Oleh :
1. AAN OKTAVIA Y.L
2. ALEK ISKANDAR
3. ARIA FITRI A.
4. ARIF BUDIMAN
5. LANI PARMA S.
6. METTAWINARI A.
I. Latar Belakang
teknologi informasi, serta populernya penggunaan media sosial, telah menghadirkan bentuk-
kekerasan bebasis gender diartikan sebagai kekerasan langsung pada seseorang yang didasarkan
atas seks atau gender. Ini termasuk tindakan yang mengakibatkan bahaya atau penderitaan fisik,
Kekerasan berbasis gender online (KBGO) atau KBG yang difasilitasi teknologi, sama seperti
kekerasan berbasis gender di dunia nyata, tindak kekerasan tersebut harus memiliki niatan atau
maksud melecehkan korban berdasarkan gender atau seksual. Jika tidak, kekerasan tersebut
terhadap kasus KBG di dunia maya dengan istilah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) berbasis
cyber, yakni kejahatan cyber dengan korban perempuan yang seringkali berhubungan dengan
tubuh perempuan yang dijadikan objek pornografi. Salah satu bentuk kejahatan yang sering
dilaporkan adalah penyebaran foto atau video pribadi di media sosial atau website pornografi.
Sejak 2015, Komnas Perempuan telah memberikan catatan tentang kekerasan terhadap
perempuan yang terkait dengan dunia online, dan menggarisbawahi bahwa kekerasan dan
kejahatan cyber memiliki pola kasus yang semakin rumit. Jumlah laporan yang masuk ke Komnas
laporan-laporan tersebut pada beberapa tipe KBGO, yakni revenge porn, malicious distribution,
cyber harrasment, impersonation, cyber stalking, cyber recruitment, sexting, cyber hacking, and
morphing.
Pada catatan tahun sebelumnya, Komnas Perempuan menerima 65 laporan kasus kekerasan
online (online recruitment).
Sementara itu, dalam Internet Governance Forum dipaparkan bahwa kekerasan berbasis gender
pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan eksploitasi. KBGO juga dapat masuk ke dunia
offline, di mana korban atau penyintas mengalami kombinasi penyiksaan fisik, seksual dan
Jika dilihat berdasarkan bentuk dan jenisnya, ada beberapa macam aktivitas yang dapat
1. Pelanggaran privasi
Beberapa bentuk dari pelanggaran privasi antara lain mengakses, menggunakan, memanipulasi
dan menyebarkan data pribadi, foto atau video tanpa sepengetahuan dan persetujuan. Menggali
dan menyebarkan informasi pribadi seseoran dengan maksud untuk memberikan akses untuk
Memantau, melacak dan mengawasi kegiatan online dan offline, mengunti atau stalkin, sera
3. Perusakan reputasi/kredibilitas
Membuat dan berbagi data pribadi yang keliru dengan tujuan merusak reputasi seseorang,
memanipulasi dan membuat konten palsu, sera mencuri identitas dan berpura-pura menjadi orang
tersebut.
4. Pelecehan
Pelecehan berulang-ulang melalui pesan dan kontak yang tidak diinginkan, ujaran kebencian dan
postingan di media sosial dengan target pada gender atau seksualitas tertentu, penghasutan
terhadap kekerasan fisik, serta penggunaan gambar atan konten online yang tidak senonoh untuk
Meretas situs web, media sosial, atau email organisasi atau komunitas dengan niat jahat, ancaman
intimidasi atau pelecehan oleh sekelompok orang, serta pengungkapan informasi yang sudah
dianonimkan.
Dampak KBGO
Masing-masing korban atau penyintas KBGO mengalami dampak yang berbeda-beda. Beberapa
hal yang mungkin terjadi dan dialami para korban dan penyintas antara lain:
Kerugian psikologis, berupa depresi, kecemasan, dan ketakutan. Ada juga pada titik
tertentu para korban/penyinas menyatakan pikiran bunuh diri sebagai akibat dari bahaya yang
mereka hadapi.
Keterasingan sosial, dengan menarik diri dari kehidupan publik termasuk keluarga dan
teman-teman. Hal ini terutama berlaku untuk perempuan yang foto atau videonya
didistribusikan tanpa persetujuan dan membuat mereka merasa dipermalukan dan diejek di
tempat umum.
Kerugian ekonomi karena kehilangan penghasilan, banyak korban atau penyintas yang
harus kehilangan pekerjaan karena dianggap aib atau karena tidak mampu melanjutkan
Mobilitas terbatas karena kehilangan kemampuan untuk bergerak bebas dan berpartisipasi
Sensor diri terjadi karena hilangnya kepercayaan diri terhadap keamanan dalam
menggunakan teknologi digital, hingga putusnya akses ke informasi, layanan elektronik, dan
Lebih lanjut, KBGO juga berkontribusi terhadap budaya seksisme dan misoginis online, serta
perempuan dan gender minoritas lainnya dengan membatasi kemampuan mereka untuk
mendapatkan manfaat dari aktivitas online, seperti pekerjaan, promosi, dan ekspresi diri.
Apa yang harus dilakukan?
Jika kita merasa menjadi korban KBGO, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya
Bila memungkinkan, dokumentasikan semua hal secara detail. Dokumen yang dibuat dengan
kronologis dapat membantu proses pelaporan dan pengusutan terhadap pihak berwenang. Hal ini
bisa dilakukan dengan membuat tangkapan layar atas semua kejadian yang dialami,
Selain itu, simpan alamat tautan terhadap konten tersebut atau nama akun yang melakukan
KBGO, sertakan waktu kejadian untuk dicatat dalam kronologis. Tim Cyber Crime Investigation
Center (CCIC) Bareskrim Mabes Polri sudah menyatakan screenshot alamat link bisa menjadi
2. Hubungi bantuan
Cari tahu individu, lembaga, organisasi atau institusi terpercaya yang dapat memberikan bantuan.
Sebelumnya, identifikasi terlebih dulu apa yang paling kamu butuhkan saat itu. Jika kamu merasa
butuh bantuan hukum, kamu bisa menghubungi lembaga bantuan hukum (LBH) terdekat dari
tempat tinggal, atau menghubungi LBH APIK (Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan)
melalui lbhapik.or.id.
Sementara itu, jika kamu merasa lebih membutuhkan bantuan konseling untuk kondisi psikologis,
kamu bisa menghubungi psikolog profesional terdekat atau melakukan konseling ke Yayasan
Pulih (yayasanpulih.org).
Komnas Perempuan Indonesia juga menyediakan saluran khusus pengaduan dan rujukan untuk
korban kekerasan seksual atau kekerasan berbasis gender baik online atau offline melalui telepon
yang dianggap atau telah mencurigakan, membuat tidak nyaman, atau mengintimidasi melalui
fitur ‘laporkan akun’ di masing-masing media sosial atau digital platform lainnya.