Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI MASA KHULAFAUR RASYIDDIN

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :

Kurnia Sri Rizki (19551031)

Rika Muslimah (19551074)

TBI 2B

Dosen Pengampu:

Eka Yanuarti, M.Pd.I

PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS

FALKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada masa perkembangan dan pertumbuhan islam berlangsung ppada masa
khulafaur rosyidin ( Abu Bakar, Umar, Usman, Ali ) yang di warnain dengan
perkembangan ilmu-ilmu naqliah. Pendidikan Islam bukan sekedar “transfer of
knowledge” ataupun “transfer oftraining“, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang
ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, suatu sistem yang terkait secara langsung
dengan Tuhan. Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja
perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai
khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk
menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi pemimpin agama dan
pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khulafaur rosidin ini adalah sama
dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun
lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya. Dari sini kita dapat mengethui metode dan
perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasidin.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Metode perkembngan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui metide pendidikan pada masa khulafaur rosyidin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin.


Khulafaur Rasyidin adalah berasal dari kata “Khulafa” dan “Ar-Rasyidin” kata
“Khulafa” merupakan bentuk jamak dari kata “Khulafah” kata ini dalam bahasa arab
megandung pengertian cerdik, pandai dan mengganti, sedangkan kata “Ar-Rasyidin”
merupakan bentuk jamak dari kata “Rosyada” yang mengandung pengertian lurus, benar
dan mendapat petunjuk. Dari pengertian diatas maka dapatlah kita mengambil pengertian,
bahwa pengertian khulafaurrasyidin adalah Pengertian yang cerdik dan benar serta
senantiasa mendapat petunjuk. Adapun yang dimaksud dari kata “khulafaurrasyidin”
disini adalah para pemimpin pengganti Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum
muslimin yang sangat adil dan bijaksana, pandai, husni dalam menjalankan tugasnya
senantiasa berjalan pada jalur yang benar serta senantiasa mendapat hidayah dari Allah
SWT.
Para pemimpin Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang sahabat Rasulullah yaitu:
1. Abu Bakar Shiddiq
2. Umar Bin Khattab
3.Utsman Bin Affan
4.Ali Bin Abi Thalib.
Periode Khulafa‟ur Rasyidin ini merupakan periode penyiaran Islam yang sangat
berhasil, sehingga Islam mulai tersiar di luar jazirah Arabia, berikut analisa Sejarah
Pendidikan Islam periode Khulafaur Rasyidin:
1. Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Sidiq (632-634 M)/(11-13 H)
Beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw, yang mempunyai rasa sosial
yang tinggi. Beliau juga pernah menginfakkan hartanya sebanyak 4000 dinar untuk
kepentingan Islam, padahal harta itu ia semuanya beliau dapatkan dari usahanya
berdagang.
Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai
khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk
menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan
pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah abu bakar ini adalah
sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun
lembaga pendidikannya. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan
oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk
memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi
orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari :

1) Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah


adalah Allah.
2) Pendidikan akhlaq,seperti adab masuk rumah orang,sopan santun bertetangga,bergaul
dalam masyarakat.
3) Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji.
4) Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan
dan tempat kediaman.
Lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran
pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik
adalah sahabat rosul yang terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan
Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya
Perkembangan Pendidikan Islam:
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar telah diguncang pemberontakan oleh orang-
orang yang murtad orang yang mengaku sebagai Nabi, dan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat pada awal kekuasaannya Abu Bakar memusatkan kosentrasinya untuk
memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan yang dapat
mempengaruhi orng Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari Islam.
Maka dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah dalam operasi
tersebut sebanyak 73 orang Islam yang gugur yang terdiri dari sahabat rosul dan para
Hafidz Al-Qur’an kenyataan ini telah mengurangi jumlah sahabat yang hafal Al-Qur’an
dan jika tidak diperhatikan shabat-sahabat yng hafal Al-Qur’an akan habis dan akirnya
akan melahirkan perselisihan dikalangan umat Islam mengenai Al-Qur’an. Oleh karena
itu sahabat Umar bin Khatab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Saran tersebut kemudian direalisasikan Abu Bakar
dengan mengutus Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan ayat-ayat Al-
Qur’an. Dengan demikian khalifah Abu Bakar berjasa dalam menyelamatkan keaslian
materi dasar pendidikan Islam.
Proses Terahir Menjadi Khulafa.
Setelah menderita sakit demam selama lima belas hari akhirnya Abu Bakar r.a
meninggal dunia pada hari senin, 21 Jumadil Akhir 13 H (22 Agustus 634 M) pada usia
63 tahun. Riwayat yang paling kuat mengenai sebab sakitnya beliau adalah riwayat yang
berasal dari putrinya yang menyebutkan bahwa beliau sering mandi malam. Sedangkan
pemerintahan beliau berjalan selama dua tahun tiga bulan dan sepuluh malam.Selama
sakitnya beliau tidak bisa mengimami shalat jama’ah hingga beliau digantikan oleh Umar
bin Khattab r.a. selain itu juga beliau selalu memikirkan perkara ummat Islam yang akan
ia tinggalkan. Beberapa motivasi dan penyebab mendorongnya untuk menunjuk orang
yang menggantikannya setelah berbincang-bincang dengan para sahabat besar lainnya,
yang membulatkan tekad beliau untuk menunjuk Umar bin Khattab r.a sebagai
penggantinya.
Ada berapa hal yang mungkin sangat berpengaruh terhadap keputusan Abu Bakar
r.a untuk memilih sendiri orang yang akan menggantikannya. Salah satunya adalah
perdebatan yang pernah terjadi di Saqifah Bani Saidah setelah Rasulullah saw. meninggal
dunia, selain itu juga masukan-masukan positif tentang Umar bin Khattab r.a dari
sahabat-sahabat besar lainnya.
Di lain pihak, Jafri menuturkan bahwa penunjukan ini juga salah satu bentuk
penghalangan Ali bin Abi Thalib r.a dari posisi ke-khalifahan. Sangat tidak
mengherankan bila Umar bin Khattab r.a tidak memilih Ali bin Abi Thalib r.a yang tidak
mau membaiatnya hingga lima hingga enam bulan pemerintahannya. Tentu saja Umar bin
Khattab r.a yang juga merupakan pioner pengangkatan Abu Bakar r.a sebagai khalifah
pada peristiwa Saqifah akan mendapatkan kepercayaan Abu Bakar r.a untuk menjadi
khalifah.

2. Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab(634-644 M)/(13-24)


Beliau adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Salah satu gelar
pujian yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada beliau. Beliau dilahirkan empat tahun
sebelum kelahiran Rasulullah saw. Umur beliau adalah 63 tahun dan beberapa bulan.
Sebelum Abu Bakar meninggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya
setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin
Khattab,kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh
hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung
Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir. Dengan meluasnya wilayah Islam
mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi
kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan keahlian, sehingga
dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat
berpengaruh tidak boleh keluar daerah atas izin dari khalifah dan dalam kurun waktu
yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke
madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat
pendidfikan adalah terpusat di Madinah.Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab,
tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang baru di
taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya,
apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid
sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan
seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga
menerapkan pendidikan di masjid- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan
menunjuk guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan itu, mereka bertugas
mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fiqih, kepada penduduk
yang baru masuk Islam. Diantara sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab
ke daerah adalah Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hashim.
Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid
sedangkan murid melingkarinya (Halaqoh).Jadi dalam masa Khalifah Umar bin Khattab
yang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat – sahabat besar yang lebih dekat
kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya
selain di Madinah juga di Mesir, Syiria dan Basyrah. Dengan meluasnya kekuasaan
Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru
masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat yang menerima
langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah –
daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah
membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok agama
Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini
tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk
Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan
memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran
bahasa Arab.
Pada masa ini, pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan
Umar Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah
ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat
pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu
bahasa, menulis, dan pokok –pokok ilmu lainnya.
.
Perkembangan Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi pokok politik dalam keadaan
stabil. Melanjutkan kebijakan Abu Bakar, umar bin khattab mengirim pasukan untuk
memperluas wilayah Islam. Ekspansi Islam di masa Umar mencapai hasil yang gemilang
yang meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria Irak Persia dan Mesir.Dengan
meluasnya wilayah Islam sampai keluar jazirah Arab penguasa memikirkan pendidikan
Islam didaerah diluar jazirah Arab Karena bangsa tersebut memiliki adat dan kebudayaan
yang berbeda dengan Islam. Umar memerintahkan panglima-panglima apabila mereka
berhasil menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat
ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha itu khalifah Umar mengangkat dan
menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditklukan yang bertugas mengajarkan isi
Al-Qur’an dan ajaran Islam kepada penduduk yang bau masuk Islam.
Pada masa khalifah Umar sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada
Rosulullah dan memiliki pengaruh besar, dan pendidikan Islam terpusatkan di Madinah
sehingga kota tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuan Islam. Meluasnya
kekuasaan Islam mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka
yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat yang menerima
langsung dari Nabi SAW. Khususnya menyangkut Hadist Rosul yang merupakan salah
satu sumber agama yang belum terbukukan dan hanya dalam ingatan para sahabat.
Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa khulafaur rasyidin sebelum masa
Umar bin khattab, untuk pendidikan dasar:
a. Membaca dan menulis
b. Membaca dan menghafal al-qur’an
c. Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shoum, dan sebagainya.
Ketika Umar bin khattab diangkat menjadi khalifah ia menginstruksikan kepada
penduduk agar anak-anak diajari mengendarai unta, memanah, membaca dan menghafal
syair-syair yang mudah dan pribahasa.
Sedangakan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-qur’an dan tafsirnya
b. Hadis dan pengumpulannya
c. Fiqh.
Proses Terakhir Menjadi Khulafa.
Banyak keputusan-keputusan baru yang harus diambil oleh oleh khalifah ke-II
Umar Bin Khattab (634-644 M). Penyebaran agama Islampun dilaksanakan seiring
dengan perluasan wilayah Islam. Banyak orang yang takluk dibawah Islam memeluknya
sebagai agama meskipun ada sebahagian dari mereka yang membenci Islam ataupun
bangsa Arab yang merupakan penjajah. Umar memerintah dengan tegas dan disiplin,
rakyat maupun pegawainya akan dihukum bila terbukti bersalah. Pada akhir
pemerintahannya timbul gejala-gejala ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakannya
yang disuarakan pertama kalinya oleh mereka yang membeci Islam ataupun bangsa Arab.
Hal yang paling menonjol adalah pembagian hasil rampasan perang yang dinilai tidak
adil. Tetapi hingga akhir hayatnya tidak ada yang berani mengutarakan secara terang-
terangan.
