Anda di halaman 1dari 5

Gangguan Irama pada Jantung (Aritmia)

Gambar Copyright Pixabay


Dr. dr. Khalid Saleh,Sp.PD,KKV-FINASIm,M.Kes
dr. Getsa P.Sambo
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar

Aritmia adalah gangguan kesehatan yang terjadi pada irama jantung. Penyakit
ini menyebabkan detak jantung pengidapnya terasa tidak teratur yang bisa lebih
cepat atau lebih lambat. Kondisi ini bisa terjadi karena impuls elektrik yang
berfungsi mengatur detak jantung agar tetap normal, tidak bekerja dengan baik
atau mengalami gangguan.

Jenis-Jenis Aritmia yang Harus Dikenali

Aritmia dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

 Sinus Bradikardia, yaitu irama jantung yang kurang dari 60 kali per menit.
Hal ini sering ditemukan pada olahragawan yang terlatih. Pada pasien
usia lanjut sering disebabkan oleh gangguan nodus sinus. Dan juga dapat
disebabkan oleh hipotermi dan tekanan intrakranial yang meninggi.
 Sinus Takikardi adalah irama jantung yang lebih cepat dari 100 kali per menit/
keadaan ini normal ditemukan pada bayi, anak kecil, stress fisiologis (demam,
berolahraga) dan stress patologis (hipertiroidisme, anemia dan infeksi)
 Fibrilasi atrium, yaitu kondisi ketika jantung berdetak cepat dan tidak
teratur, bahkan ketika pengidapnya sedang beristirahat. Dapat
berlangsung sebentar atau menetap. Fibrilasi atrial disebabkan penyakit
katup jantung, penyakit jantung iskemia, tirotoksikosis dan infeksi akut
pada jantung
 Fibrilasi ventrikel, yaitu jenis aritmia yang dapat menyebabkan pengidapnya
kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang
terlalu cepat dan tidak teratur. Hal ini biasa disebabkan penyakit jantung
koroner.
Faktor Risiko Aritmia

Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi terdapat beberapa faktor yang
meningkatkan seseorang untuk terkena penyakit aritmia. Berikut ini adalah
beberapa faktor risiko tersebut:
 Penggunaan narkoba atau zat-zat tertentu. Seseorang berisiko mengidap
aritmia jika menggunakan narkoba atau zat zat lainnya. Hal ini karena kerja
jantung bisa terpengaruh, terutama penggunaan narkoba jenis tertentu.
 Konsumsi alkohol yang berlebihan. Risiko seseorang untuk mengidap aritmia
juga meningkat jika mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Hal tersebut
timbul karena pengaruh dari impuls listrik di jantung.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Beragam jenis obat dapat menyebabkan
efek samping tertentu, salah satunya adalah obat untuk mengatasi penyakit
aritmia. Bahkan, dari obat-obatan untuk penyakit ringan, seperti obat batuk
dan pilek, juga dapat menyebabkan kelainan pada irama jantung ini terjadi.
 Merokok dan mengonsumsi kafein berlebihan. Baik merokok maupun
mengonsumsi kafein jika dilakukan secara berlebihan, bisa meningkatkan
risiko seseorang untuk mengidap aritmia. Hal ini dikarenakan merokok dan
kafein menyebabkan detak jantung menjadi lebih cepat.

Penyebab Aritmia

Berikut ini beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan aritmia, antara lain:

 Ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah. Kadar elektrolit, seperti


kalium, natrium, kalsium, dan magnesium dapat mengganggu impuls listrik
jantung, sehingga mengakibatkan aritmia.
 Penggunaan narkoba. Penggunaan obat-obatan terlarang dapat
memengaruhi kerja jantung, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
aritmia.
 Efek samping obat-obatan. Beberapa obat batuk dan pilek yang dijual
bebas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aritmia.
 Banyak mengonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dalam jumlah yang
berlebihan dapat mempengaruhi impuls listrik jantung, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
 Banyak mengonsumsi kafein atau nikotin (merokok). Kafein dan nikotin
menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dari normal, sehingga
mengakibatkan aritmia.
 Gangguan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif
mampu meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
 Sleep apnea obstruktif. Pada keadaan ini, pernapasan yang dialami pengidap
penyakit ini akan terganggu saat tidur dan dapat meningkatkan risiko aritmia.
 Diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan aritmia.
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat menyebabkan
dinding bilik kiri jantung menebal dan menjadi kaku, sehingga aliran listrik
jantung terganggu.
 Penyakit jantung koroner, gangguan lain pada jantung, atau riwayat operasi
jantung.
 Penyempitan pembuluh darah arteri jantung, serangan jantung, kelainan
pada katup jantung, gagal jantung, dan kerusakan jantung lainnya
merupakan faktor risiko dari hampir segala jenis aritmia.

Gejala Aritmia yang Harus Diwaspadai

Gejala yang dialami pengidap aritmia, antara lain:

 Rasa berdebar di dada;


 Detak jantung lebih cepat daripada normal (takikardia);
 Detak jantung lebih lambat daripada normal (bradikardia);
 Kelelahan dan lemas;
 Pusing;
 Sesak napas;
 Nyeri dada;
 Pingsan.

Diagnosis Aritmia

Selain menanyakan riwayat perjalanan penyakit pengidap dan melakukan


pemeriksaan fisik guna melihat tanda-tanda aritmia, umumnya dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut.

 Ekokardiogram, untuk mengevaluasi fungsi katup dan otot jantung serta


mendeteksi penyebab aritmia dengan bantuan gelombang suara (ultrasound).
 Elektrokardiogram (EKG), untuk merekam aktivitas elektrik di dalam
jantung dengan menempelkan elektroda pada permukaan kulit di dada.
 Uji latih beban jantung, untuk melihat seberapa jauh tingkat keteraturan
irama jantung sebelum berubah oleh pengaruh aktivitas fisik tadi.
 Monitor Holter, untuk merekam aktivitas jantung selama pengidap
melakukan rutinitas tiap hari.
 Kateterisasi jantung, untuk mengetahui kondisi bagian jantung, seperti
bilik, koroner, katup, serta pembuluh darah, dilakukan dengan bantuan zat
pewarna khusus dan X-ray.
Pengobatan Aritmia

 Obat-obatan, misalnya obat-obatan penghambat beta untuk menjaga


denyut jantung tetap normal dan obat-obatan antikoagulan, untuk
menurunkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan stroke.
 Alat picu jantung untuk menjaga detak jantung tetap normal pada kasus-
kasus aritmia tertentu.
 Kardioversi. Dokter akan memberikan kejutan listrik ke dada pengidap
untuk membuat denyut jantung kembali normal. Prosedur ini dilakukan
jika suatu aritmia tidak dapat ditangani dengan obat-obatan.
 Metode ablasi untuk mengobati aritmia yang letak penyebabnya sudah
diketahui.

Pencegahan Aritmia

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aritmia,


antara lain:

 Menghindari dan mengurangi stres.


 Mengonsumsi makanan sehat.
 Menjaga berat badan ideal.
 Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk dari dokter,
terutama obat batuk dan pilek yang mengandung zat stimulan pemicu
jantung berdetak cepat.
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
 Tidak merokok.
 Berolahraga secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai