Tim Peneliti:
dr. Hikmatiar
Pembimbing I
Pembimbing II
Pembimbing III
........................................
NIP:
Mengetahui,
Kepala Bagian Ketua Program Studi
Dr.Rose Mafiana, dr., SpAn., KNA, KAO, MARS Zulkifli, dr., SpAn., KIC, Mkes., MARS
NIP: 196411151995032001 NIP: 196503301995031001
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................2
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti.........................................................................2
1.4.2 Manfaat Bagi Subyek.........................................................................2
1.4.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).................................................3
2.2 Patofisiologi COVID-19............................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis......................................................................................5
2.4 Komorbiditas COVID-19..........................................................................6
2.5 Tatalaksana COVID-19.............................................................................7
2.6 Prognosis Pasien Kritis COVID-19...........................................................8
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................10
3.1 Rancangan Penelitian..............................................................................10
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................10
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................10
3.3.1 Populasi Penelitian...........................................................................10
3.3.2 Sampel..............................................................................................10
3.4 Variabel Peneliti......................................................................................11
3.5 Definisi Operasional................................................................................14
iii
3.6 Metode Pengumpulan Data Penelitian....................................................29
3.7 Pengolahan dan Penyajian Data..............................................................30
3.8 Kerangka Operasional.............................................................................30
3.9 Jadwal Penelitian.....................................................................................31
3.10 Organisasi Penelitian...............................................................................31
3.11 Rencana Biaya Penelitian........................................................................32
BAB IV JUSTIFIKASI ETIK.............................................................................35
4.1 Rangkuman Karakteristik Penelitian.......................................................35
4.2 Prosedur Membuka Rekam Medis..........................................................35
4.3 Analisis Kelayakan Etik..........................................................................35
4.4 Simpulan..................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN...................................................40
iv
BAB I
PENDAHULUAN
COVID-19 memiliki spektrum klinis yang luas, dari kasus ringan hingga
kritis dan memerlukan perawatan intensif.3 COVID-19 bermanifestasi dengan
gejala enterik, hepatik, nefrotik, neurologis dan jantung, menyebabkan kegagalan
multi organ dan risiko kematian yang tinggi. COVID-19 telah menyerang jutaan
orang di seluruh dunia, tetapi faktor prognostik dan rejimen pengobatan yang pasti
belum dapat di definisikan secara pasti. Sebagian besar pasien memiliki prognosis
yang baik, tetapi beberapa berkembang menjadi kasus yang parah dan kritis
dengan sindrom gangguan pernapasan, disfungsi koagulasi, kegagalan multi
organ.4 Pasien dengan pneumonia terkait COVID-19 menunjukkan sejumlah
parameter disfungsi koagulasi. Distungsi koagulasi telah dikaitkan dengan tingkat
mortalitas yang lebih tinggi. Perubahan sistem hemostatik termasuk the activated
partial thromboplastin time (aPTT), the international normalized ratio (INR),
prothrombin time (pT), peningkatan D-dimer dan fibrin degradation product
(FDP). 5
1
2
serebral.15
Dari penelitian diatas ternyata kadar D-dimer pada pasien COVID-19
mempengaruhi tingkat kematian pada pasien COVID-19.11,12,15 Salah satu
penelitian, menjelaskan bahwa D dimer awal lebih dari 2.0 μg / mL
(peningkatan empat kali lipat) dapat memprediksi mortalitas di rumah sakit
pada pasien Covid-19, sehingga D-dimer bisa digunakan sebagai prediktor
awal berguna untuk meningkatkan pengelolaan pasien Covid-19 dan
peningkatan D-dimer menunjukkan perburukan dari kondisi klinis.1
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan korelasi nilai D-dimer dan
tingkat mortalitas pada pasien COVID-19 RSMH Palembang.
Dari kepustakaan diatas, saya tertarik meneliti korelasi kadar D-dimer
dengan mortalitas pada pasien COVID-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manifestasi klinis dari COVID-19 sangat bervariasi, mulai dari gejala ring
an hingga berat dan kritis. Gejala dari infeksi virus ini dapat melibatkan banyak or
gan, namun manifestasi system respirasi adalah yang paling umum dijumpai. Geja
la infeksi saluran nafas bawah dapat berupa demam, batuk, dan sesak nafas. Kondi
si yang berat dapat berupa hipoksia yang signifikan dan gagal nafas (ARDS). 18,19
Selain itu, terjadi manifestasi yang melibatkan sistem kardiovaskular. Mekanisme
pasti dari keterlibatan kardiovaskular dalam COVID-19 belum dipahami dengan
baik, namun peningkatan kadar biomarker jantung biasanya terlihat.15 Dalam
sebuah studi oleh Wang et al, 7,2% pasien mengalami peningkatan kadar troponin
atau elektrokardiografi baru atau kelainan ekokardiografi yang menunjukkan
adanya cedera jantung.20 ACE2 sangat diekspresikan di jantung, memberikan
kesempatan untuk infeksi miokard yang bergantung pada ACE2. Badai sitokin
dari inflamasi sistemik dan kondisi hipoksia dari ARDS dapat memicu kadar
kalsium ekstraseluler yang berlebihan yang menyebabkan apoptosis miosit juga
7
Pada Covid-19 juga dapat terjadi manifestasi liver injury ringan dan
sementara, serta liver injury yang parah.15 Wong et al menunjukkan bahwa 14,8-
53,1% pasien COVID-19 memiliki kadar alanine aminotransferase, aspartate
aminotransferase, dan bilirubin yang abnormal selama perjalanan penyakit,
dengan bilirubin menunjukkan peningkatan terkecil. Lebih lanjut, mereka
melaporkan bahwa tingkat keparahan kerusakan hati sebanding dengan COVID-
19. Gamma-glutamyl transferase meningkat pada 54% pasien dalam 1 studi
kohort yang melibatkan 56 pasien COVID-19.23
Sasaran lain dari SARS-CoV adalah sistem imunnitas dan pembuluh kecil
sistemik, yang mengakibatkan sistemik vaskulitis dan penurunan fungsi
kekebalan. Reseptor atau fasilitator lain yang dimilikinya pada permukaan sel
manusia telah disarankan untuk menengahi masuknya SARS-CoV-2, termasuk
transmembrane serine protease 2, asam sialat dan induser matriks
metaloproteinase ekstraseluler (CD147, juga dikenal sebagai basigin).
Menariknya, ACE-2, serta tiga fasilitator lainnya, terdapat di endotel arteri dan
vena.sel dan sel otot polos arteri. ACE-2 adalah reseptor / fasilitator yang paling
banyak dipelajari dan baru-baru ini muncul pertanyaan tentang penggunaan
12
Gejala umum yang dilaporkan adalah demam (98%), batuk (76%) dan
mialgia atau kelelahan 44%. Gejala lain yang dilaporkan adalah produksi sputum
(28%), sakit kerpala (8%), hemoptisis (5%) dan diare (3%). Sesak napas terjadi
pada 55%, sebanyak 63% dengan limfopenia. Semua pasien terjadi pneumonia
pada pemeriksaan CT scan toraks. Komplikasi yaitu ARDS, anemia, kelainan
jantung akut dan infeksi sekunder.15,16 Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan limfopenia 70.3%, pemanjangan waktu prothrombin
15
2.Pneumonia ringan adalah pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda
pneumonia berat.
3.Pneumonia berat adalah dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran
napas ditambah dengan satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distress
pernapasan berat, saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar atau Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
a.ARDS ringan: 200 mmHg < PaO2/FiO2 <300 mmHg (dengan PEEP atau
continuous positive airways pressure (CPAP) >5 cmH2O atau yang tidak
diventilasi.
b.ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/FiO2 <200 mmHg dengan PEEP >5
cmH2O atau yang tidak diventilasi.
c.ARDS berat PaO2/FiO2 <100 mmHg dengan PEEP >5 cmH2O atau yang
tidak diventilasi.
4.Sepsis adalah pasien dengan disfungsi organ yang mengancam jiwa disebabkan
oleh disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi. Tanda
disfungsi organ yaitu perubahan status mental/kesadaran, sesak napas, saturasi
oksigen rendah, urin output menurun, denyut jantung cepat, nadi lemah,
16
5.Syok sepsis adalah hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan resusitasi
cairan dan membutuhkan vasopressor.
Imobilisasi pada pasien medis rawat inap atau selama simulasi dekondisi
telah terbukti terkait dengan hilangnya massa otot dan tulang. Resistance
vibrating exercise (RVE) dan / atau diet tinggi protein tinggi adalah tindakan
penanggulangan mampu mengurangi efek merugikan dari imobilisasi.31
Imobilisasi dapat timbul karena kecacatan atau adanya suatu kondisi penyakit.
