Anda di halaman 1dari 15

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian.

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dapat

diandalkan karena penerimaannya yang bersifat rutin sehingga menjadi

penyedia dana untuk pembangunan nasional. Penerimaan dalam sektor

pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan pemerintah

Indonesia dalam pembiayaan pembangunan selain penerimaan dari

sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi. Pada tahun 2017

penerimaan pajak dalam APBN mencapat 89,7 % dari target APBN 2017

(diakses dari:kompas.com, 2018).

Peranan pajak yang semakin besar menyebabkan sektor

perpajakan menjadi sorotan banyak pihak, karena pajak dijadikan wujud

kemampuan sendiri membiayai kegiatan pembangunan dari seluruh

komponen bangsa (Purba, 2012). Peranan pajak yang begitu besar dalam

pembangunan mengharuskan setiap warga Negara untuk berperan aktif

didalam kepatuhan penyampaian perpajakannya. Namun demikian

ternyata tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah. Padahal penentu

penerimaan pajak adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Untuk itu

diupayakan cara-cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak ini

(Riyanto, 2012).

Tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Indonesia masih

relatif rendah. Tumbuh suburnya pelaku-pelaku usaha dan pekerjaan

bebas seperti dokter, konsultan, notaris, lawyer, dan lainnya sedang


2

diperhatikan agar bisa meningkatkan kepatuhannya terhadap perpajakan

dan tidak lalai terhadap kewajibannya menyampaikan pajak (Kemenkeu,

2016).

Isu kepatuhan perpajakan sendiri menjadi penting karena secara

bersamaan akan menimbulkan upaya penghindaran pajak yang

mengakibatkan berkurangnya penyetoran pajak pada Kas Negara

(Simamora dan Suryaman,2015). Adapun isu yang terdapat di kantor

Pelayanan Pratama Bengkalis kaitannya dengan kepatuhan perpajakan

adalah adanya tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang belum

sesuai dengan target yang ditentukan, karena masih terdapat wajib pajak

yang menghindar dan mangkir pajak. hal ini dapat dilihat dari tabel di

bawah ini:

Tabel 1.1
Jumlah WPOP Terdaftar Dan WPOP Yang Menyampaikan SPT Pada
KPP Pratama Bengkalis

No WPOP 2015 2016 2017

1. WP Terdaftar 86.691 93.682 101.971


OP Non Karyawan 28.108 28.936 30.658
OP Karyawan 58.583 64.746 71.313
2. WP Terdaftar Wajib SPT 45.103 47.827 38.697
OP Non Karyawan 8.490 7.939 8.021
OP Karyawan 36.613 39.888 30.676
3. Realisasi SPT 22.997 29.814 31.655
OP Non Karyawan 1.496 2.547 3.462
OP Karyawan 21.501 27.267 28.193
4. Rasio Kepatuhan 51% 62% 82 %
OP Non Karyawan 18% 32% 43%
OP Karyawan 59% 68% 92%
Sumber: KPP Pratama Bengkalis
3

Berdasarkan tabel 1.1 menggambarkan rasio tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi di wilayah KPP Pratama Bengkalis, dimana

tingkat kepatuhan wajib pajak masih belum sesuai dengan target yang

ditentukan. Tumbuh suburnya pelaku-pelaku usaha dan pekerjaan bebas

seperti dokter, notaris dan usaha lainnya, menyebabkan jumlah wajib

pajak terdaftar mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun realisasi

penyampaian SPT dari jumlah wajib pajak orang pribadi non karyawan

yang terdaftar wajib SPT masih rendah. Dengan demikian

menggambarkan tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih kurang baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ada

alasan-alasan tertentu masyarakat tidak memenuhi kewajiban

perpajakannya. Adapun yang paling mendasar penyebab ketidakpatuhan

pajak adalah sistem perpajakan yang mencakup semua tatanan yang

berhubungan dengan pelaksanaan pajak termasuk didalamnya undang-

undang, peraturan, sistem administrasi, sanksi atau hukum yang belum

berjalan dengan baik, mental aparat pajak dan kemampuan membayar

pajak oleh wajib pajak yang berhubungan dengan kondisi perekonomian

wajib pajak. Kasus-kasus penggelapan pajak juga menjadi penyebab

ketidakpatuhan, karena mereka akan menganggap sia-sia menyampaikan

kewajiban perpajakan jika hasilny tidak terealisasi dengan baik dan hanya

dinikmati oleh segelintir orang.

