Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTKA

A. Teori dan Konsep Terkait

1. Konsep Dasar Kopi

a. Pengertian Kopi

Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan

biji tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus

Coffea.Secara umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Kopi Arabika dan

Kopi robusta (Saputra E., 2008).Kopi merupakan salah satu minuman yang

berisiko jika dikonsumsi >1 kali sehari (Riskesdas, 2013).

1) Kopi Arabika

Kopi arabika, merupakan kopi yang terbaik mutu dan citarasanya.

Adapun 6 jenis kopi arabika Indonesia yaitu: kopi gayo di Aceh, kopi

mandheling di Sumatera Utara, kopi jawa di Jawa, kopikintamani di Bali, kopi

toraja di Sulawesi dan jenis baru kopi mangkuraja dari Bengkulu (Dompak

Manurung, 2011).

2) Kopi Robusta

Kopi robusta, kopi robusta lebih rendah cita rasanya dibandingkan

dengan kopi arabika.Kopi robusta memiliki kelebihan yaitu lebih kental dan

warnanya lebih kuat. Dalam 1 cangkir kopi robusta dengan 10 g bubuk kopi

mengandung sekitar 100 mg kafein, jenis kopi robusta di Indonesia yaitu kopi

Lampung dan kopi luwak (Dompak Manurung, 2011, Rosa Leliyna 2008).

Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant yang akan

menyebabkan orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan, dan memberikan efek

fisiologis berupa peningkatan energi (Jaussent, 2011). Hal yang sama

dikemukakan Tanaka (2013) Efek langsung dari kafein khususnya dalam

secangkir kopi secara ilmiah terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang

ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung,

serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur

8
(insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia) yang menyebabkan

berbahnya tekanan darah.

b. Senyawa Kafein pada Kopi

Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine

bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem

saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit

(Phytomedical Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6 H10 O2, dan

struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin (Farmakologi UI, 1995).

c. Sumber Kafein

Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam

makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana,

dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari

kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih

banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah

teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi. Kafein juga merupakan

bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non alkohol seperti cola, yang

semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya terdiri dari 10-50

miligram kafein. Coklat terbuat dari kokoa mengandung sedikit kafein seperti.

Efek stimulan yang lemah daridari coklat dapat merupakan kombinasi dari

theobromine dan theophyline sebagai kafein (Casal et al.2000).

d. Farmakodinamik Kafein

Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos

bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan

diuresis.

1) Jantung, kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut

jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan

tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif mungkin menyebabkan

aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang premature.

9
2) Pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah

termasukpembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada

otot pembuluh darah.

3) Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan

aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade

adenosine oleh Xantin (Farmakologi UI, 1995).

e. Efek Mengkonsumsi Kopi

1) Jangka Pendek Kafein

Mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit dan tahap puncak

mencapai darah dalam waktu 50 menit, frekuensi pernafasan ; urin,asam

lemak dalam darah; asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan

darah. Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan

aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan), dan dapat

memperlambat waktu tidur (Drug Facts Comparisons, 2001).

2) Efek Jangka Panjang Kafein

Pemakaian lebih dari 650mg dapat menyebabkan insomnia kronik,

gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung dan berisiko

terhadap penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang

dilahirkan (Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).

f. Farmakologi Kafein

Kafein adalah stimulan dari sistem saraf pusat dan metabolisme,

digunakan secara baik untuk pengobatan dalam mengurangi keletihan fisik dan

juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat

ditekan. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan

tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi

badan menjadi lebih baik (Ware,1995).

2. Konsep Insomnia

a. Pengertian Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik

kualitas maupun kuantitas.Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial

10
atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa

mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun

secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005). Untuk menyembuhkan

insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya. Artinya, kalau

disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang

harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005) Umumnya dimulai dengan

munculnya gejala-gejala:

a) Kesulitan jatuh tertidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini bisa

berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-

minggu, atau lebih.

b) Merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran. Mereka yang

mengalami insomnia seringkali merasa tidak pernah tertidur sama sekali.

c) Sakit kepala di pagi hari. Ini sering disebut sebagai “efek mabuk” padahal,

nyatanya orang tersebut tidak minum minuman keras di malam itu.

d) Kesulitan berkonsentrasi.

e) Mudah marah.

f) Mata memerah.

g) Mengantuk di siang hari.

Insomnia adalah ketidakmampuan penderita untuk memperoleh jumlah

tidur yang diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara

efisien.Insomnia pada dasarnya hanya mempunyai dua keluhan utama, yaitu

seseorang sulit masuk tidur, dan sulit mempertahankan tidur. Insomnia dapat

didefinisikan sebagai suatukeadaan dimana seseorang sulit untuk masuk tidur,

atau kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga

menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial, pekerjaan

ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya (Erry, 2000).

b. Penyebab Insomnia

Menurut Suwahadi (2008) dan Perry Potter (2006) penyebab insomnia

11
adalah:

1) Faktor psikologi (Stres dan Depresi)

Stres yang berkepanjangan sering menjadi penyebab dariinsomnia jenis

kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab

insomnia transient. Depresi paling sering ditemukan. Bangun lebih pagi dari

biasanya yang tidak diinginkan adalah gejala paling umum dari awal depresi,

cemas, neorosa dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari

gangguan tidur.

2) Sakit fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi, penyakit jantung

koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan

denyut jantung yang tidak teratur. sehingga seringkali mengalami frekuensi

terbangun yang sering, nokturia atau berkemih pada malam hari,dan lansia yang

mempunyai sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada saat sebelum tidur

mereka mengalami berulang kali kambuh gerakan berirama pada kaki dan

tungkai.

3) Faktor lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan

kereta api, pabrik atau TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.

4) Gaya hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak

teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

5) Usia

Usia merupakan jumlah lamanya kehidupan yang dihitung berdasarkan

tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir.Usia mempengaruhi psikologi

seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam

menerima cobaan dan berbagai masalah. Noorkasiani dan S.Tamber (2009).

6) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan status gender dari seseorang yaitu laki-laki dan

perempuan. Menurut (Rawlins, 2001) wanita secara psikologis memiliki

12
mekanismekoping yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dalam

mengatasi suatu masalah. Dengan adanya gangguan secara fisik maupun secara

psikologis tersebut maka wanita akan mengalami suatu kecemasan, jika

kecemasan itu berlanjut maka akan mengalami suatu kecemasan, jika

keccemasan itu berlanjut maka akan mengakibatkan seseorang lansia lebih sering

mengalami kejadian insomnia dibandingkan dengan laki-laki.

Menurut Peek dan Nungki (2007) jeniskelamon merupakan aspek

identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai pengalman yang

berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas kelamin terbentuk

sekitar usia tiga tahun, anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal tingkah

laku dan cirri-ciri kepribadian yang sesuai bagi masing-masing jenis kelamin.

c. Pengaruh Insomnia Pada Lansia

Insomnia adalah suatu keadaan seseorang sulit masuk tidur,atau kesulitan

mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu,sehingga menimbulkan

penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial,pekerjaan ataupun

fungsi-fungsi kehidupan lainnya.Insomnia mempunyai pengaruh dalam

kehidupan sehari-hari.Pada umumnya penderita mengeluh kelelahan fisik, cemas,

tegang, tremor, mudah tersinggung dan berkurangnya konsentrasi. Orang yang

terlambat tidur ,baru tidur menjelang pagih hari,biasanya bangun dengan

perasaan lemah,tidak berdaya,depresi dan pusing sehingga dapat mempengaruhi

kemampuan dalam kinerjanya.Dapat menimbulkan kecelakaan lalu

lintas,kesulitan dalam mengambil suatu keputusan dalam keluarga,maupun dalam

kehidupan sosial,yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Erry,2002).

Insomnia pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami

suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang

menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup ang diinginkan.