Benarkah terjadi ketidak-puasan terhadap pemerintahan Umar bin Khattab, bisa
jadi benar. Salah satu bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah pembunuhan Umar bin
Khattab sendiri, beliau dibunuh Abu Lu’luah, seorang Nasrani. Ia megutarakan
keberatannya atas pajak yang ia nilai terlalu besar untuknya yang berprofesi sebagai
tukang kayu, pelukis, dan pandai besi, ia harus membayar dua dirham setiap hari. Akan
tetapi meskipun Umar bin Khattab r.a mendengar keluhannya, beliau tidak mengurangi
pajak tersebut karena kabarnya ia juga akan membuka penggilan tepung dengan angin.
Abu Lu’luah ternyata berlalu dengan rasa tidak puas dengan keputusan beliau,
hal ini disimpulkan dari jawabannya atas keputusan Umar bin Khattab r.a: “kalau begitu
bekerjalah untukku dengan penggilingan itu!”, yang kemudian dijawab: “kalau kamu
selamat maka aku akan bekerja untukmu”. Tiga hari kemudian ia berhasil membunuh
beliau.
Akan tetapi bila hanya bukti ini yang diajukan untuk mengutarakan bahwa akhir
pemerintahan Umar bin Khattab r.a terjadi beberapa ketidak-puasaan terhadapa
kebijaksaanan beliau, maka itu terlalu dilebih-lebihkan. Tapi meskipun begitu, memang
faktanya ada yang merasa tidak puas dengan Umar bin Khattab r.a.
Beliau meninggal pada umur 63 tahun. Adapun ke-khalifahannya berjalan selama
10 tahun, 6 bulan dan 8 hari.
3. Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan (644 – 656 M)
Ustman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah
menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi
khalifah hasil dari pemilihan Panitia enam Diantaranya: Usman, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf.
Akhirnya yang ditunjuk oleh khalifah yakni Umar bin Khattab menjelang beliau
meninggal.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada,
namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat
yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan
Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di
daerah – daerah yang mereka sukai.Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi
pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Ustman ini lebih ringan dan lebih
mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Dari
segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat
yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.Khalifah
Ustman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada
usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi
pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Qur’an.Penyalinan ini
terjadi karena perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Utsman
memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin
Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist. Sebab Al- Qur’an
diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin
Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat
diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi
para pendidik tersebut dalam melaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan
Allah semata.
Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
Orang dewasa dan atau Anak- anak yang baru masuk Islam. baik orang tuanya
telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam Orang dewasa dan atau
orang tua yang telah lama memeluk Islam Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut
ilmu agama secara luas dan mendalaminya, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak
mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan semua objek tetapi harus diadakan
pengklasifikasian yang rapi dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan
kesanggupan dari peserta didiknya.
Adapun metode yang digunakan adalah:
1. Golongan pertama menggunakan metode ceramah dengan mengemukakan contoh -
contoh dan peragaan, seperti Shalat,Wudhu dan sebagainya.
2. Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan.
3. Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, tanya jawab.
4. Golongan keempat menggunakan metode pengajaran pada golongan ini lebih bersifat
pematangan dan pendalaman Mata pelajaran yang di berikan.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
1. fase pembinaan ; memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan
iman.
2. Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud .agar mereka
dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam
kehidupan sehari- hari.
3. Fase pembelajaran: ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang
pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata
bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.
Pendidikan pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika
dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa
khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat.Dari segi
pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai
akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat
kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.
3. Perkembangan Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada.
Usaha konkrit di bidang pendidikan Islam ini di buktikan adanya lanjutan usulan khalifah
Umar kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.
Khalifah Utsman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair,
Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits, supaya menyalin mushaf Al-Qur’an yang
dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar. Setelah selesai menyalin mushaf itu Utsman
memerintahkan para penulis Al-Qur’an untuk menyalin kembali dan dikirimkan ke
Mekkah, Kuffah, Bashrah dan Syam, khalifah Utsman sendiri memegang satu mushaf
yang disebut mushaf Al-Imam.
Mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi ketempat peyimpanan semula yaitu rumah
Hafsah. Khalifah Utsman meminta agar umat Islam memegang teguh apa yang tertulis
dimushaf yang dikirimkan kepda mereka sedangkan mushaf-mushaf yang sudah ada
ditangan umat Islam segera dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari perselisihan
