Anda di halaman 1dari 112

Seorang wanita umur 40 th datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah.

Sejak 2
kanan bawah disertai de

APPENDICITIS
Definisi
Anatomi

Etiologi

Patofisiologi

Perjalanan

Derajat

Gejala

Klasifikasi
Komplikasi

Anamnesis

Inpeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

Px. Spesifik Lain

Penunjang

ALVARADO
M: Migrating pain
A: Anorexia
N: Nausea/ Vomiting
T: Tenderness lower quadrant
R: Rebound tenderness
E: Elevated temperature
L: Leukocytosis
S: Shift of WBC to the left

Ddx

Tx IGD

Operatif
Appendiktomi Insidental
WHAT TO DO

*Notes
0 th datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Sejak 2 hari lalu nyeri perut muncul nam
kanan bawah disertai demam, nyeri makin bertambah sep

Peradangan akibat infeksi bakteri pada appendix vermiformis


Letak basis appendix: posteromedial sekum, pertemuan 3 taenia coli (libra, omentalis, mesolica) 1-2 cm dibawah ile
Valvula: Valvula ileocecalis (Bauhini) dan Valvula appendicularis (Gerlach)
Bentuk: pada bayi kerucut sehingga jarang kasus app, pada anak panjang dan tipis dan omentum masi belum sempu
Posisi ujung appendix: Retrosekal (64%), Pelvikal (31%), Subsekal, Preileal, Parakolika kanan
Histologi: Submukosa, Mukosa, Muskularis-sirkular dalam, longitudinal luar, Serosa. Normal menghasilkan lendir 1-2
Vaskularisasi: a. mesenterika superior - a.ileokolika dextra - a. appendikularis (end artery, ndaada kolateral) ini yang
Inervasi: simpatis: masuk medula spinalis segmen torakal X sehingga awal mula nyeri sekitar umbilikus, parasimpatis
Hiperplasi kelenjar limfe submukosa, Fecalith, Obstruksi lain (corpus alineum: biji), Striktur lumen (kinking: Appendi
Perbedaan tekanan lumen appendiks(normal: 15-25, kontraksi: 30-50) dan lumen sekum (3-4 cmH2O) sehingga cair
mendesak appendix, fecalith masuk dan terjebak di appendix, Bagian proksimal obstruksi, bagian distal produksi mu

Makanan rendah serat -> konstipasi -> peningkatan tekanan intrasekal -> hambatan fungsional appendiks -> lendir t
pertahanan tubuh untuk menutup appendix dengan omentum/usus halus/ adneksa -> massa periappendikuler/infil
mengurai diri menjadi jaringan parut dan melengket ke jaringan sekitar, suatu saat bisa eksaserbasi bila radang lagi
DE JONG: App. Mukosa -> App. Flegmonosa -> App. Nekrosis setempat -> App. Supurativa -> App. Gangrenosa. (App
MEDSCAPE:

1.
2. Early: (edema
Supurative: mukosa-ulserasi
peningkatan tekananmukosa-diapedesis bakteri-distensi
intraluminal > tekanan karena
perfusi kapiler akumulasilimfa
-> obstruksi cairan-peningkatan tekanan
dan drainase vena -> inv
klasik kanan bawah
3. Gangrenosa: trombosis vena dan arteri appendikularis -> appendicitis gangrenosa
4. Perforated: iskemi terus menerus menyebabkan infark dan perforasi -> peritonitis lokal atau umum
5. Flegmon/ Abses: terbentuk dinding penutup appendiks yang inflamasi atau perforasi dari omentum majus, usus h
6. Spontaneous resolving: bila fekalit bisa keluar dari lumen appendiks/ hiperplasia limfoid mereda -> obstruksi lum
Berdasar RD Collection; tahapannya adalah SSGRA
1: Simple-app hiperemi dan edema, ada eksudat serosa, Perforasi mulai grade III
2: Suppuren/nanah
3: Gangren
4: Ruptur
5: Abses
Nyeri (mulanya di epigastric lalu pindah ke kanan bawah), mual, nafsu makan turun, nyeri saat jalan bergerak dan ba
Letak Pelvikal: tanda rangsang sigmoid atau rektum, peristaltis bisa naik, pengosongan rektum jadi lebih cepat dan b
kandung kemih.
Letak Retrocecal: nyeri kanan bawah tidak begitu jelas, tidak ada tanda rangsang peritoneal apendiks terlindung sek
Anak-anak: rewel dan tidak mau makan, beberapa jam selanjutnya muntah sehingga lemah dan letargik.
Hamil: gejala utama nyeri perut, mual, muntah. Kehamilan lanjut sekum dan apendix terdorong ke kraniolateral seh
1. Akut (ALVARADO >= 7),
Simple: supuratif, gangrenosa
Complicated: infiltrat periappendikular/ massa periappendikuler, abses, perforasi
2. Kronis (ALVARADO <7, >2 minggu),
3. Rekuren: serangan berulang
Peritonitis Umum, Abses periappendikular, Pylepheblitis (trombophlebitis supuratif vena porta - gejala: menggigil, d
Nyeri perut dimulai dari epigastrium pindah ke kanan bawah, demam, tidak nafsu makan, mual/muntah (+). Sifat ny
menstruasi, Penurunan BB, Riwayat BAB/BAK, Riwayat makan makanan berlemak,, Nyeri pinggang-pipis terputus, A
Pasien sampai meringkuk menekuk kaki karena kesakitan, berjalan menunduk sambil memegang perut kanan bawa
Normal, hilang (bila perforasi sehingga peritonitis generalisata sehingga ileus paralitik), meningkat (bila letak pelvika
Nyeri ketok (+)
Mc Burney: tekan kanan bawah, nyeri tekan
Rebound Tenderness: tekan kanan bawah, nyeri lepas
Rovsing Sign: tekan kiri bawah, nyeri di perut kanan bawah
Bloomberg sign: tekan kiri bawah, nyeri lepas
Massa periappendikular: raba ukuran, permukaan, konsistensi, terfiksir/tidak.
Bila hamil: penderita diminta miring ke kiri, bila nyeri berpindah sesuai pergeseran uterus, berarti proses bukan dari
Dunphy Sign: Nyeri saat batuk
Markle Sign: 74% (Medscape): pasien berdiri atau tiduran, pasien dijinjitkan, nyeri saat kembali ke posisi plantar me
Rectal Touche: Ampula recti kolaps, Nyeri tekan jam 9-11 (regio iliaka dextra) terutama bila daerah infeksi dapat dic
Psoas sign: (+) Letak retrocecal, kalau appendix yang meradang menempel di otot psoas mayor
Obturator sign: (+) Letak pelvikal, kalau appendix meradang bersentuhan dengan otot obturator internus (dinding p
Foto polos abdomen
CT Scan: bagian menyilang dengan fekalit, perluasan appendix yang inflamasi
USG: bagian memangjang pada tempat yang terjadi inflamasi
Laboratorium: Leukositosis, CRP naik, cek SGPT SGOT menyingkirkan DD Kolelithiasis
Interpretasi: >=7: 93% app, 4-6: 66% app, <4: 30% app
A- Abdominal tenderness: Mc burney (2)
L- Leukositosis (2)
V- Vomitus dan nausea
A- Anorexia
R- Rebound Tenderness
A- Abdominal migrating pain umbilicus ke kanan bawah
D- Degree suhu >=37.5 derajat
O- Observe hematogram: neutrofil > 70 ribu atau >75%

Cholelithiasis, Divertikel Meckel, Gastroenteritis (mual muntah diare mendahului nyeri, nyeri perut ringan tidak berb
penonjolan di cavum Douglas dan pada kuldosintesis didapatkan darah), Salpingitis akut

Bed rest posisi fowler, Rehidrasi pasang NGT RL 20 ml/kgBB dalam glukosa 5% IV bila ampe peritonitis, pasang DC ce
spektrum luas kombinasi (ampicilin 100 mg/kg, gentamisin 7.5 mg/kg(, Klindamisin (40 mg/kg) dalam 24 jam ), Metr

Appendiktomi
1. CITO/ appendktomi chaoud: app akut, abses, perforasi
2. Elektif/ appendiktomi froid: app kronik
Insisi mc burney, insisi paramedian kanan dan transversal. Kalo mudah keluar anterograde appendiktomi, kalo susah
Indikasi: nyeri perut kanan bawah terus menerus, tumor williams, saat op apendiks hiperemis dan udem
Tegakkan diagnosis: ALVARADO
Rehidrasi: pasang infus RL 20 tpm
Dekompresi: Pasang DC, pasang NGT (bila peritonitis)
Antipiretik, Antiemetik
*RSUD Temanggung: Antibiotik Kombinasi: Broadspectrum (Ceftriaxone), Bakteri Anerob (Metronidazole)
*RD Collection: Antibiotik Broadspectrum Kombinasi: Ampicilin, Klindamicin / Metronidazole bila alergi Klindamicin:
Laboratorium: Darah lengkap (Leukosit, Netrofil), CRP (meningkat 4-6 jam etelah infeksi), SGPT, SGOT
Amati tanda peritonitis
Persiapan OP, puasakan 1 hari

SBO: mual muntah dulu baru nyeri


APP: nyeri dulu baru mual muntah
Peritonitis lokal: nyeri di epigastrik, samar nyerinya
APP Perforasi udara tertutup fekalit, jadi gausa abdomen 3 posisi soalnya udara ga keluar

