Anda di halaman 1dari 8

TUGAS II

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN


PERILAKU SADARI PADA WANITA DEWASA DINI

Oleh:

SRI RAMDINA

(P003200190140)

II C KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

PRODI DIII KEPERAWATAN

2019
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara

1. Pengertian Kanker Payudara


Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang tidak terbatas pada organ tempat asal
tumbuhnya, tetapi dapat menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh. Kanker merupakan jenis
tumor ganas yang berbahaya. Kanker payudara adalah kanker yang berkembang dari sel-sel di
payudara. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada
penderitanya (Sukardja, 2000).

2. Faktor Risiko Kanker Payudara


Ada segolongan wanita yang dianggap mempunyai risiko lebih tinggi untuk mendapatkan
kanker payudara. Menurut American Cancer Society (2006), faktor risiko kanker payudara
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Faktor risiko kanker payudara yang tidak dapat diubah, antara lain:
1. Jenis kelamin, dimana wanita memiliki potensi lebih besar terkena kanker payudara
daripada pria.
2. Usia, dimana angka kejadian kanker payudara meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Angka kejadian meningkat pada wanita berusia di atas 30 tahun. Akan tetapi angka
rata-rata kejadian kanker payudara terjadi pada wanita dengan usia 60 tahun.
3. Faktor genetik, faktor genetik didorong oleh kecenderungan familial yang kuat. Sekitar
5-10% dari kanker payudara terjadi akibat adanya kelainan genetik yang diturunkan
oleh anggota keluarga.
4. Riwayat kanker keluarga, kanker payudara ditemukan pada wanita yang memiliki
keluarga dengan sejarah penderita kanker payudara. Biasanya generasi pertama ibu atau
saudara perempuan.
5. Riwayat kanker individu, wanita yang pernah terkena atau menderita kanker payudara
sebelumnya pada salah satu payudaranya, memiliki risiko terkena kanker pada payudara
yang lain.
6. Ras, wanita kulit hitam pada umumnya memiliki insidensi kanker payudara yang lebih
rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih.
7. Memiliki siklus menstruasi yang panjang (permulaan menstruasi cepat tetapi menopause
lambat terjadi).
8. Wanita yang pernah mendapatkan terapi radiasi pada organ dada termasuk payudara
sebelum usia 30 tahun atau secara intensif mendapatkan terapi radiasi. Misalnya pada
penderita tubercolusis atau kanker lain, diketahui bisa meningkatkan resiko terkena
kanker payudara
9. Pengobatan DES (Diethylstilbestrol), wanita hamil yang mendapatkan DES sebagai obat
penguat kehamilan, ternyata memiliki risiko terkena kanker payudara.

b. Faktor risiko kanker payudara dan pola hidup yang dapat diubah, antara lain:
1. Wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan sehingga tidak memiliki anak dan
melahirkan di atas usia 30 tahun memiliki potensi lebih besar terkena kanker payudara.
2. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan misalnya pil kontrasepsi dan obat-obatan yang
menurunkan tekanan darah bisa memperbesar risiko terkena kanker payudara.
3. Wanita dengan masa menyusui yang singkat bisa meningkatkan risiko terkena kanker
payudara.
4. Wanita yang mengkonsumsi alkohol memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara
daripada wanita yang tidak mengkonsumsi alkohol.
5. Wanita yang mengkonsumsi makanan lemak tinggi lebih sering menderita kanker
payudara dibandingkan dengan wanita yang mengkonsumsi makanan rendah lemak.
6. Wanita yang memiliki berat badan lebih (obesitas) memiliki risiko terkena kanker
payudara.

1. Tanda dan Gejala Kanker Payudara


Tanda-tanda kemungkinan terjadinya kanker payudara adalah adanya masa atau
benjolan pada payudara, perubahan simetris dari payudara, perubahan kulit bawah dada atau
puting susu, kulit atau puting susu tertarik ke dalam (retraksi), kulit pucat sekitar puting susu,
adanya kerutan seperti jeruk purut, perubahan temperatur kulit (hangat, panas, kemerahan),
adanya cairan yang keluar dari puting susu, perubahan pada puting susu seperti gatal,
terbakar, rasa sakit pada tumor yang sudah berkembang (“Segala Sesuatu”, 1996).
B. Perilaku SADARI sebagai salah satu perilaku deteksi dini kanker payudara
1. Pengertian Deteksi Dini
Deteksi dini adalah usaha menemukan adanya kanker yang masih dapat
disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum
menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu
tertentu (Sukardja, 2001). Deteksi dini kanker payudara adalah pencegahan sekunder dengan
melakukan pemeriksaan yang bertujuan menemukan tanda-tanda dini kanker payudara.
Upaya deteksi dini dianggap rasional untuk menurunkan angka kematian, berdasarkan
konsep bahwa pengobatan pada kanker payudara akan dapat meningkatkan harapan hidup
dan menurunkan angka kematian jika dilakukan pada stadium dini.