Selain itu juga terdapat fenomena lain yang menggambarkan masih

rendah tingkat kepatuhan pajak karena adanya sejumlah tunggakan pajak.


4

Adapun data saldo tunggakan pajak dalam kurun lima tahun terakhir

antara lain sebagai berikut:

Tabel 1.2
Saldo tunggakan pajak di Riau dalam 5 (lima) tahun terakhir
(Dalam jutaan rupiah)

Riau
No KPP 2011 2012 2013 2014 2015
KPP Pratama
1. Pekanbaru 54.881 102.863 54.881 102.863 54.881
Senapelan
2. KPP Pratama Dumai 54.881 102.863 105.330 122.115 120.523
3. KPP Pratama
154.546 257.028 249.484 216.072 201.141
Rengat
4. KPP Pratama
7.095 86.035
Pekanbaru Tampan 118.656 202.114 177.053
5. KPP Madya
18.449 223.717 308.543 418.777 498.987
Pekanbaru
6. KPP Pratama
134.763 211.047 198.660 184.672 204.291
Bengkalis
7. KPP Pratama
77.036 117.610 109.182 123.143 132.841
Bangkinang
8. KPP Pratama
Pangkalan Kerinci 231.877 342.885 312.579 162.737 200.592
Jumlah 700.779 1.455.957 1.550.752 1.554.864 1.650.758
Sumber/source: Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Riau dan KepulauanRiau/Regional Tax Officeof
Riau and Kepulauan Riau

Dari tabel 1.2 di atas untuk KPP Pratama Bengkalis dari tahun

2011 - 2015 tergambar sejumlah tunggakan yang dapat berpengaruh

pada penerimaan Negara. Kenaikan dan penurunan tunggakan terjadi

pada setiap tahunnya. Adapun tunggakan terbesar terjadi pada tahun

2012, dan nilai tunggakan terkecil terjadi pada tahun 2011. Data

tunggakan tersebut menggambarkan tingkat kepatuhan wajib pajak yang

masih rendah.

Selain fenomena di atas terdapat fenomena lain yang

menggambarkan masih rendahnya tingkat kepatuhan dalam

menyampaikan menyampaikan perpajakan yaitu terjadi penurunan pada


5

penerimaan pajak penghasilan antara tahun 2016 dan 2017 antara lain

sebagai berikut :

Tabel 1.3
Penerimaan pajak di KPP Pratama Bengkalis
PENERIMAAN
URAIAN TARGET
2016 2017
A. Pajak Penghasilan Rp 1.201.595.954.000 Rp 849.812.744.968 Rp 772.284.745.077
1. PPh NON MIGAS Rp 1.201.595.954.000 Rp 849.187.760.638 Rp 772.171.674.767
1.1 PPh Pasal 21 Rp 1.038.152.834.000 Rp 654.040.442.202 Rp 538.234.094.233
1.2 PPh Pasal 22 Rp 29.423.537.000 Rp 18.726.756.611 Rp 72.731.900.459
1.3 PPh Pasal 22 Impor Rp 740.793.000 Rp 286.882.256 Rp 319.314.089
1.4 PPh Pasal 23 Rp 21.604.442.000 Rp 21.677.024.334 Rp 26.185.756.742
1.5 PPh Pasal 25/29 OP Rp 18.193.277.000 Rp 4.848.451.603 Rp 8.084.805.887
1.6 PPh Pasal 25/2Badan Rp 8.225.858.000 Rp 9.226.872.702 Rp 8.804.062.724
1.7 PPh Pasal 26 Rp 8.192.536.000 Rp 5.199.115.889 Rp 9.428.515.919
1.8 PPh Final Rp 72.421.892.000 Rp 93.283.595.054 Rp 95.688.954.960
1.9 PPh Fiskal Luar
Rp 54.913.742
Negeri
1.10 PPh Non Migas
Rp 4.640.785.000 Rp 41.843.706.245 Rp 12.694.269.754
Lainnya
2. PPh MIGAS Rp 624.984.330 Rp 113.070.310
2.1 PPh Minyak Bumi Rp 624.573.555 Rp 113.070.310
2.2 PPh Gas Alam Rp 410.774 Rp 387.750
Sumber: KPP Pratama Bengkalis