Rectal Touche, yang dinilai


Spinchter ani: mencengkram dan tidak
Mukosa: licin/ kalau Ca ada genjel
Ampula recti: tidak kolaps, melompong
Nyeri: dicari kalau APP di jam 9-11
Sarung tangan: amati ada tidaknya feses, mukosa, darah, lendir, amati bau dan warna
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan benjolan di kantong kemaluan kiri. Benjo
dengan berdiri, masuk kembali bila tiduran. B

HERNIA
Definisi
Anatomi

Yang dicari saat OP


Etiologi

Patofisiologi
Klasifikasi

Gejala

Anamnesis

Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Px. Provokasi
Px. Tambahan

Ddx
Tatalaksana

WHAT TO DO

Komplikasi OP
BPH
laki usia 50 tahun datang dengan keluhan benjolan di kantong kemaluan kiri. Benjolan ini sudah ada sejak
dengan berdiri, masuk kembali bila tiduran. Benjolan lunak, terdeng

Keluarnya jaringan/ organ tubuh dari suatu ruangan melalui lubang/ celah bawah kulit menuju rongga lainnya
Bagian hernia: pintu hernia: LMR yang dilalui, kantong hernia: peritoneum parietal, leher hernia: bagian tersempit, i
Canalis inguinalis
Dinding depan: Aponeurosis MOAE
Dinding belakang: Fascia transversa abdominis (muka), Perioneum parietal (belakang)
Atas/atap: Tepi bebas m.transversus abdominis (belakang), Tepi bebas MOAI (muka)
Caudal: Lig. Ingunale
Trigonum Hesselbach
Caudal: Lig. Ingunale
Lateral: Arteri epigastrica inferior
Media: tepi lateral m. rektus abdominis
Dasar: fascia transversa, m.transversus abdominis
Funiculus spermaticus: terdiri dari vas deferens, arteri spermaticus internus (yang dicari pada varicocel), m.cremaste
Kongenital: h. umbilikalis, h. epigastrika, omphalocele congenital
Acquisita: tekanan intraabdominal tinggi (Batuk kronis, BPH, partus, ascites, vesicolithiasis), Konstitusi tubuh gemuk
Locus minoris resistence, Fascia transversa abdominis, Processus vaginalis peritonii persitent
Klinis: Hernia reponibel, ireponibel, inkarserata, strangulata
Arah penonjolan: interna, eksterna
Ada tidaknya kantong: berkantong, tidak berkantong (h.incisional, h. adiposa, h. epiploica)
Benjolan membesar dengan mengejan mengecil/ hilang dengan berbaring
Pekerjaan (angkat berat) Benjolan membesar dengan berdiri/ batuk/ mengejan, mengecil/hilang saat tidur demam,
Intermitten, Terminal Dribbling), Tidak puas, Pancaran lemah. LUTS iritatif: FUND (Frequency:>8 kali, Urgensi: gabisa
Benjolan membesar bila mengejan bentuk lonjong (lateral), bulat (medial)
Suara usus (enterocele)
Timpani (enterocele), Pekak (omentocele)
Teraba massa/fluktuasi batas tegas, pada anak teraba silk sign, granuler (omentocele), elastis (enterocele)
Finger Test: pakai jari 2 atau 5, masukkan lewat anulus eksternu ke kanalis inguinalis, minta pasien mengejan
Medial: disamping
Lateral: diujung
Femoralis
Thumb Test: ibu jari tekan anulus eksternus, pasien mengejan
Medial: keluar benjolan
Lateral: keluar benjolan
Femoralis: tidak keluar benjolan
Ziemen Test: jari 2 anulus internus, jari 3 anulus eksternus, jari 4 fosa ovalis, pasien mengejan
Medial: dorongan jari 3
Lateral: dorongan jari 2
Femoralis: dorongan jari 4
Rectal Touche: menyingkirkan BPH, tumor recti
Diapanaskopi/ Transiluminasi: menyingkirkan hidrocele
Soft Tissue Tumor, Limfadenopati Inguinal
Konservatif
Reposisi: memasukkan isi hernia ke kantong abdomen. Posisi tredelenburg supine miring 20 derajat
Suntikan: setelah reposisi suntik cairan sklerotik (alkohol/kinin)
Sabuk hernia: bila pintu hernia masih kecil
Operatif: hernia reponibel, hernia ireponibel, hernia inkarserata. Tindakan: HERNIA REPAIR dengan open maupun la
Herniotomi: membuka dan memotong kantong hernia, mengembalikan isi hernia ke cavum abdomen
Herniorapi: mengikat leher hernia dan menggantungkan ke conjoint tendon
Hernioplasty: menjahit conjoint tendon pada ligamentum inguinal agar LMR hilang dan dinding perut kuat
PADA ANAK KECIL (<10 tahun) HANYA DILAKUKAN HERNIOTOMY, HERNIORAPHY TANPA DIGANTUNG KE CONJOINT
anak jadi pincang
Diagnosis dengan tes provokatif, coba reposisi bila masih memungkinkan, edukasi jangan angkat-angkat
Beri analgesik: Inj. Ketorolac, Beri antibiotik: Ceftriaxone, Beri antihistamin: Inj. Ranitidine
Pasang DC untuk dekompresi, NGT bila inkarserata (ileus obstruksi)
Usus terjepit, ditandai perut tegang
Hiperplasia kelenjar periuretral prostat ke perifer hingga bersimpai
Etiologi: ketidakseimbangan hormon (testosteron, estrogen, prolaktin) yang terganggu, pola diet, dll
Komplikasi: BPH -> penyempitan lumen uretra posterior -> peningkatan tekanan intravesikal -> buli: hipertrofi detru
meningkat, selaput lendir antar otot membesar, divertikel. Ginjal dan ureter: hidroureter, hidronefrosis, pionefrosis
Gejala
LUTS: Lower Urinary Tract Symptoms
1. Obstruksi (HIT) Weak stream, Miksi tidak puas
Hesistansi: menunggu dulu untuk memulai
Intermitten: pipis terputus
Terminal dribbling: pipis tetes tetes
Weak stream: pancaran lemah
Rasa tidak puas
2. Iritasi (FUND)
Frekuensi: sering pipis. >8 kali/hari
Urgency: pipis tidak bisa ditahan
Nokturia: pipis malam hari >2 kali/malam
Disuria: nyeri saat pipis
Frekuensi, Nokturi, Urgensi, Disuria
DIAGNOSIS: Dapat dibantu IPSS Score, untuk tahu tatalaksana
0-7: ringan, observasi
8-19: sedang, beri medikamentosa menghambat adrenoreseptor alfa (Avodart 1x1 untuk 1 bulan), evaluasi lagi apak
20-35: berat, lakukan pembedahan
PEMERIKSAAN:
Rectal Touche: benjolan kenyal seperti bakso (BPH) teraba simetris dan licin, benjolan keras seperti kayu/batu asime
Rectal Touche: mengetahui ukuran prostat, 1/3 jari: 20 gr, 2/3 jari: 40 gr, 3/3 jari: 60 gr
Penunjang: BNO, UL, USG, Uroflowmetri, Sistokopi, TRUS
Tx IGD: Atasi kegawatdaruratan retensi uri, pakai DC ukuran dibesarkan, 22F aga tidak letoy bisa lewatin hiperplasi p
Terapi: Watchful Waiting, Medikamentosa, Opeatif (TURP, TUIP, Prostatektomi Terbuka)
Tatalaksana Operatif: TURP dan TVP
1. TURP (Transuretrhral Resection Prostate)
Untuk BPH ukuran <60 gr.Masih ada kemungkinan prostat tumbuh lagi
2. TVP (Open Transvesical Prostatectomy)
Untuk BPH ukuran >60 gr. Prostat tidak akan tumbuh lagi. Tiap taun biasanya mesti dah tumbuh lagi
Kelebihan TURP:
estetik lebih baik
baik untuk lansia karena komplikasi lebih sedikit
kontraindikasi sedikit
tidak bisa untuk mengambil batu buli
Sindrom TURP
TURP tidak boleh dikerjakan >1 jam karena bisa menyebabkan sindrom TURP. Irigasi TURP dengan larutan NaCl bila
nsi dan stroke
HEMOROID
Definisi
Etiologi

Patofisiologi
Klasifikasi

Derajat

Gejala
Anamnesis
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Px. Lain

Tatalaksana
Pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis,
Penurunan Venous Return: makanan rendah serat menyebabkan small caliber stool sehingga menegjan saat BAB, te
Konstipasi dan Straining/ mengejan: tonus istirahat kanal jadi lebih tinggi dibanding normal
Hipertensi portal dan varises anorektal

Hemoroid Interna: diatas linea dentata, ditutup mukosa anorektal insensata, tidak nyeri
Hemoroid Eksterna: dibawah linea dentata, ditutup anoderma yang kaya inervasi, nyeri
Derajat I: Berdarah, tidak menonjol keluar
Derajat II: berdarah, menonjol saat BAB, kembali sendiri
Derajat III: berdarah, menonjol saat BAB, kembali dengan didorong
Derajat IV: berdarah, menonjol dan tidak bisa kembali dengan didorong
perdarahan rektal, benjolan/prolaps, ketidaknyamanan, nyeri (eksterna bila trombosis)

Pasien posisi left lateral decubitus

Rectal Touche: menyiingkirkan karsinoma rektum


Anoskopi
Non operatif: diet berserat, laxatif ringan
Operatif: Hemoroidektomi, Skleroterapi,, HALL-RAL, Rubber band ligation, infrared photocoagulation, hemoroidope
Seorang perempuan, 40 tahun masuk IGD dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas s
mengonsum

CHOLELITHIASIS
Definisi
Etiologi
Faktor resiko (6F)

Anatomi Jalur Bilirubin

Fisiologi
Patofisiologi

Klasifikasi Batu

Gejala
Anamnesis

Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Px. Penunjang

GOLD STANDARD
CEK BILIRUBIN

CEK SGOT SGPT


Komplikasi
Indikasi operasi

Tatalaksana

WHAT TO DO
ng perempuan, 40 tahun masuk IGD dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas sejak 4 hari lalu. Kedua
mengonsumsi goreng-gorengan.

