Anda di halaman 1dari 11

“PERSEPSI TENTANG KESEHATAN DIRI SENDIRI DAN PERILAKU

BEROBAT”

Disusun Oleh:

Magfirah Alam NH0519038


Marlisa M. Patjanan NH0519041
Risna S. Basra NH0519061
Zhelin Manulang NH0519071

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang karena atas
bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang di berikan oleh-Nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang sederhana ini tanpa hambatan yang
berarti. Dimana dalam makalah perilaku dan etika profesi ini, saya akan
membahas dan menjelaskan tentang “Persepsi Tentang Kesehatan Diri Sendiri
Dan Perilaku Berobat”.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Dengan upaya dan semangat
peningkatan pemahaman, saya senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran
baik berupa saran, maupun kritik demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 29 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................................................

BAB II ISI...................................................................................................................................

2.1 Persepsi Kesehatan Diri........................................................................................................


2.2 Perilaku Obat........................................................................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni “dari kata
perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti.
Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu
(objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon
dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan)
objek-objek atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalh proses aktif
dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang
tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan
tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial (mengambil
kesimpulan)”.
Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan
berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari
individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan
hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang
dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil
persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama
dengan cara yang berbeda-beda.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada
dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses
pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa,
dan sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan sehingga seseorang dapat
memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal
tersebut.
2.2 Rumusan Masalah
2.2.1 Apa yang dimaksud dengan persepsi kesehatan diri
2.2.2 Apa yang dimaksud dengan perilaku berobat

2.3 Tujuan
2.3.1 Untuk mengetahui apa itu persepsi kesehatan diri
2.3.2 Untuk mengetahui apa itu perilaku obat
BAB II
ISI

2.1 Persepsi Kesehatan Diri


Pengertian persepsi dari kamus psikologi adalah berasal dari bahasa
Inggris, perception yang artinya: persepsi, penglihatan, tanggapan ;
adalah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya; atau pengetahuan
lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono dan
Gulo, 1987 dalam Adrianto, 2006). Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
persepsi adalah tanggapan (penerimaan) dari sesuatu. Proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Persepsi merupakan suatu respon kognitif yang dipengaruhi oleh
pengetahuan pasien serta latar belakang sosial budaya. Menurut Twoddle, apa
yang dirasakan sehat bagi seseorang bisa saja tidak meraskan sehat bagi
orang lain, karena adanya perbedaan persepsi. Berbicara kesehatan ada dua
hal yang berbeda, yakni kesehatan normal dengan kesehatan sempurna.
Kesehatan sempurna mencakup juga kesehatan mental dan sosial. Definisi
kesehatan dilihat dari sudut mental dan sosial lebih khas daripada bila dilihat
dari sudut biologis.
Kesehatan menurut WHO (Asmadi, 2008) diartikan sebagai keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas
dari penyakit dan kelemahan. Kesehatan tidak didapatkan secara utuh
apabila ada salah satu dari aspek fisik, mental ataupun sosial yang sedang
mengalami gangguan atau masalah. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, kesehatan didefinisikan
sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(Syafrudin & Hamidah, 2009). Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak
hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara
ekonomi. Menurut Sunaryo (2004) Persepsi merupakan proses akhir dari
pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian,
diteruskan ke otak, dan individu menyadari tentang sesuatu. Dengan persepsi
individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan.
Persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif dalam memahami
informasi tentang diri dan lingkungannya melalui pancaindera, dan tiap-
tiap individu mungkin memberikan tanggapan dan arti yang berbeda.
Kesehatan adalah sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan seseorang untuk dapat menjalankan aktivitasnya sehari-
hari. Dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang kesehatan diri adalah
proses kognitif untuk memberi makna tentang kesejahteraan diri yang
terdiri dari aspek fisik, mental dan sosial, setiap orang mungkin mempunyai
tanggapan yang berbeda tentang kesehatan dirinya.

2.2 Perilaku Obat


Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu
stimulus/rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Menurut seorang ahli
psikologi, Skiner (1938), beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku
dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku
terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka
merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga
dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011).
Berobat berasal dari kata obat. Menurut Novia (2010), obat adalah
bahan yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau
menyembuhkan, sedangkan pengobatan merupakan penyembuhan;
proses perbuatan yang menyembuhkan. Widyatamma (2011)
menyatakan bahwa obat adalah senyawa atau campuran senyawa yang
berkhasiat mengurangi, menghilangkan gejala, atau menyembuhkan
penyakit. Pengertian berobat menurut Soenarwo (2009) adalah bagian dari
ikhtiar menuju sehat. Ini menandakan bahwa berobat bukanlah satu-
satunya faktor penentu kesehatan, ada faktor lain yang juga ikut
berperan. Walaupun demikian, tidak melakukan pengobatan pada saat sakit
sangat tidak dianjurkan.Sunaryo (2004) menyatakan bahwa perilaku
manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons
serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
manusia tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya
rangsangan (stimulus), baik dari dalam maupun dari luar individu. Pada
hakekatnya, perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt
behavior) dan perilaku yang tidak tampak (covert behavior).
Perilaku berobat dapat dijelaskan melalui model kepercayaan
kesehatan (Health Beliefe Model), Notoadmodjo (2004) menyatakan bahwa
model kepercayaan kesehatan adalah suatu bentuk penjabaran dari model
sosio-psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan
bahwa masalah kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang
atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang dilakukan oleh petugas
kesehatan.Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan
perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior), yang oleh
Becker dikembangkan dari teori lapangan (field theor Lewin) menjadi model
kepercayaan kesehatan (health belief model).
Lima komponen health belief model yang menetukan munculnya
perilaku menurut Becker (Bennett & Murphy, 1997), yaitu:
a. Persepsi tentang kerentanan (Perceived Susceptibility) Gagasan ini
mengacu kepada suatu persepsi subjektif dari penyusutan kondisi
kesehatan. Dimensi ini telah diformulasikan untuk penerimaan
diagnosa, perkiraan kerentanan seseorang dan kerentanan terhadap
semua penyakit. Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau
mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap
penyakit tersebut. Suatu tindakan pencegahan terhadap suatu
penyakit akan timbul apabila seseorang telah merasakan ia atau
keluarganya rentan terhadap penyakit tertentu.
b. Persepsi tentang keparahan (Perceived Severity) Pandangan individu
bahwa semakin berat penyakit tersebut, maka semakin besar ancaman
yang harus dihadapi.
c. Motivasi kesehatan (Health Motivation) Motivasi kesehatan yang timbul
oleh adanya gejala-gejala penyakit, dan motivasi itu bervariasi pada
masing-masing individu yang dipengaruhi oleh derajat kepeduliannya
terhadap masalah kesehatan.
d. Persepsi tentang manfaat (Perceived Benefits) Persepsi mengenai
manfaat yang dirasakan apabila mengambil tindakan terhadap gejala
yang dirasakan untuk mengurangi ancaman
e. Persepsi tentang hambatan (Perceived barriers) Hambatan untuk bertindak
dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang
ditimbulkan saat mendapatkan pengobatan, disamping itu hambatan dapat
berupa biaya, baik bersifat monetary cost (biaya pengobatan) maupun
time cost (waktu menunggu diruang tunggu, waktu yang digunakan
selama perawatan, dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan
kesehatan). Selain komponen-komponen yang disebukan diatas, faktor
pendukung seperti kampanye media massa, nasehat atau anjuran
dari anggota keluarga memberi pengaruh secara tidak langsung yang
berkaitan dengan perilaku. Perilaku adalah respon terhadap suatu stimulus
yang menyebabkan seseorang bertindak atau melakukan sesuatu. Berobat
adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mengurangi, dan
menyembuhkan suatu penyakit. Jadi, perilaku berobat adalah respon
individu terhadap penyakit yang diderita, respon tersebut dapat
berupa mendatangi Rumah Sakit, Puskesmas, praktek dokter, atau
tempat-tempat lain yang dianggap dan diyakini mampu membuatnya
menjadi sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang kesehatan diri adalah
proses kognitif untuk memberi makna tentang kesejahteraan diri yang
terdiri dari aspek fisik, mental dan sosial, setiap orang mungkin mempunyai
tanggapan yang berbeda tentang kesehatan dirinya. Perilaku berobat dapat
dijelaskan melalui model kepercayaan kesehatan (Health Beliefe Model),
Notoadmodjo (2004) menyatakan bahwa model kepercayaan kesehatan
adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio-psikologis. Munculnya
model ini didasarkan pada kenyataan bahwa masalah kesehatan
ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk
menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit
yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

3.2 Saran
Presepsi dan kesehatan diri serta perilaku berobat harus semakin kita
pelajari agar dapat memahami tentang pentingnya kesehatan diri. Dan
sebaiknya kita sebagai manusia yang diciptakan Tuhan  pada dasarnya
diberikan kesehatan dan kesempuranaan dibanding makhluk ciptaanNya yang
lain supaya dapat menjaga kesehatan kita, karena sehat itu sangatlah mahal
harganya.

DAFTAR PUSTAKA

Maulana. D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.


Rineka Cipta.

Sunaryo. 2002. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku


kedokteran EGC.

Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit


buku kedokteran EGC.

Widyatamma. 2011. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakarta : PT. Widyatamma.

Anda mungkin juga menyukai