Gangguan tidur pada lansia jika tidak segera ditangani akan berdampak serius

dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis (Asmadi,2008). Menurut Hudack

13
dan Gallo (1998) tahap-tahap tidur antara lain:

a) Tahap I : Latensi tidur

b) Tahap II : tidur gelombang lambat atau SWS (slow wate sleep)

c) Tatahap III : Latensi gerakan mata cepat atau REM (Rapid Eye Movement).

d) Tahap 1V : Tidur atau REM

e) Tahap pertama menggunakan waktu antara mencoba tidur dan jatuh tertidur

secara aktual.

Tahap I dan II bersama-sama membentuk tidur non REM ), tahap 111

dan IV adalah fase REM. Selama NREM seseorang yang tidur mengalami

kemajuan melalui empat tahapan selama siklus tidur yang tipikal selama 90

menit.Tidur yang dangkal merupakan karakteristik dan tahap I dan II seseorang

lebih mudah terbangun.Tahap III dan IV melibatkan tidur yang dalam,disebut

tidur gelombang rendah dan seseorang sulit terbangun.Tidur REM merupakan

fase paling akhir tiap siklus tidur 90 menit (Patricia, dan Anne, 2005). Orang

secara normal mengalamisedikitnya 4-6 siklus tidur setiap 24 jam.Waktu rata-

rata untuk siklus tidur normal selama 90 menit,tetapi bervariasi 70-120 menit

(Hudack,dan Gallo, 1998).

d. Tingkat Insomnia

American Insomnia Association membagi insomnia ke dalam 3 tipe

utamayang dibedakan berdasarkan durasi atau waktu terjadinya, yaitu:

a) Transient Insomnia

Insomnia yang berlangsung kurang dari 4 minggu dan biasanya

berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan

biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien

sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara retrospektif setelah

keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria

dan wanita dan episode berulang juga sering ditemukan. Faktor yang memicu

antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkardian

sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat

14
lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya.Transient insomnia biasanya tidak

memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien berobat ke dokter.

b) Short-term Insomnia

Insomnia yang berlangsung 1 - 6 bulan dan biasanya disebabkan oleh

kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian anggota keluarga,perceraian

atau kehilangan pekerjaan. Kondisi medis dan masalah psikologis juga bisa

menyebabkan short-term insomnia.

c) Chronic insomnia (persistent insomnia)

Berlangsung lebih dari 6 (enam) bulan. Chronic insomnia mempengaruhi

10% populasi dan penyebabnya bervariasi, mulai dari factor fisiologi, psikologis,

gaya hidup dan lingkungan.

a) Penyebab insomnia secara faktor psikologis

1) Stress

2) Problem Psikiatri

3) Depresi paling sering ditemukan

4) Sakit fisik

5) Sesak nafas pada orang yang terserang asma,sinus,flu sehingga hidung

tersumbat dan dapat merupakan penyebab gangguan tidur.

b) Penyebab insomnia faktor lingkungan adalah:

1) Lingkungan yang bising seperti lapangan pesawat atau jet,lintasan kreta

api,pabrik dan suara tv tetangga yang dapat menjadi penyebeb sulit tidur.

2) Gaya hidup.seperti alkohol,rokok,kopi,obat penurun berat badan,jam

kerja yang tidak teratur,juga dapat menyebabkan gangguan pada tidur.

e. Pendektan Penyembuhan Insomnia

1) Tidurlah hanya sebanyak yang diperlukan untuk istirahat,atau untuk

menyegarkan badan kembali pada saat bangun tidur.

2) Memiliki jadwal tidur yang reguler dan rasional.

3) Jangan bekerja saat hendak tidur.

4) Membuat udara kamar tidur segar dengan ventilasi yang baik.

15
5) Kurangi suara yang tidak menyenangkan dan cahaya yang tidak

diperlukan.

