Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN INFEKSI NASOKOMIAL DAN KAJIAN PENGENDALIAN/

PENCEGAHAN INFEKSI DI PUSKESMAS ELLY UYO TAHUN 2021

(Ilmu Dasar Keperawatan III)

DI SUSUN OLEH:
NELFI SANTINGAN (2021082024002)

FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CENDERAWASIH T.A. 2021/2022
A. KAJIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
1. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama masa perawatan
atau pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda tanda infeksi sebelumnya
dan minimal terjadi 48 jam sesudah masuknya kuman (Depkes, 2003).
Penularan dapat terjadi melalui cara silang ( cross infection ) dari satu
pasien ke pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri dimana kuman sudah
ada pada pasien kemudian melalui suatu migrasi ( gesekan ) pindah tempat dan
ditempat baru menyebabkan infeksi. Tidak hanya pasien rawat yang dapat
tertular tetapi seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan pasien
( ilmu penyakit dalam, edisi ketiga ).
Penyebaran penyakit di rumah sakit pada dasarnya ada 3 unsur pokok yakni :
1. Sumber infeksi
Penyakit menular yang berasal dari pasien, pengunjung atau petugas
dan termasuk orang yang menderita penyakit yang aktif yaitu masa inkubasi
atau carrier panyakit.
2. Cara transmisi dari kuman (Depkes RI, 2007 ) Cara penularan dapat
melalui:
a. Melalui Kontak
1) Transmisi kontak langsung dapat terjadi pada kontak kulit dengan
kulit dan berpindahnya organisme selama kegiatan perawatan
pasien. Transmisi kontak langsung juga bisa terjadi antar dua
pasien.
2) Transmisi kontak tidak langsung dapat terjadi bila ada kontak
seseorang yang rentan dengan obyek tercemar yang berada di
lingkungan pasien.
b. Melalui Percikan ( droplet )
Transmisi droplet terjadi melalui kontak dengan konjungtiva, membran
mukosa hidunng atau mulut individu yang rentan oleh percikan partikel
besar yang
mengandung mikroorganisme. berbicara, batuk bersin dan tindakan
sperti penghisapan lendir dan broknkoskopi dapat menyebarkan
organisme.
c. Melalui Udara ( airborne )
Transmisi airborne terjadi melalui penyebaran partikel partikel kecil
ke udara, baik secara langsung atau melalui partikel debu yang
mengandung mikroorganisme infeksius. Partikel infeksius dapat
menetap di udara selama beberapa jam dan dapat disebarkan secara
luas dalam suatu ruangan atau dalam jarak yang lebih jauh.
d. Melalui perantara
Organisme yang ditularkan oleh benda benda terkontaminasi seperti
makanan, air dan peralatan.
e. Melalui vektor
Terjadi ketika vektor seperti nyamuk, lalat, tikus dan binatang
pengerat lain menularkan mikroorganisme.
Tindakan – tindakan pencegahan infeksi melalui ( Depkes RI, 2007 ) :
1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan ini dirancang untuk perawatan bagi semua orang, petugas, pasien
atau pengunjung tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi atau tidak.
Penerapan ditujukan untuk mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme dari
sumber infeksi yang diketahui ataupun tidak diketahui dalam sistem pelayanan
kesehatan seperti pasien, benda yang tercemar,jarum atau spuit yang telah
digunakan. penggunaan pelindung ( barrier ) antara mikroorganisme dengan
individu baik untuk pasien atau petugas kesehatan adalah cara yang efektif untuk
mencegah penyebaran infeksi. Pelindung berfungsi untuk memutuskan rantai
penularan penyakit. Adapun komponen utama kewaspdaan standar adalah :
a. Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu satunya yang paling efektif
dan untuk mencegah penularan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk
menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara. Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan
sesudah memeriksa dan kontak langsung dengan pasien, memakai dan melepas
sarung tangan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan, saat situasi yang
membuat tangan menjadi terkontaminasi,masuk dan keluar ruang isolasi.
Langkah langkah mencuci tangan :
1) Basahi kedua tangan
2) Gunakan sabun
3) Gosok dengan keras seluruh bidang permukaan tangan dan jari jari bersama
sekurang kurangnya selama 10 hingga 15 detik, dengan memperhatikan
bidang dibawah kuku tangan dan diantara jari jari.
4) Bilas kedua tangan seluruhnya dengan air bersih
5) keringkan tangan dengan lap kertas atau pengering dan gunakan lap untuk
mematikan kran.
b. Memakai alat perlindungan diri.
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata, topi,
gaun, apron dan pelindung yang lainnya. Jenis jenis alat pelindung diri:
1. Sarung tangan
Sarung tangan merupakan penghalang (barrrier) fisik paling penting untuk
mencegah penyebaran infeksi dan melindungi tangan dari bahan yang
mengandung mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.
Sarung tangan harus selalu diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien
yang lainnya. Langkah langkah :
a) Perawat membuka bungkkus sarung tangan steril dan taruh di tempat yang
bersih.
b) Pegang sarung tangan steril tersebut dengan tangan yang bersarung tangan
dan pasang dengan cara biasa.
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutupi mulut, hidung, bagian bawah dagu
dan jenggot. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu
petugas kesehatan berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan
darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas
kesehatan.
3. Alat pelindung mata
Alat ini untuk melindungi petugas kesehatan dari percikan darah dan cairan
tubuh lainnya dengan cara melindungi mata. Alat pelindung mata mencakup
goggles, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor.
4. Topi
digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus
cukup besar untuk menutupi semua rambut. Meskipun top dpat memberikan
sejumlah perlindungan pada pasien tetapi tujuan utamanya adalah melindungi
pemakainya dari percikan darah atau cairan tubuh.
5. Gaun pelindung
Pemakaian gaun pelindung terutama untuk melindungi baju dan kulit petugas
kesehatan dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi.
6. Apron
Digunakan ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersuhkan pasien, melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan
darah,cairan tubuh datau sekresi.
7. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cidera benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sebaiknya
menggunakan sepatu boot atau sepatu kulit tertutup dan harus dijaga
kebersihannya.
c. Kebersihan lingkungan.
Pembersihan rutin dilakukan setiap hari. Sembilan puluh persen mikroorganisme
berada dalam kotoran yang kasat mata, dimana tujuan pembersihan rutin adalah
untuk menghilangkan kotoran.
d. Pengelolaan sampah benda tajam.
Benda benda tajam sekali pakai memerlukan penanganan yang khusus karena
benda banda ini dapat melukai petugas kesehatan dan juga masyarakat
sekitarnya. Cara pembuangan sampah benda benda tajam :
1) Enkapsulasi
Merupakan cara termudah membung benda benda tajam. Benda benda tajam
dikumpulkan dalam wadah anti bocor dan tahan tusuk, setelah penuh
masukan semen dan pasir sampai padat kemudian lakukan penimbunan.
2) Insenerasi
Proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan berat sampah.
Penanganan ini untuk menangani sampah yang tidak dapat di daur ulang.

B. KAJIAN PENGENDALIAN / PENCEGAHAN INFEKSI NASOKOMIAL DI


RUANG P2P
1. KUSTA
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium
leprae. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah yang kompleks, terutama dari
segi medis seperti cacat fisik. Bila tidak ditangani dengan cermat, kusta
dapat menyebabkan cacat dan keadaan ini menjadi penghalang bagi pasien
kusta dalam menjalani kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sosial ekonominya. Menurut Blum lingkungan merupakan faktor
penyumbang terbesar kejadian penyakit, kemudian perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik. Lingkungan dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya berbagai bakteri, termasuk bakteri kusta. Rumah
merupakan bagian dari lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Rumah yang menjadi tempat tinggal harus
memenuhi syarat kesehatan seperti ventilasi rumah, dinding rumah,
pencahayaan lantai suhu dan kelembaban di rumah.
2. Penatalaksanaan Penyakit Kusta Cara penularan
Cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi sebuah
tanda tanya, yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si
penderita, yaitu selaput lendir hidung, tetapi ada yang mengatakan
bahwa penularan penyakit kusta melalui:  
1.   Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang
sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam (2-7hari)
2.   Kontak kulit dengan kulit. Syaratnya dibawah umur 25 tahun karena
anak-anak lebih peka daripada orang dewasa, keduanya harus ada lesi
baik mikroskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama
dan berulang.
3.   Kontak dekat dan penularan dari udara (droplet) 4.  Faktor tidak cukup
gizi
4. Kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat dalam
jangka waktu
5. Saluran pernafasan/ inhalasi
6. Lewat luka
7. Air susu ibu (kuman kusta dapat ditemukan di kulit, folikel rambut,
kelenjar keringat dan air susu).

3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan
diagnosa dan pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi
seperti piring, sendok, handuk, baju dll yang pernah digunakan oleh
orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari dan
diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta
peningkatan hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi
lingkungan.
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil
penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya,
lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan
yang tidak utuh. Jadifaktor pengobatan adalah amat penting dimana
kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini
letak salah satu peranan penyuluhan kesehatankepada penderita untuk
menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur.
SOP PEMERIKSAAN KUSTA BARU
1. Pengertian
Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dirawat jalan sehingga dapat
ditegakkan diagnosa sebagai pasien kusta
2. Alat dan Bahan:
 Alat tulis kantor
 Kapas
 Blanko Status Pasien
 Regsiter Pasien ( Kohort )
3. Prosedur kerja:
a. Memeriksa cardinal sign ( Bercak mati rasa yang berbatas tegas, penebalan
sayaraf tepi yang disertai penurunan fungsi, BTA).
b. Mengklarifikasi cardinal sign dengan mengambil skin smear.
c. Melakukan charting dan mendokumentasi kan kedalam blank pasien
apabila sudah tegak diagnosa kusta.
d. Memberikan penjelasan tentang prosedur pengobatan dan penatalaksanaan
e. Memberi MDT
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto,Eko.2002."Pengantar Epid".Jakarta:EGC Magnus,Manya.2010."Epid


penyakit menular". Jakarta : EGC

Chandra,Budiman.2012."Kontrol penyakit menular".Jakarta: EGC


Laporan Tahunan Puskesmas Padang Pasir Tahun 2013
 http://nuiiners.blogspot.com/2014/01/pemberantasan-penyakit-menular-p2m.html
 http://nonamutti.blogspot.com/2011/03/prinsip-pemberantasan-penyakit-
menular.html

http://data.menkokesra.go.id/content/program-penyehatan-lingkungan Nasry, Nur


dasar-dasar epidemiologi

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo 2012. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

CDC, 2010, Principles of Epidemiology in Public Health Practice Atlanta

Anda mungkin juga menyukai