Kelompok C3
1. Aqmarina Borisman 102015137
2. Chandra Priawan 102019011
3. Virgina Maurila Palakkang 102019017
4. Felicia Noviani 102019048
5. Shelly Lesmana 102019084
6. Freddy 102019099
7. Cahya Virgin Septyany 102019106
8. Poeja Maqfirah Artauli Putri Madani 102019145
ABSTRAK
Untuk menahan kantuk, banyak orang memilih mengkonsumsi kopi karena kandungan
kafein yang tinggi. Pada dasarnya, kafein terkandung dalam berbagai jenis makanan, minuman,
hingga obat-obatan. Senyawa kafein yang masuk ke dalam tubuh dapat memblok reseptor
adenosin sehingga sinyal kantuk tidak dapat ditangkap dan diekspresikan. Sementara itu,
senyawa adenosin dapat mempengaruhi neurotransmitter dan zat-zat kimia lain di otak, salah
satunya efek dopamine. Penggunaan kafein sebagai zat adiktif, apabila telah kecanduan dapat
menimbulkan gejala-gejala ketika dihentikan.
ABSTRACT
To resist sleepiness, many people choose to consume coffee because of its high caffeine
content. Basically, caffeine is contained in various types of food, drinks, to medicines. Caffeine
compounds that enter the body can block adenosine receptors so that drowsiness signals cannot
be captured and expressed. Meanwhile, adenosine compounds can affect other neurotransmitters
in the brain, one of which is the effect of dopamine. The use of caffeine as an addictive substance
can cause symptoms when stopped.
PENDAHULUAN
Kafein sering kali dijumpai dalam berbagai produk. Mulai dari makanan, minuman
hingga obat-obatan mengandung kafein. Kafein banyak dikonsumsi untuk meningkatkan
konsentrasi, menahan kantuk, dll. Pada dasarnya, kafein adalah zat psikoaktif dan stimulan
sistem saraf pusat yang legal. Sebagai zat psikoaktif, kafein mempengaruhi kerja pada otak.
Selain itu, konsumsi kafein yang dilakukan dengan rutin akan berdampak pada meningkatnya
toleransi terhadap kafein. Hal ini dapat menyebabkan seseorang yang mengonsumsi kafein akan
meningkatkan dosis kafeinnya supaya tetap dapat merasakan efek dari kafein tersebut.
Peningkatan toleransi yang berlebihan ini, apabila dihentikan akan membuat pengguna
merasakan gejala-gejala tertentu atau sering dikenal dengan withdrawal effect. Withdrawal effect
yang dialami bervariasi, dapat berupa gejala ringan hingga berat. Salah satu gejala yang paling
umum adalah sakit kepala. Namun, sakit kepala yang terjadi karena withdrawal ini tidak bisa
ditangani dengan sembarang obat, oleh karena banyak obat-obat Pereda sakit kepala
mengandung kafein.
ISI
PART I
1. List common foods/drinks that are sources of caffeine. How much caffeine is found in
each?
Kafein dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsumsi kafein di dunia saat ini tergolong cukup tinggi. Kafein
merupakan zat psikoaktif yang banyak digunakan pada masyarakat. Kafein
banyak digunakan karena efeknya untuk meningkatkan kewaspadaan, ketelitian,
menghilangkan rasa mengantuk, dan menaikkan mood. Kafein yang banyak
terdapat dalam minuman, obat, suplemen, dan permen adalah stimulan yang
paling banyak digunakan di dunia. Kopi tumbuk mengandungi paling banyak
kafein (56-100mg/100ml), diikuti oleh kopi dan teh instan (20-73mg/100ml) dan
kola (9-19mg/100ml). Produk-produk koko dan cokelat juga sumber kafein yang
penting (5-20mg/100g dalam permen cokelat).5 Kadar kafein dalam makanan dan
minuman yang diizinkan Food Drug Administration adalah 100-200 mg/hari,
sementara batas maksimum kafein menurut SNI 01-7156-2006 yaitu 150
mg/hari.1 Pada teh hitam kandungan kafein sebesar 8-11% berat kering untuk 40
mg kafein per 235 ml.2 Berikut beberapa contoh produk yang mengandung kafein
beserta kandungan kafeinnya.