Berdasarkan tabel di atas tergambar penerimaan pajak yang belum

sesuai dengan target yang diinginkan. Dengan demikian perlu upaya

untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, dimana dalam hal ini ada

beberapa hal yang diindikasikan dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi seperti kualitas pelayanan fiskus,sanksi pajak

pajak dan faktor lainnya yang dapat memperkuat dan memperlemah

pengaruh tersebut seperti kondisi keuangan dan pengetahuan wajib pajak

tentang perpajakan.

Tingkat kepatuhan pajak juga dipengaruhi oleh kualitas pelayanan.

Semakin baik kualitas pelayanan akan menyebabkan semakin tinggi


6

tingkat kepatuhan wajib pajak (Trisnawati,2015). Kualitas layanan yang

diberikan oleh kantor pajak juga berdampak pada perilaku pembayar

pajak.Ott (1998) dalam Alabede dkk, (2011) menyatakan bahwa tujuan

dari setiap administrasi perpajakan adalah menawarkan layanan yang

lebih baik kepada pembayar pajak.

Torgler (2007) berpendapat bahwa Kesediaan untuk bekerja sama

dengan otoritas pajak akan meningkat, jika otoritas melihat dirinya sebagai

sebuah layanan institusi dan memberikan pelayanan yang berkualitas dan

memperlakukan pembayar pajak sebagai mitra. Demikian pula, OECD

(2007) dalam Olabede dkk (2011) menjelaskan bahwa penyampaian

layanan berkualitas kepada wajib pajak akan memperkuat kesediaan

mereka untuk mematuhi peraturan dan peraturan pajak secara sukarela,

dan akibatnya akan berkontribusi pada tingkat kepatuhan pajak secara

keseluruhan.

Mardiana, dkk (2016) menemukan bahwa kualitas pelayanan

fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Temuan lainnya Jatmiko (2006) mengatakan bahwa sikap wajib pajak

terhadap pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi sikap wajib pajak terhadap

pelayanan fiskus maka makin tinggi pula kepatuhan wajib pajak.

Temuan lainnya Alabede, dkk (2011) memberikan bukti yang

menunjukkan bahwa persepsi kualitas pelayanan pajak dan kualitas tata

kelola publik sebagai penentu yang signifikan dari perilaku kepatuhan


7

wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut di atas disimpulkan bahwa kualitas

pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.

Selain kualitas pelayanan fiskus, pengenaan sanksi merupakan

salah satu usaha yang sangat tepat dilakukan dalam rangka

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sanksi pajak memiliki peran penting

guna memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak agar tidak meremehkan

peraturan perpajakan (Perdana Yasa dan Jati, 2017).

Sanksi perpajakan jika dikaitkan dengan teori kepatuhan tidak

lepas dengan undang-undang perpajakan dan peraturan

pelaksanaannya.Wajib pajak tetap harus melaksanakan kewajibannya

dengan tepat waktu walaupun kepatuhannya tersebut tidak diberikan

penghargaan. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak memenuhi

kewajiban perpajakannya akan mendapatkan sanksi (Perdana Yasa dan

Jati, 2017).Sanksi Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti/dipatuhi

(Mardiasmo, 2011:59).

Pemberian sanksi perpajakan memotivasi wajib pajak untuk

menyampaikan kewajiban perpajakannya. Bukan itu saja sanksi yang

tegas yang diberikan kepada wajib akan menimbulkan rasa takut dalam

diri wajib pajak melanggar aturan perpajakan. Susmita dan Supadmi

(2016), Ananda (2015) menemukan bahwa sanksi pajak berpengaruh

terhadap kepatuhan pajak. Berdasarkan temuan tersebut dapat

disimpulkan bahwa sanksi pajak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.


