Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan

Pustaka

Gejala, Diagnosis, dan Tata Laksana pada Pasien


Peminum Kafein yang Mengalami Adiksi
Susanty Dewi Winata

Staf Pengajar Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja FK Ukrida


Alamat korespondensi: susandwinata@yahoo.com

Abstrak
Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. Kafein digunakan
sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat metabolisme. Konsumsi kafein berguna untuk
meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk, dan menaikkan mood. Penggunaan kafein juga
dapat menyebabkan gangguan ansietas dan gangguan tidur yang terinduksi kafein Kondisi intoksikasi
kafein dapat memberikan gejala antara lain gelisah, gugup, insomnia, emosional, urinasi berlebihan,
gangguan pencernaan, otot berkedut, denyut jantung yang cepat dan tidak teratur. Adiksi kafein dapat
menyebabkan intoksikasi, keadaan putus kafein, dan kafein dependen. Konsumsi kafein yang
bekelanjutan dapat mempengaruhi beberapa faktor seperti efek farmakologi kafein, predisposisi
genetik, gejala putus kafein, usia, dan norma sosial. Semakin bertambahnya coffee shop di Indonesia,
menyebabkan semakin banyaknya masyarakat yang berpeluang menjadi adiksi kafein, sebaiknya
diberikan sosialisasi mengenai pencegahan ketergantungan kafein, tatalaksana sesuai gejala
simptomatik dan dapat diberikan psikoterapi.

Kata kunci: kafein, adiksi kafein, intoksikasi kafein

Abstract
Caffeine is a psychoactive agent and the most consumed substance in the society. Caffeine is
commonly used to stimulate central nervous system and accelerate metabolism. Consuming caffeine
can increase alertness, mood, and get rid of drowsiness. Excess in caffeine can cause both sleep and
anxiety disorders. Caffeine intoxication can cause symptoms such as anxiety, nervous disorder,
insomnia, excessive emotion, excessive diuresis, gastrointestinal disorders, wrinkled muscle,
tachycardia and arrhythmia. Caffeine addiction can cause caffeine intoxication. Continuous
consumption of caffeine affects many factors such as caffeine pharmacology effects, genetic
predisposition, caffeine-withdrawal symptoms, age, and social norms. The increasing the number of
coffee shops in Indonesia increase the chance of people to be caffeine addict. Hence, socialization on
preventing caffeine addiction, management of caffeine addiction, and psychotherapy should be given.

Key words: caffeine, caffeine addiction, caffeine intoxication


Pendahuluan diterima secara luas, maka gangguan yang
dikaitkan dengan kafein mungkin terlewat.
Kafein merupakan zat psikoaktif yang Penggunaan kafein yang berlebih dapat
paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. menimbulkan ketergantungan dengan gejala
Kopi, teh, soda, dan coklat merupakan jenis 1,6
intoksikasi dan gejala putus zat.
minuman yang mengandung kafein. Kafein
yang terdapat dalam kopi biasanya
dikonsumsi secara oral sebagai minuman, Sifat dan Cara Kerja Kafein
sedangkan dalam obat biasanya berbentuk
tablet.1 Kafein adalah senyawa alkaloida
Industri kopi di Indonesia dalam turunan xantine (basa purin) yang berwujud
sepuluh tahun terakhir semakin bertambah, kristal berwarna putih. Kafein diproduksi oleh
sering dengan meningkatnya produksi kopi tanaman sebagai pestisida alami untuk
olahan yang dihasilkan oleh industri pertahanan diri terhadap serangga yang
pengolahan kopi, semakin bertambahnya memakan tanaman tersebut. Tanaman yang
cafe dan coffee shop di kota-kota besar. mengandung kadar kafein tinggi antara lain
Peningkatan konsumsi kopi di Indonesia, kopi (Coffea arabica), teh (Camellia sinensis),
selain didukung dengan pola sosial coklat (Theobroma cacao), dan kola (Cola
masyarakat dalam mengonsumsi kopi, juga acuminata). 7
ditunjang dengan harga yang terjangkau, Kafein atau 1,3,7 trimetilsantin
kepraktisan dalam penyajian, serta mempunyai struktur kimiawi yang berkaitan
keragaman rasa yang sesuai dengan selera dengan beberapa metabolit penting, seperti
konsumen.2,3 adenin, guanin, santin, dan asam urat. Karena
Di Amerika Serikat, 80 persen orang sifatnya yang lipofilik, maka pada penggunaan
dewasa mengonsumsi kafein setiap hari.1 oral, 99% kafein diserap ke dalam darah dan
Finlandia merupakan negara yang paling kadar tertinggi dalam darah dicapai dalam
tinggi konsumsi kafein di dunia, dengan waktu 30-60 menit. Selanjutnya dengan cepat
rata-rata mengonsumsi 400 mg setiap hari (4 kafein menyebar ke seluruh tubuh dan
atau 5 cangkir kopi) dan mencapai 9,6 kg menembus blood brain barrier ke otak. Kafein
2,4
per kapita. Menurut data Asosiasi dapat ditemukan di plasma darah, air liur, ASI,
Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), pada air kemih, cairan serebrospinal, semen, dan air
6,7,8
tahun 2014 konsumsi kopi Indonesia telah ketuban.
mencapai 1,03 kg per kapita dengan Waktu paruh kafein bervariasi antara
kebutuhan kopi mencapai 260 ribu ton. Data 2-12 jam dengan rata-rata 4-6 jam, tergantung
ini meningkat sebesar 36% sejak tahun pada penggunanya. Kehamilan dan penyakit
4
2010. Pada tahun 2004, Badan Pengawas hati yang kronis meningkatkan waktu paruh,
Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan sedangkan merokok menurunkan waktu
8,9
surat keputusan tentang Ketentuan Pokok paruh.
Pengawasan Suplemen Makanan. Dalam Mekanisme kerja kafein adalah
keputusan ini, disebutkan bahwa batas menyekat reseptor adenosin, menghambat
konsumsi kafein maksimum adalah 150 enzim fosfodiesterase, dan menginduksi
mg/hari dibagi minimal dalam 3 dosis. 4 translokasi kalsium intraseluler. Adenosin
Kopi dapat mengandung 50-200 mg kafein menyebabkan bronkokonstriksi, menghambat
per cangkir. Teh dapat mengandung 40-100 pelepasan renin, dan mengurangi agregasi
mg kafein per cangkir. Berdasarkan surat trombosit. Karena strukturnya mirip, maka
keputusan tersebut diatas, batas kandungan kafein akan menggantikan posisi adenosin
kafein dalam minuman maksimum 50 mg untuk berikatan dengan reseptor di otak.
per sajianr.4,5 Adenosin sendiri merupakan neurotransmiter
Kafein memiliki efek pada sistem di otak yang menekan aktivitas sistem saraf
saraf pusat dan stimulan metabolik, pusat (neuro-depresan). Bagaimana kafein bisa
digunakan baik sebagai penenang maupun meningkatkan aktivitas dari SSP masih belum
untuk mengurangi kelelahan fisik dan bisa diketahui secara pasti, namun efek dari
mengembalikan kewaspadaan mental saat kafein ini bisa menyebabkan peningkatan
kelemahan atau mengantuk.3 Oleh karena aktivitas mental dan membuat seseorang tetap
penggunaan kafein sangat menyebar dan
terjaga. Adenosin juga berperan dalam laten tidur, mengurangi volume tidur, dan
6,8,9
pembentukan asam nukleat dan ATP. menurunkan mutu tidur. Pengaruh tersebut
Kafein juga meningkatkan hormon bervariasi menurut keteraturan dalam
adrenalin dalam darah yang menyebabkan mengonsumsi kafein. Kafein juga dapat
peningkatan aktivitas otot jantung dalam menyebabkan peningkatan tekanan darah
memompa darah dan meningkatkan tekanan sistole secara mendadak sebesar 10 mmHg,
darah, sehingga aliran darah ke berbagai organ meningkatkan denyut jantung selama 2-3 jam.
tubuh meningkat. Hal inilah yang mendasari Penggunaan jangka panjang kafein dapat
perasaan segar atau hilangnya rasa lelah menyebabkan terjadi toleransi sehingga
setelah mengkonsumsi kafein. Tetapi harus pengguna tidak merasakan adanya pengaruh
diingat bahwa efek ini hanyalah bersifat pada denyut jantung maupun tekanan darah.
sementara.6 Pada seseorang yang peka terhadap kafein
Selain bekerja pada reseptor adenosin, dapat terjadi aritmia jantung dan kontraksi
kafein juga menstimulasi pelepasan prematur otot jantung. Penelitian
norepinefrin, menghambat pemecahan cAMP, membuktikan bahwa ada pengaruh terhadap
meningkatkan kerja cGMP, dan meningkatkan pemberian dosis minimal kafein terhadap
efek dopamin postsinaps. Kafein diduga juga peningkatan memori kerja dan atensi. 6,12,13
berpengaruh terhadap reseptor GABA dan Intoksikasi ringan kafein ditandai
serotonin.6,9 dengan keluhan tidak dapat tidur, gelisah, tidak
suka makan, muntah, kekurangan cairan,
Pengaruh terhadap Pengguna berdebar-debar, tekanan darah sedikit naik,
sesak napas ringan, hiperaktif, mudah
Konsumsi 1-2 cangkir kopi (100-200 tersinggung, kecurigaan, dan cemas.
mg) dapat menghilangkan kantuk, Sedangkan pada intoksikasi berat dapat terjadi
meningkatkan kesegaran, mempertahankan takiaritmia, hipertensi yang jelas, demam,
kemampuan motorik, dan menghilangkan rasa kejang, delirium, dan psikosis dengan
lelah. Dosis letal kafein adalah 100 cangkir gambaran paranoid. Toleransi dapat terjadi
kopi (10 g) yang dapat menyebabkan muntah, pada pemakaian kafein secara teratur dan
10,11 7,13
kejang, dan aritmia jantung. ketergantungan secara psikologis jelas ada.
Pada manusia, kematian akibat Gejala putus kafein dapat timbul setelah
keracunan kafein jarang terjadi. Namun reaksi beberapa minggu mengonsumsi kopi 5 cangkir
yang tidak diinginkan telah terlihat pada atau lebih setiap hari. Gejala putus kafein
penggunaan kafein 1 g yang menyebabkan dapat berupa gelisah, gugup, mudah
kadar dalam plasma di atas 30 μg/ml. Gejala tersinggung, tidak mampu bekerja efektif,
permulaan berupa sukar tidur, gelisah dan mual, letargi, nyeri kepala, gemetar, sembelit,
eksitasi yang dapat berkembang menjadi 13,14
dan kadang-kadang depresi.
delirium ringan. Gangguan sensoris berupa
tinitus dan kilatan cahaya sering dijumpai. Adiksi Kafein
Otot rangka menjadi tegang dan gemetar,
sering pula ditemukan takikardi dan Adiksi kafein adalah penggunaan
ekstrasistol dan pernapasan menjadi lebih kafein yang dapat menyebabkan lima sindrom
10,12 kafein yaitu intoksikasi, ansietas, gangguan
cepat.
Kafein dapat mempengaruhi otak tidur, keadaan ketergantungan dan putus
melalui dua mekanisme yaitu menginduksi kafein.13 Konsumsi kafein yang bekelanjutan
vasokontriksi pembuluh darah otak sehingga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke efek farmakologi kafein, predisposisi genetik,
otak dan yang kedua adalah meningkatkan gejala putus kafein, usia, dan norma sosial.12,13
konsumsi glukosa pada beberapa daerah Karena senyawa ini bekerja pada SSP,
hipoperfusi yaitu pada sel monoamin di daerah seperti halnya alkohol atau narkotika, maka
substansia nigra, raphe medialis dan dorsalis, akan timbul reaksi-reaksi seperti adiksi,
serta lokus sereleus. Perubahan faal ini withdrawal, dan toleransi bila dikonsumsi
mempengaruhi perubahan perilaku dan fisik dalam jangka waktu yang lama. Adiksi berarti
selama orang minum kopi.10 bahwa seseorang menjadi ketagihan terhadap
Apabila minum kopi 30-60 menit kafein. Withdrawal merupakan berbagai reaksi
sebelum tidur dapat memperpanjang periode yang timbul bila konsumsi kafein dihentikan
secara tiba-tiba, seperti sakit kepala, mual, rasa jenis kelamin, dan ras belum banyak diteliti.
lelah, drowsiness, cemas, otot-otot kaku, sulit Survei berbasis populasi menunjukkan bahwa
konsentrasi, dan sebagainya. Hal ini biasanya usia pertengahan dapat menggunakan lebih
terjadi 12-24 jam setelah konsumsi terakhir banyak kafein, meskipun penggunaan kafein
dan biasanya berlangsung selama 1 hingga 5 adalah umum di kalangan segala usia.
hari (hingga reseptor adenosin bisa kembali Beberapa studi telah menemukan bahwa pria
dalam jumlah yang normal). Reaksi menggunakan lebih banyak kafein daripada
withdrawal akan timbul bila seseorang sudah wanita.11,12
mengalami adiksi.13 Populasi perokok mengonsumsi lebih
Reaksi toleransi, yaitu dimana biasanya banyak kafein daripada bukan perokok. Studi
seseorang dengan minum secangkir kopi sudah menunjukkan bahwa penggunaan kafein secara
bisa merasakan “manfaat dari kafein”, tetapi teratur dapat berpotensi memperkuat efek
kini secangkir kopi tidak memberikan reaksi nikotin. Gangguan penggunaan zat lain juga
apa-apa, sehingga dosisnya perlu dinaikkan terkait dengan penggunaan dan ketergantungan
untuk kembali mendapatkan “manfaat” klinis pada kafein. Sebuah penelitian
tersebut.13,14 menunjukkan bahwa proporsi yang lebih besar
Sebuah studi menunjukkan bahwa dari konsumen kafein berat adalah pengguna
16
pelepasan dopamin di nucleus accumbens benzodiazepine.
merupakan mekanisme yang mendasari Konsumsi kafein harian yang tinggi juga
potensi adiksi kafein. Pelepasan dopamin di telah ditemukan di antara individu dengan
wilayah otak ini juga disebabkan oleh berbagai gangguan kejiwaan, khususnya di
ketergantungan obat lain, termasuk amfetamin antara orang-orang dengan skizofrenia.
16
8
dan kokain. Selain efek langsung dari kafein Sebuah studi membuktikan adanya hubungan
pada reseptor adenosin, sebuah penelitian yang signifikan antara penggunaan, toksisitas
terbaru juga menunjukkan bahwa dan ketergantungan kafein, dengan riwayat
paraxanthine yang merupakan metabolit gangguan kejiwaan (termasuk depresi mayor,
utama dari kafein meningkatkan aktivitas gangguan kecemasan umum, gangguan panik,
lokomotor, serta meningkatkan dopamin ketergantungan alkohol, perilaku antisosial,
ekstraselular melalui penghambatan dan penyalahgunaan ganja serta kokain).16,17
fosfodiesterase.14 Peningkatan regulasi sistem
adenosin setelah pemberian kafein jangka Diagnosis
panjang menjadi mekanisme neurokimia yang
13,14
mendasari keadaan putus kafein. Diagnosis intoksikasi kafein
Beberapa studi membuktikan terdapat tergantung pada riwayat komprehensif
beberapa kecenderungan genetik yang konsumsi produk yang mengandung kafein.