2. W hat is the chemical structure of caffeine? What class of chemical molecules does
caffeine belong to?
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih
dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %).
Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta
diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu
pada berbagai industri makanan.
Efek fisiologis kafein yang beraneka ragam mungkin disebabkan oleh tiga
mekanisme kerjanya, (1) mobilisasi kalsium intraseluler, (2) peningkatan akumulasi
nukleotida siklik karena hambatan phosphodiesterase., dan (3) antagonisme reseptor
adenosine.
Terdapat empat reseptor adenosine yang dikenal: A1, A2(A dan B) dan A3.
Reseptor A1 dan A2 merupakan subtipe utama yang terlibat dengan efek kafein karena
dapat berikatan dengan kafein pada dosis kecil, A2B pula berikatan pada dosis yang
tinggi dan A3 tidak sensitif terhadap kafein.
Selain memberi efek terhadap tidur dan kewaspadaan melalui aktivasi neuron
kolinergik mesopontin oleh antagonisme receptor A1 kafein juga berinteraksi dengan
sistem dopamin untuk memberikan efeknya terhadap perilaku. Hal ini dicapai melalui
penghambatan reseptor adenosine A2 sehingga kafein dapat mempotensiasi
neurotansmisi dopamin, dengan demikian dapat memodulasi reward system. Selain itu,
konsumsi kafein, toleransi dan ketergantungan mempunyai komponen genetika
berdasarkan beberapa penelitian yang melaporkan adanya hubungan antara polimorfisme
gen A2A dengan sensisitivitas terhadap efek kafein. Antagonisme reseptor adenosin
mungkin dapat mempengaruhi proses kognisi antara lainnya dengan mengaktivasi
reseptor D1 dan D2. Penelitian yang dilakukan pada monyet telah membuktikan bahwa
aktivasi reseptor D1 dan D2 dapat meningkatkan prestasi tugas yang menggunakan
memori kerja
Efek terpenting xantin ialah relaksasi otot polos bronkus, terutama bila otot
bronkus dalam keadaan konstriksi secara eksperimental akibat histamine atau secara
klinis pada pasien asma bronkial.6,8
Toleransi kafein terjadi dengan sangat cepat, terutama di kalangan individu yang
sering mengkonsumsi kopi dan minuman energi. Toleransi kafein untuk efek gangguan
tidur berkembang setelah mengkonsumsi 400 mg kafein 3 kali sehari selama 7 hari.
Toleransi kafein terhadap efek subjektif berkembang setelah mengkonsumsi 300 mg 3
kali per hari selama 18 hari , dan mungkin lebih awal. Dalam eksperimen lain, toleransi
kafein dapat diamati ketika subjek mengkonsumsi kafein sebanyak 750-1200 mg per
hari.6,8
5. Propose reasons why Alex and Jenna feel the need to consume caffeine while Sally
does not. Why does Jenna feel that she needs more caffeine than Alex?
Setiap individu memiliki batas maksimum dalam menerima asupan kafein. Faktor
endogen dan faktor lingkungan mempengaruhi metabolisme kafein pada setiap individu.