8

Faktor lain yang diduga mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

adalah kondisi keuangan dan dipilih sebagai pemoderasi dalam penelitian

ini. Pada umumnya seseorang yang bekerja dan kemudian menghasilkan

uang, secara naluriah akan menggunakan penghasilannya untuk

memenuhi kebutuhan utama bagi dirinya sendiri dan keluarganya.

Kepentingan untuk pribadi akan dimenangkan oleh masyarakat jika

dihadapkan dengan kepentingan negara (misalnya, pembayaran pajak).

Keadaan seperti ini menjadi salah satu penyebab yang dapat

mempengaruhi kepatuhan masyarakat, sehingga kondisi keuangan

dianggap akan berpengaruh terhadap kepatuhan masyarakat

menyampaikan kewajibannya untuk membayar pajak.

Kondisi keuangan wajib pajak diduga mempengaruhi kuatnya

hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Artinya,kualitas pelayanan dapat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak, dandengan adanya kondisi keuangan yang baik maka dapat

meningkatkan pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepatuhan

wajib pajak.

Meningkatnya kualitas pelayanan fiskus dapat meningkatkan

kepatuhan wajib pajak jika diikuti dengan kondisi keuangan yang baik.

Sebaliknya meningkatnya kualitas pelayanan fiskus tidak diikuti dengan

peningkatan kepatuhan wajib pajak jika kondisi keuangan wajib pajak

dalam keadaan buruk atau tidak stabil.Dalam hal ini, kondisi keuangan

wajib pajak bisa saja berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, dan

bisa saja tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.


9

Aryobimo dan Cahyonowati (2012), dan Alabede.dkk (2011),

membuktikan bahwa kondisi keuangan wajib pajak berpengaruh positif

terhadap hubungan antara persepsi wajib pajak tentang kualitas

pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kondisi keuangan memperkuat hubungan antara

kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Selain itu juga kondisi keuangan dapat mempengaruhi kuatnya

hubungan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Sanksi

pajak dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan

kewajiban perpajakannya, tapi bisa jadi peranan tersebut tidaklah besar.

Peranan sanksi yang tegas akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib

pajak. Kepatuhan wajib pajak tersebut akan lebih meningkat lagi apabila

kondisi keuangan wajib pajak dalam keadaan baik.

Penelitian Perdana Yasa dan Jati (2017), menemukan bahwa

kondisi keuangan wajib pajak mampu memoderasi pengaruh sanksi

perpajakan pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Dinas

Pendapatan Provinsi Bali.Hal tersebut mengindikasikan bahwa kondisi

keuangan mampu mempengaruhi peningkatan kepatuhan pajak.

Faktor lain yang diduga bisa dijadikan sebagai pemoderasi dalam

perilaku kepatuhan wajib pajak adalah pengetahuan wajib pajak.

Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan seseorang wajib pajak

dalam mengetahui peraturan perpajakan baik soal tarif pajak berdasarkan

undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang

akan berguna bagi kehidupan mereka (Ananda, 2015).Masyarakat yang


10

mengetahui dengan baik peran dan fungsi pajak yang dibayarkan akan

mendorong kepatuhan penyampaian perpajakannya.

Selain itu pengetahuan mengenai sanksi terhadap pelanggaran

aturan perpajakan juga dapat memotivasi wajib pajak untuk taat pajak. Hal

tersebut sejalan dengan temuan (Susilawati dan Budiartha , 2013), yang

menyatakan bahwa pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu temuan yang mendukung

penjelasan di atas. Temuan Satioso & Kusnawati (2013) juga

membuktikan bahwa pengetahuan tentang pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan tentang perpajakan mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak dalam menyampaikan kewajiban perpajakannya.

Pengetahuan wajib pajak diduga mempengaruhi kuatnya hubungan

antara kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kepatuhan wajib pajak akan mengalami peningkatan ketika kualitas

pelayanan meningkat dan diikuti dengan pengetahuan wajib pajak yang

baik mengenai perpajakan.Sebaliknya kepatuhan wajib pajak tidak

mengalami peningkatan jika kualitas pelayanan fiskus meningkat akan

tetapi tidak diikuti dengan pengetahuan yang baik dari wajib pajak.