Batu empedu
Diet tinggi kolesterol
Female, Fertile, Fat, Forty, Family, Fair/Food
ductus hepaticus dextra dan sinistra -> ductus hepaticus communis dan ductus cycticus dari vesica felea -> common
duodeni mayor.
Bahan asal empedu: heme dan globin, heme menjadi bilirubin indirek di lien, berikatan dengan albumin, masuk ke h
kantong empedu diekskresikan ke usus dan feses. bilirubin menjadi urobilinogen dan sterkobilin (usus), urobilinogen
1. supersaturasi kolesterol dalam kandung empedu
2. pembentukan nidus dan kristalisasi
3. berkurangnya motilitas kandung empedu
4. perubahan absorbsi dan sekresi kandung empedu
Kolesterol: warna kuning. radiolusen, bentuk bulat, berduri, seperti murbei, pada obesitas, diet tinggi kalori & koles
Bilirubin/ Pigmen: warna coklat tua/kehitaman, radioopak, bentuk tidak teratur, kecil, jumlah banyak seperti lumpu
sirosis hati)
Campuran
Nyeri perut kanan atas menjalar ke punggung hingga mengganggu aktivitas, Dispepsia, intoleransi thd makanan berl
Nyeri perut kanan atas sifat hilang timbul/ kolik, regio epigastrium, prekordium dapat menyebar ke punggung bagia
Nyeri muncul perlahan atau tiba-tiba, biasa pada malam hari/setelah makan makanan berlemak
Kolik bilier/ nyeri hilang-timbul: tertusuk tusuk
Bila terjadi kolesistitis keluhan nyeri menetap dan bertambah saat menarik napas dalam saat kandung empedu terse
Dapat disertai mual/muntah
Bisa ikterik bila batu di CBD, distensi
Nilai BU
Hepatomegali, Sphlenomegali bila sudak sampai CBD
Nyeri tekan/murphy sign (+), Raba benjolan/massa
USG Abdomen (Acoustic Shadow), Double layer karena dinding VF menebal karena peradangan/ kolesistitis
Laboratorium: darah lengkap, fungsi hepar (peningkatan WBC, peningkatan bilirubin serum, peningkatan alkali fosfa
Foto polos abdomen: bila batu radioopak (batu bilirubin), radiolusen (batu kolesterol)
CT Scan: jika curiga keganasan VF, sistem ekstrahepatik bilier, dan organ sekitar
MRI, MRCP
USG Abdomen (Non invasif, murah, sensitif untuk batu > 2 cm), ERCP (Invasif)
Bilirubin Direk: yang kena post hepatal
Bilirubin Indirek: yang kena pre hepatal
Bila meningkat dan Jaundice, ada obstruksi vesica felea sehingga hepar rusak. Bila SGPT SGOT normal, hepar masih b
Kolesistitis akut
Kolangitis asenden: Muncul Trias Charcot: ikterik, demam dan menggigil, kolik bilier
Pankreatitis bilier akut
Kalau tidak di operasi, batu bia refluks dan mengobstruksi CBD -> obstruksi aliran pankreas (tanda klinis: nyeri epiga
Nyeri mengganggu aktivitas
Bukan bergantung jumlah batu, namun nyeri
Non operatif: Ursolic/ Asam Deoxycholic: 8-10 minggu P.O
Operatif: Open Cholesystectomy
indikasi: batu kandung empedu simtomatik, pankreatitis empedu, diskinesia empedu
Anamnesis lengkap
Murphy sign
USG Abdomen
Cek lab: Darah lengkap, Fungsi hati (SGPT, SGOT, Bilirubin direk dan Indirek)
*keganasan yang sering di traktur bilier: tumor kaput pankreas, tx: prosedur Whipple
Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa BAB dan kentut sejak 2
2 hari lalu warna kuning kecoklatan, susah saa
ILEUS
Definisi
Etiologi

Patofisiologi
Klasifikasi

Gejala

Anamnesis
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Px. tambahan

Px. Penunjang

Tatalaksana
WHAT TO DO
laki usia 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa BAB dan kentut sejak 2 hari lalu. Pasien menga
2 hari lalu warna kuning kecoklatan, susah saat keluar, perih area an

gangguan pasase usus


Faktor dalam lumen: Meconium, Intususepsi, Gallstones, Impaksi
Faktor dinding usus: kongenital: atresia, stenosis, imperforated anus, trauma, inflamasi: kolitis, tumor dinding usus,
Faktor ekstra lumen: adhesi, hernia

Obstruksi
Letak tinggi (SBO: gaster-ileum terminal): mual muntah seirng muncul di awal,isi muntahan bilous, awal mual hebat
Letak rendah (LBO: cecum-sigmoid): isi muntahan feses, distensi lebih terlihat, distensi di samping, mual muncul akh
Kardinal: tidak bisa kentut, kolik abdomen sifat cramping (difus dan tak terlokalisir), mual muntah, distensi
Letak rendah: mual/muntah, Letak tinggi: tidak bisa BAB, tidak bisa kentut
Tidak bisa kentut, nyeri abdomen bersifat cramping difus dan tidak terlokalisir, mual/muntah, obstipasi, distensi abd
Distensi, darm contour, darm steifung
Hiperperistaltik hingga metallic sound-ileus obstruktif, hipoperistaltik hingga hilang-ileus paralitik. Ileus obstruktif se
Hipertimpani
Nyeri tekan
Rectal Touche
Obstruktif: tangan seperti tercengkeram kuat, kolap
Paraliitik: tangan seperti melompong, tidak teraba usus
Abdomen 3 posisi (supine, 1/2 erect, LLD)
Letak tinggi (paling dominan SBO): Herring bone appearance
Letak rendah: Multiple air fluid level
Air fluid level pendek: SBO, Air fluid level panjang: LBO
Colostomy, Bypass: anastomose
Dekompresi: DC
Foto Abdomen 3 posisi
Pasang NGT
Rehidrasi 2000 cc RL/ Asering: kalau derajat 3.
Antibiotik broadspectrum: Ceftriaxone
Analgetik: Ketoroloac
Antihistamin: Ranitidin
Cek nadi, TD, urin output normal 0.5-1 cc/kgBB
Laboratorium: Elektrolit (kalium) , albumin, darah rutin, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Kalium normal (obstruktif),
Seorang pasien dengan keluhan utama nyeri seluruh lapang perut sejak 1

PERITONITIS
Definisi
Anatomi
Klasifikasi

Etiologi

Patofisiologi

Gejala
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Px. Tambahan
Px. Penunjang

Tatalaksana
Komplikasi
WHAT TO DO

PASCA OPERASI
NGT
WHAT TO DO
Seorang pasien dengan keluhan utama nyeri seluruh lapang perut sejak 1 hari lalu. Mual/mu

Akut abdomen akibat inflamasi dan infeksi selaput peritoneal rongga abdomen
Peritoeum visceral dan parietal, Omentum minus dan majus, Lesser sac dan Greater sac, Foramen Winslow
Primer: karena infeksi bakteri tanpa gangguan integritas organ dan saluran cerna: spontan pada anak dan dewasa, p
Sekunder: karena perforasi/ kebocoran anastomosis: perforasi gastrointestinal
Tersier: paska pembedahan pada peritonitis sekunder: karena jamur, karena bakteri patogenitas rendah
Infeksi bakteri (Bakteriodes fragilis, H. pylori), Perforasi organ berongga (Appendix, Gaster, Ileum, Sigmoid, dll)