Mekanisme kafein mempengaruhi tubuh dengan memblokir reseptor adenosine, yang
membuat terjadinya sekresi katekolamin : adrenalin, dopamine, dan serotonin. Kafein
memberikan efek pada ketahanan mental dan fisik, lebih berkonsentrasi, penghilang
kelelahan juga ngantuk.Selain itu kafein juga memberikan efek ketergantungan terhadap
setiap individu hal ini karena terjadinya penurunan nutrisi, dan gangguan penyerapan
nutrisi. Selain itu kafein juga memiliki efek samping dimana dapat meningkatkan kadar
asam lambung.10 Adiksi kafein berarti dimana seseorang menjadi ketagihan terhadap
kafein. Apabila konsumsi kafein dihentikan secara tiba-tiba akan membuat efek yang
tidak enak seperti sakit kepala, mual, rasa lelah, cemas, otot-otot kaku, dan sulit
konsentrasi. Selain itu apabila seseorang sudah toleransi kafein maka yang biasanya
hanya secangkir menjadi tidak ada manfaatnya sehingga dosisnya dinaikkan agar dapat
merasakan manfaatnya.11
PART II
1. What is g-protein coupled receptors? Where are these receptors located in the cell? How do
they work? Draw a diagram.
g-protein coupled receptors adalah reseptor yang memegang kunci utama dalam
rangsangan dari luar sel untuk sinyal masuk kedalam sel12. Reseptor ini terdapat pada membrane
sel. cara kerja reseptor ini disebut juga GTP-binding Protein, restor ini juga disebut sebagai
reseptor 7-transmembrane karena semua reseptor-reseptor ini memiliki structural yang sama
dalam melewati membrane plasma.13 Cara kerja GTP-binding protein adalah sebagai berikut:
2. What is an antagonist for a receptor? What would an antagonist do? Draw a diagram
to explain this.
Antagonis reseptor adalah istilah dalam bidang ilmu farmakologi terutama berhubungan
dengan farmakodinamik yaitu ilmu yang mempelajari efek-efek biokimia dan fisiologi obat serta
mekanisme kerja obat dalam tubuh. Antagonisme reseptor berkaitan dengan suatu keadaan ketika
efek dari suatu obat menjadi berkurang atau hilang sama sekali yang disebabkan oleh keberadaan
satu obat lainnya. Prosesnya berikatan dengan reseptor namun tidak menyebabkan aktivasi,
menurunkan kemungkinan agonis akan berikatan pada reseptor, sehingga menghalangi kerjanya
dengan secara efektif dengan cara melemahkan atau melepaskan dari sistem reseptor. 17
tersebut.
Antagonis dibagi menjadi dua kelas bergantung pada apakah secara langsung bersaing
dengan agonis untuk berikatan dengan reseptor atau tidak, yaitu:17,18
2. Jika konsentrasi agonis yang tinggi dapat menghambat efek konsentrasi tertentu
antagonis, ini terjadi ketika reaksi berlangsung secara irreversible dan antagonis
berikatan secara non kompetitif pada reseptor.
Struktur kafein mirip dengan struktur senyawa turunan xanthine lain yaitu
adenine. Adenin sendiri merupakan penyusun senyawa ATP yaitu senyawa
penghasil energy bagi tubuh manusia di otak terdapat reseptor adenosine. Molekul
kafein yang secara struktur mirip dengan adenine akan mengikat reseptor
adenosine tersebut dan menghalangi sel otak untuk mengikat adenine kafein
bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosine dalam sel saraf
yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan
tekanan darah, Sekresi asam lambung dan aktivitas otot serta perangsangan hati
untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energy
ekstra, akibatnya tubuh akan terasa segar dan rasa ngantuk hilang.15,16
Sel sel yang berada dalam tubuh seperti neuron akan memecah molekul
yang disebut adenosine trifosfat, salah satu produk penguraiannya adalah
adenosine. Ketika adenosine yang keluar dari dari reseptor adenosine akan
menimbulkan rasa ngantuk karena kadar adenosine yang tinggi di otak