2. Metode Deteksi Dini Kanker Payudara


Menurut Aryandono (1999), ada tiga metode deteksi dini kanker payudara, yaitu :
a. Pemeriksaan Diri Sendiri (SADARI)
SADARI adalah suatu upaya pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri oleh
seorang wanita dalam rangka deteksi dini kanker payudara melalui pedoman dan petunjuk
untuk SADARI. Pemeriksaan payudara dilakukan sendiri dengan petunjuk atau pedoman
SADARI, tiap bulan setelah menstruasi dan biasanya mulai usia 20 tahun. Pemeriksaan
dilakukan dengan berdiri di muka cermin, melihat kelainan atau perbedaan antara dua
payudara, baik kelainan kulit, putting maupun kontur. Setelah itu dilakukan perabaan
payudara dari tepi ke tengah, juga pemeriksaan daerah ketiak. Perabaan juga dilakukan pada
posisi tidur. Pemeriksaan dilakukan setiap bulan, dan apabila ada kelainan segera
memeriksakan diri ke dokter.
b. Pemeriksaan pada tenaga medis yang berpengalaman
Pemeriksaan kepada tenaga medis yang berpengalaman, misalnya dokter, bidan atau
perawat yang terlatih, biasanya dilakukan setahun sekali setelah usia 30 tahun. Dokter akan
mengadakan pemeriksaan lanjutan apabila dijumpai kelainan. Kendala umum adalah wanita
enggan memeriksakan diri ke dokter karena beranggapan tentu akan dilakukan operasi, dan
ini dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis apabila memang terdapat kelainan yang
berbahaya.
c. Mammografi Skrining
Mammografi skrining biasanya pada wanita tanpa keluhan dan dilakukan setelah usia
50 tahun. Pemeriksaan dapat diulang tiap tahun. Kendala umum bahwa pemeriksaan ini tidak
murah dan tidak setiap rumah sakitmempunyainya. Juga diperlukan alat yang baik dan ahli
radiologi yang terlatih sehingga hasilnya tidak menyesatkan.

3. Pedoman Pemeriksaan Payudara Sendiri


a) Pedoman pemeriksaan payudara sendiri menurut Long (1999) adalah dengan melakukan
Breast Self Examination (BSE) secara teratur setiap bulan, dengan ketentuan :
Wanita usia subur yaitu 7-8 hari setelah menstruasi. Pada saat menstruasi terjadi perubahan
hormonal sehingga meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara.
b) Wanita pasca menopause yaitu pada waktu tertentu setiap bulan.

4. Petunjuk melakukan SADARI


Petunjuk dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) menurut Rasmiati (1999)
adalah sebagai berikut:
a) Perhatikan dengan teliti payudara di muka cermin tanpa berpakaian, dengan kedua lengan
lurus ke bawah.
b) Perhatikan bila ada benjolan atau perubahan bentuk dan kesimetrisan payudara.
c) Angkatlah kedua lengan lurus keatas dan ulangi pemeriksaan seperti di atas.
d) Perhatikanlah bila terdapat tarikan pada permukaan kulit
e) Pijatlah pelan-pelan daerah sekitar puting dan amatilah apakah keluar cairan yang tidak
normal (tidak biasa). Dalam keadaan normal, kedua puting susu : simetris dan hanya
mengeluarkan air susu.
f) Berbaringlah dengan lengan kanan di bawah kepala, letakkan bantal kecil di bawah
punggung kanan. Rabalah seluruh permukaan payudara dengan tangan kiri (tiga pucuk
jari tengah yang dirapatkan) dengan gerakan memutar dari pinggir payudara ke tengah
(puting) sesuai dengan arah putaran jarum jam.
g) Lakukanlah yang sama seperti di atas tetapi dengan tangan kiri di bawah kepala, sedang
tangan kanan meraba payudara kiri anda.
h) Berilah perhatian pada bagian luar atas dari payudara sebab di situlah bagian yang lebih
sering ditemukan tumor payudara. Apabila ditemukan seperti ada benjolan atau cairan
yang tidak normal keluar dari puting susu (bagi wanita yang tidak menyusui atau hamil),
maka segera memeriksakan diri ke dokter tanpa rasa takut dan ragu-ragu.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku SADARI


a. Menurut Taylor (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku SADARI antara lain:
Berdasarkan Model Keyakinan Sehat (Health Belief Model), perilaku SADARI dipengaruhi oleh
persepsi rintangan. Wanita yang memikirkan sedikit rintangan terhadap perilaku SADARI dan
mengetahui keuntungan SADARI sebagai teknik deteksi dini kanker payudara cenderung
untukmelakukan SADARI, begitu juga dengan wanita yang memiliki kepedulian tingi terhadap
kesehatan.
b. Berdasarkan Teori Perilaku Terencana (The Theory of Planned Behavior), perilaku
SADARI dipengaruhi oleh sikap positif dan norma sosial. Sikap positif yaitu keyakinan
tentang hasil yang diharapkan dari perilaku tertentu, misalnya keyakinan bahwa
pengobatan yang disarankan akan dapat menyembuhkan individu dari penyakit kanker
payudara. Norma sosial yang dimaksud adalah keyakinan tentang persetujuan atau
ketidak setujuan orang lain terhadap perilaku individu. Jadi dengan adanya faktor penentu
sikap positif terhadap perilaku SADARI dan norma sosial yang diterima, maka membuat
individu terdorong untuk melakukan SADARI.
c. Keyakinan Orientasi Kesehatan (Health Locus of Control Belief), Memperkirakan wanita
yang menyadari bahwa kesehatan sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, maka akan
memiliki kecenderungan untuk melakukan SADARI.
Menurut (Dundar, P.E., Ozmen, D., Ozturk, B., Haspolat, G., Akyildiz. F., &
Coban, S., 2006), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku SADARI didasarkan
pada Champion’s Health Belief Models Scale (CHBMS) yaitu:
a. Susceptibility (kerentanan) artinya apabila individu merasa bahwa dirinya rentan terhadap
penyakit kanker payudara, maka mereka akan semakin mungkin untuk menganggap
bahwa hal tersebut sebagai ancaman dan kemudian mengambil tindakan.
b. Seriousness (keseriusan) artinya apabila individu merasa bahwa kanker payudara berada
pada kondisi serius dan parah, maka tindakan untuk melakukan SADARI akan semakin
besar.
c. Benefit BSE (keuntungan BSE) artinya tindakan SADARI dilakukan bila memberikan
efek positif dan menguntungkan bagi dirinya, sehingga dapat mengurangi keseriusan
kondisi tersebut lebih dini.
d. Barrier BSE (rintangan BSE) yaitu dipengaruhi oleh biaya atau kondisI psikologis
individu misalnya rasa malu atau sakit untuk melakukan tindakan tersebut.
e. Confidence (kepercayaan diri) artinya kemampuan individu bahwa dirinya merasa
mampu untuk melakukan tindakan SADARI dengan benar.
f. Health Motivation (motivasi kesehatan) artinya apabila individu memiliki dorongan yang
kuat untuk sembuh dan sehat maka tindakan SADARI akan dilakukan.
g. Benefits Mammografi (keuntungan mammografi) artinya apabila individu merasa bahwa
melakukan mammografi dapat memberikan efek positif maka pemeriksaan akan
dilakukan.
h. Barrier Mammografi (rintangan mammografi) yaitu keyakinan untuk melakukan
mammografi walaupun dengan biaya yang mahal.
Penelitian lain oleh Holtzman (1983) menemukan bahwa perilaku SADARI
dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan. Wanita yang memiliki usia lebihmuda dan
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan SADARI.

C. Hubungan Antara Pengetahuan Kanker Payudara Dan Perilaku SADARI Pada


Wanita Dewasa Dini
Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor dua untuk perempuan di
Indonesia. Padahal, kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang dapat
dideteksi secara dini. Namun, tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah,
menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara di Indonesia dan proses
penyembuhan pun mengalami kesulitan (“Deteksi Dini”, 2000).
Kurangnya kesadaran akan kemungkinan terkena kanker payudara, membuat
wanita dewasa dini tidak awas dan merasa enggan untuk memeriksakan diri. Hal ini
membuat kanker payudara terlambat untuk disadari dan kemungkinan untuk sembuh
sangat kecil. Selain itu, terdapat satu indikasi yang menyebabkan wanita dewasa dini
merasa ragu untuk melakukan pemeriksaan dini terhadap kanker payudaranya termasuk
SADARI, mungkin disebabkan karena memang tidak memperoleh informasi yang cukup
tentang deteksi dini kanker payudara. Akibatnya wanita dewasa dini datang ketempat
pelayanan kesehatan sudah sangat terlambat dan menjadikan rumah sakit hanya sebagai
tempat mendiagnosa penyakit.
Menurut Model Keyakinan Sehat, perilaku SADARI dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk diantaranya adalah pengetahuan. Wanita dengan pengetahuan yang
banyak akan kanker payudara, cenderung memiliki kesadaran yang lebih untuk
melakukan tindakan SADARI. Kesadaran ini membuat wanitaakan lebih bisa
mengevaluasi diri tentang kemungkinan dirinya terkena suatu kondisi tertentu. (Sarafino,
1990).
Pernyataan tersebut didukung pula oleh penelitian Howe (1981) bahwa tingkat
pengetahuan mempengaruhi perilaku SADARI, dengan semakin banyak pengetahuan
akan kanker payudara, maka individu cenderung untuk melakukan SADARI. Penelitian
(Joan, B. L., Pamela, A. R., Lynda, G. B., Chris, G. R., Mary, M., & Tom, H., 2002) juga
menyatakan bahwa wanita yang memiliki pengetahuan kurang akan kanker payudara,
cenderung untuk tidak melakukan perilaku deteksi dini termasuk SADARI.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
perilaku menjaga kesehatan termasuk SADARI.

Pengetahuan Perilaku
Kesadaran Evaluasi Diri
Kanker SADARI

Gambar 1
Hubungan Antara Pengetahuan Kanker Payudara dan Perilaku SADARI

D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pengetahuan
kanker payudara dan perilaku SADARI pada wanita dewasa dini.

Anda mungkin juga menyukai