Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia adalah kafein.


Diperkirakan lebih dari 80% orang dewasa di Amerika serikat menonsusmsi
kafein secara teratur dan di seluruh dunia, konsumsi terintegerasi dengan baik
dalam praktik kebudayaan harian. Oleh karena penggunaan kafein sangat pervasif
dna diterima secara luas, gangguan yang dikaitkan dengan penggunaan kafein
mungkin terlewat. Namun, seseorang sebaiknya mengetahui bahwa kafein
merupakan senyawa psikoaktif yang dapat menimbulkan kisaran sindrom yaang
luas.1

Kafein terkandung dalam minuman, makanan, obat yang diresepkan, serta


obat bebas. Seorang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi sekitar rata-rata
200mg kafein per hari, meski 20-30 % orang dewasa mengonsumsi lebih dari 500
mg per hari. Penggunaan kopi per kapita di Amerika Serikat adalah 10,2 pon per
tahun. Secangkir kopi dan beberapa obat migren serta stimulan yang dijual bebas
mengandung sepertiga sampai setengah kafein pada secangkir kopi. Kokoa,
cokelat dan minuman ringan mengandung jumlah kafein yang signifikan, cukup
untuk menimbulkan beberapa gejala intoksikasi kafein pada anak kecil bila
mereka makan sebatang permen atau minuman kola 12 ons.1

Menurut The Diagnostic and Statistical Manuak of Mental Disorder (DSM-IV-


TR), prevalensi gangguan terkait kafein yang sebenarnya ridak diketahui, tapi
sampai 85% orang dewasa mengonsumsi kafein setiap tahun.Orang dengan
gangguan terkait kafein cenderung memiliki gangguan terkait zat lailn dibanding
mereka yang tanpa diagnosis gangguan terkait kafein. Sekitar dua pertiga dari
mereka yang mengonsusmsi kafein harian dalam jumlah besar juga menggunakan
obat sedatif dan hipnotik.1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Pengguanaa Zat

Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparakhannya ( dari


intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai
gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh
karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif.

2.2 Gangguan Terkait Kafein

Kafein, suatu metilsantin, lebih poten daripada metilsantin lain yang


sering digunakan, teofilin (Primantene). Waktu-paruh kafein dalam tubuh
manusia adalah 3-10 jam dan wakru untuk mencapai konsentrasi puncak
adalah 30-60 menit.kafein mudah melintasi sawar darah-otak. Kafein
terutama bekerja sebagai antagonis reseptor adenosin. Aktivasi reseptor
adenosin mengaktivasi protein G inhibitorik (G1) yang kemudian
menghambat pembentukan duta-kedua adenosin.

2.2.1 Genetika dan Konsumsi Kafein

Sejumlah penelitian yang membandingkan konsumsi kopi pada


kembar monozigot dan dizigotik menunjukan angka kesamaan yang lebih
tinnggi pada kembarmonozigotik, yang menandakan bahwa mungkin
terdapat suatu predisposisi genetik terhadap konsumsi kopi berkelanjutan
setelah terpajan kopi.

2.2.2 Kafein Sebagai Zat yang Disalahgunakan.

Kafein membuktikan semua sifat yang dikaitkan dengan zat


umumnya disalahgunakan. Pertama, kafein dapat bekerja sebagai penguat
positif, terutama pada dosis rendah. Kedua, studi pada hewan dan manusia
melaporkan bahwa kafein dapat dibedakan dengan plasebo kondisi
eksperimental tersamar. Ketiga, baik studi pada hewan maupun manusia
menunjukan bahwa timbul toleransi fisik terhadapa beberapa efek kafein dat
terjadi putus zat.

2.3 Efek Kafein

Sebagian besar studi menemukan bahwa kafein mengakibatkan


vasikonstriksi serebri global, dengan resultan penurunan aliran darah serebri,
meski efek ini mungkin tidak terjadi pada orang di atas 65 tahun. Menurut
studi terbaru, toleransi tidak terjadi pada efek vasokonstriksi dan aliran darah
serebri menunjukan peningkatan balik setelah putus dari kafein. Beberapa
klinisi yakni bahwa konsumsi kafein dapat menyebabkan konstriksi serupa
pada arteri koroner.

2.4 Diagnosis

Diagnosis intoksikasi kafein atau gangguan terkait kafein lain


terutama bergantung pada riwayat kom[rehensif konsumsi pasien terhadap
produk yang mengandung kafein. Riwayat sebaiknya mencakup apakah
seorang pasien pernah mengalami gejala putus kafein selama periode ketika
konsumsi kafein dihentikan maupun dikurangi secara drastis.

Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk intoksikasi kafein

A. Riwayat baru saja mengonsumsi kafein, biasanya melebihi 250mg


B. Lima atau lebih tanda berikut muncul, timbul selama atau segera setelah
penggunaan kafein:
- Gelisah
- Gugup
- Eksitasi
- Insomnia
- Muka memerah
- Diuresis
- Gangguan gastrointestinal
- Kedutan otot
- Alur pikir dan pembicaraan meracau
- Takikardi atau aritmia jantung
- Periode tidak merasa lelah
- Agitasi psikomotor
C. Gejala pada kriteria ke B dapat menyebabkan penderitaan atau hendaya
fungsi sosial, okupasional atau area fungsi penting lain yang signifikan
secara klinis
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain
Kategoro gangguan terkait kafein yang tak tergolongkan dikaitkan dengan
penggunaan kafein yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai intoksikasi
kafein, gangguan ansietas terinduksi kafein atau gangguan tidur terinduksi
kafein. Suatu contoh adalah keadaan putus kafein.

2.5 Intoksikasi Kafein

DSM=IV-TR merinci kriteria diagnosis intoksikasi kafein,


termasuk riwayat baru saja mengonsumsi kafein biasanya melebihi 250 mg.
Insiden tahunan intoksikasikafein diperkirakan sebesar 10%, walaupun
beberapa klinisi dan investigator menduga bahwa insiden sebenarnya jauh
lebih tinggi. Gejala yang lazim disebabkan oleh intoksikasi kafein antara lain
ansietas, agitasi psikomotor, gelisah, iritabilitas dan keluhan psikofisiologis
seperti kedutan otot, muka memerah, mual, diures gangguan gastrointestinal,
keringat berlebih, rasa geli di jari dan tangan dan kaki, insomnia. Konsumsi
lebih dari 10g kafein dapat menyebabkan kejang umum tonik-klonik, gagal
napas dan kematian.

2.6 Gambaran Klinis

Setelah iingesti kafein 50sampai 100mg, gejala yang lazim mencakup


peningkatan kesiagaan, rasa sehat yang ringan, serta peningkatan kinerja
verbal dan motorik. Ingesti kafein juga dikaitkan dengan diuresis, stimulasi
otot jantung, peningkatan sekresi asam lambung dan peningkatan tekanan
darah.
2.7 Efek Samping

Kafein tidak berhubungan dengan risiko terksit jsnting pada orang


sehat, orang dengan penyakit jantung yang telah ada sebelumnya sering
disarankan untuk membstsdi asupan kafein karena ada kemungkinan
hubungan antara aritmia jantung dan kafein. Kafein menyebabkan penigkatan
sekresi asam lambung.

2.8 Gangguan Berhubungan dengan Zat Lain

Orang dengan gangguan berhubungan dengan kafein lebih mungkin


memiliki gangguan berhubungan dengan zat tambahan dibandingkan dengan
orang tanpa diagnosis gangguan berhubungan dengan kafein. Kira-kira du
pertiga orang mengonsumsi sejumlah besar kafein setiap harinya juga
menggunakan obat sedatif dan hipnotik.

2.9 Gambaran Klinis

Setelah menggunakan 50 sampai 100mg kafein, gejala yang sering


adalah penigkatan kesiagaan, rasa kesehatan yang ringan dan rasa
peningkatan kinerja vverbal dan motorik. Penggunaan kafein juga disertai
dengan diuresis, stimulasi otot jantung, peningkatan sekresi asam lambung
dan biasanya peningkatan ringan pada tekanan darah.

2.10 Terapi

Analgesik, seperti aspirincukup untuk mengendalikan sakit kepala dan


nyeri otot yang dapat menyertai keadaan putus kafein. Benzodiazepin jarang
digunakan untuk meredakan gejala putus obat, benzodiazepin sebaiknya
digunakan dalam dosis kecil untuk waktu singkat, paling lama 7-10 hari.

Langkah pertama, mengurangi atau menghentikan konsumsi kafeinadalah


meminta pasien menentukan konsumsi kafein hari-harian. Hal yang paling
baik dicapai dengan meminta pasien menyimpan buku harian makanan.
Pasien harus mengenali semua sumber kafein dalam makanan, termasuk
bentuk-bentuk kafein dan secara akurat mrncatat jumlah yang dikonsumsi.
Setelah beberapa hari menulis buku harian, klinisi dapat bertemu dengan
pasien, meninjau buku harian tersebut dan menentukan dosis kafein harian
rata-rata dalam miligram. Pasien dan klinisi kemudian sebaiknya menentukan
jadwal konsusmsi kafein yang semakin berkurang. Jadwal tersebut
sebaiknyamencakup penurunan dalam tingkat 10% setiap beberapa hari. Oleh
karena kafein biasanya dikonsumsi dalam bentuk minuman, pasien dapat
menggunakan prosedur substitusi yaitu minuman tanpa kafein digunakan
secara bertahapp untuk menggantikan minuman berkafein. Buku harian
sebaiknya dipertahankan selama masa ini sehingga kemajuan pasien dapat
dimonitor. Pengurangan sebaiknya diidividualisasi bagi tiap pasien sehingga
tingkat penurunan konsumsi kafein meminimalkan gejala putus zat.
Sebaiknya menghindari penghentian semua penggunaan kafein secara
mendadak, karena gejala putus zat cenderung timbul dengan penghentian
mendadak semua penggunaan kafein.

BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai