Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INDIVIDU

TENTANG
“DAMPAK PERSALINAN TERHADAP STATUS
KESEHATAN MENTAL PEREMPUAN”

Disusun oleh :

Nama : Mukhairoh Ikhfa


Nim : 19101023
Prodi : S1 Kebidanan
Dosen : Rina Yulviana,SKM,M.Kes
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, pencipta alam semesta, Allah SWT
yang karenan-Nya terlepas simpul kesulitan, dari-Nya diperoleh jalan keluar menuju
jalan keselamatan, yang telah menganugerahkan Rahmat serta Inayah-Nya kepada
saya sehingga makalah saya dengan judul pembahasan ”DAMPAK PERSALINAN
TERHADAP STATUS KESEHATAN MENTAL PEREMPUAN” ini dapat terselesaikan
walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Semoga shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada hambah-Nya yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam,
sang revolusioner sejati yang telah mengantarkan kita dari pengetahuan klasik
sampai kepada pengetahuan Modern yaitu Baginda Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah “PSIKOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS ”. Makalah ini tidak akan
pernah terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu,
saya menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak.
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini, masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini.

pekanbaru, 26 Maret 2020

Mukhairoh Ikhfa
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN...................................................... ........ iv

A. Latar Belakang........................................................... iv

B. Rumusan Masalah ..................................................... iv

BAB II : PEMBAHASAN............................................................... v

A. perkembangan emosi ibu hamil dalam masa persalinan v

B. resiko depresi ibu hamil sesudah persalinan ............. vii

C. keadaan emosi ibu hamil setelah persalinan ............. x

BAB III : PENUTUP ..................................................................... xiii

A. Kesimpulan ............................................................... xiii

B. Saran ......................................................................... xiii

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... xiv


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,


tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinya sehingga memerlukan
pengawasan,pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh perempuan dalam menghadapiaktivitas
dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama
setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis.
Salah satu yang harus di persiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan danketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui
saat-saatpersalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungandari
orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akanmembantu
memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan.Keluarga baik dari orang
tua maupun suami merupakan bagianterdekat bagi calon ibu yang dapat
memberikan pertimbangan sertabantuan sehingga bagi ibu yang akan melahirkan
merupakan motivasitersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapipersalinan dan pasca bersalin/nifas (Sjafriani, 2007).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami jadikan sebagai rumusan masalah,
adalah :
1. Bagaimana perkembangan emosi ibu hamil dalam masa persalinan ?
2. Bagaimana resiko depresi ibu hamil sesudah persalinan ?
3. Bagaimanakah keadaan emosi ibu hamil setelah persalinan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan emosi ibu hamil dalam masa persalinan

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia


tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan
kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan
kekhawatirannya jika ditanyai. Dari beberapa problem psikologis pra
melahirkan yang telah ditemukan dilapangan, maka akan dikorelasikan
dengan yang disampaikan oleh Yanti (2009: 38) yaitu problem pra
melahirkan diantaranya:

1. Meningkatnya kecemasan, semakin meningkatnya kecemasan maka


intensitas nyeri semakin tinggi,
2. Kelelahan, kehabisan tenaga, dan kekhawatiran ibu mengakibatkan
intensitas nyeri semakin kuat mengakibatkan siklus stres-nyeri-stres
sehingga ibu tidak mampu bertahan lagi,
3. Stres melahirkan juga terjadi pada janin yang berakibat makin lamanya
proses persalinan sehingga mengakibatkan kegawatan pada bayi,
4. Meningkatnya plasma kortisol yang berakibat menurunnya respon
imun ibu dan janin sehingga stres bisa membahayakan ibu dan bayi.

Oleh sebab itu, problem yang sering ditemukan sesuai dengan


materinya yakni : Pertama, kecemasan yang berlebihan akan
meningkatkan rasa nyeri, itu sesuai dengan data di lapangan bahwa
problem psikologis pasien pra melahirkan yaitu kondisi psikis yang
dipengaruhi oleh kondisi fisik yang tidak baik. Kedua, pada saat
melahirkan tidak didampingi oleh keluarga dan suami, maka akan terjadi
stress pada pasien sehingga akan mempengaruhi stress pada janin yang
berakibat semakin lama proses pesalinan.Dukungan psikologis dari orang-
orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang
sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan
menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi
sentuhan, memberi penenangan yang non farmakologi, memberi analgesia
jika diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah
bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang
positif proses persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009, p.
45).
Dalam mengatasi perasaan takut dalam persalinan, ibu
dapatmengatasinya dengan meminta keluarga atau suami untuk
memberikansentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan
dapatberjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikandorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/
keluarga sertamemberikan bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan
keyakinan.