menyebabkan terjadinya adiksi kafein. Riwayat sebaiknya mencakup apakah seorang
Besarnya heritabilitas untuk penanda pasien pernah mengalami gejala putus kafein
ketergantungan kafein adalah sama dengan selama periode kafein dihentikan atau
ketergantungan nikotin dan alkohol.15 Sebuah dikurangi secara drastis. Diagnosis banding
studi menunjukkan bahwa polimorfisme pada gangguan terkait kafein sebaiknya mencakup
gen reseptor adenosin A2A (ADORA2A) diagnosis psikiatri seperti gangguan ansietas
berhubungan dengan perbedaan individu dalam menyeluruh, gangguan panik dengan atau
konsumsi kafein, dan efek kafein pada tanpa agorafobia, gangguan bipolar II,
kecemasan dan tidur.12,15 Selain itu, variabilitas gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif, dan
dalam gen sitokrom P450 1A2 (CYP1A2), yang gangguan tidur. Diagnosis banding sebaiknya
merupakan enzim utama yang bertanggung mencakup penyalahgunaan obat bebas yang
jawab atas metabolisme kafein, dikaitkan dengan mengandung kafein, anabolik steroid, dan
15 stimulan lain seperti kokain dan amfetamin.
variabilitas dalam konsumsi kafein . Selain itu,
individu yang membawa varian gen CYP1A2 Diagnosis banding lainnya yaitu
yang memperlambat metabolisme kafein terbukti hipertiroidisme dan feokromositoma.13,15
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dan Konsumsi lebih dari 1 g kafein dapat
infark miokard berkaitan dengan penggunaan menyebabkan bicara meracau, pikiran
15
kopi. bingung, aritmia jantung, rasa tidak mudah
Hubungan antara penggunaan kafein lelah, agitasi nyata, tinitus, dan halusinasi
jangka panjang dan demografis seperti umur, visual ringan (kilasan cahaya). Konsumsi lebih
dari 10 g kafein (80-100 cangkir kopi) dapat aspirin atau analgesik lainnya. Jika putus
menyebabkan kejang umum tonik klonik, kafein terjadi karena seseorang tiba-tiba
gagal napas, dan kematian. Kafein memiliki menghentikan penggunaan kafein, dokter
waktu paruh yang relatif singkat (4-6 jam), dapat menyarankan pasien untuk tappering off
sehingga intoksikasi kafein biasanya akan 16
konsumsi kafein.
hilang dengan cepat dan sering tanpa gejala
sisa yang signifikan. Pasien dengan keracunan Tata Laksana
kafein umumnya memiliki prognosis yang
baik.16 Kadar serum kafein dalam darah >100
μg/mL dapat mematikan. Pengukuran serum
Keadaan Putus Kafein kafein merupakan indikator yang buruk untuk
mengetahui toksisitas, karena variabilitas
Gejala putus kafein mencerminkan hubungan antara konsentrasi darah dan efek
toleransi dan ketergantungan fisiologis yang toksik. Tala laksana untuk overdosis kafein
timbul dengan konsumsi kafein yang yang signifikan yaitu dengan pemantauan
berkelanjutan. Beberapa studi epidemiologis intensif, pengobatan simtomatik (misalnya
melaporkan bahwa gejala putus kafein terjadi takikardi), aspirasi lambung, penilaian tingkat
pada 50-75% pengguna kafein yang diteliti. kafein serum, hemodialysis, atau
18,19
Jumlah dan keparahan gejala putus kafein hemoperfusi.
berkolerasi erat dengan jumlah kafein yang Analgesik digunakan untuk
dikonsumsi serta putus kafein yang mendadak. mengendalikan sakit kepala dan nyeri otot
Gejala putus kafein memiliki awitan 12-24 jam yang menyertai kedaan putus kafein. Pasien
setelah dosis terakhir, gejala memuncak pada jarang membutuhkan benzodiazepin untuk
24-48 jam, dan menghilang dalam satu meredakan gejala putus zat. Jika
minggu.13,16,17 benzodiadepin digunakan untuk tujuan ini
Penelitian mengenai dampak dari sebaiknya digunakan dalam dosis kecil untuk
putus kafein menunjukkan bahwa 43% jangka waktu yang singkat (paling lama 7-10
melaporkan gangguan fungsional. Sakit kepala hari).19
adalah gejala yang paling sering dalam Langkah pertama untuk mengurangi
penelitian ini (89%), dan muntah adalah gejala atau menghentikan konsumsi kafein adalah
yang paling jarang (5%).16 Sakit kepala meminta pasien menentukan dan mencatat
biasanya digambarkan sebagai sakit kepala jumlah konsumsi kafein harian. Selanjutnya
pada umumnya, sakit kepala berdenyut yang menentukan jadwal penurunan konsumsi
sensitif terhadap gerakan dan diperparah oleh kafein (penurunan 10% setiap beberapa hari).