bacaan Al-Qur’an serta menjaga keasliannya. Fungsi Al-Qur’an sangat fundamental bagi
sumber agama dan ilmu-ilmu Islam. Oleh karena itu menjaga keasliannya Al-Qur’an
dengan menyalin dan membukukannya merupakan suatu usaha demi perkembangan ilmu-
ilmu Islam dimasa mendatang.
Seperti khalifah-khlifah sebelumnya, khalifah Utsman memberikan perhatian besar
pada pengiriman tentara kebeberapa wilayah yang belum ditaklukan. Besar juga hasil
yang diperoleh dari pengiriman ekspedisi dimasa ini bagi perluasan kekuasaan Islam,
yang mencapai Tripoli,Ciprus, dan beberapa wilayah lain, tetapi gelombang ekspedisi
terhenti sampai disini karena perselisihan pemerintahan dan kekacauan yang
mengakibatkan terbunuhnya khalifah Utsman.
4. Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib(656-661).
Pengganti Utsman ialah Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Dari sejak awal
kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti pemberontakan, salah satunya
peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) bersama Talhahd an Abdullah bin Zubair yang
berambisi menduduki jabatan khalifah, peperangan diantara mereka disebut dengan
perang Jamal (Unta) karena Aishyah menggunakan kendaraan unta.
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain
sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan
kedamaian. Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk
menggulingkan kekuasaan Ali, Ali terpaksa harus menghadapi peperangan lagi melawan
Muawiyah dan pendukungnya yang terjadi perang Shiffin. Tentara Ali sudah hampir pasti
dapat mengalahkan tentara Muawiyah, akhirnya Muawiyah mengambil siasat untuk
mengadakan takhim, penyelesaian dengan adil dan damai. Semula Ali menolak, tetapi
atas desakan sebagian tentaranya ia menerima juga, namun takhim malah menimbulkan
kekacauan Karena Muawiyah bersifat curang. Dengan takhim Muawiyah berhasil
mengalahkan Ali dan akhirnya mendirikan pemerintah tandingan di Damaskus.
Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara takhim karena
tidak setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk kelompok sendiri sebagai
kelompok Khawarij, Golongan ini selalu merongrong kewibawaan kekuasaan Ali sampai
akhirnya beliau mati terbunuh seperti yang dialami Utsman.
Pada masa Ali bin abi tholib telah terjadi pemberontakan, sehingga di masa ia
berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali
berkuasa,kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan, pada saat itu Ali
tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya di
tumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan
demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan masa
Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber
pada al-qur’an dan hadis Nabi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada zaman empat khalifah
belum berkembang seperti masa-masa sesudahnya, pelaksananya tidak jauh berbeda
dengan masa nabi yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist nabi, hal ini disebabkan oleh kosentrasi umat
Islam dan terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abi Thalib
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Khalifah Khulafaur Rasyidin Yakni:Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman ibn
Affan, dan Ali Bin Abi Thalib yang merupakan khalifah pengganti Rasulullah
Muhammad dengan semangat untuk menyebarkan Islam mereka berusaha keras
dengan menyerang daerah- daerah yang tidak mau masuk Islam. Walaupun
menghadapi rintangan yang sangat berat namun semangat mereka tidak pernah
hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat Islam menjadi lebih bersemangat
dalam menyebarkan agama Islam. Penyebaran Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
ini bergerak di berbagai bidang, baik dari segi Kekuasaan, Politik, Ekonomi maupun
Pendidikan. Sementara sebagai bukti keberhasilan dibidang pendidikan pada masa
Khalifah Khulafa‟ur Rasyidin adalah adanya Mushaf Al-Qur‟an yang dikenal dengan
Mushaf Utsmani, adanya Ilmu Nahwu yang dipeuntukkan orang-orang Islam selain
Arab, dan adanya Majlis Khalifah yang digunakan untuk Belajar Umat Islam. Selain
itu sebagai bukti keberhasilan Khalifah Khulafa‟ur Rasyidin dibidang pendidikan
adalah munculnya Majlis Khalifah yang sudah tersebar di daerah sekitar Makkah dan
Madinah. Inilah diantara keberhasilan para Khalifah Rasyidin pada waktu itu.
Pendidikan pada masa Abu Bakar tidak jauh beda dengan pendidikan masa
rasulullah. Pada masa khalifah Umar Bin Khattab, pendididkan sudah lebih
meningkat dimana pada masa khalifah Umar guru-guru sudah digaji untuk mengajar
ke daerah-daerah yang baru di taklukan.Pada khalifah Usman Bin Affan, pendidikan
diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya fokus di Madinah saja, tetapi suah
dibolehkan kedaerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali Bin Abi Tholib,
pendidikan kurang mendapat perhatian di sebabkan karena pemerintahan Ali selalu
dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang
diterapkan pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan
kesehatan ) maupun dari segi lembaganya ( kuttab ).Pada masa khalifah Umar bin
Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkat iman pada masa ini khalifah Umar
sudah mengangkat guru-guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru
ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan
sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi
sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain. Pola pendidikan Islam pada masa
khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan
Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
DAFTAR PUSTAKA

Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,1997
Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004
Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990

Nizar,samsul.2008.sejarah pendidikan islam.jakarta:kencana.

http://sarda-ma.blogspot.com/2013/05/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa.html

Anda mungkin juga menyukai