Selain itu juga, pengetahuan wajib pajak diduga mempengaruhi

kuatnya hubungan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sanksi dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.Pengenaan sanksi

yang tegas dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak jika diikuti dengan

pengetahuan yang baik dari masyarakat atau wajib pajak. Begitu juga
11

sebaliknya,pengenaan sanksi yang tegas akan menyebabkan kepatuhan

wajib pajak menurun jika tidak diikuti dengan pengetahuan yang baik dari

wajib pajak.

Beberapa penelitian di atas merupakan salah satu faktor

pendorong bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang relatif sama.

Meski demikian, penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan

dengan penelitian sebelumnya, antara lain lokasi penelitian dan variabel

penelitian.Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yaitu

penelitian Alabede (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh

persepsi tentang kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib

pajak dengan dimoderasi oleh kondisi keuangan wajib pajak dan

preferensi risiko yang dihadapi.

Perbedaan lain penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

dalam penelitian ini menambahkan variabel independen dan variabel

moderasi yang diduga mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Adapun

dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu kualitas pelayanan

fiskus, sanksi pajak dengan kondisi keuangan dan pengetahuan wajib

pajak sebagai pemoderasi.

Berdasarkan fenomena dan penjelasan di atas, peneliti melakukan

penelitian berjudul “pengaruh kualitas pelayanan fiskus, sanksi pajak,

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi non karyawan dengan

kondisi keuangan dan pengetahuan wajib pajaksebagai variabel

moderating”.

1.2 Rumusan Masalah


12

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat diambil

perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Apakah kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak orang pribadi non karyawan di KPP Pratama

Bengkalis?

2. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak orang pribadi non karyawandi KPP Pratama

Bengkalis?

3. Apakah kondisi keuangan wajib pajak memoderasi pengaruh

antarakualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi non karyawan di KPP Pratama Bengkalis?

4. Apakah kondisi keuangan wajib pajak memoderasi pengaruh

antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

non karyawan di KPP Pratama Bengkalis?

5. Apakah pengetahuan wajib pajak memoderasi pengaruh antara

kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi non karyawan di KPP Pratama Bengkalis?

6. Apakah pengetahuan wajib pajak memoderasi pengaruh antara

sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi non

karyawan di KPP Pratama Bengkalis?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


13

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap

tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi non karyawan di KPP

Pratama Bengkalis.

2. Untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak orang pribadi non karyawan di KPP Pratama

Bengkalis.

3. Untuk mengetahui peran moderasi kondisi keuangan terhadap

pengaruh antara kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi non karyawandi KPP Pratama Bengkalis.

4. Untuk mengetahui peran moderasi kondisi keuangan terhadap

pengaruh antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi non karyawan di KPP Pratama Bengkalis.

5. Untuk mengetahui peran moderasi pengetahuan wajib pajak

terhadap pengaruh antara kualitas pelayanan fiskus terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi non karyawan di KPP Pratama

Bengkalis.

6. Untuk mengetahui peran moderasi pengetahuan wajib pajak dapat

terhadap pengaruh antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi non karyawandi KPP Pratama Bengkalis.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis


14

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan teori

dan mendukung penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bengkalis, penelitian ini

dapat menjadi bahan evaluasi atas kualitas pelayanan, sanksi

perpajakan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak

orang pribadi. Selain itu juga dapat mengetahui apakah kondisi

keuangan dan pengetahuan wajib pajak orang pribadi dapat

mempengaruhi kuatnya pengaruh antara kualitas pelayanan fiskus

dan sanksi perpajakan dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib

pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bengkalis.

2. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

pemahaman tentang pajak dan faktor-faktor dominan yang

mempengaruhi kepatuhan pajak. Selain itu juga diharapkan

penelitian ini dapat menjadi bahan referensi penelitian lain yang

meneliti hal yang sama.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini antara lain se

bagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
15

merupakan bagian yang membahas latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II :TELAAH PUSTAKA

merupakan bagian yang menjelaskan tentang landasan teori

yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka

pemikiran teoritis dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

merupakan bagian yang menjelaskanuraian tentang metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian, populasi dan

sampel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data serta analisis data yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai