Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

HISPRUNG

DISUSUN OLEH :

DWI AJENG PRAWINDA (2019205201060)

FADIL AHMADI (2019205201099)

KELAS : 2B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2021

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyusun “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hisprung”.

Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Desi Kurniawati, M.Kep, Sp. Kep. An selaku Dosen
Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing kami dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini. Asuhan keperawatan ini telah diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan
sebaik mungkin, namun kami sebagai penyusun menyadari bahwa tidak ada karya yang sempurna,
untuk itu semua kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan, sebagai bahan untuk
penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi para pembaca serta mendapat Ridha disisi
Allah, dan dapat menjadi salah satu referensi dalam ilmu kesehatan.

Pringsewu, Maret 2021

Penulis

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 2


DAFTAR ISI Hal
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
KONSEP PENYAKIT iv
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan 2
Diagnosa Keperawatan 7
Rencana Keperawatan 8
DAFTAR PUSTAKA v

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 3


BAB 1

KONSEP PENYAKIT

A. KONSEP DASAR

1. Definisi Hisprung

Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini


merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi,
karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya
sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-
beda untuk setiap individu.

Penyakit hirschsprung atau megakolon kongenital adalah tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan. (Betz &
Sowden, 1987 : 196).

Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada
usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 2005 : 220)

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat
lahir < 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000).

Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik


karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong, 2003 : 507).

2. Pembagian Penyakit Hirschprung

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 4


Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :

1. Penyakit Hirschprung segmen pendek

Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan.

2. Penyakit Hirschprung segmen panjang

Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan. (Ngastiyah, 2005 : 219).

3. Etiologi Hirschsprung
1. Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
2. Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
3. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 )

1. Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”.


2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada myenterik dan submukosa dinding pleksus.

(Suriadi, 2001 : 242)

4. Patofisiologi / pathway

Absensi ganglion Meissner dan Auerbach

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 5


Mual, muntah, Usus spastis dan Obstipasi, tidak
diare daya dorong tidak ada mekonium
ada

Distensi Gangguan
Nutrisi kurang Volume
abdomen hebat pola BAB
dari kebutuhan cairan tubuh
tubuh

Perubahan status Gangguan rasa nyaman


kesehatan anak nyeri
Pembedahan

Koping keluarga
Resti gangguan Resiko injuri tidak efektif
integritas kulit
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).

5. Manifestasi Klinis

1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.


2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti
pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 6


5. Gangguan pertumbuhan.

(Suriadi, 2001 : 242)

1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluasi
mekonium.
2. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara
spontan maupun dengan edema.
3. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare
berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5. Gejala hanya konstipasi ringan.

(Mansjoer, 2000 : 380)

 Masa Neonatal :

1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.


2. Muntah berisi-empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen.

 Masa bayi dan anak-anak :

1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh

(Betz, Sowden 2002 : 197)

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 7


6. Komplikasi
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pasca bedah)
4. Inkontinensia (jangka panjang)

(Betz, 2002 : 197)

1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi

(Suriadi, 2001 : 241)

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsi otot rektum, yakni pengambilan lapisan otot rektum, dilakukan dibawah
narkose. Pemeriksaan ini bersifat traumatik.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap. Pada penyakit
ini khas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.

(Ngatsiyah, 2005 : 220)

1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.


2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 8


(Betz, 2002 : 197).

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan bedah

Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop atau
double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali
normal (memerlukan waktu 3-4 bulan), bila umur bayi itu antara 6-12 bulan, 1 dari 3
prosedur berikut harus dilakukan :

1. Prosedur Duhamel : penarikan kolon normal kearah bawah dan


menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, menciptakan dinding ganda
yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik
tersebut.
2. Prosedur Swenson : Bagian kolon aganglionik dibuang kemudian dilakukan
anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi.
3. Prosedur soave      : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon
yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa. (Betz. Sowden 2002 : 197)

2. Penatalaksanaan keperawatan

Masalah utama adalah terjadinya gangguan defekasi (obstipasi). Perawatan yang dilakukan
adalah melakukan spuling dengan air garam fisiologis hangat setiap hari (bila ada persetujuan
dokter) dan mempertahankan kesehatan pasien dengan memberi makanan yang cukup bergizi
serta mencegah terjadinya infeksi. (Ngastiyah 2005 : 220)

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 9


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

 Identitas pasien
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Suku/bangsa :
5. Agama :
6. Status perkawinan :
7. Pendidikan/pekerjaan :
8. Alamat :
9. Tanggal MRS :
10. No.Register :

 Keluhan utama

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 10


Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada
klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.

 Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan
kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.

 Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi
abdomen dan muntah hijau atau fekal.

Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien
mengatasi masalah tersebut.

 Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.

 Riwayat Nutrisi

meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.

 Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri.

 Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.

 Riwayat kebiasaan sehari-hari

Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

 Pemeriksaan Fisik

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 11


1. Sistem integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil,
warna kulit, edema kulit.

2. Sistem respirasi

Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan

3. Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi
denyut nadi / apikal.

4. Sistem penglihatan

Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata

5. Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung
pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah)
adanya keram, tendernes.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya
daya dorong.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah dan pembatasan
diit.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak dan rencana
pembedahan.

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 12


5. Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.

6. Risiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.

C. Intervensi

Dx 1 : Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami ganggguan


eliminasi

Kriteria hasil : defekasi normal, tidak distensi abdomen.

Intervensi Rasional
Monitor cairan yang keluar dari kolostomi Mengetahui warna dan konsistensi feses dan
menentukan rencana selanjutnya
Pantau jumlah cairan kolostomi Jumlah cairan yang keluar dapat
dipertimbangkan untuk penggantian cairan
Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi
pola defekasi terganggu.

Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
pembatasan diit.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukan Berat Badan stabil

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 13


Intervensi Rasional
Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada Kekurangan kortisol dapat menyebabkan
nyeri perut,mual dan muntah. gejala gastrointestinal berat yang
mempengaruhi pencernaan dan absorbsi dari
makanan.
Pantau masukan makanan dan timbang BB Untuk mengetahui asupan makanan yang
tiap hari. diberikan dan kestabilan BB.
Berikan diit cair,lebih lembut,tinggi protein Dapat memberikan nutrisi tanpa menambah
dan serat serta rendah lemak. kalori.
Tekankan pentingnya tentang menghentikan Makan yang berlebihan dapat menyebabkan
masukan. mual atau muntah.

Dx 3 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.


Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil : tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur.

Intervensi Rasional
Kaji terhadap tanda nyeri Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan
langkah selanjutnya.
Berikan tindakan kenyamanan : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi
menggendong, suara halus, ketenangan rasa nyeri
Kolaborasi berikan obat analgesik Mengurangi persepsi terhadap nyeri yang
kerjanya pada sistem saraf pusat

Dx 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak dan
rencana pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kecemasan orang tua berkurang.


Kriteria hasil : orang tua dapat memahami prognosis penyakit dan tindakan yang akan di
lakukan.

Intervensi Rasional
Evaluasi tingkat ansietas. Ketakutan pada prosedur diagnostik dan
kemungkinan pembedahan.
Jadwalkan istirahat adekuat. Membatasi kelemahan, menghemat energi
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan Mengurangi rangsang eksternal yang dapat

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 14


sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu memicu peningkatan kecemasan
klien.
Berikan pengetahuan tindakan pembedahan Untuk mengurangi kecemasan orang tua
kepada orang tua. terhadap tindakan pembedahan.

Dx 5 : Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reseksi kolon pasien tidak mengalami
injuri.
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Kardiorespirasi optimal, Tidak terjadi infeksi pada
insisi

Intervensi Rasional
Observasi faktor-faktor yang meningkatkan Pascabedah terdapat resiko rekuren dari
resiko injuri
hernia umbilikalis akibat peningkatan
tekanan intra abdomen
Monitor tanda dan gejala perforasi atau Perawat yang mengantisipasi resiko
peritonitis
terjadinya perforasi atau peritonitis. Tanda
gejala yang penting adalah anak rewel tiba-
tiba dan tidak bisa dibujuk atau diam oleh
orangtua atau perawat, muntah-muntah,
peningkatan suhu tubuh dan hilangnya bising
usus. Adanya pengeluaran pada anus yang
berupa cairan feses yang bercampur darah
merupakan tanda klinik penting bahwa telah
terjadi perforasi. semua perubahan yang
terjadi didokumentasikan oleh perawat dan
laporkan pada dokter yang merawat.
Lakukan pemasangan selang nasogastrik Tujuan memasang selang nasogastrik adalah
intervensi dekompresi akibat respon dilatasi
dan kolon obstruksi dari kolon aganglionik.
Apabila tindakan dekompresiini optimal,

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 15


maka akan menurunkan distensi abdominal
yang menjadi penyebab utama nyeri
abdominal pada pasien hirschsprung.
Monitor adanya komplikasi pascabedah Perawat memonitor adanya komplikasi
pascabedah seperti mencret atau ikontinensia
fekal, kebocoran anastomosis, formasi
striktur, obstruksi usus, dan enterokolitis
Pertahankan status hemodinamik yang Pasien akan mendapatkan cairan intravena
optimal sebagai pemeliharaan status hemodinamik
Bantu ambulasi dini Pasien dibantu turun dari tempat tidur pada
hari pertama pascaoperatif dan didorong
untuk mulai berpartisipasi dalam ambulasi
dini.
Hadirkan orang terdekat Pada anak menghadirkan orang terdekat
dapat menpengaruhi penurunan respon nyeri.
Kolaborasi pemberian antibiotik pascabedah Antibiotik menurunkan resiko infeksi yang
akan menimbulkan reaksi inflamasi lokal dan
dapat memperlama proses penyembuhan
pasca funduplikasi lambung

Dx 6 : Risiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.


Tujuan : suhu dalam keadaan normal
Kriteria hasil : suhu dalam rentang normal, tidak ada pathogen yang terlihat dalam kultur,
luka dan insisi terlihat bersih, merah muda, dan bebas dari drainase purulen.

Intervensi Rasional
Minimalkan risiko infeksi pasien dengan :
o mencuci tangan adalah satu-satunya cara
o Mencuci tangan sebelum dan terbaik untuk mencegah penularan
setelah memberikan perawatan pathogen.
o menggunakan sarung tangan untuk o sarung tangan dapat melindungi tangan
mempertahankan asepsis pada saat pada saat memegang luka yang dibalut
memberikan perawatan langsung atau melakukan berbagai tindakan.
Observasi suhu minimal setiap 4 jam dan Suhu yang terus meningkat setelah
catat pada kertas grafik. Laporkan evaluasi pembedahan dapat merupakan tanda awitan
kerja. komplikasi pulmonal, infeksi luka.

D. Implementasi

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 16


Dx 1 : Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami ganggguan
eliminasi
Kriteria hasil : defekasi normal, tidak distensi abdomen.

Intervensi Implementasi
Monitor cairan yang keluar dari kolostomi Memonitor cairan yang keluar dari kolostomi.
Pantau jumlah cairan kolostomi Memantau jumlah cairan kolostomi,Jumlah
cairan yang keluar dapat dipertimbangkan
untuk penggantian cairan.
Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi Memantau pengaruh diet terhadap pola
defekasi.

Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah dan


pembatasan diit.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukan Berat Badan stabil

Intervensi Implementasi
Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada Mendengarkan bising usus dan mengkaji
nyeri perut,mual dan muntah. adanya nyeri perut, mual dan muntah.
Pantau masukan makanan dan timbang BB Memantau masukan makanan dan
tiap hari. menimbang BB setiap hari.
Berikan diit cair,lebih lembut,tinggi protein Memberikan diit cair, lebih lembut, tinggi
dan serat serta rendah lemak. protein dan serat serta rendah lemak.
Tekankan pentingnya tentang menghentikan Menekankan pentingnya tentang
masukan. menghentikan masukan karena makan yang
berlebihan dapat menyebabkan mual atau
muntah.

Dx 3 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.


Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil : tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur.

Intervensi Implementasi
Kaji terhadap tanda nyeri Mengkaji terhadap tanda nyeri untuk
mengetahui tingkat nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan : Memberikan tindakan kenyamanan :
menggendong, suara halus, ketenangan menggendong, suara halus dan memberikan

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 17


ketenangan.
Kolaborasi berikan obat analgesik Berkolaborasi dengan tim medis memberikan
obat analgesik untuk mengurangi persepsi
terhadap nyeri.