Omentum berusahan melokalisir infeksi, Partikel bakteri berusaha dikeluarkan lewat stomata yang merupakan salur
Respon primer: vaskuler, hipovolemia, peningkatan tekanan intraabdomen, imun seluler humoral terangsang. (vaso
motilitas - ileus paralitik
Respon sekunder: endokrin, jantung, respirasi, ginjal, metabolik
Defans muskular, Distensi, Nyeri seluruh lapang perut, Takikardi, Respirasi cepat, Dehidrasi, Oliguria, Muntah
Nyeri seluruh lapang perut
Distensi, Pernapasan torakal karena diafragma terdesak
Defans muskular/ muscle guarding, rebound tenderness
Pekak hepar menghilang, hipertimpani
Bising usus menurun
Rectal touche: nyeri semua arah, ampula recti kolaps: karena usus tidak ada isinya sehingga jatuh kebawah, jari mer
Radiologi Abdomen 3 posisi
Dilatasi/ pelebaran rongga antar usus
Hilangnya bayangan pre-peritoneal fat line, free air
Free air subdiafragma/ pneumoperitoneum sangat tampak terutama pada semi erect
Lab: Hb, Leukosit, Ureum, Kreatinin, Protein (Albumin), Elektrolit
Laparatomi eksplorasi
SIRS
Penegakan diagnosis: nyeri seluruh lapang perut, Defans muskular
Foto abdomen 3 posisi (Supine, semi erect, LLD)
Pasang DC untuk memonitor apakah dehidrasi tidak
Pasang NGT alirkan
Resusitasi cairan: kristaloid, darah, atau komponen darah (berdasar derajat syok hipovolemik)
Oksigen dan bantuan ventilasi
Antibiotik broadspectrum: Ceftriaxone dan Metronidazole: Anaerob
Anti histamin: Ranitidin
Antipiretik
Pasien dipuasakan 3-5 hari, harus amati nutrisi, monitoring emodinamik dan peristaltik
Indikasi
Dekompresi isi lambung
Memasukkan cairan/ makanan
Diagnostik
Kontraindikasi
Trauma maksilofasial
Tumor nasofaring
Dekompresi: DC
Foto Abdomen 3 posisi
Pasang NGT
Rehidrasi 2000 cc RL/ Asering: kalau derajat 3.
Antibiotik broadspectrum: Ceftriaxone
Analgetik: Ketoroloac
Antihistamin: Ranitidin
Cek nadi, TD, urin output normal 0.5-1 cc/kgBB
Laboratorium: Elektrolit (kalium) , albumin, darah rutin, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Kalium normal (obstruktif),
Seorang laki-laki usia 30 tahun tersengat listrik dan jatuh dari tiang listrik saa

COMBUSTIO
Definisi
Derajat (kedalaman)

Kategori (derajat+LLB)

Pengukuran TBSA
Rawat inap bila
Penanganan

Skin Graft
Medikamentosa

Laboratorium
Trauma Inhalasi
Eskaratomi

Komplikasi

Hematemesis-Melena-Stress Ulcer

WHAT TO DO FIRST

WHAT TO DO (RANAP)

WHAT TO DO (NON RANAP)

RANAP BILA

TRAUMA LISTRIK
TRAUMA INHALASI

PENULISAN DIAGNOSIS

JENIS INFUS

BALANCE CAIRAN

SEHINGGA, PADA COMBUSTIO


ang laki-laki usia 30 tahun tersengat listrik dan jatuh dari tiang listrik saat memperbaiki trafo PLN. Dib

kerusakan/ kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
Derajat I (superficial skin burn): rusak epidermis, eritema, nyeri karena free nerves iritasi, sembuh 5-10 hari
Derajat II (partial skin burn): rusak di dermis, sebagian dermis utuh. Bula +, Nyeri +, sembuh 2-3 minggu tanpa flap
Derajat III (full thickness skin burn): rusak seluurh dermis hingga subkutis, tak ada epitel sehat, koagulasi protein seb
Berat: derajat II-III >40%, derajat III muka tangan kaki, trauma jalan napas, trauma listrik, disertai trauma lain misal f
Sedang: derajat II 15-40%, derajat III <10%, kecuali muka tangan kaki
Ringan: derajat II< 15%, derajat III <2%
Dewasa: RULE OF NINE, telapak tangan 1 %, genital 1 %
Dewasa Derajat II>15%, Derajat III >10%, Anak dan orangtua Derajat II >10%, Luka pada: wajah tangan genital/perin
PRIMARY SURVEY
Bila api hidup: STOP DROP ROLL (Berhenti-Jatuhkan diri-Berguling di tanah/lantai)
Hilangkan heat store, bila < 15 menit siram air dingin
Airway - Trauma inhalasi pasang ET
Breathing - bila eskar di eskaratomi, bila perlu zebra incisionn pada tulang iga
Circulation - Rehidrasi cairan dengan formula Baxter, pakai Ringer laktat, jangan NaCl kare+B16na memperberat asid
Circulation - Cek tanda syok hipovolemik: nadi tinggi, tekanan darah rendah. Cek nadi terlebih dahulu
Circulation - Pasang DC
Disability - GCS, EVM
Exposure - Buka dulu, lihat bagian mana saja
BAXTER: 4 cc/ 24 jam x BB X %LB, dibagi 8 jam pertama 50% sejak kejadian, 16 jam selanjutnya 50%
ANAK: 2 cc/ 24 jam x BB x % LB
Derajat I: Cuci Savlon NaCl 1:10, 5: 50, Bilas NaCl 0.9% , Balut NaCl, NaCl hipertonis mengangkat debris
Derajat II: Cuci Savlon NaCl 1:10, 5: 50, Bilas NaCl 0.9%, Bila bula pecah dibersihkan kulit yang pecah, Kalau masih ut
Derajat III: Cuci Savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc tiap hari, Debridemen tiap hari, Eskaratomi, Tutup kassa NaCl rujuk
SECONDARY SURVEY
Antibiotik: Cefadroxil, Metronidazole
Analgetik: Ketorolac
H2 blocker: Antasid/ Ranitidin
Tetagam
Lab: darah lengkap (amati Hb, HCT, Angka leukosit, Albumin), Elektrolit, AGD, Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin)
Ro. Thorax, EKG
Luka grade II 3 minggu tidak sembuh, Luka grade III post eksisi, Granulasi diameter > 3 cm
Antibiotik Broad spectrum: cefalosporin generasi III
Analgetik
Antasid (H2 Blocker) mencegah stress ulcer
ATS
Hb, HCT, Albumin hari I II III
Elektrolit tiap hari minggu pertama
RFT & LFT hari ke II dan tiap minggu
Kultur kuman hari I II III
Bulu mata terbakar, , Bulu hidung terbakar, alis terbakar
Pada permukaan luka bakar warna putih, merah, coklat, hitam tanpa sensibilitas dan capillary refill. 5P: Pain, Pallor,
Kesemutan, Kelemahan
Hematemesis dan Melena karena stress ulcer biasanya 3-5 hari pasca luka bakar. Temuan; hematemesis dan melena
eritema mukosa akut, ptekie eritem dan macuka focus hemoragik pada mukosa.

Bila tanda syok: elevasi kaki, oksigenasi, resusitasi kristaloid dengan RL atau NaCl
darah rutin, Jumlah tromboit, Golongan darah, Cross match, APTT, PTT, tes fungsi hepar
Bila gangguan fungsi koagulasi atau hemostasis beri vit. K, FFP, atau trombosit. Koreksi hiponatremi, anemi, hipoalb
Bila perdarahan, transfusi Fresh Whole Blood
Dekompresi pipa NGT, Lavase 3-5 cc/kgBB NaCl suhu kamar, sampai cairan NGT bersih
Ranitidin (inhibitor antagonis H2) dan Omeprazol (inhibitor H-K ATPase) Sukralfat (sitoprotektif mukosa)
Perdarahan cepat tak terkontrol, konsul gastroenterologist dan bedah untuk terapi vaopresin, skleroterapi emergen
Airway - Trauma inhalasi pasang ET
Breathing - bila eskar di eskaratomi, bila perlu zebra incision pada tulang iga
Circulation - Resusitasi cairan dengan formula Baxter, pakai Ringer laktat, jangan NaCl karena memperberat asidosis
Asses Derajat Combustio, tentukan ranap atau tidak. Bila ranap paang DC dan O2(bila perlu), Bila tidak lanjut tangan
Cuci luka dengan savlon NaCl 1%, bilas NaCl 0.9%, keringkan
Antibiotik Broadspectrum, Analgetik, Antasid, ATS
Cek laboratorium: Hb, HCT, Albumin, Elektrolit, Protein, AGD
Inf. RL rumus 4 cc/kgBB/%LB beri 50% 8 jam pertama, 50% 16 jam kedua
Pasang DC, bila perlu O2
Pasang CVP pada Luka bakar grade II/III >20%
Sampel darag untuk cek AGD, Hb, HCT, AL, Ureum, Creatinin, Albumin, Protein, Elektrolit

Foto Thorax dan EKG bila curiga trauma inhalasi


Olesi dengan zalp sulfadiazine tutup kassa steril (dermazine, burnazine zalp)
Bila stabil, tutup pasien alat tenun steril
Cuci luka dengan savlon NaCl 1%
Bilas dengan NaCl 0.9% dan keringkan
Buang kulit gelembung yang pecah, biarkan bulla yang belum pecah
Olesi dengan zalp sulfadiazine, tutup kassa steril dengan bebat
Derajat IIA>15% dewasa, IIA >10% anak, III >2%, di daerah rentan dengan penyulit, usia lanjut/anak, penyebab listrik

Selalu masuk grade III


Cari port de entry dan keluar dari mana. Cek jejas dan tanda malfungsi
Dapat menyebabkan rhamdomyolisis: jaringan lisis masuk pembuluh darah hingga ginjal dan bisa GGA
Ciri GGA: BAK hitam
Tx GGA: Hemodialisis CITO, sambil ditunggu HD CITO diberi Furosemid 20-40 mg, atauLasix sebagai diuretik dan Furu
Dapat menyebabkan kerusakan jantung bila aliran listrik melewati jantung, menyebabkan Atrial fibrilasi
Cek EKG seusai cedera listrik
AV Shunt untuk melebarkan pembuluh darah agar mudah saat pemasangan alat HD
Myonecrosis-Myoglobin bebas dalam darah-Myoglobinuria
Tanda: jelaga pada hidung, rambut muka terbakar, terpapar asap kebakaran ruangan tertutup, suara serak, luka bak
Tx: lakukan intubasi segera (airway definitive) kurang dari 6 jam, odem laring akan menutup jalan napas, pasien aka
atau CVC

Combustio, Grade, et cause, TBSA


Contoh: COMBUSTIO GRADE III ET CAUSE SERANGAN LISTRIK 20%
Mikro (anak): 60 tetes (faktor tetes: 60 tetes/ml)
Makro (dewasa): 20 tetes
Transfusion: 15 tetes

Dewasa: Baxter: 4 x kgBB x TBSA


Anak: 2 x kgBB x TBSA + (kebutuhan faal)
Kebutuhan Faal:

< 1 th: BB x 100 cc


1-3: BB x 75 cc
3-5: BB x 50 cc
Contoh: Pasien perempuan BB 50 kg TBSA 30% kejadian jam 13.00, datang ke IGD jam 15.00. Bagaimana mengganti
Jawab:
Rumus baxter: 4 x 50 x 30 = 6000 cc
8 jam pertama: 3000 cc, terpotong waktu kejadian ke waktu IGD 2 jam, sehingga 3000 cc diberikan dalam 6 jam
16 jam selanjutnya: 3000 cc
Sehingga,
8 jam pertama: 3000 cc/ 6 jam -> 500 cc/ jam -> 8.33 cc/menit
16 jam selanjutnya: 3000 cc/ 8 jam -> 375 cc/ jam -> 6.25 cc/menit
Sehingga, bila menggunakan infus makro (20 tpm),
8 jam pertama: 8.33 x 20 tpm= 166 tpm selama 6 jam. 1 line maksimal 60 tpm. Sehingga perlu 2 line infus + peras fla
16 jam selanjutnya: 6.25 x 20 tpm= 125 tpm selama 8 jam. 1 line maksimal 60 tpm. Sehingga perlu 2 line
Primary Survey: ABCDE
Secondary Survey
AIRWAY

OBSTRUKSI JALAN NAPAS


Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana
Komplikasi
BREATHING

OPEN PNEUMOTHORAX
Definisi
Etiologi
Patofisiologi

Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana

TENSION PNEUMOTHORAX
Definisi
Etiologi
Patofisiologi

Anamnesis

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana

FLAIL CHEST
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana
CIRCULATION
MASSIVE HEMATHOTORAX
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana

TAMPONADE JANTUNG
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Anamnesis

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Penunjang
Tatalaksana
DISABILITIES
EXPOSURE
PASANG NEEDLE THORACOSINTESIS
Alat
Cara

PASANG WSD

Kegunaan

Fungsi

Lokasi pasang

Jenis

Alat
Teknik/ Cara
Perawatan

Yang diperhatikan
Evaluasi/ Yang dinilai

LEPAS WSD
Indikasi cabut (general)
Pada HEMATOTHORAX

Pada PNEUMOTHORAX

Pada EMPYEMA

Yang diperhatikan

POST WSD-Fisioterapi napas


Cek patensi napas. Ajak pasien bicara. Kalau tidak sadar cek dengan letakkan penggaris plastik /kacamata/ tangan de
STRIDOR: Pasien tidak sadar lidahnya ajatuh ke belakang, menghambat jalan napas sehingga bunyi stridor - pakai OP
GARGLING: Ada cairan di airway, suction terlebih dahulu
Jika perlu pasang ET sebagai definitive airways, trakeostomi

Penyempitan jalan napas


Sumbatan benda asing, hematom, lidah, makanan, massa/tumor
Pembengkakan, perdarahan/muntah/lidah jatuh/sumbatan - teraspirasi saluran napas - ventilasi terganggu

Retraksi otot intercostal dan supraclavicular


Krepitus leher anterior

Suara tambahan: stridor, gurgling


Suction, Pasang mayo/ gudel untuk pasang orofaringeal airway, Bila tidak bisa trakeostomi, Hemlich Manuver

Inspeksi, palpasi, perkusi pada thorax untuk melihat breathing (RR >30 X/menit)
Bila fraktur costa, curiga pneumothorax: karena costa adalah sangkar paru. Bila fraktur kemungkinan besar merobek
Gambaran pneumothorax tidak langsung nampak, perlu Ro. Thorax serial

Robeknya dinding dada dan Pleura parietalis. Udara luar masuk ke cavum pleura
Jejas terbuka pada thorax

Inspirasi (udara masuk lewat luka terbuka dan menggeser mediastinum ke paru sakit), Ekspirasi (udara kotor dari sis
Nyeri dada
Open wound, sesak napas, sianosis, gelisah karena hipoksia, ketertinggalan gerak
Distensi vena leher, Deviasi trakea menjauhi sisi sakit
Hipersonor pada paru kolaps
Terdengar suara seperti peluit waktu bernapas (sucking chest wound), Melemah sampai hilang
Plester 3 sisi agar timbul flutter valve effect (dengan plastic wrap/ kassa NaCl), lanjut WSD
Udara masuk dalam cavum pleura namun tidak dapat keluar lagi. Rongga pleura masih utuh. Mekanisme ventil
Kebocoran pleura visceralis mesenkim paru. Tidak ada hubungan langsung dengan dunia luar
Mekanisme one way valve. Inspirasi udara masuk, Ekspirasi udara terjebak tidak bisa keluar. Udara makin bertamba
v.pulmo, v. cava superior). Terjadi penurunan venous return dan cardiac output
Nyeri dada, distress napas/sulit bernapas. Hipotensi, Takikardi, Nadi lemah. RR >20 x/menit, JVP meningkat, hiperso
dimana ada aorta, v.pulmonalis, dan v.cava superior)
Sesak napas, sianosis (manifestasi lanjut), gelisah karena hipoksia, distensi vena leher, deviasi trakea menjauhi sisi s
Krepitasi
Hipersonor
Vesikuler, Suara napas hilang di salah satu hemithorax
Needle thoracosintesis (mengubah tension menjadI simple pneumothorax), lanjutkan WSD (menurunkan tekanan d

Multiple fracture pada costa berurutan pada 2/ lebih costa yang segmental (1 costa ada 2/ lebih garis fraktur)
Gerak abnormal dinding dada karena fraktur 2/lebih costa berurutan yang segmental
Fraktur costa
Segmen mengambang -> paradoxial breathing -> inspirasi: iga sakit mblesek, ekspirasi, iga sakit keluar -> insersio ve
Takikardi, Sesak
Sesak napas, Sianosis, Paradoxial breathing (Inspirasi: diafragma ngembang, Ekspirasi: dada ngembang), Gerak dindi
Nyeri pada palpasi, krepitasi

Oksigenasi, Ventilasi adekuat. Resusitasi, Fiksasi interna (kliping costa: SHAPP), Needle Thoracocentesis, WSD
Cek nadi, tekanan darah, saturasi, CRT
kumpulan darah di cavum pleura >1500 cc
Terkumpulnya darah cavum pleura >1500 cc dikarenakan major bleeding pembuluh darah besar sehingga perdaraha
Major arterial bleeding
Laserasi paru/ pembuluh darah intercostal (a.mammaria interna karena cedera benda tajam/ tumpul)
Nyeri dada
Sesak napas, Sianosis, Gejala syok hipovolemik
Nyeri tekan
Redup pada sisi dada trauma
Vesikuler melemah sampai hilang
Needle thoracosintesis, lanjutkan WSD. Ganti kehilangan darah dengan inf. Kristaloid + transfusi darah. Torakotomi

Terkumpulnya darah cavum pericardium (>50 cc)


Trauma tajam/ tumpul terhadap perikardium sehingga pengisian diastolik ventrikel berkurang. Kadang klinis mirip te
Luka tembus jantung/ trauma tumpul -> darah keluar mengisi kantung perikardium -> hambatan pengisian jantung
TRIAS BECK
Suara jantung hilang/ menjauh, JVP meningkat, Tekanan arteri turun

Pernapasan kussmaul: Peningkatan tekanan vena saat inspirasi biasa


Radiologi: gambaran pinggang jantung menghilang
Pericardiosintesis, Trakeotomi
Cek GCS, Pupil
Lihat jejas dimana saja tanda kegawatan lain

Abocath 14G atau 16G

Lakukan needle thorakosintesis dengan abocath yang paling besar kalau misalnya tidak ada fasilitas melakukan WSD
Needle thoracosintesis dilakukan di SIC 2 dibagian mid clavicula line untuk menghindari arteri subclavicula, nanti ada suara me
Needle thoracosintesis tidak paten hanya bisa digunakan kurang lebih 15 menit, dan akhirnya false road, jadi untuk patennya

Suatu sistem drainase menggunakan air untuk mengeluarkan udara dan atau cairan dari cavum pleura. Bisa aktif den
cavum pleura pasien
Terapi: drainase cairan rongga pleura
Pemantauan: mengetahui ada/ tidaknya tindakan lebih lanjut
Mempertahankan tekanan negatif intrapleura/ cavum pleura
Dewasa: 12-15 cmH2O
Anak: 8-10 cmH2O
SIC 5-6: sejajar linea axillaris anterior sisi sakit
SIC 9-10: sejajar linea axillaris anterior (BUELAU)
SIC 2-3: sejajar linea medio clavicularis (MONALDI)
1 botol: pneumothorax
2 botol: pneumo+hemothorax. Botol 1 menampung sekret (fluid collection), botol 1: mengatur besar tekanan negati
3 botol: pneumo+ hemothorax+mau dikontrol dengan dihubungkan suction