mengindikasikan bahwa otak telah sangat aktif dan perlu istirahat,sehingga
adenosine akan menghasilkan ngantuk. Karena struktur adenosine dan kafein
sama sehingga kafein bisa berikatan dengan dengan reseptor adenosine. Setelah
tubuh memecah kafein, adenosine dengan mudah mengikat reseptornya
menyebabkan ngantuk dikarenakan dilakukan dengan bersaing dengan adenosine
untuk reseptor.16
4. Adenosin menempati reseptor neuron pada otak. Secara spesifik, adenosin menempati
Kafein dapat masuk ke dalam otak karena memiliki struktur yang serupa dengan
adenosin. Kafein memiliki struktur yaitu C8H10N4O2 , Sedangkan adenosin memiliki
struktur yaitu C10H13N5O4 . Karena itu kafein dapat berfungsi sebagai antagonis reseptor
adenosin dan memiliki efek psychotropic dan anti-inflammatory. Pada saat dikonsumsi
kafein akan berikatan dengan reseptor adenosin pada sistem saraf pusat, dan mencegah
adenosin berikatan dengan reseptornya. Dengan terhalangnya adenosin untuk berikatan
dengan reseptornya maka akan menstimulasi aktivitas dari sistem saraf pusat dengan
menstimulasi aktivitas dari medullary, vagal, vasomotor, dan sistem respirasi pada otak
tengah. Dengan menstimulasi kerja otak, maka kafein dapat menghambat sinyal untuk
tertidur. Selain itu kafein juga dapat meningkatkan kadar dopamine yang disebabkan
karena terjadi perlambatan reabsorpsi dopamine.22,23
PART III
1. Describe the biological basis for Parkinson’s Disease (pd). Include specific molecules
and cells involved in the pathogenesis of pd. What groups of people are most affected
by pd? What treatments or cures are available for pd?
Kemajuan besar telah dibuat dalam pengobatan penyakit Parkinson (PD) selama
setengah abad terakhir, tetapi levodopa tetap menjadi obat paling manjur untuk
mengendalikan gejala PD . Sebelum memulai terapi medis, diagnosis PD yang benar
harus ditetapkan dan tingkat gangguan (motorik, sensorik, otonom dan mental)
ditentukan. Setiap terapi pasien harus disesuaikan secara individual, dan beragam obat
selain levodopa saat ini tersedia. Di antaranya adalah agonis dopamin (DA), inhibitor
katekol-o-methyltransferase (COMT) dan agen non dopaminergic (Gambar 1).
Perbandingan obat head-to-head dalam kelas jarang terjadi, dan perbedaan yang muncul
terkait dengan efek pada fluktuasi motorik, diskinesia, on / off times dan efek samping
dari agen spesifik dalam setiap kelas.
Levodopa adalah obat yang paling manjur untuk mengendalikan gejala PD,
terutama yang berhubungan dengan bradikinesia. Namun, karena terapi levodopa sering
dikaitkan dengan komplikasi motorik, seperti fluktuasi dan diskinesia, ada perdebatan
yang sedang berlangsung mengenai kapan dalam perjalanan PD adalah yang paling tepat
untuk memulai terapi levodopa. Strategi lain untuk memperpanjang respons DA
menggunakan penghambatan COMT oleh obat-obatan seperti entacapone. Entacapone,
karena waktu paruh yang pendek, memerlukan pemberian yang sering, kebanyakan
pasien menggunakan entacapone dengan setiap dosis levodopa.25
Interaksi antara dopamin dan glutamat pada neuron berduri medium striatal telah
ditemukan memainkan peran penting dalam PD, dan ada banyak dukungan teoritis dan
eksperimental untuk penggunaan antagonis glutamat sebagai obat neuroprotektif
potensial. Salah satu pendekatan terapeutik dan berpotensi neuroprotektif yang sangat
menjanjikan melibatkan penggunaan faktor neurotropik, seperti neurturin (NTN) dan
faktor neurotropik turunan garis sel glial (GDNF)27
2. What questions could Sally ask her grandfather about pd that might be useful for the
students’ biology project?
Beberapa pertanyaan yang dapat ia tanyakan pada kakeknya antara lain;
- Apakah anda mengonsumsi kafein dalam bentuk apapun pada kegiatan sehari-hari
3. Based on the graph below, what do you conclude about Parkinson’s Disease? What
other information would you need to properly assess the data? Propose additional ways
of performing this experiment in a more controlled environment. What variables would
you need to consider in your experimental design?
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa ada relasi antara konsumsi kafein per hari dan
angka kejadian Parkinsons. Terlihat bahwa angka kejadian PD menurun saat konsumsi
kafein meningkat. Untuk menelaah datanya, harus dilihat pada kelompok yang diuji, di
mana beberapa orang dapat secara genetik memiliki riwayat penyakit parkinson
dibanding yang lain (silsilah keluarga diperhitungkan juga). Percobaan juga harus dilihat
dari pola makan kelompoknya untuk melihat kemungkinan konsumsi makanan. Dapat
juga dilihat melalui rata-rata jumlah olahraga pada kelompok yang diuji tersebut. Anda
juga akan memerlukan informasi lebih lanjut tentang mekanisme yang dimainkan kafein
sehubungan dengan PD, untuk melihat apakah itu merupakan mekanisme langsung atau
tidak langsung. Ini akan membantu untuk melihat mengapa 209-287 tidak mengikuti tren
dari sisa data.
Hipotesisnya adalah ada hubungan antara asupan kafein dan risiko PD. Hipotesis
nolnya adalah bahwa kafein tidak berpengaruh pada asupan kafein dan risiko PD. Untuk
percobaan ini, akan menjalankan studi buta ganda. Kelompok eksperimennya adalah
kelompok orang yang memiliki jumlah kafein yang berbeda (mg / hari) dibandingkan
dengan kelompok kontrol dengan berbagai dosis plasebo. Kelompok eksperimental juga
akan dibagi menjadi orang-orang dengan atau tanpa kecenderungan genetik untuk PD,
yang dapat memberikan lebih banyak wawasan tentang kemampuan pencegahan. Saya
akan memastikan untuk memiliki diet ketat dan resimen olahraga untuk setiap kelompok.
Insidensi akan diukur pada titik waktu yang berbeda.Ini adalah studi yang sangat
sulit, karena ada begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi pola makan dan
timbulnya penyakit. harus memantau semua yang diambil oleh subjek. Eksperimen lain
bisa sama dengan yang pertama (eksperimen dan kelompok kontrol yang sama), tetapi
pemberian kafein kepada orang-orang yang sudah memiliki PD, untuk melihat apakah itu
mungkin pengobatan.
Harus menggunakan ukuran sampel sebesar yang bisa, karena sulit untuk
memperkirakan ukuran sampel kecil. Juga akan membuat perawatan berlangsung selama
mungkin, karena PD biasanya merupakan penyakit yang terlambat datang.Sekali lagi,
menggunakan kontrol yang sama, juga akan menggunakan model tikus untuk menyelidiki
apakah kafein dapat mengubah efek faktor-faktor pengaruh penyakit, seperti trauma atau
penggunaan narkoba.32
PART IV
1. Although she is unaware, Jenna is suffering from caffeine withdrawal. List common
symptoms of caffeine withdrawal.