Dx 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan keadaan anak dan rencana pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kecemasan orang tua berkurang.
Kriteria hasil : orang tua dapat memahami prognosis penyakit dan tindakan yang akan di
lakukan.

Intervensi Implementasi
Evaluasi tingkat ansietas. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua.
Jadwalkan istirahat adekuat Menjadwalkan istirahat adekuat untuk
meningkatkan kemampuan koping.
Berikan pengetahuan tindakan pembedahan Memberikan pengetahuan tindakan
kepada orang tua. pembedahan kepada orang tua untuk
mengurangi kecemasan orang tua.

Dx 5 : Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reseksi kolon pasien tidak mengalami
injuri.
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Kardiorespirasi optimal, Tidak terjadi infeksi pada
insisi.

Intervensi Implementasi
Observasi faktor-faktor yang meningkatkan Mengobservasi faktor-faktor yang
resiko injuri
meningkatkan resiko injuri.
Monitor tanda dan gejala perforasi atau Memonitor tanda gan gejala perforasi atau
peritonitis
peritonitis.
Lakukan pemasangan selang nasogastrik Lakukan pemasangan selang nasogastrik.

Monitor adanya komplikasi pascabedah Memonitor adanya komplikasi pascabedah.


Pertahankan status hemodinamik yang Mempertahankan status hemodinamik yang
optimal optimal.
Bantu ambulasi dini Membantu ambulasi dini.
Hadirkan orang terdekat Menghadirkan orang terdekat untuk
mempengaruhi penurunan respon nyeri.
Kolaborasi pemberian antibiotik pascabedah Berkolaborasi dengan tim medis untuk
memberikan antibiotik pasca bedah.

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 18


Dx 6 : Risiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
Tujuan : suhu dalam keadaan normal
Kriteria hasil : suhu dalam rentang normal, tidak ada pathogen yang terlihat dalam kultur,
luka dan insisi terlihat bersih, merah muda, dan bebas dari drainase purulen.

Intervensi Implementasi
Minimalkan risiko infeksi pasien dengan :
o mencuci tangan sebelum dan setelah
o Mencuci tangan sebelum dan memberikan perawatan.
setelah memberikan perawatan. o Menggunakan sarung tangan untuk
o menggunakan sarung tangan untuk mempertahankan asepsis pada saat
mempertahankan asepsis pada saat memberikan perawatan langsung.
memberikan perawatan langsung.
Observasi suhu minimal setiap 4 jam dan Mengobservasi suhu minimal setiap 4 jam
catat pada kertas grafik. Laporkan evaluasi dan mencatat pada kertas grafik dan
kerja. melaporkan evaluasi kerja.

E. Evaluasi

1. Pola eliminasi berfungsi normal.


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Nyeri pada abdomen berkurang atau hilang.
4. Kecemasan orang tua berkurang.
5. Rewel pasien berkurang dan mulai nyaman dengan terpasangnnya kolostomi.
6. Suhu pasien normal.

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 19


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini


merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik).
Pembagian Penyakit Hirschprung : Penyakit Hirschprung segmen pendek dan Penyakit
Hirschprung segmen panjang. Penyebab penyakit Hirschsprung karena ada kegagalan sel
neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada myenterik
dan submukosa dinding pleksus.

Manifestasi Klinis Hirschsprung: Konstipasi, Diare berulang, Tinja seperti pita, berbau
busuk, Distensi abdomen dan Gagal tumbuh. Komplikasi : Gawat pernapasan, Enterokolitis,
Striktura ani (pasca bedah), Inkontinensia (jangka panjang). Pemeriksaan Diagnostik dapat
berupa Foto abdomen, Enema barium, Biopsi rectal dan Manometri anorektal.

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 20


Daftar Pustaka

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianingsih (Fd),
Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :
EGC.

Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1985. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-1 . Jakarta :
FKUI .

Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius
FKUI

http://munahasrini.wordpress.com/2012/04/13/askep-anak-dengan-hisprung/

http://princerudias.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan_27.html

Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 21


Sistem Pencernaan “HIRSCHSPRUNG”Page 22

Anda mungkin juga menyukai