latihan dan manuver valsava. Gejala ini mulai Oleh karena kafein biasanya dikonsumsi
timbul 12 sampai 24 jam setelah konsumsi dalam bentuk minuman, menggunakan
kafein terakhir, onset dapat terjadi selama 40 prosedur substitusi dengan minuman tanpa
jam setelah dosis terakhir dan biasanya kafein secara bertahap. Pengurangan
sembuh dalam 2-4 hari, meskipun sakit kepala sebaiknya diindividualisasi bagi setiap pasien
dapat terus sampai 21 hari. Konsumsi kafein sehingga tingkat penurunan konsumsi kafein
dapat menekan gejala sakit kepala dari meminimalkan gejala putus zat. Sebaiknya
16,17 dihindari penghentian kafein secara mendadak
keadaan putus kafein.
19
Keadaan putus kafein dapat terjadi karena cenderung timbul gejala putus kafein.
setelah konsumsi dosis yang relatif rendah
(100 mg per hari yaitu satu cangkir kopi). Kesimpulan
Keadaan putus kafein juga dapat bertambah
setelah paparan sedikitnya tiga hari untuk Adiksi kafein adalah penggunaan kafein
dosis sedang kafein (misalnya, 300 mg per yang dapat menyebabkan intoksikasi, ansietas,
hari). Dosis rendah kafein (misalnya 25 mg) gangguan tidur, ketergantungan dan keadaan
mampu menekan gejala penarikan kafein pada putus kafein. Faktor-faktor yang
individu yang berhenti mengonsumsi dosis mempengaruhi terjadinya adiksi kafein adalah
17 neurofarmakologi, efek subjektif masing-
sedang kafein.
Gejala putus kafein biasanya membaik masing individu, genetik, usia, jenis kelamin,
dengan konsumsi satu dosis kafein. Sakit ras, dan populasi tertentu seperti perokok,
kepala akibat putus kafein dapat diberikan pengguna benzodiazepin, dan adanya
gangguan kejiwaan sebelumnya. Penggunaan 2015].
10 g kafein (80-100 cangkir kopi) merupakan 6. Maughan RJ, Griffin J. Caffeine ingestion
dosis letal yang dapat menyebabkan kematian. and fluid balance: A review. Human
Badan POM telah menetapkan bahwa dosis nutrition dietetics 2003; 16: 411-20.
maksimal kafein di Indonesia adalah 150 7. About the caffeine molecule. Available
mg/hari yang dibagi minimal dalam 3 sajian. from:
Gejala intoksikasi kafein biasanya http://www.scienceofcooking.com/caffein
timbul bila mengonsumsi lebih dari 250 mg, e.htm. [Cited 11 Juli 2015].
sedangkan gejala putus kafein dapat timbul 8. Behavioral pharmacology research unit
setelah penghentian tiba-tiba atau pengurangan fact sheet: Caffeine dependence. Johns
jumlah kafein dalam waktu 24 jam. Keadaan Hopkins medicine. Available from:
putus kafein yang menimbulkan gejala http://www.hopkinsmedicine.org/psychiat
tersering adalah sakit kepala dan dapat ry/research/BPRU/docs/Caffeine_Depend
dikendalikan dengan pemberian analgetik. Tata ence_Fact_Sheet.pdf. [Cited 11 Juli
laksana sesuai dengan gejala simptomatik dan 2015].