● Sakit kepala, sakit kepala kafein biasanya dimulai di belakang mata dan
kemudian bergerak ke depan kepala.36,37
● Kantuk, Ini bukan kelelahan biasa Anda, ini duduk tegak tetapi masih tidak bisa
membuat mata Anda terbuka kelelahan.36,37
● Sifat lekas marah, merasa mudah terganggu atau tersinggung. Yang terbaik
adalah hanya mengunci diri di kamar Anda selama tahap ini.36,37
● Kelesuan, melupakan produktivitas pada tahap ini karena Anda tidak akan
termotivasi untuk melakukan apa pun dari penurunan tiba-tiba tingkat dopamin
Anda.36,37
● Sembelit, kafein merangsang usus, jadi tanpanya, usus juga menjadi sedikit
rewel.36,37
● Depresi, penarikan kafein bisa menghilangkan semua harapan untuk hidup. Blues
sementara adalah satu hal, tetapi jika Anda sudah berjuang dengan depresi ini bisa
menjadi masalah besar.36,37
● Nyeri Otot, Kekakuan, Kram, karena kafein memiliki kualitas penghilang rasa
sakit, nyeri otot akan menjadi sangat nyata.36,37
● Kurang konsentrasi, melupakan sekolah, belajar, operasi otak, atau perbaikan
mesin jet selama tahap penarikan ini.36,37
● Gejala mirip flu, hidung yang tersumbat, sinus yang tersumbat, dan tekanan
sinus telah dilaporkan oleh orang-orang yang menarik diri dari kafein.36,37
● Insomnia, beberapa orang benar-benar tidak bisa tidur ketika melalui penarikan
kafein meskipun secara fisik mereka merasa sangat lelah.36,37
● Mual dan muntah, beberapa orang bahkan tidak bisa memikirkan makanan
beberapa hari pertama penarikan yang menambah perasaan lesu.36,37
● Kegelisahan, pada beberapa orang, kafein sebenarnya menyebabkan kecemasan,
tetapi pada orang lain, menarik diri dari obat dapat menyebabkan perasaan cemas
dan serangan panik bahkan telah dilaporkan oleh beberapa orang.36,37
● Kabut Otak, penarikan dapat menyebabkan beberapa orang mengalami kabut
otak yang digambarkan sebagai kesulitan memiliki pikiran yang koheren,
kesulitan berpikir, dan kesulitan melakukan tugas-tugas umum.36,37
● Pusing, penarikan kafein dapat menyebabkan beberapa orang kehilangan rasa
keseimbangan dan mengalami vertigo.36,37
● Kelainan Irama Jantung, karena kafein juga merangsang otot jantung, beberapa
orang mengalami perubahan dalam ritme jantung mereka selama penarikan. Baik
tekanan darah rendah dan bahkan palpitasi telah dilaporkan.36,37
2. What is the timeframe for the onset of these symptoms? How long can they last?
Kafein adalah zat psikoaktif yang paling umum dikonsumsi di dunia. Kafein berfungsi
sebagai stimulan sistem saraf pusat, artinya memengaruhi aktivitas saraf di otak dan
meningkatkan kewaspadaan sekaligus mengurangi kelelahan.38 Jika tubuh menjadi
tergantung pada kafein, menghilangkannya dari diet dapat menyebabkan gejala penarikan
yang biasanya dimulai 12-24 jam setelah menghentikan kafein. Penarikan kafein
adalah diagnosa medis yang diakui dan dapat memengaruhi siapa pun yang secara teratur
mengkonsumsi kafein.39
3. Sally offers Jenna some medication to try to alleviate her headache, which is caused by
dilation of blood vessels in the brain. Explain why you think many headache
medications contain caffeine ?
4. Compare and contrast “drug dependence” and “drug addiction”. Based on this
comparison, justify under which category you would place caffeine consumption.
Penutup
SIMPULAN
Kafein bekerja secara antagonis terhadap reseptor adenosin A1 dan A2A. Kafein dapat berikatan
dengan reseptor tersebut karena kemiripan struktur dengan molekul adenosin. Reseptor adenosin
A1 dan A2A merupakan bagian dari G-protein reseptor yang berperan dalam transduksi sinyal
yang banyak ditemukan di otak. Pengikatan reseptor secara antagonis non selektif berdampak
pada perubahan fisiologis tubuh. Konsumsi kafein secara rutin dapat meningkatkan toleransi
kafein. Sementara, pemberhentian kafein akan menimbulkan berbagai gejala withdrawal karena
sifat adiktif kafein. Sebagai zat adiktif, kafein dapat membuat ketergantungan.
Daftar Pustaka