KORONER
Pendahuluan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh nomor 1 di dunia dan masih banyak
faktor risiko yang belum diketahui, salah satunya kopi. Kopi adalah salah satu minuman yang
paling banyak dikonsumsi di dunia. Masyarakat Indonesia mulai menggemari kopi seiring
dengan berkembangnya jenis dan varian kopi saat ini. Cita rasa yang kuat pada kopi diperoleh
dari senyawa kimiawi yang terkandung dalam kopi yaitu kafein, diterpenes, flavonoids,
polipenols. Senyawa ini dapat mempengaruhi sistem saraf dan juga regulasi peredaran darah di
dalam tubuh. Pada sistem saraf, kafein berpengaruh dalam pencegahan rasa kantuk, menaikkan
daya tangkap panca indera, mempercepat daya pikir dan mengurangi rasa lelah. Di dalam tubuh,
kafein bersifat antagonis terhadap kerja senyawa adenosine, sehingga membuat seseorang tidak
mengantuk usai meminum kopi dan memiliki energi ekstra atau dapat menyebabkan seseorang
Hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi dengan penyakit jantung koroner masih belum jelas,
masih menjadi perdebatan apakah bersifat prediktif atau protektif. Beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang berbeda, tergantung dari disain studinya seperti yang dilakukan oleh
para peneliti dari berbagai negara. Hasil meta analisis dari beberapa studi kasus kontrol
didapatkan efek prediktif dari konsumsi kopi, akan tetapi hasil meta analisis dari beberapa studi
kohor ataupun studi potong lintang menunjukkan efek protektif dari asupan kopi.
Konsumsi Kopi dan Penyakit Jantung Koroner
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit jantung koroner (PJK) merupakan
pembunuh nomor 1 dalam 15 tahun terakhir di dunia, dan telah menyebabkan sekitar 7,4 juta
kematian pada tahun 2015. Di Indonesia sendiri, PJK merupakan pembunuh nomor 2 setelah
stroke. Kopi merupakan minuman yang telah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar orang di
dunia. Studi yang dilaporkan dari American Heart Association Journal Circulation, orang yang
mengonsumsi kopi kurang dari cangkir sehari dapat menurunkan risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler, penyakit neurologik, penyakit diabetes mellitus dan mencegah bunuh diri.
Meskipun tidak menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK) secara langsung, terdapat
beberapa variable yang secara statistik menunjukkan hubungan positif terutama pada populasi
perempuan, sebuah studi meta analisis prospektif melibatkan 21 studi melaporkan konsumsi 4-6
cangkir perhari pada pemantauan jangka panjang menurunkan risiko PJK, studi lainnya
melaporkan penurunan risiko PJK hingga 5%, dan pada suatu meta analisis mengatakan
konsumsi kopi 1,5 cangkir perhari menurunkan risiko sebesar 11% dan konsumsi 5 cangkir
Mekanisme kopi yang diperankan oleh kafein untuk mempengaruhi tubuh terutama dengan
dopamine dan serotonin, efek tersebutlah yang akan merangsang sistem saraf pusat, percepatann
denyut jantung dan vasodilatasi darah yang juga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang
kurang signifikan. Dilihat dari beberapa penelitian terhadap responden tanpa komorbid sepeerti
hipertensi dan riwayat penyakit jantung sebelumnya, hubungan kebiasaan mengonsumsi kopi
dapat menjadi efek protektif terhadap penyakit kardiovaskular seperti stroke, penyakit jantung
coroner dan infark miokard. Dari hasil studi kohor yang dilakukan oleh Kokubo et all di Jepang
didapatkan kesimpulan bahwa dengan frekuensi yang berbeda, konsumsi kopi yang tinggi
bermanfaat untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler, infark miokard, stroke, infark
serebral. Namun pada penelitian lain, didapati hasil studi yang menunjukkan bahwa minum kopi
kolestrol total, peningkatan LDL, penurunan kolestrol HDL, dan peningkatan konsentrasi
homosistein.
Data mengenai hubungan antara minum kopi dan risiko jantung koroner menunjukkan beberapa
pertentangan. Tidak ada hasil yang sesuai dengan studi epidemiologi dan klinis yang dapat
menunjukkan bahwa karena perkembangan efek negatif toleransi tubuh dari konsumsi kopi
menurun.
Sebuah jurnal yang dipublikasikan oleh American Heart Association pada tahun 2006 tidak
menunjukkan bukti yang kuat mengenai hubungan konsumsi kopi dengan peningkatan faktor
risiko PJK. Sementara itu, pada tahun 2015 PLOS ONE Journal merilis jurnal yang meneliti
tentang adanya hubungan antara kopi dengan PJK, dengan kesimpulan yang didapatkan yaitu
mengkonsumsi lebih dari 2 cangkir kopi sehari dikaitkan dengan peningkatan risiko PJK.
1. Dengan mengkonsumsi kopi hitam di pagi hari juga dapat menurunkan risiko serangan
jantung karena tinggi kadar anti oksidan. Senyawa anti oksidan dalam kopi ini ternyata juga
2. Mencegah jantung coroner, penyakit jantung kronik yang tidak hanya menyerang lansia
patut diwaspadai. Untuk mencegah jantung terkena penyakit coroner, terutama yang
memiliki berat
badan di atas ideal, dapat meminum segelas kopi tawar hangat setiap hari diimbangi dengan
3. Meminimalisir penyumbatan pada jantung, merupakan salah satu gejala awal dari penyakit
jantung kronis. Mengkonsumsi, segelas kopi tawar secara berkala untuk mengurangi
4. Perilaku minum kopi dan kemampuan pengendalian stress dapat mencegah risiko terjadinya
Salah satu efek negatif kopi adalah memicu peningkatan detak jantung. Hal ini juga bisa
menyebabkan fibrilasi atrium atau perubahan irama detak jantung. Kafein dalam kopi bisa
memicu pelepasan hormon norepinefrin yang menghasilkan efek stimulasi mirip adrenalin.
Selain itu, kafein juga bisa meningkatkan jumlah kalsium dalam sel-sel jantung yang turut
mempengaruhi aktivitas pemompaan jantung. Namun, hingga saat ini belum ada riset ilmiah
yang membuktikan konsumsi kopi bisa memicu risiko penyakit jantung. Meski demikian, orang
yang memiliki kondisi jantung abnormal atau tekanan darah tinggi tidak boleh mengonsumsi
kafein berlebihan.
1. Batasi konsumsi hingga 3-5 cangkir kopi setiap harinya. Satu cangkir kira-kira setara
2. Maksimal kafein yang dikonsumsi dalam kopi adalah 400 miligram. Kandungan kafein
dalam tiap kopi berbeda, perlu diperhatikan, kopi kira-kira mengandung 40-120 mg kafein
dalam 1 cangkirnya.
3. Jenis kopi yang dipilih sebaiknya dipilih kopi hitam.
4. Hindari mengkonsumsi kopi dengan campuran krim dan gula yang berlebihan. Tingginya
asupan lemak dan gula yang terkandung didalamnya memiliki efek samping terhadap
kesehatan.
5. Untuk ibu hamil dan menyusui asupan kafein dibatasi, dibawah 200 miligram perhari.