis
menggunakan Independents Sample T-Test, dengan data yang lebih dari (p>0,05)
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil data perbedaan pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang diperoleh dari pengukuran HR
Heart Rate. Heart Rate memliki 3 kriteria pada penelitian ini yang diambil dari RHR
(Resting Heart Rate), Heart Rate awal dan Heart rate akhir. data hasil analisis
menggunakan uji Independents Sample T-Test menjelaskan bahwa dari RHR dan HR
awal K1 dengan K2 data menunjukan tidak ada pengaruh karena hasil datanya lebih
(p>0,05), namun berpengaruh pada HR akhir dengan hasil datanya menjelaskan
bahwa kurang (p<0,05). Setelah melakukan analisis data dari karakteristik subyek
penelitian, Heart Rate dengan uji Independents Sample T-Test, dilanjutkan dengan
menganalisis data dari waktu saat melakukan Test Cooper menggunakan uji
Independents Sample T-Test.
Tujuan tes lari 2,4 km adalah untuk mengukur daya tahan jantung dan paru,
Pelaksanaan tes lari 2,4 km dengan start berdiri, setelah diberi aba-aba oleh petugas,
peserta tes lari menempuh jarak 2,4 km dicatat dalam satuan menit dan detik
kemudian dikonveksikan sesuai dengan jenis keamin menurut (Zukhrufurrahmi, 2017
hal:30). Data hasil analisis mean atau rata-rata setelah melakukan Test Cooper, dari
data dapat dijelaskan bahwa kelompok eksperimen atau kelompok yang diberi asupan
kafein lebih cepat dengan rata-rata waktu tempuh yang didapat 12,47 second
dibandingkan dari kelompok kontrol yang mendapatkan rata-rata waktu tempuh
15,97. Hasil rata-rata ini menunjukan bahwa kaffein bagus untuk menunjang
seseorang untuk menuju zona latihan dengan aturan 50 menit sebelum latihan diberi
asupan kaffein, dengan takaran 10 mg kopi dan 200 ml air panas diseduh menjadi
satu. pada penelitian ini menggunakan Test Cooper dengan jarak 2,4 km. Setelah
mendapatkan data hasil analisis mean dan rata rata, dilakukan uji normalitas untuk
melihat dignifikan atau ada perbedaan dari setiap kelompok.

5.3.2 Normalitas Test Cooper


Didapatkan hasil mean atau rata-rata Test Cooper dilakukan lagi dengan uji
normalitas, dilanjutkan dengan menguji normalitas data hasil Mean atau rata-rata
untuk mencari hasil data signifikan. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan metode-metode penelitian yang diajukan, data dikatakan normal jika
memliki nilai signifikasi lebih besar dari P>0,05 dapat dikatakan normal, lalu
sebaliknya dikatakan tidak normal jika memeliki nilai signifikasi lebih kecil dari
P<0,05 dapat dikatakan tidak normal menurut (Sugiyono,2014:192).
Hasil uji normalitas untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
sebagai berikut: K1 (0,13) dan K2 (0,37). Dari data hasil uji normalitas pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dikatakan normal karena lebih
dari (p>0,05). Uji normalitas ini untuk melihat apakah subyek dari penelitian ini
dapat dikatakan normal dengan kriteria pada penelitian ini yang telah diajukan pada
foam persetujuan menjadi sampel. Data hasil uji normalitas pada test Cooper dapat
dilakukan uji Independents Sample T-Test.

5.3.3 Uji Independents Sample T-Test pada Test Cooper


Lalu dapat dilakukan uji Independents Sample T-Test. Uji Independents
Sample T-Test adalah uji untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rata-rata
antara 2 kelompok bebas yang beskala data interval/rasio menurut
(Sugiyono,2014:178). Hipotesis dari uji Independents Sample T-Test jika data hasil
uji lebih besar (p>0,05) dikatakan tidak ada berpengaruh, apabila kurang dari
(p<0,05) dikatakan pengaruh menurut (Sugiyono,2014:192).
Didapatkan data hasil analisis dengan menggunakan uji Independents Sample
T-Test pada kelompok kontrol K1 dan Kelompok eksperimen K2 sebagai berikut: K1
dan K2 nilai data yang didapatkan (0,011), dari data hasil analisis menggunakan
Independents Sample T-Test dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan, jika data hasil analisis (p<0,05) terdapat perbedaan. Pemberian kaffein
sebelum melakukan test lari pada kelompok eksperimen berpengaruh saat melakukan
test Cooper, perbedaan nya terletak pada waktu yang ditempuh saat melakukan Test
Cooper. Perbedaan waktu yang diperoleh kelompok kontrol 15,97 second sedangkan
data yang diperoleh kelompok eksperimen lebih cepat waktu tempuhnya dengan
catatan waktu 12,47 second, pada selisih waktu pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen mencapai 3,5 second.

Gak pengen nambah paragarf yang menceritakan kopi ke


heart rate trus ke hasil kecepatan lari? Istilah e
pendapatmu sendiri / pemikiran mu sendiri

Anda mungkin juga menyukai