Tentukan tempat insersi , biasanya setinggi puting (sela iga v / iv) anterior linea mid axillaris pada area yang terkena
Disinfeksi medan operasi dengan alkohol dan betadin.
Tutup dengan duk steril  Dilakukan lokal anestesi. kulit dan periosteum iga.
Insisi transversal (horisontal) 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan diseksi tumpul melalui jaringan subkuta
Melalui insisi, dinding toraks ditembus dengan klem dengan cara menyusuri margo superior costa sampai ke cavum
insisi untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan, bekuan darah dll. Catatan: pada hemato
Klem ujung proksimal pipa toraks dan dorong kedalam rongga pleura sesuai panjang yang diinginkan
Catatan: Harus selalu diperiksa terlebih dahulu, apakah pada pipa toraks sudah cukup dibuat /terdapat lubang-luban
pertiganya, dan yang lebih penting lubang terakhir harus di lubang rongga toraks.
Dren toraks dipasang dan dilakukan fiksasi dengan jahitan matras yang telah disiapkan. Jahitan / benang diikatkan d
Dren toraks dihubungkan dengan botol WSD, memakai slang transparan Sambungkan ujung pipa toraks ke sistem W
Pertahankan selang masuk air tapi menggantung 1-2 cm dari permukaan
Tutup luka operasi dengan kasa steril. Selesai. Lanjut foto rontgent thorax
Posisi 1/2 duduk (30 derajat)
Fiksasi pipa dan cavum thorax harus kedap: plester lebar
Pipa transparan: untuk monitor sekret dan gumpalan darah
Foto AP tiap hari untuk liat keadaan paru, posisi drain
Hitung produk tiap 24 jam; nilai kualitas dan kuantitas. Tepat setelah pasang awasi produk pada 3 jam pertama
Fisioterapi napas; meniup balon, agar paru mengembang
Letak WSD harus lebih rendah dari penderita untuk cegah aspirasi cairan ke dalam cavum pleura. Bila mau bersihkan
Undulasi: menandakan masih ada jarak antara pleura viseral dan parietalis. Diamati adanya gerakan naik turun sesu
Gelembung/ Bubble: udara keluar dari cavum pleura
Produksi WSD

Tergantung indikasi pemasangan, kriteria beda kalau hematothorax, pneumothorax, empiema


Secara klinis: Pasien tidak sesak (RR normal 20x/menit). Suara paru kanan=kiri
Secara radiologi: paru mengembang maksimal
Secara tabung WSD: Produksi sudah tidak ada/ produksi sekret serous tidak hemoragi pada dewasa <100 cc dalam 2
Produksi drain <=100 cc/ 24 jam dengan warna cairan serohemoragis
Paru mengembang penuh baik klinis maupun radiologis
Paru mengembang penuh baik klinis maupun radiologis
Selang WSD diklem >=12 jam
Secara klinis dan radiologis, paru tetap mengembang penuh
Produksi drain <= 50 cc/24 jam dan warna cairan serous
Secara klinis dan radiologis paru dapat mengambang penuh
Saat dicabut penderita harus dalam keadaan INSPIRASI PENUH

Tiup balon
RETENSI URI
Definisi
Etiologi

Patofisiologi
Klasifikasi berdasar lokasi

Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana

RUPTUR URETRA

BATU URETRA

STRIKTUR URETRA
FIMOSIS

PARAFIMOSIS

BPH
CA PROSTAT

VESICO UROLITHIASIS

KATETER
Indikasi kateter

Kontraindikasi kateter

Ukuran

BLAST PUNGSI/ PUNGSI


SUPRAPUBIK
SISTOTOMI
Indikasi

Kontraindikasi

Jenis

ABOCATH
Ketidakmampuan mengosongkan isi buli baik sebagian maupun seluruhnya
1. Kelemahan otot detrusor
Kelainan medulla spinalis
Kelainan saraf perifer
2. Obstruksi uretra: batu uretra, Ca prostat, Hiperplasia prostat, Fimosis-parafimosis, Striktur uretra, Stenosis meatu
3. Inkoordinasi otot detrusor-uretra: Trauma kauda ekuina
SUPRAVESIKAL
Kerusakan medulla spinalis Th12-L1
Kerusakan saraf simpatis-parasimpatis
VESIKAL
Kelemahan otot detrusor buli-buli
INFRAVESIKAL
BPH, Ca Prostat
Striktur uretra
Fimosis, Parafimosis
Riwayat BAK

Pemasangan kateter
Sistotomi (trokar dan terbuka)
Pungsi Buli
Tanda: butterfly hematom (hematom perineal): uretra posterior pars prostatika, meatal bleeding, high riding prosta
1. Ruptur Uretra Posterior
Gejala: Meatal bleeding, Retensi urin, Floating prostate (pada rectal touche prostat seperti mengapung karen tidak t
Gold standard: Uretrografi: nampak ekstravasasi kontras dan fraktur pelvis
Tatalaksana: kontraindikasi DC karena pasien kesakitan dan bisa false road
Bila ada bulging, lakukan dengan abocath paling besar
Gejala: nyeri pinggang, intermitensi, retensi urin, Nyeri pada tempat batu berada, Nyeri pada rectum/ perineum.
Penunjang: foto BNO (Blaast Neer Overzhict)
Tatalaksana: Anterior (Lubrikasi anterior, meatotomi), Posterior (Lubrikasi posterior, litotripsi, ureterolitomi)
Penyempitan lumen uretra karena fibrosis/jaringan parut dinding uretra
Paling sering mengenai uretra pars bulbosa-membranasea. Anak sering pars prostatika
Derajat: ringan (oklusi <1/3 diameter lumen), sedang (oklusi hingga 1/2 lumen), berat (oklusi >1/2 lumen)
Etiologi: Infeksi uretra (Riwayat bolak balik pasang ureter), Trauma (Straddle Injury, Trauma pelvis), Tindakan transu
Patofisiologi: Infeksi atau Trauma -> Proses radang -> Jaringan sikatrik -> Hambatan aliran urin -> Retensi urin
Gejala: gejala obstruksi dan beberapa iritatif: pancaran urin lemah, pancaran urin bercabang/ menyemprot, termina
Px: Uroflowmetri: mengetahui pancaran urin. Normal kecepatan pancaran: 20 ml/detik. Cara ukur, volume urin/lam
Penunjang: Uretrografi, Foto bipolar Sisto-uretrografi, USG, Urethroscopy.
GOLD Standard: Retrograde Uretrogram + Voiding Cystouretrogram
Tatalaksana: Bila retensi, pasang DC ukuran dikecilkan, dibawah 16-18F. Bila tidak bisa dengan DC, maka dengan Cys
Tatalaksana: Businasi, Uretrotomi interna, Uretrotomi eksterna
Prepusium penis tidak dapat diretraksi/ ditarik ke proksimal sampai korona glandis. Banyak pada bayi karena adhesi
Gejala: Gangguan urin berupa sulit kencing, pancaran urin mengecil, Ujung prepusium menggelembung saat miksi, R
Tatalaksana: Sirkumsisi
Prepusium penis diretraksi sampai sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan ke keadaan semula, timbul jeratan pe
Komplikasi; bila tidak segera dikembalikan -> gangguan aliran balik vena superficialis -> edema glans penis -> nekros
Tatalaksana:
1. Manual reposition: memijat glans selama 3-5 menit -> prepusium dikembalikan ke tempatnya
2. Sirkumsisi
Hiperplasia kelenjar periuretral prostat ke perifer hingga bersimpai
Etiologi: ketidakseimbangan hormon (tetosteron, estrogen, prolaktin) yang terganggu, pola diet, dll
Komplikasi: BPH -> penyempitan lumen uretra posterior -> peningkatan tekanan intravesikal -> buli: hipertrofi detru
hidronefrosis, pionefrosis, refluks vesiko ureter, GGA
Gejala
LUTS: Lower Urinary Tract Symptoms
1. Obstruksi (HIT) Weak stream, Miksi tidak puas
Hesistansi: menunggu dulu untuk memulai
Intermitten: pipis terputus
Terminal dribbling: pipis tetes tetes
Weak stream: pancaran lemah
Rasa tidak puas
2. Iritasi (FUND)
Frekuensi: sering pipis. >8 kali/hari
Urgency: pipis tidak bisa ditahan
Nokturia: pipis malam hari >2 kali/malam
Disuria: nyeri saat pipis
Frekuensi, Nokturi, Urgensi, Disuria
DIAGNOSIS: Dapat dibantu IPSS Score, untuk tahu tatalaksana
0-7: ringan, observasi
8-19: sedang, beri medikamentosa menghambat adrenoreseptor alfa (Avodart 1x1 untuk 1 bulan), evaluasi lagi apak
20-35: berat, lakukan pembedahan
PEMERIKSAAN:
Rectal Touche: benjolan kenyal seperti bakso (BPH) teraba simetris dan licin, benjolan keras seperti kayu/batu asime
Rectal Touche: mengetahui ukuran prostat, 1/3 jari: 20 gr, 2/3 jari: 40 gr, 3/3 jari: 60 gr
Penunjang: BNO, UL, USG, Uroflowmetri, Sistokopi, TRUS
Tx IGD: Atasi kegawatdaruratan retensi uri, pakai DC ukuran dibesarkan, 22F aga tidak letoy bisa lewatin hiperplasi p
Terapi: Watchful Waiting, Medikamentosa, Opeatif (TURP, TUIP, Prostatektomi Terbuka)
Tatalaksana Operatif: TURP dan TVP
1. TURP (Transuretrhral Resection Prostate)
Untuk BPH ukuran <60 gr.Masih ada kemungkinan prostat tumbuh lagi
2. TVP (Open Transvesical Prostatectomy)
Untuk BPH ukuran >60 gr. Prostat tidak akan tumbuh lagi. Tiap taun biasanya mesti dah tumbuh lagi
Kelebihan TURP:
estetik lebih baik
baik untuk lansia karena komplikasi lebih sedikit
kontraindikasi sedikit
tidak bisa untuk mengambil batu buli
Sindrom TURP
TURP tidak boleh dikerjakan >1 jam karena bisa menyebabkan sindrom TURP. Irigasi TURP dengan larutan NaCl bila
Pertumbuhan/ pembelahan sel abnormal jaringan prostat di lobus perifel sehingga timbul nodul yang teraba
Gejala dan Klinis
1. Gangguan kencing; disuria, Hesistensi, Hematuri
2. Keluhan BAB
3. Nyeri tulang
4. Kelainan neurologis
5. RT: Nodul keras pada prostat, Aasimetris
6. Peningkatan PSA
Penunjang: Tumor Marker (PAP, PSA), TRUS, CT-Scan, MRI, Bone Scan
Tatalaksana: Observasi, Radiasi, Prostatektomi Radikal, Terapi hormonal
Perbedaan dengan nephrolithiasis adalah di nephro ada nyeri ketok ginjal
Gejala; hematuria, BAK Pasir
Pemeriksaan:
KUB/ BNO IVP ditemukan filling defect hingga mengetahui letak batu
USG: menentukan ukuran batu. Namun tidak bisa menetukan letak batu
Tatalaksana: analgetik dan antibiotik (ceftriaxon, gram positif)
1. Diagnosis
Mendapat sampel urin tidak terkontaminasi untuk urinalisis
Memonitor pengeluaran urin. Normal dewasa: 0.5-1 cc/kgBB/jam. Anak: 1-2 cc/kgBB/jam
Meonitor pengeluaran urin setelah tindakan invasif operatif
2. Terapi
Dekompresi bladder pada obstruksi vesikular traktus urinarius maupun neurogenic bladder
Menghilangkan jendalan darah kandung kencing pada gross hematuria
ABSOLUT: Urethral injury
Tanda: high riding prostat, meatal bleeding, perineal hematoma
RELATIF: striktur uretra, pembedahan uretra/bladder
Makin besar angka, makin besar ukuran
16F-18F= laki laki
14F-16F= perempuan
8F-10F= anak
Paling besar ukuran 22F, 24F. BPH pakai paling besar. Striktur uretra pakai paling kecil
Hanya tx sementara, efek hanya 15 menit, setelah itu false route

