KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Kafein
Kopi sudah bukan lagi menjadi milik kaum tua, saat ini minum kopi sudah
menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Bahkan mengonsumsi kopi
sudah menjadi salah satu gaya hidup yang sering dilakukan sebagai rutinitas
masyarakat di Indonesia. Dari sekian banyak orang yang senang mengonsumsi
kopi beberapa dari mereka dapat meminum kopi 3-4 cangkir dalam satu hari
(Maramis., dkk, 2013:123). Di Era modern, Tren minum kopi bukan hanya untuk
sekedar minikmati waktu luang namun merambah disegi olahraga dan kesehatan.
Survei membuktikan mengonsumsi kopi telah menjadi gaya hidup pada
olahragawan karena kopi memiliki kandungan kafein yang dianggap sebagai
doping alami. Hal ini diperkuat oleh pendapat menurut Yodi Prawira Utama
(3:2010) yang menyatakan bahwa kopi merupakan minuman yang sering
dikonsumsi sebelum latihan untuk meningkatkan performa dan menghambat
terjadinya kelelahan pada otot.
Kafeina atau 1, 3, 7-trimethylxanthine merupakan turunan metilxantin
berbentuk kristal dan berasa pahit sebagai obat perangsang psikoaktif dengan
dioretik ringan yang terdapat dalam teh, kopi, dan coklat (Juan Del Coso 1:2012).
Menurut Yoghi (2010), pada olahraga, kopi sering dikonsumsi sebelum latihan
sebagai doping alami untuk meningkatkan performa latihan dan menghambat
terjadinya kelelahan. Secara teoritis, kopi memiliki kandungan kafein yang
berguna untuk memanipulasi menghambat kelelahan melalui mekanisme utilisasi
lemak menjadi energi dan peningkatan kadar kalsium sel otot, sehingga kafein
dapat meningkatkan performa otot dan menghambat terjadinya kelelahan otot.
Kafein memiliki berbagai efek pada tubuh manusia seperti mempengaruhi
hormon, metabolisme, otot, jantung, ginjal, dan fungsi pernapasan. Kafein juga
mempengaruhi sistem saraf pusat sebagai stimulan dengan mengganggu
pengikatan zat kimia otak, adenosine, pada reseptornya. Adenosine
6
7
B. Farmakologi Kafein
Strategi pemberian kafein saat olahraga dapat dikaitkan pada konsep
farmakologi Kafein. Menurut Brain (2014) kafein diabsorbsi setelah pemberian
oral, rektal dan parenteral, didistribusikan keseluruh tubuh dengan volume
distribusi 400-600 ml/Kg dengan waktu paruh plasma tiga jam. Dalam keadaan
perut kosong sediaan kafein bentuk cair dapat menghasilkan kadar puncak plasma
setelah satu jam pemberian oral. Bioavaibilitas secara oral hampir 100%, makanan
10
C. Kecepatan
Secara umum olahraga merupakan salah satu aktivitas jasmani yang dapat
memberikan efek terhadap kebugaran jasmani. Banyak manfaat yang didapatkan
dalam olahraga antara lain adalah menjadikan jasmani menjadi sehat, bugar,
11
cerdas dan berkarakter bagi pelaku olahraga (Toho, 2007). Kebugaran jasmani
adalah kemampuan jantung, pembuluh darah, paru-paru, dan otot untuk bekerja
dengan efisien dan optimal. Kebugaran jasmani juga terkait dengan kemampuan
untuk melaksanakan aktifitas fisik pada level sedang hingga berat tanpa
mengalami kelelahan yang berlebih serta kemampuan untuk mempertahankannya
sepanjang hidup.
Komponen kebugaran jamani antara lain adalah kekuatan, kecepatan,
kelincahan, kelentukan, dan daya tahan. Menurut Harsono (1988:216) kecepatan
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara
berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan kelincahan
adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat
pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan
posisi tubuhnya. Kecepatan adalah kemampuan bergerak yang dilakukan dalam
waktu yang singkat. Kecepatan dapat juga berarti berpindahnya badan secepat-
cepatnya ketempat lain. Bompa, Tudor O. (1983:249) mengatakan, kecepatan
adalah kemampuan memindahkan badan atau menggerakkan suatu benda atau
objek secara sangat cepat. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh
tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula menggerakkan anggota-anggota tubuh
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kecepatan adalah kemampuan bergerak yang dilakukan dalam waktu yang
singkat. Kecepatan dapat juga berarti berpindahnya badan secepat-cepatnya
ketempat lain merupakan hasil dari jarak per satuan waktu (m/dt). Bompa, Tudor
O. (1983: 249) mengatakan, kecepatan adalah kemampuan memindahkan badan
atau menggerakkan suatu benda atau objek secara sangat cepat. Menurut
Treadwell (1991) yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11), kecepatan bukan hanya
melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang
dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus. Kemampuan ini
membuat jarak yang lebih pendek untuk memindahkan tubuh. Kecepatan bukan
hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula
menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dalam lari sprint kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari
kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang
12
(4) Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot, (5) Kemauan dan disiplin
individu (Suharno HP, 1978:26).
D. Kelincahan
Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak
dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai
kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari hampir dalam
keadaan penuh. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga yang ekplosif. Besarnya
tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot
tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot
tergantung dari daya rekat serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi impuls
saraf. Kedua hal ini merupakan pembawaan atau bersifat genetis, atlet tidak dapat
merubahnya (Baley, James A, 1986:198).
Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau
bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Sajoto (1995:90)
mendefinisikan kelincahan sebagai kemampuan untuk mengubah arah dalam
posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu mengubah arah dari posisi ke
posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi gerak yang baik
berarti kelincahannya cukup tinggi. Sedangkan menurut Moeloek dan Tjokro
(1984 : 8) Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-ulang seperti halnya lari
bolakbalik memerlukan kontraksi secara bergantian pada kelompok otot tertentu.
Sebagai contoh saat lari bolak-balik seorang atlet harus mengurangi kecepatan
pada waktu akan mengubah arah. Untuk itu otot perentang otot lutut pinggul
(knee ekstensor and hip ekstensor) mengalami kontraksi eksentris (penguluran),
saat otot ini memperlambat momentum tubuh yang bergerak ke depan. Kemudian
dengan cepat otot ini memacu tubuh ke arah posisi yang baru. Gerakan kelincahan
menuntut terjadinya pengurangan kecepatan dan pemacuan momentum secara
bergantian.
Rumus momentum adalah massa dikalikan kecepatan. Massa tubuh seorang
atlet relatif konstan tetapi kecepatan dapat ditingkatkan melalui pada rogram
latihan dan pengembangan otot. Diantara atlet yang beratnya sama (massa sama),
atlet yang memiliki otot yang lebih kuat dalam kelincahan akan lebih unggul
14
E. Sistem Energi
Sistem energi merupakan kemampuan fungsional tubuh untuk
menyediakan energi saat beraktifitas. Sistem energi memiliki beberapa klasifikasi
antara lain sistem energi aerobik dan sistem energi anaerobik. Sistem energi
15