Anda di halaman 1dari 27

76

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui

pengaruh kualitas pelayanan fiskus, sanksi pajak terhadap kepatuhan

dengan kondisi keuangan dan pengetahuan wajib pajak sebagai

pemoderasi. Adapun data dalam penelitian ini diperoleh dengan

pengumpulan data primer melalui pengisian kuesioner kepada wajib pajak

orang pribadi yang menjalankan usaha dan pekerjaan bebas. Penelitian ini

dilakukan di KPP Pratama Bengkalis.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2003: 90). Adapun Populasi dalam penelitian

ini adalah para wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang ada di KPP

Pratama Bengkalis.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan non probability sampling yaitu Purposive Sampling.

Teknik pengambilan sampel ini merupakan  teknik sampling yang satuan

samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan

untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau

kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Teknik ini dipilih

76
77

sesuai dengan maksud dan tujuan memudahkan peneliti karena peneliti

menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau

mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang di buat.

Ada beberapa rumus logis yang dapat digunakan dalam

pengambilan jumlah anggota sampel. Penetapan besarnya sampel dapat

hitung dengan menggunakan rumus menurut Slovin (Darmawan,

2013:156)

yaitu :

n = __N____

1 + N (e)²

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidak telitian yang masih dapat di tolerir

(ditetapkan 10%)

Populasi untuk keseluruhan wajib pajak orang pribadi di Kabupaten

Bengkalis 2017 sebanyak sekitar 3.462 WP orang pribadi yang

menjalankan usaha dan pekerjaan bebas. Dengan menggunakan rumus

Slovin jumlah sampelnya diperoleh :

N = 3.462

1 + 3.462 (10%)²

= 3.375
35,62

N = 94,75

77
78

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, dimana

data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka yang di olah

menggunakan statistik, dimana data tersebut memenuhi kaidah ilmiah

yaitu konkrit, obyektif, rasional, terukur dan sistematis (Sugiono, 2003:15)

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang penulis peroleh langsung dari

responden pada KPP Pratama Bengkalis, dalam hal ini berupa

jawaban terhadap pertanyaan dalam kuisioner yang diisi oleh

responden dan juga melalui wawancara

2. Data sekunder, data yang penulis peroleh dari perusahaan dan

dibutuhkan oleh penulis yang sudah tersedia dalam bentuk yang

sudah jadi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan antara lain

Kuisioner (Angket). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data

tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak Dan

Pengetahuan perpajakan Sebagai Variabel Moderating melalui

pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang digunakan penulis untuk

memperoleh informasi dari responden pada KPP Pratama Bengkalis.

78
79

Jawaban kuesioner diukur dengan menggunakan Skala Likert yaitu

skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai

derajat persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing dari

serangkaian pernyataan mengenai objek stimulasi (Palupi, 2010).

Adapun alternatif jawaban yang diberikan antara lain (Sugiono, 2003: 108)

a. Sangat Setuju (SS) dengan bobot nilai 5

b. Setuju (S) dengan bobot nilai 4

c. Ragu-ragu (RR) dengan bobot nilai 3

d. Tidak Setuju (TS) dengan bobot nilai 2

e. Sangat tidak Setuju (STS) dengan bobot nilai 1

3.5 Variabel Penelitian

Agar proses penelitian dapat berjalan dengan lebih baik, maka

perlu diketahui beberapa unsur penelitian seperti konsep, definisi

operasional dan lainnya. Pemahaman ini diperlukan pada proses teorisasi,

karena danya pengetahuan tentang unsur-unsur tersebut, maka peneliti

akan merumuskan hubungan-hubungan teori dengan baik.

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Darmawan, 2013:109). Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dirinci

tentang variabel independen, variabel dependen dan variabel moderating

dalam penelitian ini (Darmawan, 2013:109):

1. Variabel bebas (independen)

79
80

Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel stiatmulus,

predictor antecedent. Atau varibel bebas. Variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependent (terikat).

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat sering disebut juga sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena danya variabel bebas. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah kepatuhan wajib pajak.

3. Variabel moderating.

Adalah variabel yang memperkuat dan memperlemah hubungan.

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah kondisi

keuangan wajib pajak.

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel didasarkan pada beberapa sumber

atau referensi yang digunakan dalam penelitian ini.

3.6.1 Kualitas Pelayanan fiskus

Adapun yang dimaksud dengan kualitas layanan adalah

perbandingan antara harapan pelanggan akan layanan yang seharusnya

diterima dengan layanan yang sebenarnya diterima oleh mereka. kualitas

layanan tidak mudah diukur seperti kualitas suatu barang. Karena itu

kualitas layanan biasanya diukur dengan menggunakan pandangan dari

pengguna layanan itu sendiri yang seringnya dilakukan dengan

80
81

melakukan survei kepada pengguna layanan. Salah satu model yang

sering digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan

adalah dimensi SERVQUAL (Basalamah, dkk 2016). Pengukuran atas

kualitas pelayanan menggunakan lima indikator yaitu

1. Bukti Fisik (Tangibles)

Bukti fisik berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, peralatan dan

personel.

2. Kehandalan (Reliability)

Kehandalan berkaitan dengan kemampuan aparat pajak untuk

memberikan pelayanan yang akurat dan dapat diandalkan.

3. Daya Tanggap (Responsiveness)

Daya tanggap berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan aparat

pajak untuk membantu wajib pajak dan merespon permintaan mereka

yang cepat dan akurat.

4. Jaminan (Assurance)

Jaminan yaitu pengetahuan dan kemampuan aparat pajak untuk

membuat wajib pajak percaya.

5. Empati (Emphaty)

Empati berarti perhatian dan perhatian untuk membantu wajib pajak

dengan tulus.

Indikator – indikator pertanyaan tersebut merupakan pengembangan

dari penelitian yang dilakukan oleh (Basalamah, dkk 2016). Indikator –

indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin mulai

81
82

dari : 1 = Sangat tidak setuju; 2 = Tidak setuju; 3 = Ragu-ragu; 4 = Setuju;

5 = Sangat Setuju.

3.6.2 Sanksi pajak

Sanksi adalah tindakan atau hukuman yang dikenakan kepada wajib

pajak karena melakukan pelanggaran, baik yang disengaja ataupun tidak

(Ananda, 2015). Variabel sanksi pajak diukur dengan menggunakan skala

likert 5 (lima) poin, dengan indikator pertanyaan yaitu: Sanksi dan denda,

Denda 2% tiap bulan, sanksi memberatkan, dan indikator Keterlambatan.

3.6.3 Kepatuhan wajib pajak

Kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai memasukkan

dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi

secara benar jumlah pajak yang terutang dan membayar pajak pada

waktunya tanpa ada tindakan pemaksaan (Siahaan, 2005).

Indikator – indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala

Likert 5 poin mulai dari : 1 = Sangat tidak setuju; 2 = Tidak setuju; 3 =

Ragu-ragu; 4 = Setuju; 5 = Sangat Setuju. Variabel ini diukur dengan

instrumen yang dikembangkan oleh (Siahaan, 2005) antara lain sebagai :

1. Upaya untuk memahami peraturan perpajakan.

2. Kebenaran dalam pengisian formulir.

3. Kebenaran dalam perhitungan pajak terutang.

4. Ketepatan waktu.

5. Sukarela.

82
83

3.6.4 Kondisi Keuangan Wajib Pajak

Definisi kondisi keuangan menurut (Siahaan, 2005) adalah

kemampuan dalam memelihara dan mempertahankan tingkat

kemampulabaan (profitability), arus kas (cas flow), dan laba bersih

(earning). Indikator pertanyaan dalam penelitian ini merupakan modifikasi

penelitian (Siahaan, 2005). Indikator – indikator tersebut diukur dengan

menggunakan skala Likert 5 poin, dimana nilai 5 adalah wajib pajak

sangat puas dengan kondisi keuangan wajib pajak itu sendiri. Nilai 4

adalah wajib pajak puas dengan kondisi keuangan wajib pajak itu sendiri.

