Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah :
Dosen Pengampu :

Oleh :
1. AAN OKTAVIA Y.L
2. ALEK ISKANDAR
3. ARIA FITRI A.
4. ARIF BUDIMAN
5. LANI PARMA S.
6. METTAWINARI A.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MALAHAYATI
2021
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)

I. Latar Belakang

Di tengah semakin luasnya jangkauan internet, canggihnya perkembangan dan penyebaran

teknologi informasi, serta populernya penggunaan media sosial, telah menghadirkan bentuk-

bentuk baru kekerasan berbasis gender (KBG).

Berdasarkan definisi Komisioner Tinggi Persatuan Bangsa-bangsa untuk Pengungsi (UNHCR),

kekerasan bebasis gender diartikan sebagai kekerasan langsung pada seseorang yang didasarkan

atas seks atau gender. Ini termasuk tindakan yang mengakibatkan bahaya atau penderitaan fisik,

mental atau seksual, ancaman, paksaan, dan penghapusan kemerdekaan.

Kekerasan berbasis gender online (KBGO) atau KBG yang difasilitasi teknologi, sama seperti

kekerasan berbasis gender di dunia nyata, tindak kekerasan tersebut harus memiliki niatan atau

maksud melecehkan korban berdasarkan gender atau seksual. Jika tidak, kekerasan tersebut

masuk dalam kategori kekerasan umum di dunia maya.

Komisi Nasional Antikekerasan pada Perempuan (Komnas Perempuan) mememiliki terminologi

terhadap kasus KBG di dunia maya dengan istilah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) berbasis

cyber, yakni kejahatan cyber dengan korban perempuan yang seringkali berhubungan dengan

tubuh perempuan yang dijadikan objek pornografi. Salah satu bentuk kejahatan yang sering

dilaporkan adalah penyebaran foto atau video pribadi di media sosial atau website pornografi.

Sejak 2015, Komnas Perempuan telah memberikan catatan tentang kekerasan terhadap

perempuan yang terkait dengan dunia online, dan menggarisbawahi bahwa kekerasan dan

kejahatan cyber memiliki pola kasus yang semakin rumit. Jumlah laporan yang masuk ke Komnas

Perempuan juga cenderung terus bertambah tiap tahunnya.


Berdasarkan data pada catatan tahunan Komnas Perempuan 2019, sepanjang 2018 ada sebanyak

97 laporan kekerasan yang terjadi di dunia maya. Komnas Perempuan mengklasifikasikan

laporan-laporan tersebut pada beberapa tipe KBGO, yakni revenge porn, malicious distribution,

cyber harrasment, impersonation, cyber stalking, cyber recruitment, sexting, cyber hacking, and

morphing.

Pada catatan tahun sebelumnya, Komnas Perempuan menerima 65 laporan kasus kekerasan

terhadap perempuan di dunia maya. Bentuk-bentuknya berupa pendekatan untuk memperdaya

(cyber-grooming), pelecehan online (cyber harassment), peretasan (hacking), konten ilegal

(illegal content), pelanggaran privasi (infringement of privacy),  ancaman distribusi foto/video

pribadi (malicious distribution), pencemaran nama baik (online defamation), dan rekrutmen

online (online recruitment).

Sementara itu, dalam Internet Governance Forum dipaparkan bahwa kekerasan berbasis gender

online mencakup spektrum perilaku, termasuk penguntitan, pengintimidasian, pelecehan seksual,

pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan eksploitasi. KBGO juga dapat masuk ke dunia

offline, di mana korban atau penyintas mengalami kombinasi penyiksaan fisik, seksual dan

psikologis, baik secara online maupun langsung di dunia nyata.

Contoh Rumusan Masalah dan Tujuan Makalah


Berikut salah satu contoh rumusan masalah yang bisa kalian jadikan referensi berdasarkan dari
buku Cerdas Menulis Karya Ilmiah:
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini dipaparkan rumusan
masalah dalam makalah.
1. Bagaimanakah bentuk aktvitas yang termasuk ke dalam KBGO?
2. Bagaimanakah dampak KBGO dalam kehidupan bagi korban?
3. Hal – hal apa saja yang harus dilakukan jika anda menjadi korban KBGO?
PEMBAHASAN

Aktivitas-aktivitas yang termasuk KBGO

Jika dilihat berdasarkan bentuk dan jenisnya, ada beberapa macam aktivitas yang dapat

dikategorikan sebagai KBGO.

1. Pelanggaran privasi

Beberapa bentuk dari pelanggaran privasi antara lain mengakses, menggunakan, memanipulasi

dan menyebarkan data pribadi, foto atau video tanpa sepengetahuan dan persetujuan. Menggali

dan menyebarkan informasi pribadi seseoran dengan maksud untuk memberikan akses untuk

tujuan jahat (doxxing).

2. Pengawasan dan pemantauan

Memantau, melacak dan mengawasi kegiatan online dan offline, mengunti atau stalkin, sera

menggunakan GPS atau geo-locator lainnya untuk melacak pergerakan target.

3. Perusakan reputasi/kredibilitas

Membuat dan berbagi data pribadi yang keliru dengan tujuan merusak reputasi seseorang,

memanipulasi dan membuat konten palsu, sera mencuri identitas dan berpura-pura menjadi orang

tersebut.