Menggunakan abocath paling besar sehingga urin yang keluar bisa banyak: ukuran 16G
Lokasi di 2 jari atas os.pubis

Retensi uri (BPH, Keganasan ginekologi, trauma tulang belakang)


Fimosis
Urinalisis neonatus atau anak < 2 tahun
Striktur atau trauma uretra
Infeksi kronik uretra-parauretra
Kandung kemih dalam keadaan kosong/ tidak teridentifikasi
Ada tumor kandung kemih
Ada selulitis, luka, sikatrik abdomen bagian bawah
Sistotomi trokar
Sistotomi terbuka

Makin rendah nomor, makin besar


18G: warna hijau, dewasa anak, bedah mayor, trauma, resusitasi cepat
20G: warna pink, dewasa anak, untuk infus maintenance
22G: warna biru, untuk bayi, anak, dewasa pembuluh darah kecil dan rapuh, untuk infus maintenance
24G: warna kuning, untuk neonatus, bayi, anak, dewasa pembuluh darah kecil dan rapuh, untuk memasukkan cairan
Untuk blas pungsi: pakai paling besar, 16G. Untuk needle thoracocentesis: pakai 14G atau 16G
RUPTUR BULI
Definisi
Anatomi

Etiologi

Patofisiologi
Derajat

Anamnesis
Gejala

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Px. Spesifik
Px. Penunjang

Tatalaksana
Komplikasi

RUJUK SAAT
Ruptur vesica urinaria, banyak terjadi karena trauma tumpul maupun trauma tembus pada abdomen
Buli adalah organ berongga terdiri atas 3 lapisan otot detrusor: longitudinal, sirkuler, longitudinal
Terdapat 3 permukaan: 1 permukaan superior berbatasan dengan peritoneum, 2 permukaan inferolateral, permuka
Berfungsi menampung urin dari ureter, mengeluarkan melalui uretra. Kapasitas maksimal 300-400 cc. Kapasitas ana
Mukosanya dibentuk epitel transisional. Vaskularisasi dari arteri vesikalis superior, media, dan inferior
Fraktur pelvis, trauma tembus, intrumentasi urogenital seperti TUR, trauma tumpul abdomen terhadap buli dengan
Etiologi: trauma tumpul, trauma tembus, trauma obsgyn, trauma urologi
Bisa terjadi intra (terjadi ekstravasasi urin ke rongga peritoneum sehingga bisa timbul peritonitis, ruptur di apex buli
I: A: Hematoma, Kontusio buli dan hematoma
I: B: Laserasi, Partial thickness (laserasi dinding buli)
II: Laserasi, Ekstraperitoneal, EP<2cm
III: Laserasi, EP>2cm atau IP <2cm
IV: Laserasi, IP>=2CM
V: EP atau IP melebihi leher VU atau orifisium/muara uretra/ trigonum
Pasien mengeluh nyeri di suprasimfisis, miksi bercampur darah, anuria/ tidak bisa miksi
Anuria
Gross hematuria
Nyeri perut bagian bawah
Bukti cedera eksternal: luka tembak, luka tikam perut bagian bawah
Distensi abdomen
Rebound tenderness

Tidak ada bising usus, tanda isitasi peritoneal menunjukkan kemungkinan ruptur buli intraperitoneal
Rectal Touche: menyingkirkan cedera rektum. Evaluasi posisi prostat, bila high riding prostat atau sedikit elevasi kec
Tes buli-buli, Uretrosistografi:tampak adanya loop loop usus, dense flame shaped, USG: penebalan dinding VU deng
Cystografi konvensional: memasukkan cairan kontras 300-400 ml melalui kateter peruretra
CT Cystography: untuk mengklasifikasi tingkat cedera dinding dan lokasi anatomi dan menunjukkan gambaran karak
1. Pemberian cairan
2. Pemasangan kateter (menilai urin output dan input) diharapkan pada kontusio VU pemasangan DC 7-10 hari dapa
TATALAKSANA RUPTUR INTRAPERITONEAL
1. Laparotomi eksplorasi
2. Kateter sistotomi
3. Antibiotik
4. Beri cairan dan elektrolit
5. Nilai urin inout dan output
6. Posisi fowler
TATALAKSANA RUPTUR EKSTRAPERITONEAL: pertahankan kateter 10 hari, lanjut pembedahan
Jalur 1
1. Pasang kateter
2. Antibiotik
3. Beri cairan dan elektrolit
4. Nilai urin output dan input
Jalur 2
1. Kateter sistotomi
2. Antibiotik
3. Pemberian cairan dan elektrolit
4. Nilai urin input dan output
Intraperitoneal: Peritonitis -> sepsis
Ekstraperitoneal: Abses -> sepsis
Komplikasi umum: Hemoragia, Syok hipovolemik, Anemia, Sepsis, Ekstravasasi/merembesnya darah ke jaringan
Tanda peritonitis, artinya ada laserasi intraperitoeal/ ruptur di apex buli
TUMOR
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana
Komplikasi

Triple Diagnosis

ATHEROMA

LIPOMA

KISTA DERMOID

CA MAMMAE

GANGLION

Eksisi luas
Klinis: mobile/ immobile, kistik/solid
Radiologi: melihat kistik atau solid
Histopatologi: melihat ganas atau jinak

Ciri khas Atheroma : adanya puncta


Tanda lain : Mobile dan kistik
Atheroma akan membuat suatu jaringan namanya jaringan pyogenic, pada waktu penatalaksanaan itu harus diambil biar ngga
Atheroma dapat terjadi karena ada sumbatan pada kelenjar sebacea atau kelenjar yang ada pada bagian dermis, sehingga keti
Ciri kista atheroma terinfeksi : muncul tanda-tanda inflamasi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
Tatalaksana : Insisi drainage
Ciri khas : terdapat pseudo lobulated
Tanda lain: mobile dan kistik
Tatalaksana : dapat dilakukan ekstirpasi karena batas lipoma tegas
Walaupun lipoma merupakan tumor jinak, kalau ada factor seperti terkena sinar matahari, atau terkena trauma dapat menjad
Hati hati kalau nemu benjolan pada bagian inguinal, bisa jadi lipoma atau hernia
Kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embryonal ectoderm
Teraba kenyal, berisi cairan seperti minyak, kadang mengandung lanugo, bisa mengandung kuku, gigi
Terapi : eksisi

Biasanya kalau stage nya masih kecil, semakin radikal , untuk mencegah kekambuhan, semakin tinggi stagingnya terapinya leb
Gold standard dari Ca Mammae adalah mammography , tapi pada pasien muda tidak disarankan dengan mammography karen

Ganglion berisikan cairan synovial


Tanda klinis : benjolan dibagian sendi
Terapinya bisa dilakukan eksisi tetapi bisa diberikan terapi injeksi kenacort, selain itu bisa diberikan ibuprofen dan ceftriaxone
Kenacort bisa mencegah adanya keloid

Eksisi luas merupakan suatu prosedur pengambilan jaringan yang sakit, beserta jaringan yang normal paling nggak 2 cm dari p
Eksisi dapat dilakukan untuk suatu kasus keganasan seperti Squamos Cell Carcinoma, Basalioma
ULKUS DIABETIKUM
Definisi
Etiologi
Patofisiologi

Derajat (WAGNER)

Gejala
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Px. Spesifik
Px. Penunjang
Ddx

Tx
Pencegahan
Debridemen

Amputasi
Komplikasi DM berupa kematian jaringan akibat kekurangan aliran darah
DM
Neuropati, Angiopati (makro dan mikro), Infeksi (sistem imun turun)
SISTEM SARAF
Neuropati Motoris: Atrofi
Neuropati Sensoris: sensibilitas nyeri turun
Neuropati Otonom: denervasi, keringat turun/anhidrosis
SISTEM VASKULER
Makroangiopati: akselerasi atherosklerosis
Mikroangiopati: penebalan membrana basalis
SISTEM IMUN
Makrofag: kemotaksis, fagositosis, intracellular killing (krisis NADPH)
0: hanya kalus
I: ulkus superfisial kulit utuh
II: ulkus dalam menembus ligamen dan otot, tidak kena tulang, tanpa abses
III: ulkus dalam, sampai kena tulang, dengan abses, kadang dengan osteomielitis
IV: gangren lokal (ibu jari atau tumit)
V: gangren seluruh kaki
kesemutan, rasa panas telapak, keram, badan sakit terutama malam, klaudikasio intermitten, ujung jari dingin, dney
kesemutan, telapak panas, badan sakit terutama malam, nyeri sesudah jalan / klaudikasio intermiten, ujung jari ding
kulit kaki pecah, rambut kaki hilang, penebalan kuku, ada kalus di predileksi plantar kaput metatarsal dan tumit, pus
kulit kering mudah pecah, teraba dingin, pulsasi hilang, daerah tebal keras sekeliling ulkus, pulsasi arteri

Pemeriksaan LOPS: 10- monofilament test (+ bila gagal 4 dari 10 titik), Ipswich Test, Saturasi oksigen, Oksigen transk
Radiologis bila osteomielitis, Arteriografi memastikan oklusi arteri, Lab: Leukosit naik, GD2JPP, Albumin
PAPO, DVT
Kontrol nutrisi dan metabolik (Hb >12 gr, albumin >3.5, GDS <200), Weight bearing dengan crutch, sandal yang dilu
(Debridemen: sampai tepi luka yang sehat ditandai perdarahan, amputasi)
Inspeksi kaki tiap hari, Cuci kaki dengan sabun dan keringkan, Jangan rokok, pakai losion, hindari suhu ekstrim, poto
Mekanis (wound toilet, potong jaringan kotor dan mati, freshening) dan Kimia (kassa NaCl diganti tiap , kasi killbach
SURGICAL: Buang jaringan nekrotik dan fibrotik 2-3 cm dari tepi luka hingga ada jaringan berdarah
MEKANIS: dengan wet to dry gauze (kassa NaCl) biarkan mengering agar debris terangkat dan secara mekanis terkel
AUTOLITIK/ ENZIMATIS; hidrokoloid, hidrogel, transparent films, hypertonic dressing
Untuk derajat 4-5. Bila sudah tanda 3D indikasi: dangerous limb, damb nuisance, death
PAPO
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Derajat (FONTAINE)

Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Px. Penunjang
DDx
Tatalaksana

WHAT TO DO
Penyakit Arteri Pefifer Oklusi

Merokok
Atherosklerosis
Stadium I: gejala tdk khas, kesemutan , gringgingan
Stadium II: klaudikasio intermiten, jarak tempuh < 50 meter nyeri
Stadium III: nyeri saat istirahat
Stadium IV: kerusakan jaringan karena anoksia (sekresi, ulkus)
Nyeri mendadak pada ekstremitas, nyeri sangat hebatttt
Kehitaman, kering
Teraba dingin, pulsasi arteri hilang
Pletysmografi, USG droppler, Angiografi, ABI Score
Ulkus Diabetikum, DVT
Akut: eksplorasi embolektomi, Kronis: Rekonstruksi vaskuler, Simpatektomi (paliatif)
Stadium I-III: operasi, Stadium IV: Amputasi
Konservatif: olahraga, berhenti merokok
Farmakologik:
Agen hemoreologik (Pentoxifylin: menurunkan reaktivitas agregasi platelet, tdk efektif untuk ulkus, gangren, nyeri i
Antitrombotik (Aspirin, Prostaglandin, Ticlopidin)
Kontrol gula darah
Anti hiperlipidemia
Anti hipertensi
Radiologi Intervensional:
Dilatasi Balon Perkutaneus Transluminal Angioplasty (PTA) untuk pasien stenosis lokal arteri besar misal a.iliaca com
Terapi Bedah: bila gagal konservatif 3 bulan
End-arterektomi: bila terlokalisasi pada bifurkasio a. iliaca communis
Bypass graft aortobifemoral: bila melibatkan a. besar seperti a.femoralis dan iliaca externa
Bypass femoropoplitea, cangkok dengan vena saphena autogen
Bila bukan calon rekonstruksi dilakukan simpatektomi lumbal dan torakal
Anamnesis: nyeri sangat berat, riwayat covid, riwayat perokok aktif maupun pasif
Px: Pulsasi arteri: (dorsalis pedis, poplitea, tibialis ante dan posterior), Saturasi jari kaki bandingkan kanan kiri, Jari m
Px. Penunjang: Gold standard: arteriografi, kalau tidak ada USG droppler
Bila ringan: beri antitrombotik
DVT
Definisi
Etiologi
Patofisiologi

Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Px. Spesifik
Px. Penunjang
DDx
Tx

Komplikasi
WHAT TO DO
Deep Vein Thrombosis
Gumpalan atau jendalan/ throbus dalam vena profunda. Biasanya vena tungkai bawah: v. femoris profunda, v. iliaca
Pasien berbaring lama, cedera mayor, lumpuh, massa pelvi, hamil, pemekaian tembakau, pemekaian estrogen ekste
TRIAS VIRCHOW
Stasis vena
Cedera epitel
Hiperkoagulabilitas

Edema tungkai
Teraba hangat, Pulsasi arteri teraba

Ulkus Diabetikum, PAPO


Farmakologik
Antikoagulan
Trombolitik
Konservatif; Kaus kaki kompresing, elevasi tungkai
Profilaksis; Dehidroergotamin untuk hilngkan stasis vena profundus, aspirin, dextran mengubang fungsi trombosit m
Bedah: trombektomi dengan fogarty kateter, rekonstruksi vena
Emboli pulmo
anis, pasca prosedur bedah

antikoagulan oral spt heparin warfarin, obat peningkat fibrinolitik seperti phenormin fan ethylesterol
CEDERA KEPALA
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tatalaksana
Komplikasi

WHAT TO DO

EPIDURAL HEMATOME
Fraktur Basis Cranii: Racoon's eyes/ periorbital hematoma, rhinorrhea, otorrhea, hallo sign

Primary Survey: ABCDE


Secondary Survey:
1. Klasifikasikan derajat berdasar GCS
Ringan: 14-15
Sedang: 9-13
Berat: <=8
2. Ukur jumlah perdarahan dan tentukan tatalaksana
CT Scan kepala, ambil gambaran perdarahan ukuran terbesar.
Jumlah perdarahan: (panjang x lebar x jumlah slide) : 2
Pada CKS bila perdarahan < 20 cc (KONSERVATIF), bila ICH >20 cc (OPERATIF)
3. Beri antibiotik
Ceftriaxone: yang bisa menembus SDO
4. Beri neuroprotektan, anti edema,
Neuroprotektan: Citicolin (untuk kejadian akut dan anak-anak), Piracetam (meningkatkan vaskularisasi -> meningkat
Antiedema: Mannitol: cairan osmotik yang mengurangi udem cerebri dengan menyerap cairan
5. Cek tanda udem cerebri
Gyrus sulcus menghilang, midline shift, gambaran ventrikel terdesak
6. Cek adanya trauma vertebra lumbosacral
Rontgent vertebra, bila ada trauma bertebra lumbosacral beri Methylprednisolon (MPS) pada 6 jam awal untuk men

Pada kejadi KLL, perdarahan yang sering muncul adalah EDH, yang perdarahan biasanya a.meningea media
Epidural hematom khasnya ada lucid interval, awalnya pingsan karena cederanya terus karena belum parah sadar lagi, nah ba
Intrakranial hematom belum tentu langsung keliatan, sehingga perlu pencitraan serial
CEDERA ARTERI
RUPTUR TENDON
Rupture tendon bukan merupakan suatu kegawatan kalau tidak diikuti oleh rupture arteri disekitarnya.

Tatalaksananya : Tendon repair , untuk tendon penyembuhannya lebih lama bisa mencapai 6 bulan baru bisa nyambung, jadi m
rupture tendonnya belum nyatu malah udah ke absorb duluan

Anda mungkin juga menyukai