6) Jangan tidur pada saat kondisi sedang lapar hal ini dapat membuat

terbangun nantinya hanya karena ingin mencari makan

7) Hindari minuman yang mengandung kafein seperti pada kopi, cola, the,

dan coklat.

8) Percayakanlah waktu bangun pada alaram jam. Dengan sering melihat

jam kamar akan mempengaruhi reaksi emosi.

9) Olah raga ringan (yoga) 6 jam sebelum tidur, olah raga erobik selama 20

menit dapat meningkatkan suhu dan metabolisme badan dan akan

menurunkan kembali sekitr 6 jam kemudian. Penurunan metabolisme dan

suhu badan dapat memungkinkan tidur nyenyak.

10) Hilangkan segala kecemasan pikiran tentang rencana besok (Aziz, ,2006).

f. Penatalaksanaan insomnia

1) Non farmakologi

Menurut amin (2007) intruksi yang harus di ikuti oleh penderita

insomnia adalah antara lain :pergi ketempat tidur hanya disaat

mengantuk,menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur,jangan (menonton

televisi, membaca, makan) dan menelpon ditempat tidur jangan berbaring-

baring ditempat tidur karena bisa bertambah frustasi jika tidak bisa tidur,jika

tidak bisa tidur(setelah beberapa menit) harus bangun, pergi keruang lain

kerjakan yang tidak membuat terjaga. Masuk kamar tidur setelah mengantuk

datang kembali,bangun pada saat yang sama setiap hari tampa menghiraukan

waktu tidur,atau hari (misalnya hari minggu) menghindari tidur disiang

hari,jangan menggunakan stimulus (kopi atau rokok) dalam 4-6 jam sebelum

tidur.

2) Farmakologi

16
Obat-obatan hipnotik tidak efektif untuk menggunakan jangka

panjang,sebab teloransinya sering berkembang dalam minggu pertama

setelah satu bulan pemakaian secara teratur.Obat tidur mempunyai efek

samping yang mempengaruhi fungsi keseharian dan kualitas tidur malam.

Orang tua lebih mudah terpengaruh terhadap efek samping dari obat tidur

dari pada orang muda.Hampir semua obat tidur hipnotik mempengaruhi tidur

REM. Ketika obat tidur tidak dilanjutkan,orang dapat mengalami efek

ulangan yang dikarakteristikkan oleh mimpi buruk.Secara umum obat tidur

terdiri atas ,antihistamin yang dapat mempunyai efek samping seperti

konfusi,konstipasi,dan pandangan kabur,baik dari obat itu sendiri maupun

kombinasinya obat tidur dan obat lain yang berbahaya dan sering berakibat

fatal.

g. Pengukuran Insomnia

Salah satu cara untuk mengukur insomnia dapat di ukur melalui

kuisioner Insomnia Rating Scale yang dikembangkan oleh kelompok studi

pusat Biologi jakarta (KSPBJ). Kuisioner ini berisi 8 item pertanyaan

mengenai : lama tidur, mimpi-mimpi, kualitas tidur, masuk tidur, bangun

pada malam hari, kembali tidur setelah terbangun, bangun dini hari dan

perasaan pada waktu bangun tidur. Jumlah skor maksimal untuk skala

pengukuran ini adalah 24. Seseorang dikatakan insomnia apabila skornya

lebih atau sama dengan 10.

Penilaian :

1) Tidak insomnia nilai : 0-9

2) Insomnia nilai :10-24 (Aspuah, 2013).

3. Konsep Lanjut Usia

a. Pengertian Lanjut Usia

Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai

suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan

proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015). Di negara-

negara maju seperti Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan mereka

17
yang telah menjalani siklus kehidupan diatas usia 60 tahun (dalam Juwita,

2013).

Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak

dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu (Prasetya, 2010). Lanjut

usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan secara bertahapn dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia

dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:

1) Usia pertengahan (middle age): usia 45-59 tahun

2) Lansia (elderly): usia 60-74 tahun

3) Lansia tua (old): usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old): usia diatas 90 tahun.