Oleh karena itu sebaiknya hanya dirawat di rumah sakit dan pasien dengan risiko
tinggi untuk trombosis harus diobati dengan antikoagulan; ini sesuai dengan
20
pedoman praktik klinis dari American College of Chest Physicians.31 Selain itu,
tindakan pencegahan untuk mengurangi massa otot dan kehilangan mineral tulang
(RVE, diet tinggi protein) dapat dilakukan tanpa merusak pada sistem koagulasi.
Temuan ini juga penting sebagai intervensi seperti olahraga dan suplementasi
nutrisi biasanya disediakan untuk subjek yang tidak bisa bergerak (selain
fisioterapi) untuk awal ambulasi ulang yang dilakukan bukan hanya pada periode
istirahat, tetapi ambulasi ulang periode (selama subjek berdiri setelah 3 minggu
imobilisasi) yang dapat berdampak secara signifikan menuju hiperkoagulabilitas.
Oleh karena itu, subjek terbaring di tempat tidur yang pulih harus disesuaikan
dengan posisi tegak, posisikan secara bertahap dan hati-hati. 31 Pada imobilisasi
terjadi beberapa hal dibawah ini :
Tirah baring dikaitkan dengan atrofi otot rangka, ada penurunan kebutuhan
oksigen secara bertahap. Hal ini tercermin dari berkurangnya eritropoiesis
(pembentukan eritrosit) di sumsum merah, yang akhirnya menyebabkan jumlah
eritrosit menurun, secara bertahap mengurangi massa total sel darah merah dan
jumlah total hemoglobin.32
Triad Virchow mengacu pada tiga faktor yang, jika muncul bersamaan, secara
dramatis meningkatkan risiko DVT. Bedrest yang lama mengaktifkan ketiga
faktor tersebut dan, akibatnya, hingga 13% pasien yang menjalani bedrest yang
lama dapat mengembangkan DVT. Tiga faktor dari triad Virchow (Gambar 3)
adalah:
3) Kerusakan pembuluh darah - lapisan endotel arteri dan vena hanya tebal satu
lapisan sel dan, oleh karena itu, sangat halus; ia terletak di atas lapisan
jaringan ikat kaya kolagen dan sangat halus, memastikan aliran darah bebas
dengan hambatan dan resistensi minimal; berat badan terlentang yang terus-
menerus (terutama jika pasien tidak berbalik secara teratur) menekan
pembuluh darah, yang dapat merusak endotel.33
kesehatan dunia (WHO), dikaitkan dengan 1,6‐ hingga 2,3 kali lipat. risiko VT
lebih tinggi dibandingkan dengan BMI <25 kg m − 2 . Dalam populasi lansia
(berusia 65 tahun dan lebih tua) BMI> 25 kg m-2 juga merupakan prediktor kuat
perkembangan VT setelah artroplasti pinggul total dibandingkan dengan
kelompok dengan BMI <25 kg m-2.36 Rasio pinggang-pinggul (WHR) dan lingkar
pinggang sebagian besar digunakan untuk menentukan obesitas viseral.
Peningkatan risiko 1,3 sampai 1,8 kali lipat dari trombosis telah dijelaskan dengan
membandingkan kuartil terendah dengan kuartil tertinggi WHR.