4. Pelecehan

Pelecehan berulang-ulang melalui pesan dan kontak yang tidak diinginkan, ujaran kebencian dan

postingan di media sosial dengan target pada gender atau seksualitas tertentu, penghasutan

terhadap kekerasan fisik, serta penggunaan gambar atan konten online yang tidak senonoh untuk

merendahkan perempuan atau gender lainnya.

5. Ancaman dan kekerasan langsung

Perdagangan perempuan melalui penggunaan teknologi, pemerasan dengan ancaman seksual

(sekstorsi), peniruan atau impersonasi yang mengakibatkan serangan fisik.


6. Serangan yang ditargetkan ke komunitas tertentu

Meretas situs web, media sosial, atau email organisasi atau komunitas dengan niat jahat, ancaman

langsung kekerasan terhadap anggota komunitas/organisasi, pengepungan (mobbing) untuk

intimidasi atau pelecehan oleh sekelompok orang, serta pengungkapan informasi yang sudah

dianonimkan.

Dampak KBGO

Masing-masing korban atau penyintas KBGO mengalami dampak yang berbeda-beda. Beberapa

hal yang mungkin terjadi dan dialami para korban dan penyintas antara lain:

 Kerugian psikologis, berupa depresi, kecemasan, dan ketakutan. Ada juga pada titik

tertentu para korban/penyinas menyatakan pikiran bunuh diri sebagai akibat dari bahaya yang

mereka hadapi.

 Keterasingan sosial, dengan menarik diri dari kehidupan publik termasuk keluarga dan

teman-teman. Hal ini terutama berlaku untuk perempuan yang foto atau videonya

didistribusikan tanpa persetujuan dan membuat mereka merasa dipermalukan dan diejek di

tempat umum.

 Kerugian ekonomi karena kehilangan penghasilan, banyak korban atau penyintas yang

harus kehilangan pekerjaan karena dianggap aib atau karena tidak mampu melanjutkan

pekerjaan dengan kondisi psikologis dan fisik yang membutuk.

 Mobilitas terbatas karena kehilangan kemampuan untuk bergerak bebas dan berpartisipasi

dalam ruang online dan offline.

 Sensor diri terjadi karena hilangnya kepercayaan diri terhadap keamanan dalam

menggunakan teknologi digital, hingga putusnya akses ke informasi, layanan elektronik, dan

komunikasi sosial atau profesional.

Lebih lanjut, KBGO juga berkontribusi terhadap budaya seksisme dan misoginis online, serta

melanggengkan ketidaksteraan gender di ranah offline. Pelecehan dan KBGO merugikan

perempuan dan gender minoritas lainnya dengan membatasi kemampuan mereka untuk

mendapatkan manfaat dari aktivitas online, seperti pekerjaan, promosi, dan ekspresi diri.
Apa yang harus dilakukan?

Jika kita merasa menjadi korban KBGO, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya

untuk menyelamatkan diri.

1. Dokumentasikan hal-hal yang terjadi

Bila memungkinkan, dokumentasikan semua hal secara detail. Dokumen yang dibuat dengan

kronologis dapat membantu proses pelaporan dan pengusutan terhadap pihak berwenang. Hal ini

bisa dilakukan dengan membuat tangkapan layar atas semua kejadian yang dialami,

misalnya chat, postingan di media sosial, dll.

Selain itu, simpan alamat tautan terhadap konten tersebut atau nama akun yang melakukan

KBGO, sertakan waktu kejadian untuk dicatat dalam kronologis. Tim Cyber Crime Investigation

Center (CCIC) Bareskrim Mabes Polri sudah menyatakan screenshot alamat link bisa menjadi

barang bukti yang sah.

2. Hubungi bantuan

Cari tahu individu, lembaga, organisasi atau institusi terpercaya yang dapat memberikan bantuan.

Sebelumnya, identifikasi terlebih dulu apa yang paling kamu butuhkan saat itu. Jika kamu merasa

butuh bantuan hukum, kamu bisa menghubungi lembaga bantuan hukum (LBH) terdekat dari

tempat tinggal, atau menghubungi LBH APIK (Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan)

melalui lbhapik.or.id.

Sementara itu, jika kamu merasa lebih membutuhkan bantuan konseling untuk kondisi psikologis,

kamu bisa menghubungi psikolog profesional terdekat atau melakukan konseling ke Yayasan

Pulih (yayasanpulih.org).

Komnas Perempuan Indonesia juga menyediakan saluran khusus pengaduan dan rujukan untuk

korban kekerasan seksual atau kekerasan berbasis gender baik online atau offline melalui telepon

di 021–3903963 dan 021–80305399 atau melalui surel ke mail@komnasperempuan.go.id.

3. Lapor dan blokir pelaku


Di ranah online, korban melalui opsi untuk melaporkan dan memblokir pelaku atau akun-akun

yang dianggap atau telah mencurigakan, membuat tidak nyaman, atau mengintimidasi melalui

fitur ‘laporkan akun’ di masing-masing media sosial atau digital platform lainnya.

Anda mungkin juga menyukai