dapat diberikan psikoterapi. 9. Orru M, Guitart X, Karcz KM, Solinas
Dengan semakin menjamurnya coffee M, Justinova Z, Barodia SK, et al.
shop di Indonesia, menyebabkan semakin Psychostimulant pharmacological profile
banyaknya masyarakat yang berpeluang of paraxanthine, The main metabolite of
menjadi adiksi kafein, sebaiknya caffeine in humans. Neuropharmacology
disosialisasikan mengenai pencegahan 2013; 67: 476-84.
ketergantungan kafein, serta pengetahuan 10. Yeomans MR, Jackson A, Lee MD, Nesic
untuk mengenali dan mengobati apabila ada J, Durlach PJ. Expression of flavour
pasien yang datang dengan gejala intoksikasi preferences conditioned by caffeine is
dan putus zat akibat kafein. dependent on caffeine deprivation state.
Psychopharmagology 2000; 150: 208-15.
Daftar Pustaka 11. Caffeine and your body. Available from:
http://www.fda.gov/downloads/UCM200
1. US food and drug administration 805.pdf. [Cited 11 Juli 2015].
overview of dietary supplements. US 12. Drapeau C, Hamel-Hebert I, Robillard R,
department of health and human services. Selmaoui B, Filipini D: Challenging sleep
Available from: in aging: The effects of 200 mg of
http://www.fda.gov/Food/DietarySupple caffeine during the evening in young and
ments/ConsumerInformation/ucm110417. middle-aged moderate caffeine
htm. [Cited 2 Juli 2015]. consumers. J Sleep Res 2006; 15(2): 133.
2. Konsumsi kopi Indonesia. Asosiasi 13. Caffeine addiction diagnosis. Caffeine
eksportir dan industri kopi Indonesia. informer. Available from:
Available from: http://www.aeki-aice.org. http://www.caffeineinformer.com/caffein
[Cited 2 Juli 2015]. e-addiction-diagnosis. [11 Juli 2015].
3. Caffein pharmacologi. News medical life 14. Steven EM, Laura MJ, John RH, Roland
sciences & medicine. Available from: RG. Caffeine use disorder: A
http://www.news comprehensive review and research
medical.net/health/Caffeine- agenda. Journal of caffeine research
Pharmacology.aspx. [Cited 11 Juli 2015]. 2013; 3(3): 114-30.
4. Badan dan pengawas obat dan makanan 15. Rogers PJ, Hohoff C, Heatherley SV,
Republik Indonesia. Keputusan kepala Mullings EL, Maxfield PJ, Evershed RP,
Badan Pengawas Obat dan Makanan et al. Association of the anxiogenic and
Republik Indonesia No. alerting effects of caffeine with
HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan ADORA2AandADORA1
Pokok Pengawasan Suplemen Makanan. polymorphisms and habitual level of
Jakarta; 2004. caffeine consumption. PubMed
5. Caffeineconsumptionbycountr. Neuropsychopharmacology 2010; 35:
Available from: 1973-83.
http://www.caffeineinformer.com/caffein 16. Kendler KS, Myers J, Gardner CO.
e-what-the-world-drinks. [Cited 11 Juli Caffeine intake, toxicity and dependence
and lifetime risk for psychiatric and DR, Medland SE, Gehrman PR, et al. A
substance use disorders: An genome-wide association study of
epidemiologic and co-twin control caffeine-related sleep disturbance:
analysis. Psychol Med 2006; 36(12): confirmation of a role for a common
1717. variant in the adenosine receptor.
17. Frary CD, Johnson RK, Wang MQ. Food PubMed Sleep 2012; 35: 967-75.
sources and intakes of caffeine in the diets 19. Yang A, Palmer AA, Dewit H. Genetics
of persons in the United States. JAm diet of caffeine consumption and responses to
assoc 2005; 105(1): 110. caffeine. Psychopharmacology 2010; 211:
18. Byrne EM, Johnson J, McRae AF, Nyholt 245–57.

Anda mungkin juga menyukai