Nilai 3 adalah wajib pajak netral dengan kondisi keuangan wajib pajak itu

sendiri. Nilai 2 adalah wajib pajak kurang puas dengan kondisi keuangan

wajib pajak itu sendiri. Nilai 1 adalah wajib pajak sangat tidak puas

dengan kondisi keuangan wajib pajak itu sendiri.

3.6.5 Pengetahuan wajib pajak

Menurut Trisnawati (2015) Pengetahuan pajak merupakan ilmu atau

wawasan tentang pajak yang dimiliki oleh wajib pajak. Hal ini berkaitan

dengan kemampuan seseorang wajib pajak dalam mengetahui hal-hal

yang berkaitan dengan perpajakan, seperti mengetahui peratuan

perpajakan, mengetahui manfaat pajak yang dibayarkan, pengetahuan

tentang tarif pajak dan hal mendasar lainnya.

Pengetahuan perpajakan dapat diukur menggunakan skala Likert 5

poin dengan beberapa indikator antara lain sebagai berikut (Trisnawati,

2015) :

1. Kepemililan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

83
84

2. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban

sebagai wajib pajak. Apabila wajib pajak mengetahui dan

memahahi kewajibannya sebagai wajib pajak, maka mereka akan

melakukannya, salah satunya adalah membayar pajak.

3. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan.

Semakin tahu dan paham wajib pajak terhadap peraturan

perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula wajib pajak

terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban

perpajakan mereka. Hal ini tentunya akan mendorong wajib pajak

untuk melakukan kewajibannya.

4. Pengetahuan dan pemahaman tentang tarif pajak yang berlaku.

Dengan mengetahui dan memahami tentang tarif pajak yang

berlaku maka akan mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung

kewajiban pajaknya sendiri secara benar.

5. Wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan

melalui sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh instansi terkait.

84
85

Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Butir Pertanyaan
No Variabel Indikator Pengukuran
1. Kualitas a. Tangibility 1. Ruang kerja fiskus Skala Likert
Pelayanan 1. Memiliki sarana bersih, rapi dan nyaman (Basamalah.
Fiskus fisik yang 2. Penampilan fiskus Dkk, 2016)
modern bersih dan rapi.
2. Penampilan fisik 3. Fiskus didukung oleh
menarik peralatan komunikasi
3. Penampilan yang baik seperti
pegawai rapi telepon kantor, telepon
dan faksimili
4. Fiskus didukung oleh
sarana dan prasarana
kantor yang memadai
seperi komputer,
printer, kertas.

b. Reliability 5. Kejujuran, ketepatan,


1. Melakukan hal- dan ketegasan fiskus
hal yang dalam menerapkan
dijanjikan tepat peraturan perpajakan.
waktu 6. Memberikan informasi
2. Menunjukkan yang jelas, lengkap dan
keinginan untuk benar kepada wajib
membantu pajak mengenai hak
menyelesaikan dan kewajiban
masalah wajib 7. Fiskus terlatih menjadi
pajak staf yang proaktif,
3. Melakukan bersikap melayani dan
pencatatan data memiliki pengetahuan
secara akurat. perpajakan yang baik.
8. Fiskus tidak
diskriminatif dalam
memberikan pelayanan
perpajakan kepada
wajib pajak

c. Responsiveness 9. Wajib pajak terlatih


1. Memberitahu untuk memberikan
kepada WP jawaban yang efektif
ketika layanan atas pertanyaan WP.
mulai 10. Bertindak cepat dalam
dikerjakan mengatasi keluhan
2. Akan dan permasalahan
memberikan WP.
layanan cepat 11. Memberikan
dan tepat tanggapan yang tepat
3. Tidak akan atas permasalahan

85
86

terlalu sibuk yang dihadapi WP


untuk
merespon
kebutuhan
wajib pajak

d. Assurance 12. Memiliki pengetahuan


1. Menanamkan dan kemampuan
kepercayaan berkaitan dengan
kepada diri wajib kewajiban perpajakan
pajak WP
2. Mempunyai 13. Mampu memberikan
pengetahuan palayanan secara
untuk menjawab tuntas
pertanyaan wp 14. Mampu memberikan
penjkelasan dan
berkomunikasi dengan
baik, ramah dan
sopan

e. Emphaty 15. Mempermudah WP


1. memberikan dalam melaksanakan
perhatian kewajiban perpajakan
personal 16. Mampu membangun
kepada wajib komunikasi yang baik
pajak dengan WP sehingga
2. melayani tercipta kesadaran
dengan hati WP dalam memenuhi
hak dan kewajiban
perpajakannya.
17. Memonitor kepatuhan
WP dalam rangka
menghindari
pengenaan sanksi
pajak
18. Memberikan
bimbingan dan
konsultasi terhadap
wajib pajak yang
menjadi tanggung
jawabnya.
2. Sanksi pajak 1. Sanksi dan denda, 1. Sanksi dan denda Skala likert
2. Denda 2% tiap memacu saya untuk (Ananda,
bulan, membayar pajak 2015
3. Sanksi tepat waktu.
memberatkan 2. Menurut saya
4. Keterlambatan. pengenaan denda
2% per bulan apabila
(3) ( terlambat membayar
pajak adalah wajar.
3. Menurut saya
pengenaan sanksi

86
87

pajak harus dilakukan


secara tegas kepada
semua pihak yang
melakukan
pelanggaran
4. Sanksi pajak mampu
membuat saya tidak
mengulangi
kesalahan atas
keterlambatan
pembayaran pajak
3. Kepatuhan wajib 1. Upaya untuk 1. Saya selalu berusaha Skala likert
pajak memahami untuk memahami (Siahaan,
peraturan peraturan perpajakan 2005)
perpajakan. yang berlaku.
2. Kebenaran dalam 2. Saya mengisi formulir
pengisian formulir. surat pemberitahuan
3. Kebenaran dalam (SPT) dengan benar.
perhitungan pajak 3. Saya melakukan
terutang. perhitungan pajak
4. Ketepatan waktu. terutang dengan benar.
5. Sukarela. 4. Saya selalu
menyetorkan pajak
tepat waktu.
5. Saya secara sukarela
menghitung dan
menyetor pajak
4. Pengetahuan a. Kepemililan Nomor 1. Setiap wajib pajak Skala likert
wajib pajak Pokok Wajib Pajak harus mempunyai (Trisnawati,
(NPWP). NPWP 2015)
b. Pengetahuan dan 2. Sebagai wajib pajak,
pemahaman saya mengetahui hak
mengenai hak dan dan kewajiban di
kewajiban sebagai bidang Perpajakan
wajib pajak. 3. Jika tidak
c. Pengetahuan dan melaksanakan
pemahaman kewajiban perpajakan,
mengenai sanksi maka akan dikenakan
perpajakan. sanksi perpajakan.
d. Pengetahuan dan 4. Saya memahami
pemahaman bagaimana cara
tentang tarif pajak menghitung jumlah
yang berlaku. pajak yang harus
e. Wajib pajak dibayar atau terutang.
mengetahui dan 5. Pengetahuan peraturan
memahami pajak diperoleh dari
peraturan sosialisasi yang
perpajakan dilakukan oleh kantor
pelayanan pajak atau
instansi terkait.
5. Kondisi a. Profitabilitas a. Tingkat profitabilitas Skala Likert
Keuangan jangka panjang usaha Anda dalam (Siahaan,

87
88

b. Trend peredaran lima tahun terakhir 2005)


Bruto b. Trend peredaran bruto
c. Trend laba jangka usaha Anda dalam
panjang lima tahun terakhir
c. Trend laba Anda
dalam lima tahun
terakhir

3.7 Metode Analisa Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian

adalah metode analisis kuantitatif yaitu hipotesis dianalisis dengan

menggunakan angka-angka dan perhitungan stastistik. Analisis data

digunakan untuk menyederhanakan data supaya data lebih mudah

diinterpretasikan. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari statistik

deskriptif, pengujian kualitas data, pengujian asumsi klasik, analisis

regresi dan pengujian hipotesis.

3.7.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan memberikan gambaran

mengenai variabel yang diteliti mencakup nilai rata – rata (mean), nilai

minimum, nilai maksimum, dan nilai standar deviasi dari data penelitian.

3.7.2 Uji Kualitas data

3.7.2.1 Uji Validitas data

Menurut Ghozali (2016:52) Uji Validitas penting dilakukan karena

dapat mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

88
89

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk

uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r

tabel untuk degree of freedom (df)= n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah

sampel. Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk

atau variabel. Instrumen dikatakan valid bisa dilihat dari

perbandinganantara r hitung dan r hitung. Jika r hitung lebih besar dari r

tabel maka dapat disimpulkan semua indikator valid.

3.7.2.2Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas perlu dilakukan karena dapat digunakan untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau

konstruk. Kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu (Imam Ghozali, 2016: 47).

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara antara lain:

One Shot atau pengukuran sekali saja (pengukurannya hanya sekali dan

kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur

korelasi antar jawaban pertanyaan). SPSS memberikan fasilitas untuk

mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Menurut

Ghozali (2016:48), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70.

3.7.3 Pengujian Asumsi Klasik

89
90

Pengujian asumsi klasik dilakukan bertujuan untuk memastikan

bahwa hasil analisis regresi memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear,

Unbiased Estimator). Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas data,

uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.

3.7.3.1 Uji Normalitas Data

Menurut Imam Ghozali (2016: 154) tujuan dari uji normalitas adalah

sebagai berikut: “Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya

dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal.Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan

statistik parametrik tidak dapat digunakan.”

Pada prinsipnya normalitas data dapat dilkukan dengan dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan

keputusannya antara lain sebagai berikut:

1. Jika data menyebar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau

grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

90
91

Selain itu Metode lain yang digunakan untuk menguji normalitas

data adalah dengan statistik Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang

digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat

signifikansi yang di dapat dalam tingkat alpha yang digunakan, dimana

data tersebut di katakan berdistribusi normal bila sig > alpha (5%).

3.7.3.2 Uji Multikolineritas

Menurut Imam Ghozali (2016: 103) Uji ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-

variabel bebas. Untuk model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas (variabel independen). Jika variabel

bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel

orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama

variabel bebas sama dengan nol. Adapun cara untuk mendeteksi ada atau

tidaknya Multikolineritas didalam model regresi dapat dilihat dari variance

inflation factor (VIF), jika VIF < 10 maka tingkat kolinieritasnya masih

dapat ditoleransi.

3.7.3.3 Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model

regresi linear berganda terdapat korelasi antara residual pada periode t

dengan residual pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi

yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,

2013:107). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala korelasi dalam

91
92

satu model regresi dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai

Durbin Watson (DW) dari model regresi dengan nilai yang terdapat pada

table Durbin Watson (dl dan du). Suatu model regresi dikatakan terbebas

dari gejala autokorelasi apabila nilai DW terletak antara du dan(4-du) atau

du ≤ DW ≤ (4-d).

3.7.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2016: 134) Uji heteroskedastisitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain, jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

berbeda maka disebut heteroskedastisitas.

Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan untuk

menguji heteroskedastisitas, salah satu adalah dengan melakukan uji

Glejser . Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel

independent dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara

variabel independent dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

3.8 Analisis Regresi (Moderated Regression Analysis)

Analisis regresi yang digunakan adalah Moderated Regression

Analysis (MRA). Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan

aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan

regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel

independen) atau terdapat unsur variabel moderating. Alasan penggunaan

92
93

alat analisis Moderated Regression Analysis (MRA) karena dalam

penelitian ini terdapat variabel moderating. Adapun rumus persamaannya

antara lain sebagai berikut:

Y = Y = α + β1X1 + β2X2 + e...................hipotesis (1) dan (2)

Y = α + β1X1 + β3Z1 + β5X1Z1 + e........hipotesis (3)

Y = α + β2X2 + β3Z1 + β7X2Z1 + e....... hipotesis (4)

Y = α + β1X1 + β4Z2 + β6X1Z2 + e....... hipotesis (5)

Y = α + β2X2 + β4Z2 + β8X2Z2 + e....... hipotesis (6)

Keterangan dari persamaan diatas sebagai berikut :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak,

X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus,

X2 = Sanksi Pajak

Z1 = Kondisi Keuangan Wajib Pajak

Z2 = Pengetahuan Wajib Pajak

a = Konstanta

b1- b4 = Koefisien arah regresi

e = Variabel pengganggu (Error)

Adapun model dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Model 1 dimana variabel dependen yaitu Kepatuhan Wajib Pajak

diregresikan ke dalam variabel Kualitas Pelayanan Fiskus dan sanksi

pajak. Persamaan matematis dalam model 1 sebagai berikut :

93
94

Y = Y = α + β1X1 + β2X2 + e

Keterangan dari persamaan diatas sebagai berikut :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak,

X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus,

X2 = Sanksi Pajak

a = Konstanta

b1- b4 = Koefisien arah regresi

e = Variabel pengganggu (Error)

Model 2 dimana dalam model ini terdapat variabel moderating yaitu

kondisi keuangan wajib pajak. Dimana variabel dependen diregresikan ke

dalam variabel independen, variabel moderating dan hasil perkalian dari

variabel independen dan moderating. Persamaan matematis dalam model

2 sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β3Z1 + β5X1Z1 + e

Keterangan dari persamaan diatas sebagai berikut :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak,

X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus,

X2 = Sanksi Pajak

Z1 = Kondisi Keuangan Wajib Pajak

Z2 = Pengetahuan Wajib Pajak

a = Konstanta

b1- b4 = Koefisien arah regresi

e = Variabel pengganggu (Error)

94
95

Model 3 dimana dalam model ini terdapat variabel moderating yaitu

kondisi keuangan wajib pajak dimana variabel dependen diregresikan ke

dalam variabel independen, variabel moderating dan hasil perkalian dari

variabel independen dan moderating. Persamaan matematis dalam model

2 sebagai berikut :

Y = α + β2X2 + β3Z1 + β7X2Z1 + e

Keterangan dari persamaan diatas sebagai berikut :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak,

X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus,

X2 = Sanksi Pajak

Z1 = Kondisi Keuangan Wajib Pajak

Z2 = Pengetahuan Wajib Pajak

a = Konstanta

b1- b4 = Koefisien arah regresi

e = Variabel pengganggu (Error)

Model 4 dimana dalam model ini terdapat variabel moderating yaitu

Pengetahuan wajib pajak dimana variabel dependen (Kepatuhan wajib

pajak) diregresikan ke dalam variabel independen (kualitas pelayanan

fiskus), variabel moderating dan hasil perkalian dari variabel independen

dan moderating. Persamaan matematis dalam model 2 sebagai berikut :

Y = α + β2X1 + β3Z2 + β7X1Z2 + e

Keterangan dari persamaan di atas sebagai berikut :

95
96

Y = Kepatuhan Wajib Pajak,

X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus,

X2 = Sanksi Pajak

Z1 = Kondisi Keuangan Wajib Pajak

Z2 = Pengetahuan Wajib Pajak

a = Konstanta

b1- b4 = Koefisien arah regresi

e = Variabel pengganggu (Error)

Model 5 dimana dalam model ini terdapat variabel moderating yaitu

Pengetahuan wajib pajak dimana variabel dependen (Kepatuhan wajib

pajak) diregresikan ke dalam variabel independen (sanksi pajak), variabel

moderating dan hasil perkalian dari variabel independen dan moderating.

Persamaan matematis dalam model 2 sebagai berikut :

Y = α + β2X2 + β4Z2 + β8X2Z2 + e

Keterangan dari persamaan diatas sebagai berikut :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak,

X1 = Kualitas Pelayanan Fiskus,

X2 = Sanksi Pajak

Z1 = Kondisi Keuangan Wajib Pajak

Z2 = Pengetahuan Wajib Pajak

a = Konstanta

b1- b4 = Koefisien arah regresi

e = Variabel pengganggu (Error)

3.9 Pengujian Hipotesis

96
97

3.9.1 Uji Hipotesis

Untuk melakukan pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakukan

dengan menggunakan uji statistik, sebagai berikut :

1) Uji t

Uji statistik t ini adalah untuk menguji keberhasilan koefisien regresi

secara parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

bebas (X) secara tunggal berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)

dengan membandingkan antara nilai thitung masing-masing variabel

bebas dengan nilai ttabel dengan derajat kesalahan 5% (α = 0.05).

Apabila nilai thitung ≥ ttabel, maka variabel bebasnya memberikan

pengaruh bermakna terhadap variabel terikat. Uji t ini menggunakan

derajat kebebasan df= n-k-1 dimana n= banyak observasi dan k= jumlah

regresor. Berdasarkan nilai t itu, maka dapat diketahui variabel bebas

mana yang mempunyai pengaruh paling bermakna atau signifikan

mempengaruhi variabel terkait.

2) Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,

2016: 95).

97
98

3.9.2 Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji

pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan perpajakan,

dimana digunakan pengujian antara lain sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap

kepatuhan perpajakan

H1 : Terdapat pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan

perpajakan.

Adapun dasar signifikansi hipotesis pada taraf nyata 5% (taraf

kepercayaan) dengan kriteria:

a. Jika t hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang

berarti ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel

terikat.

b. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang

berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

3.9.3 Pengujian Hipotesis kedua (H2)

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji sanksi

pajak terhadap kepatuhan perpajakan, dimana digunakan pengujian

antara lain sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan

perpajakan

H2: Terdapat pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan perpajakan

98
99

Adapun dasar signifikansi hipotesis pada taraf nyata 5% (taraf

kepercayaan) dengan kriteria:

a. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H2 diterima, yang

berarti ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel

terikat.

b. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H2 ditolak, yang

berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

3.9.4 Pengujian Hipotesis keempat (H3)

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah

Kondisi keuangan memoderasi hubungan antara kualitas pelayanan fiskus

terhadap kepatuhan wajib pajak, dimana digunakan pengujian antara lain

sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh Kondisi keuangan yang baik memoderasi

kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

H3 : Terdapat pengaruh Kondisi keuangan yang baik memoderasi

kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

Adapun dasar signifikansi hipotesis pada taraf nyata 5% (taraf

kepercayaan) dengan kriteria:

a. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H3 diterima

b. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H3 ditolak.

99
100

3.9.5 Pengujian Hipotesis keempat (H4)

Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah untuk menguji

apakah Kondisi keuangan yang baik memoderasi hubungan antara sanksi

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, dimana digunakan pengujian

antara lain sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh Kondisi keuangan yang baik memoderasi

sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

H4 : Terdapat pengaruh Kondisi keuangan yang baik memoderasi

sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

Adapun dasar signifikansi hipotesis pada taraf nyata 5% (taraf

kepercayaan) dengan kriteria:

a. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H4 diterima

b. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H4 ditolak

3.9.6 Pengujian Hipotesis (H5)

Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah untuk menguji

pengetahuan wajib pajak memoderasi hubungan antara kualitas

pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak, dimana digunakan

pengujian antara lain sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh pengetahuan wajib pajak memoderasi

kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

H5 : Terdapat pengaruh pengetahuan wajib pajak memoderasi kualitas

pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

100
101

Adapun dasar signifikansi hipotesis pada taraf nyata 5% (taraf

kepercayaan) dengan kriteria:

a. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H5 diterima

b. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H5 ditolak

3.9.7 Pengujian Hipotesis (H6)

Hipotesis H6 dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengetahuan

wajib pajak memoderasi hubungan antara sanksi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak, dimana digunakan pengujian antara lain sebagai

berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh pengetahuan wajib pajak memoderasi

sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

H6 : Terdapat pengaruh pengetahuan wajib pajak memoderasi sanksi

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

Adapun dasar signifikansi hipotesis pada taraf nyata 5% (taraf

kepercayaan) dengan kriteria:

a. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H6 diterima

b. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H6 ditolak

101
102

102

Anda mungkin juga menyukai