D-dimer adalah produk degradasi fibrin dan merupakan salah satu penanda
utama aktivitas koagulasi.38 Konsentrasi tinggi D-dimer serum terkait erat dengan
berbagai penyakit trombotik, termasuk infark miokard, infark serebral, paru
emboli, dan trombosis vena. Dalam penelitian kami, kami menemukan bahwa
konsentrasi D-dimer serum pasien diabetes secara signifikan lebih tinggi daripada
pasien nondiabetes, menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan diabetes lebih
mungkin terjadi kondisi hypercoagulable prothrombotic state.37
Lebih lanjut, peningkatan yang signifikan dari VWF dan FVIII pada
pasien COVID-19 menunjukkan aktivasi endotel pada pasien ini. Aktivasi atau
disfungsi endotel dengan COVID-19 dapat terjadi melalui berbagai mekanisme,
termasuk sitokin inflamasi yang dihasilkan di interstitium paru, aktivasi
komponen komplemen dalam darah, atau mungkin, sebagai akibat langsung dari
infeksi SARS-CoV-2 pada sel endotel melalui reseptor ACE2. Endotheliitis, pada
gilirannya, adalah cikal bakal utama trombosis. Pengamatan bahwa jenis kelamin
laki-laki, obesitas, hipertensi, dan diabetes adalah faktor prognostik yang buruk
untuk terjadinya gejala berat dengan COVID-19, lebih lanjut hal yang mendukung
teori ini karena adanya disregulasi endotel. Antibodi anti-fosfolipid (aPL)
berkontribusi pada disfungsi endotel dan aktivasi pada COVID-19 masih belum
jelas. Antibodi antikardiolipin, antibodi glikoprotein β2 dan antikoagulan lupus
positif semuanya telah dilaporkan dalam beberapa studi. Kehadiran antibodi aPL
pada populasi umum, terutama di negara bagian infeksi, adalah umum. Selain itu,
kontribusi antibodi IgA aPL, yang dilaporkan oleh Zhang et al, terhadap
trombosis masih kontroversial. Banyak tes anti-koagulan lupus sensitif terhadap
C-reactive protein (CRP), dan mengarah pada hasil positif palsu di negara bagian
di mana CRP meningkat tajam seperti COVID-19. Dengan demikian, relevansi
klinis dari temuan ini masih harus ditentukan.42
tersebut digunakan secara rutin sebagai bagian dari algoritme diagnostik untuk
mengecualikan diagnosis trombosis. Namun, kondisi patologis atau proses non-
patologis yang meningkatkan produksi fibrin atau kerusakan juga meningkatkan
kadar D-dimer plasma, contohnya termasuk trombosis vena dalam atau emboli
paru, trombosis arteri, diseminata koagulasi intravaskular, dan kondisi pada
kehamilan, peradangan, kanker, penyakit hati kronis, status pasca trauma dan
pembedahan, dan vaskulitis. Di antara orang dewasa yang dirawat di ruang gawat
darurat, yang paling umum adalah infeksi yang menyebabkan terjadinya
peningkatan D-dimer. 17
knya thrombus.,28,29
Premis 7 : Peningkatan nilai morfologi PDW memiliki hubungan yang signifi
dan kontrol yang tidak memadai dari respon anti-inflamasi. Hal ini
mbin generasi.35
29
Premis 9 : Hipoksia yang ditemukan pada Covid-19 derajat berat dapat mera
poksia.36
bang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
tidak memenuhi kriteria eksklusi
3.3.2.1 Kriteria Inklusi
Berusia > 18 tahun
Terdiagnosis menderita COVID-19
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi
Pasien dengan rekam medis yang tidak lengkap
3.3.2.3 Besar Sampel
Penelitian ini menggunakan metode total sampling, di mana semua pasien yang
yang dirawat di ICU COVID-19 selama periode penelitian dalam periode
penelitian akan diambil datanya.
3.3.2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan subjek dilakukan secara total sampling. Semua pasien yang yang
dirawat di ICU COVID-19 dalam periode penelitian akan diambil datanya.
Pengambilan data akan dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap pasien
maupun terhadap alur pelayanan pasien.
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria
eksklusi akan diambil datanya dan data akan dilaporkan seluruhnya. Data akan
dikumpulkan menggunakan google forms.
1. Karakteristik:
1) Parameter demografis: Nama, usia, jenis kelamin, BB, TB, IMT, peker
jaan, pendidikan, status merokok, dan komorbiditas
2) Parameter respirasi: laju napas, SpO2, suhu tubuh, dan analisis gas dara
h (pH, PaCO2, PaO2, HCO3, BE, SaO2, PFR)
3) Parameter hemodinamik: Tekanan darah sistolik, tekanan darah diastol
ik, MAP, CVP, HR, produksi urin, dan balans kumulatif
4) Parameter neurologis: kesadaran / GCS
5) Parameter hematologi: D-dimer hari pertama dan D-dimer hari terakhir
Variable dependen dari penelitian ini adalah keluaran:
1. Lama rawatan ICU
2. Morbiditas
3. Mortalitas
32
1) Karakteristik pasien
2) Kadar D-dimer hari pertama perawatan
3) Kadar D-dimer hari terakhir perawatan
4) Keluaran pasien
4. Untuk penelitian ini, diagnosis SARS-CoV-2 dapat dilakukan dengan sala
h satu atau lebih metode berikut:
4) CT thorax positif.