Menurut hasil penelitian Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dari
Musbikin tentang pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses
persalinan, yaitu menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang
sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan
berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang
memerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan.
Ibu-Ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung
lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula
bahwa kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan
dan menjauhkan sang
ibu dari stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran
dan persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara
psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik
(Musbikin, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian Susianawati (2009) menyatakan


bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pendampingan suami terhadap
tingkat kecemasan ibu selama proses persalinan normal. Partisipasi suami
yang cukup tinggi dalam pendampingan istri menunjukkan bahwa suami
menyadari akan peran yang bisa dilakukannya dalammemberikan
dukungan fisik dan dorongan moral kepada istri yang sedang melahirkan.
Sehingga diperlukan dukungan suami selama proses persalinan istrinya.

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para


ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain
merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan
menyenangkan karena si kecil yangselama sembilan bulan bersembunyi di
dalam perut anda akan muncul terlahir kedunia. Di sisi lain persalinan juga
menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang
proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu
banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.Gangguan yang
terjadi pada seorang ibu menjelang persalinan, yang bersumber pada rasa
takut & sakit pada fisik yg teramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi
perubahan , baik fisik maupun psikologis. Begitu juga pada ibu bersalin,
perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang
namun ia perlu memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong
persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama
persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadipada dirinya.Perubahan psikologis
selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.

Perubahan psikologis pada kala satu, beberapa keadaan dapat terjdi


pada ibu dalam persalinan, trauma bagi ibu yang pertama kali melahirkan,
perubahan-perubahan yang di maksud adalah:

a. Perasaan tidak enak.


b. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang di hadapi.
c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain
apakah persalinan berjalan normal atau tidak
d. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
f. Apakah bayi normal atau tidak.
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu cemas.

Perlu diketahui, ketika mengandung bahkan setelah melahirkan terjadi


“fluktuasi” hormonal dalam tubuh. Hal inilah yang antara lain
menyebabkan terjadinya gangguan psikologis pada ibu yang baru
melahirkan.

a. Kurangnya persiapan mental


Yang dimaksud di sini adalah kondisi psikis atau mental yang kurang
dalam menghadapi berbagai kemungkinan seputar peran ganda
merawat bayi, pasangan,dan diri sendiri. Terutama hal-hal baru dan
“luar biasa” yang bakal dialami setelah melahirkan. Ini tentunya dapat
menimbulkan masalah. Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama
berminggu-minggu terakhir masa kehamilan itu menimbulkan banyak
gangguan psikis dan pada akhirnya meregangkan jalinan hubungan ibu
dan anak yang semula tunggal dan harmonis. Maka beban inilah yang
menjadi latar belakang dari impuls-impuls emosional yang diwarnai
oleh sikap permusuhan terhadap bayinya. Lalu ibu tersebut
mengharapkan jika bayi yang dikandungnya untuk segera dikeluarkan
dari rahimnya.
b. Gangguan bounding attachment
Pengertian bounding attachmet/ keterikatan awal/ ikatan batin adalah
suatu proses dimana sebagai hasil dari interaksi terus menerus antara
bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan
(Kartono, 2010).
B. Resiko depresi ibu hamil sesudah persalinan

Gangguan psikologis pada perempuan pasca melahirkan ini


sebenarnyaterjadi pada sekitar 30-75% ibu melahirkan (Herman, 2009). Tahun
2016,ditemukan 3 kasus penderita depresi pasca melahirkan dan depresi itu
sudahmasuk ke dalam jenis kelainan jiwa berat. Sementara depresi-depresi
yangringan tidak terekspos semua, sementara di AS, sekitar dua dari 1.000
ibuyang mengalami depresi pasca melahirkan (postpartum depression)
beranjakmenjadi penderita postpartum psychosis yang ditunjukkan dengan
kelainan jiwa.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Anita satriani pada tahun 2013
di Wilayah Puskesmas DoplangKabupaten Blora dengan melakukan
wawancara terhadap 9 perempuan pascamelahirkan, 6 orang merasa senang dan
bahagia, 3 di antaranyamenyatakan bahwa dirinya merasa tertekan dengan
kehadiran bayi yang barudilahirkan. Satu dari tiga ibu tersebut menyatakan
bahwa dirinya belum siapmenerima kelahiran putra pertamanya karena merasa
dirinya masih terlalumuda dengan pernikahan yang dipaksakan oleh orang tua.
Responden keduamenyatakan bahwa kelahiran anak keduanya ini terlalu dekat
dengan anakpertama yang hanya berselisih 16 bulan sehingga merasa takut dan
khawatirkalau tidak bisa mengasuh keduanya, dan responden ketiga merasa
sudahcapek mengurusi anak karena kelahiran kali ini adalah yang keenam.
Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan rasa tidak nyaman dalam diri ibu
yang barumelahirkan ini. Tanda-tanda perasaan tertekan, susah tidur, rasa
malu, rasatakut dan sebagainya juga menunjukkan bahwa ibu-ibu ini
mengalami stress pada persalinannya.

Masa nifas merupakan masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai


enam minggu berikutnya. Bila ibu gagal beradaptasi terhadap perubahan yang
dialamiunya maka kemungkinan dapat terjadi masalah gangguan kesehatan
jiwa, Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali
ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah marah,
gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post
partum bevariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu
mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa
awal post partum, yang disebut dengan “baby blues/ maternity blues”.
Gangguan post partum yang paling berat disebut “psikosis/psikosa post partum
atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut terdapat keadaan
yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu “depressi post
partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)

Selain itu Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yangharus


dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yangbaru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnyamerupakan dukungan positif
untuk ibu.

Dalam menjalani adaptasisetelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-


fase, adapun fase adaptasi menurut revan rubi, sebagai berikut :
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode iniberlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibuakan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminyadari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara
tentang dirinya sendiri.Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase
ini seperti rasamules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakansesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin
dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewatifase ini
dengan baik. Adapun Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu
pada fase ini adalah:
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

2). Fase taking hold


Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 harisetelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akanketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggungdan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasidengan ibu. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkankepercayaan diri ibu.Bagi petugas
kesehatan pada fase ini merupakankesempatan yang baik untuk
memberikan berbagai penyuluhan danpendidikan kesehatan yang
diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalahmengajarkan cara merawat bayi, cara
menyusu yang benar, caramerawat luka jahitan, senam nifas, memberikan
pendidikankesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan
diri dan lain-lain.

3). Fase letting go


Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawabakan peran barunya.
Fase ini berlangsung sepuluh hari setelahmelahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri denganketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa
bayi butuh disusuisehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat
padafase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya.Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya
akansangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan
diri dan bayinya.Pada fase ini ibu mengalami 2 perpisahan, yaitu:
a. Mengerti dan menerima bentuh fisik dari bayinya
b. Melepaskan peran ibu sebelum memiliki anak, menjadi ibu yang
merawat anak.
C. Keadaan emosi ibu hamil setelah persalinan

a. Abandonment
Perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat setelah persalinan,
sebagai pusat perhatian semua orang menanyakan keadaan dan
kesehatannya. Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di sekitar
mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada bayi. Saat pulang kerumah,
ayah akan merasakan hal yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih
fokus pada bayi. Perawat harus membicarakan hal ini pada ayah dan ibu
secara bersamaan, bagaimanapun juga peran orang tua adalah sama dalam
perawatan bayi. Melakukan perawatan bayi secara bersamaan akan
membantu orang tua memiliki peran yang sama dalam perawatan bayi.

b. Disappointment
Perasaan kecewa terhadap kondisi bayi karena tidak sesuai yang
diharapkan saat hamil. Orang tua yang menginginkan bayi yang putih,
berambut keriting, dan selalu tersenyum akan merasa kecewa ketika
mendapati bayinya berkulit gelap, berambut tipis dan menangis terus.
Perawat harus membantu orang tua untuk dapat menerima bayinya, dengan
menunjukkan kelebihan-kelebihan bayi, seperti, sehat, mata yang bersinar
dan kondisi yang lengkap tanpa cacat.

c. Pospartum Blues
 80% wanita post partum mengalami perasaan sedih yang tidak
mengetahui alasan mengapa sedih.
 Ibu sering menangis dan sensitif. Pospartal blues juga dikenal sebagai
baby blues. Hal ini dapat disebabkan karena penurunan kadar estrogen
dan progesteron.
 Pada beberapa wanita dapat disebabkan karena respon dari
ketergantugan pada orang lain akibat kelelahan, jauh dari rumah dan
ketidaknyamanan fisik. Jika hal ini berlanjut maka ibu perlu dikonsulkan
ke psikiatri agar tidak berlanjut ke depresi.

Disamping itu adapun masalah- masalah psikologis pada masa nifas, yakni : Baby
Blues, Depresi Post Partum dan Psikosa Post Partum. Maka dari itu dukungan
suami dan keluarga masih terus diperlukan olehibu. Suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi,mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak
telaluterbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehinggamendapatkan
kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi pada umumnya memberikan
arti emosional yang besar pada setiap wanita, dan juga pada kedua orang
tuanya. Wanita-wanita hamil pada umumnya dihinggapi keinginan-keinginan
dan kebiasaan yang aneh-aneh serta irrasional, yang disebut sebagai
peristiwa "mengidam". Peristiwa ini biasanya disertai emosi-emosi yang kuat,
oleh sebab itu wanita yang bersangkutan jadi sangat perasa, sehingga mudah
terganggu keseimbangan mentalnya (Kartono, 2007).

Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses
melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu,
terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman
melahirkan. Rasa cemas, panik, dan takut yang melanda ibu dengan semua
ketidakpastian serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat
mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses
persalinan. Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses
kelahiran yang aman untuk dirinya dan bayinya.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peran penting


dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan
sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses
berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negative bagi ibu pada saat proses persalinan maupun pasca
bersalin.

B. Saran
Dalam proses menghadapi persalinan dan nifas, untuk menghindari
terjadinya gangguan psikologi maka diperlukan dukungan keluarga atau
suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa
persalinan dan nifas dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga
serta memberikan bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk, 2005.Psikologi Pada Persalinan Dan Postpartum Edisi 4. Penerbit : EGC.
Jakarta

Dayakisni & Yuniardi, 2012. Bebas Stress Usai Melahirkan. Penerbit : Javalitera. Jogjakarta

Kartono. 2010.Budaya bersumber dari cerita turun menurun dalam masyarakat


kepercayaan.Penerbit : Alfabeta. Bandung

Supiati, Murwat. 2014. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi depresi
postpartum. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.Volume 3 No 2 November 2014, hlm
106-214.

Herman. 2009. Prevalence Of Depression Among Postpartum Women. Journal of Nursing

Iskandar. 2009. Penerapan Edinburgh Postpartum Depression Scale sebagai alat deteksi
resiko depresi nifas pada primipara dan multipara. JurnalKeperawatan Indonesia
Vol.14, no 2, juli 2011; hal 95-100.

Sosa, Roberto. 2001.yang dikutip dari Musbikin tentang pendamping atau kehadiran orang
kedua dalam proses persalinan,

Wikipedia.org. 2015. Diakses tanggal 05 Maret 2018

Mochtar. 2013. Postpartum Depression In Asian Culture . Journal ofNursing studies.

Saifuddin. 2001. Problem Psikologis Pasien Pra dan Pasca Melahirkan dan Solusinya
dengan Bimbingan Rohani Islam. Skripsi. Universitas Walisongo

Sjafriani, 2007. Psikologi Ibu Dan Anak P. 45k. Penerbit : Fitramaya. Yogyakarta

Aryasatiani. 2005. Asuhan kebidanan persalinan. Penerbit : Pustaka Rihama. Yogyakarta:

Susianawati. 2009.Pengaruh pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu selama


proses persalinan normal.

Anda mungkin juga menyukai