TENTANG
“DAMPAK PERSALINAN TERHADAP STATUS
KESEHATAN MENTAL PEREMPUAN”
Disusun oleh :
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, pencipta alam semesta, Allah SWT
yang karenan-Nya terlepas simpul kesulitan, dari-Nya diperoleh jalan keluar menuju
jalan keselamatan, yang telah menganugerahkan Rahmat serta Inayah-Nya kepada
saya sehingga makalah saya dengan judul pembahasan ”DAMPAK PERSALINAN
TERHADAP STATUS KESEHATAN MENTAL PEREMPUAN” ini dapat terselesaikan
walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Semoga shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada hambah-Nya yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam,
sang revolusioner sejati yang telah mengantarkan kita dari pengetahuan klasik
sampai kepada pengetahuan Modern yaitu Baginda Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah “PSIKOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS ”. Makalah ini tidak akan
pernah terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu,
saya menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak.
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini, masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini.
Mukhairoh Ikhfa
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................... i
A. Latar Belakang........................................................... iv
BAB II : PEMBAHASAN............................................................... v
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami jadikan sebagai rumusan masalah,
adalah :
1. Bagaimana perkembangan emosi ibu hamil dalam masa persalinan ?
2. Bagaimana resiko depresi ibu hamil sesudah persalinan ?
3. Bagaimanakah keadaan emosi ibu hamil setelah persalinan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut hasil penelitian Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dari
Musbikin tentang pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses
persalinan, yaitu menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang
sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan
berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang
memerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan.
Ibu-Ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung
lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula
bahwa kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan
dan menjauhkan sang
ibu dari stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran
dan persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara
psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik
(Musbikin, 2005).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Anita satriani pada tahun 2013
di Wilayah Puskesmas DoplangKabupaten Blora dengan melakukan
wawancara terhadap 9 perempuan pascamelahirkan, 6 orang merasa senang dan
bahagia, 3 di antaranyamenyatakan bahwa dirinya merasa tertekan dengan
kehadiran bayi yang barudilahirkan. Satu dari tiga ibu tersebut menyatakan
bahwa dirinya belum siapmenerima kelahiran putra pertamanya karena merasa
dirinya masih terlalumuda dengan pernikahan yang dipaksakan oleh orang tua.
Responden keduamenyatakan bahwa kelahiran anak keduanya ini terlalu dekat
dengan anakpertama yang hanya berselisih 16 bulan sehingga merasa takut dan
khawatirkalau tidak bisa mengasuh keduanya, dan responden ketiga merasa
sudahcapek mengurusi anak karena kelahiran kali ini adalah yang keenam.
Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan rasa tidak nyaman dalam diri ibu
yang barumelahirkan ini. Tanda-tanda perasaan tertekan, susah tidur, rasa
malu, rasatakut dan sebagainya juga menunjukkan bahwa ibu-ibu ini
mengalami stress pada persalinannya.
a. Abandonment
Perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat setelah persalinan,
sebagai pusat perhatian semua orang menanyakan keadaan dan
kesehatannya. Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di sekitar
mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada bayi. Saat pulang kerumah,
ayah akan merasakan hal yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih
fokus pada bayi. Perawat harus membicarakan hal ini pada ayah dan ibu
secara bersamaan, bagaimanapun juga peran orang tua adalah sama dalam
perawatan bayi. Melakukan perawatan bayi secara bersamaan akan
membantu orang tua memiliki peran yang sama dalam perawatan bayi.
b. Disappointment
Perasaan kecewa terhadap kondisi bayi karena tidak sesuai yang
diharapkan saat hamil. Orang tua yang menginginkan bayi yang putih,
berambut keriting, dan selalu tersenyum akan merasa kecewa ketika
mendapati bayinya berkulit gelap, berambut tipis dan menangis terus.
Perawat harus membantu orang tua untuk dapat menerima bayinya, dengan
menunjukkan kelebihan-kelebihan bayi, seperti, sehat, mata yang bersinar
dan kondisi yang lengkap tanpa cacat.
c. Pospartum Blues
80% wanita post partum mengalami perasaan sedih yang tidak
mengetahui alasan mengapa sedih.
Ibu sering menangis dan sensitif. Pospartal blues juga dikenal sebagai
baby blues. Hal ini dapat disebabkan karena penurunan kadar estrogen
dan progesteron.
Pada beberapa wanita dapat disebabkan karena respon dari
ketergantugan pada orang lain akibat kelelahan, jauh dari rumah dan
ketidaknyamanan fisik. Jika hal ini berlanjut maka ibu perlu dikonsulkan
ke psikiatri agar tidak berlanjut ke depresi.
Disamping itu adapun masalah- masalah psikologis pada masa nifas, yakni : Baby
Blues, Depresi Post Partum dan Psikosa Post Partum. Maka dari itu dukungan
suami dan keluarga masih terus diperlukan olehibu. Suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi,mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak
telaluterbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehinggamendapatkan
kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi pada umumnya memberikan
arti emosional yang besar pada setiap wanita, dan juga pada kedua orang
tuanya. Wanita-wanita hamil pada umumnya dihinggapi keinginan-keinginan
dan kebiasaan yang aneh-aneh serta irrasional, yang disebut sebagai
peristiwa "mengidam". Peristiwa ini biasanya disertai emosi-emosi yang kuat,
oleh sebab itu wanita yang bersangkutan jadi sangat perasa, sehingga mudah
terganggu keseimbangan mentalnya (Kartono, 2007).
Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses
melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu,
terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman
melahirkan. Rasa cemas, panik, dan takut yang melanda ibu dengan semua
ketidakpastian serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat
mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses
persalinan. Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses
kelahiran yang aman untuk dirinya dan bayinya.
B. Saran
Dalam proses menghadapi persalinan dan nifas, untuk menghindari
terjadinya gangguan psikologi maka diperlukan dukungan keluarga atau
suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa
persalinan dan nifas dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga
serta memberikan bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk, 2005.Psikologi Pada Persalinan Dan Postpartum Edisi 4. Penerbit : EGC.
Jakarta
Dayakisni & Yuniardi, 2012. Bebas Stress Usai Melahirkan. Penerbit : Javalitera. Jogjakarta
Supiati, Murwat. 2014. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi depresi
postpartum. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.Volume 3 No 2 November 2014, hlm
106-214.
Iskandar. 2009. Penerapan Edinburgh Postpartum Depression Scale sebagai alat deteksi
resiko depresi nifas pada primipara dan multipara. JurnalKeperawatan Indonesia
Vol.14, no 2, juli 2011; hal 95-100.
Sosa, Roberto. 2001.yang dikutip dari Musbikin tentang pendamping atau kehadiran orang
kedua dalam proses persalinan,
Saifuddin. 2001. Problem Psikologis Pasien Pra dan Pasca Melahirkan dan Solusinya
dengan Bimbingan Rohani Islam. Skripsi. Universitas Walisongo
Sjafriani, 2007. Psikologi Ibu Dan Anak P. 45k. Penerbit : Fitramaya. Yogyakarta