22.0. Data karakteristik dasar akan di tampilkan sesuai dengan jenis variabel yang
(jumlah).
Sebelum dilakukan analisis untuk menilai korelasi antara nilai D-Dimer dan
mengetahui sebaran data tiap kelompok apakah sebaran data normal atau tidak.
Jika sebaran data normal dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji t
tidak berpasangan. Jika sebaran data tidak normal dilakukan uji Mann Whitney.
Untuk menilai korelasi nilai D-Dimer dengan angka mortalitas pasien COVI
D yaitu korelasi antara data numerik dengan data nominal maka dilakukan dengan
uji korelasi Eta. Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, arah
korelasi, dan nilai p yaitu kekuatan korelasi (r) berdasarkan kriteria Guillford
(1956) yaitu 0,0 -<0,2 = sangat lemah; 0,2 - <0,4 = lemah; 0,4 -<0,7 = sedang; 0,7
- <0,9 = kuat; 0,9 -1,0 = sangat kuat. Arah korelasi positif searah berarti semakin
besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel lainnya. Arah korelasi
negatif berlawanan arah berarti semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil
0,05 artinya signifikan atau bermakna secara statistik, dan nilai p>0,05 tidak
signifikan atau tidak bermakna secara statistik. Nilai p<0,05: terdapat korelasi
yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Nilai p>0,05; tidak terdapat
disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi, dan data kategori disajikan dalam
bentuk tabel, grafik, proporsi atau persentase, sedangkan nilai diagnostik D-Dime
r disajikan dalam bentuk kurva dan nilai titik potong yang digunakan sebagai
prediktor mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zhang, L., Yan, X., Fan, Q., Liu, H., Liu, X., Liu, Z., & Zhang, Z. D ‐dimer
levels on admission to predict in‐hospital mortality in patients with Covid‐19.
Journal of Thrombosis and Haemostasis. 2020.
2. World Health Organization. WHO Coronavirus Disease (COVID-19)
Dashboard [Internet]. [Data last updated: 20 November 2020, 3:51 pm] .
Available from : https://covid19.who.int/
3. Yuki K, Fujiogi M, Koutsogiannaki S. COVID-19 pathophysiology: a review.
Elsevier Public Health Emergency Collection. Harvard Medical School :
United States Of America, 2020.
4. Long, H., Nie, L., Xiang, X., Li, H., Zhang, X., Fu, X., Wu, Q. D-Dimer and
Prothrombin Time Are the Significant Indicators of Severe COVID-19 and
Poor Prognosis. BioMed Research International, 2020, 1–10.
5. Marco, R., Ballotta, A., Dedda, U., et al. The Procoagulant Pattern of Patients
with COVID-19 Acute Respitatory Distress Syndrome. 2020
6. Begbie M, Notley C, Tinlin S, Sawyer L, Lillicrap D. The factor VIII acute
phase response requires the participation of NFκB and C/EBP. Thromb
Haemost. 2000;84:216–22.
7. Magro C, Mulvey JJ, Berlin D, Nuovo G, Salvatore S, Harp J, et al. Complement
associated microvascular injury and thrombosis in the pathogenesis of severe
COVID-19 infection: a report of five cases. Transl Res. 2020;220:1–13.
8. Huertas A, Montani D, Savale L, et al. Endothelial cell dysfunction: a major
player in SARS-CoV-2 infection (COVID-19)? Eur Respir J 2020; 56:
2001634
9. Vidali S, Morosetti D, Cossu1 E, et al. D-dimer as an indicator of prognosis in
SARS-CoV-2 infection: a systematic review. ERJ Open Res 2020; 6: 00260-
2020
10. Soni, M., Gopalakrishnan, R., Vaishya R., Prabu, P. D-dimer level is a useful
predictor for mortality in patients with COVID-19: Analysis of483 cases.
2020
11. Gungor, B., Atici, A.. Baycan, O., et al. Elevated D-dimer levels on admission
are associated with severity and increased risk of mortality in COVID-19: A
systematic review and meta-analysis. American Journal of Emergency
Medicine. 2020.
12. Huertas A, Montani D, Savale L, et al. Endothelial cell dysfunction: a major
player in SARS-CoV-2 infection (COVID-19)? Eur Respir J 2020; 56:
2001634
40
13. Gralinski, L. E., Iii, A. B., & Jeng, S. (2013). Mechanisms of Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-. MBio, 4(4)
14. HayıroğluM.I.,Cinar T, Tekkesin A.I (2020). Fibrinogen and D-dimer
variances and anticoagulation recommendations in Covid-19: current literature
review. Revista Da Associacao Medica Brasileira, 66(6), 842–848.
https://doi.org/10.1590/1806-9282.66.6.842
15. Zaimy S, Chong JH, et al. COVID-19 and Multi Organ Response. Curr Probl
Cardiol, 00 2020.
16. Sukrisman L. Dapatkah D-dimer Digunakan sebagai Penanda Koagulasi pada
Kanker. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.Vol. 7. No. 1. Maret 2020
17. Aggarwal1 M, Dass J, Mahapatra M. Hemostatic Abnormalities in COVID-
19: An Update. Indian J Hematol Blood Transfus (Oct-Dec 2020) 36(4):616–
626
18. Huang C, Wang Y, et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel
coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020;395: 497–506.
19. H. Shi, X. Han, et al. Radiological findings from 81 patients with COVID-19
pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study, Lancet Infect Dis. 2020; 20 :
425–434.
20. Wang D., Hu B., Hu C. Clinical characteristics of 138 hospitalized patients
with 2019 novel coronavirus-infected pneumonia in Wuhan, China [published
online ahead of print, 2020 Feb 7] JAMA. 2020 doi: 10.1001/jama.2020.1585.
21. Hu H., Ma F., Wei X., Fang Y. Coronavirus fulminant myocarditis saved with
glucocorticoid and human immunoglobulin [published online ahead of print,
2020 Mar 16] Eur Heart J. 2020 doi: 10.1093/eurheartj/ehaa190. ehaa190.
22. Zeng J.H., Liu Y.X., Yuan J. First case of COVID-19 complicated with
fulminant myocarditis: a case report and insights [published online ahead of
print, 2020 Apr 10] Infection. 2020 doi: 10.1007/s15010-020-01424-5.
23. Wong S.H., Lui R.N., Sung J.J. Covid-19 and the digestive system [published
online ahead of print, 2020 Mar 25] J Gastroenterol Hepatol. 2020 doi:
10.1111/jgh.15047
24. Holshue M.L., DeBolt C., Lindquist S. First case of 2019 novel coronavirus in
the United States. N Engl J Med. 2020;382:929–936. doi:
10.1056/NEJMoa2001191
25. Mao L., Wang M.D., Chen S.H. Neurological manifestation of hospitalized
patients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective case series study.
medRxiv. 2020 doi: 10.1101/2020.02.22.20026500.
26. Li Y.C., Bai W.Z., Hashikawa T. The neuroinvasive potential of SARS-CoV2
may play a role in the respiratory failure of COVID-19 patients [published
online ahead of print, 2020 Feb 27] J Med Virol. 2020 doi:
10.1002/jmv.25728
41
27. Sahin AR, Erdogan A, et al. 2019 Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak:
A Review of the Current Literature. Turkey : Eurasian Journal of Medicine
and Oncology. 2020;4(1):1–7.
28. Guo YR, Cao QD, et al. The origin, transmission and clinical therapies on
virus corona disease 2019 (COVID-19) outbreak - an update on the status. Mil
Med Res. 2020;7(1):11
29. Li W, Moore MJ, Vasilieva N, et al. Angiotensin-converting enzyme 2 is a
functional receptor for the SARS coronavirus. Nature 2003; 426: 450–454.
30. F. Yan, N. Mackman, W. Kisiel, D.M. Stern, D.J. Pinsky,
Hypoxia/hypoxemia-induced activation of the procoagulant pathways and the
pathogenesis of ischemiaassociated thrombosis, Arterioscler. Thromb. Vasc.
Biol. 19 (9) (1999) 2029–2035.
31. H. Liao, M.C. Hyman, D.A. Lawrence, D.J. Pinsky, Molecular regulation of
the PAI-1 gene by hypoxia: contributions of Egr-1, HIF-1alpha, and
C/EBPalpha, FASEB J. 21 (3) (2007) 935–949.
32. Koyama K, Madoiwa S, Nunomiya S, Koinuma T, Wada M, Sakata A, et al.
Combination of thrombin‐antithrombin complex, plasminogen activator
inhibitor‐1, and protein C activity for early identification of severe
coagulopathy in initial phase of sepsis: a prospective observational study. Crit
Care. 2014;18:R13.
33. Waha, J. E., Goswami, N., Schlagenhauf, A., Leschnik, B., Koestenberger,
M., Reibnegger, G., … Cvirn, G. (2015). Effects of Exercise and Nutrition on
the Coagulation System During Bedrest Immobilization. Medicine, 94(38),
e1555. doi:10.1097/md.0000000000001555
34. Kaplan RJ (ed) (2006) Physical Medicine and Rehabilitation Review. London:
McGraw-Hill Medical Publishing.
35. Knight J et al (2018) Effects of bedrest 2: respiratory and haematological
systems. Nursing Times [online]; 115: 1, 44-47.
36. Howell MD, Geraci JM, Knowlton AA. Congestive heart failure and
outpatient risk of venous thromboembolism: a retrospective, case‐control
study. J Clin Epidemiol 2001; 54: 810–6.
37. Shang, J., Wang, Q., Zhang, H., Wang, X., Wan, J., Yan, Y., … Lin, J. (2020).
The Relationship between Diabetes Mellitus and COVID-19 Prognosis: A
Retrospective Cohort Study in Wuhan, China. The American Journal of
Medicine. doi:10.1016/j.amjmed.2020.05.033
42
38. Le Gal G, Righini M, Wells PS. D-dimer for pulmonary embolism. JAMA
2015;313(16):1668–9.
39. Dharmashankar, K., & Widlansky, M. E. (2010). Vascular Endothelial
Function and Hypertension: Insights and Directions. Current Hypertension
Reports, 12(6), 448–455. doi:10.1007/s11906-010-0150-2
40. Varga Z. Endothelial cell infection and endotheliitis in COVID-19. Lancet.
2020;395(10234):1417–1418.
41. Ackermann M. Pulmonary vascular endothelialitis, thrombosis, and
angiogenesis in Covid-19. N. Engl. J. Med. 2020 doi:
10.1056/NEJMoa2015432. In press.
42. Abou-Ismail, M. Y., Diamond, A., Kapoor, S., Arafah, Y., & Nayak, L.
(2020). The hypercoagulable state in COVID-19: Incidence, pathophysiology,
and management. Thrombosis Research. doi:10.1016/j.thromres.2020.06.029
43. Chan, M. Y., Andreotti, F., & Becker, R. C. (2008). Hypercoagulable States in
Cardiovascular Disease. Circulation, 118(22), 2286–2297.
doi:10.1161/circulationaha.108.778837
44. Levi M, van der Poll T. Coagulation and sepsis. Thrombosis research. 2017;
149: 38-44. 10.1016/j.thromres.2016.11.007.
45. Gupta N, Zhao YY, Evans CE. The stimulation of thrombosis by hypoxia.
Thrombosis research. 2019; 181: 77-83. 10.1016/j.thromres.2019.07.013.
46. Barbar S, Noventa F, Rossetto V, Ferrari A, Brandolin B, Perlati M, De Bon
E, Tormene D, Pagnan A, Prandoni P. A risk assessment model for the
identification of hospitalized medical patients at risk for venous
thromboembolism: the Padua Prediction Score. Journal of thrombosis and
haemostasis : JTH. 2010; 8: 2450-7. 10.1111/j.1538-7836.2010.04044.x.
47. Harper PL, Theakston E, Ahmed J, Ockelford P. D-dimer concentration
increases with age reducing the clinical value of the D-dimer assay in the
elderly. Intern Med J. 2007; 37: 607-13. 10.1111/j.1445-5994.2007.01388.x.
48. Tang N, Li D, Wang X, Sun Z. Abnormal coagulation parameters are
associated with poor prognosis in patients with novel coronavirus pneumonia.
Journal of thrombosis and haemostasis : JTH. 2020; 18: 844-7.
10.1111/jth.14768.
49. Iba T, Levy JH, Warkentin TE, Thachil J, van der Poll T, Levi M, Scientific,
Standardization Committee on DIC, the S, Standardization Committee on P,
Critical Care of the International Society on T, Haemostasis. Diagnosis and
management of sepsis-induced coagulopathy and disseminated intravascular
coagulation. Journal of thrombosis and haemostasis : JTH. 2019; 17: 1989-94.
10.1111/jth.14578.
43