Kafein adalah stimulan ssp yang meningkatkan denyut jantung dan turut berperan
terhadap terjadinya takikardi supraventikular serta kondisi kurang tidur. Kafein
terkandung dalam makanan yang menyuplai kalori tidak bergizi sehingga
menekan selerah makan. Gejala putus zat dapat meliputi nyeri kepala, gelisah dan
iritabilitas ( Sinclar.2010 ).
Ada beberapa hipotesis yang mencoba menjelaskan mekanisme kerja kafein yang
paling penting sebagai berikut : ( Joewana.2005 ).
a. Kafein menyekat reseptor adenosin
b. Kafein menghambat enzim fosfodiesterase,
c. Kafein mengindustri translokasi kalsium intra seluler
Sebagai neurontransmeter, adenosin bekerja pada dua jenis reseptor, yaitu reseptor
A1 yang mempunyai afinitas yang tinggi dan menghambat adenilat siklase, dan
menghambat adenilat siklase, dan reseptor A2 yang mempunyai afintas rendah
dan menstimulasi adenilat siklase. Reseptor adenosin terdapat diseluruh tubuh
termasuk otak, jantung , pembuluh darah, saluran napas, ginjal, jaringan lemak
dan saluran cerna ( Joewana.2005 ).
Selain bekerja pada reseptor adenosin, yaitu suatu senyawa yang terlibat dalam
berbagai proses dibadan, kafein juga menstimulasi pelepasan norepinerfin. Kafein
juga menghambat pemecahan camp, meningkatkan kerja Cgmp ( cyyclic guanosin
3’-5’ mono – phosphate ), dan meningkatkan efek pengaruh terhadap reseptor
GABA dan serotinin ( Joewan.2005).
Berdasarkan FDA ( Food Drug Administration ) yang diacu dalam liska (2004),
dosis kafein yang diizinkan 100 – 200 mg/ hari, sedangkan menurut SNI 01 –
7152 – 2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150
mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan kafein
berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalahnya akan hilang
hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi ( Afriliana.2018 ).
Absorbsi kafein dari saluran pencernaan ke aliran darah adalah sangat cepat dan
mencapai 99% pada manusia yaitu sekitar 45 menit setelah diingesti.
Penyerapannya tidak sempurna apabila diambil sebagai kopi dengan 90% kafein
dalam secangkir kopi akan diabsorbsi dalam waktu 20 menit setelah diminum,
dengan efekny bermula daalam satu jam dan bertahan selama 3 hingga 4 jam.
Kafein yang diabsorbsi akan didistribusi ke seluruh tubuh. Zat ini dapat melewati
sawar otak plasenta kecairan amnion dan fetas, dan kesusu ibu. Kafein juga perna
dideteksi didalam semen. Konsentrasi plasma memuncak setelah 40 hingga 60
menit dengan waktu paruh kira – kira 6 jam (3 sampai 7 jam) pada dewasa sehat.
Bagaimanapun waktu paruhnya berkurang pada individu yang merokok dan
meningkat sehingga 2 kali lipat pada wanita hamil atau yang menggunakan
kontrasepsi oral dalam jangka wktu panjang ( Afriliana.2018 ).