Departemen Kesehatan RI memberikan batasan lansia sebagai berikut:

1) Virilitas (prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakkan

kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)

2) Usia lanjut dini (senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia

lanjut dini (usia 60-64 tahun).

3) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif: usai

diatas 65 tahun (Fatmah, 2010).

b. Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia

Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia

adalah:

1) Mudah Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata

yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka.

2) Mudah Lelah, disebabkan oleh:

a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)

18
b) gangguan organis

c) pengaruh obat-obat

3) Berat Badan Menurun, disebabkan oleh:

a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau

kelesuan

b) Adanya penyakit kronis

c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan

terganggu

d) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)

4) Sukar Menahan Buang Air Besar, disebabkan oleh:

a) Obat-obat pencahar perut

b) Keadaan diare

c) Kelainan pada usus besar

d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)

5) Gangguan pada Ketajaman Penglihatan, disebabkan oleh:

a) Presbiop

b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)

c) Kekeruhan pada lensa (katarak)

d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)

c. Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia

Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang

sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni:

1) Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah,

gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal

2) Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium,

dan ketidakseimbangan tiroid

3) Gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit

kolagen lainnya

4) Berbagai macam neoplasma

d. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

19
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.

menurut Potter dan Perry (2010), tujuh kategori utama tugas perkembangan

lansia meliputi:

1) Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya

penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak

dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.

2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena

itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena

hilangnya peran bekerja.

3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan

kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia

yangmenggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan

sangat berarti bagi dirinya.

4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia.

Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri

selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai

koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak

memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang

menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar

5) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan

fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang

diri.

6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-

anaknya yang telah dewasa

7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

20
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk

mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara

sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu

orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert

dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru

selama pensiun.

4. Kerangka Teoritis

Efek jangka panjang Penyebab insomnia:


mengkonsumsi kopi 1. Faktor psikologis
(kafein) a. Stress
b. Deprsi
a. Insomnia kronik
2. Sakit fisik (penyakit)
b. Gelisah 3. Faktor lingkungan
c. Ulkus a. Lintasan pesawat
b. Lintasan kereta api
c. Pabrik
d. Tv tetangga
4. Usia
5. Jenis kelamin
6. Gaya hidup
a. Alkohol
b. Merokok
c. Minum Kopi

Insomnia pada lansia

2.1 Skema Kerangka Teoritis

B. Keaslian Penelitian

1. Sumirta Dkk, (2014) dengan judul Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur

(Insomnia) Pada Lansia Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan

subjek cross sectional, menggunakan teknik sampling Stratified Proportional

Random Sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Hasil penelitian didapatkan

21
paling banyak lansia mengalami insomnia kategori tinggi sebanyak 46,7%,

kelompok umur paling banyak adalah 55-74 tahun (57,1%), jenis kelamin

perempuan 85,7% , 42,9% tamat SD, 57,1% tidak bekerja, 50% menikah dan

duda/janda, 78,6% memiliki kebiasaan minum kopi, 64,36% memiliki kebiasaan

merokok, 57,1% mengalami kecemasan sedang, 78,6% tidak nyaman dengan

kondisi lingkungannya, dan 78,6% status kesehatannya kurang.

2. Wildani Kalimullah, (2015) Dengan Judul Hubungan Kebiasaan Minum Kopi

Dan Merokok Dengan Hipertensi Pada Orang Dewasa Di Dusun Tambak Rejo

Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Mojokerto. Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu jenis penelitian

mengkaji hubungan antara variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

orang dewasa di dusun tambak rejo yang berjumlah 99 orang dewasa. Tekhnik

sampling yang digunakan adalah dengan tekhnik “simple random”. Besar

sampelnya 79 orang dewasa di dusun tambak rejo. Dalam penelitian ini

menggunakan uji statistik spearman rank dengan program SPSS 19 for windows

dengan taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

dari responden yang mengalami hipertensi stadium 1 yaitu sebanyak 45

responden (57%).

22

Anda mungkin juga menyukai