Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN

KU-0119 KEWARGANEGARAAN
PERTEMUAN 4 – SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
KONSTITUSI DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Dhafi Atharobbi Yussy (123.18.009)

Dosen Pengampu:
Ahmad Sayuti Nainggolan M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL


INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
DELTAMAS
2021
Rangkuman Tentang Sejarah Dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia

1. Pengertian Integritas Nasional


Dalam arti sempit konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen
yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara.
Sedangkan dalam arti luas kontitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
2. Tujuan Konstitusi
Konstitusi diperlukan untuk membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa negara,
membagi kekuasaan negara, dan memberi jaminan HAM bagi warga negara.
3. Sejarah Konstitusi
Sebenarnya konstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-Undang
dasar (Grundgezets), dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai
konstitusi pada negara-negara modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian
disamakan dengan Undang-Undang Dasar.
Pengaruh faham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum ditulis,
demi mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum
Secara umum terdapat dua macam konstitusi:
• Konstitusi tertulis
• Konstitusi tak tertulis
4. Jenis – jenis Kekuasaan
• Kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif).
a) MPR
b) DPR
c) DPD
• Kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif).
a) Presiden
b) Wakil Presiden
• Kekuasaan kehakiman (yudikatif).
a) MK
b) MA
c) KY
5. Perkembangan Konstitusi di Indonesia
• Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk menyusun
sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan
fungsinya.
• Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu
memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan
merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang
Dasar.
• Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu
agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada
sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya
komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif
tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002
tentang pembentukan komisi Konstitusi.

6. Tugas Lembaga Tinggi Negara Sesudah Amandemen ke – 4


• MPR:
a) Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
b) Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
c) Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden
dipilih secara langsung melalui pemilu).
• DPR:
a) Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,
sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU.
b) Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
c) Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
• DPD:
a) Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota MPR.
b) Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
c) Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain
yang berkait dengan kepentingan daerah.
• Presiden dan Wakil Presiden:
a) Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta
memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
b) Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.
c) Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
d) Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan
pertimbangan DPR.
• Mahkamah Agung
a) Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan
yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan
Pasal 24 ayat (1).
b) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-
undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan
Undang-undang.
c) Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian,
Advokat/Pengacara dan lain-lain.
• Mahkamah Konstitusi
a) Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the
guardian of the constitution).
b) Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga
negara, memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu
dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran
oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.
c) Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh
Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden,
sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu
yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
• Komisi Yudisial:
a) Tugasnya mencalonkan Hakim Agung dan melakukan pengawasan
moralitas dan kode etik para Hakim
7. Pentingnya Konstitusi
Konstitusi diperlukan untuk membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa negara,
membagi kekuasaan negara, dan memberi jaminan HAM bagi warga negara.
Daftar Pustaka
• Ahmad Sayuti N, Materi Pertemuan 4 Kewarganegaraan, Institut Teknologi dan Sains
Bandung 2021.
• Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai