HISPRUNG
DISUSUN OLEH :
KELAS : 2B
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2021
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyusun “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hisprung”.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Desi Kurniawati, M.Kep, Sp. Kep. An selaku Dosen
Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing kami dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini. Asuhan keperawatan ini telah diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan
sebaik mungkin, namun kami sebagai penyusun menyadari bahwa tidak ada karya yang sempurna,
untuk itu semua kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan, sebagai bahan untuk
penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi para pembaca serta mendapat Ridha disisi
Allah, dan dapat menjadi salah satu referensi dalam ilmu kesehatan.
Penulis
KONSEP PENYAKIT
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Hisprung
Penyakit hirschsprung atau megakolon kongenital adalah tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan. (Betz &
Sowden, 1987 : 196).
Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada
usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 2005 : 220)
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat
lahir < 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000).
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari kasus
penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan.
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan. (Ngastiyah, 2005 : 219).
3. Etiologi Hirschsprung
1. Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.
2. Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di
kolon.
3. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
4. Patofisiologi / pathway
Distensi Gangguan
Nutrisi kurang Volume
abdomen hebat pola BAB
dari kebutuhan cairan tubuh
tubuh
Koping keluarga
Resti gangguan Resiko injuri tidak efektif
integritas kulit
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
5. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluasi
mekonium.
2. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara
spontan maupun dengan edema.
3. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
4. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare
berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
5. Gejala hanya konstipasi ringan.
Masa Neonatal :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh
1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsi otot rektum, yakni pengambilan lapisan otot rektum, dilakukan dibawah
narkose. Pemeriksaan ini bersifat traumatik.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap. Pada penyakit
ini khas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop atau
double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali
normal (memerlukan waktu 3-4 bulan), bila umur bayi itu antara 6-12 bulan, 1 dari 3
prosedur berikut harus dilakukan :
2. Penatalaksanaan keperawatan
Masalah utama adalah terjadinya gangguan defekasi (obstipasi). Perawatan yang dilakukan
adalah melakukan spuling dengan air garam fisiologis hangat setiap hari (bila ada persetujuan
dokter) dan mempertahankan kesehatan pasien dengan memberi makanan yang cukup bergizi
serta mencegah terjadinya infeksi. (Ngastiyah 2005 : 220)
A. PENGKAJIAN
Identitas pasien
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Suku/bangsa :
5. Agama :
6. Status perkawinan :
7. Pendidikan/pekerjaan :
8. Alamat :
9. Tanggal MRS :
10. No.Register :
Keluhan utama
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan
kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi
abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien
mengatasi masalah tersebut.
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
Riwayat Nutrisi
Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri.
Pemeriksaan Fisik
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil,
warna kulit, edema kulit.
2. Sistem respirasi
3. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi
denyut nadi / apikal.
4. Sistem penglihatan
5. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung
pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah)
adanya keram, tendernes.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya
daya dorong.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah dan pembatasan
diit.
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak dan rencana
pembedahan.
C. Intervensi
Dx 1 : Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
Intervensi Rasional
Monitor cairan yang keluar dari kolostomi Mengetahui warna dan konsistensi feses dan
menentukan rencana selanjutnya
Pantau jumlah cairan kolostomi Jumlah cairan yang keluar dapat
dipertimbangkan untuk penggantian cairan
Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi
pola defekasi terganggu.
Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
pembatasan diit.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukan Berat Badan stabil
Intervensi Rasional
Kaji terhadap tanda nyeri Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan
langkah selanjutnya.
Berikan tindakan kenyamanan : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi
menggendong, suara halus, ketenangan rasa nyeri
Kolaborasi berikan obat analgesik Mengurangi persepsi terhadap nyeri yang
kerjanya pada sistem saraf pusat
Dx 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan anak dan
rencana pembedahan.
Intervensi Rasional
Evaluasi tingkat ansietas. Ketakutan pada prosedur diagnostik dan
kemungkinan pembedahan.
Jadwalkan istirahat adekuat. Membatasi kelemahan, menghemat energi
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan Mengurangi rangsang eksternal yang dapat
Dx 5 : Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reseksi kolon pasien tidak mengalami
injuri.
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Kardiorespirasi optimal, Tidak terjadi infeksi pada
insisi
Intervensi Rasional
Observasi faktor-faktor yang meningkatkan Pascabedah terdapat resiko rekuren dari
resiko injuri
hernia umbilikalis akibat peningkatan
tekanan intra abdomen
Monitor tanda dan gejala perforasi atau Perawat yang mengantisipasi resiko
peritonitis
terjadinya perforasi atau peritonitis. Tanda
gejala yang penting adalah anak rewel tiba-
tiba dan tidak bisa dibujuk atau diam oleh
orangtua atau perawat, muntah-muntah,
peningkatan suhu tubuh dan hilangnya bising
usus. Adanya pengeluaran pada anus yang
berupa cairan feses yang bercampur darah
merupakan tanda klinik penting bahwa telah
terjadi perforasi. semua perubahan yang
terjadi didokumentasikan oleh perawat dan
laporkan pada dokter yang merawat.
Lakukan pemasangan selang nasogastrik Tujuan memasang selang nasogastrik adalah
intervensi dekompresi akibat respon dilatasi
dan kolon obstruksi dari kolon aganglionik.
Apabila tindakan dekompresiini optimal,
Intervensi Rasional
Minimalkan risiko infeksi pasien dengan :
o mencuci tangan adalah satu-satunya cara
o Mencuci tangan sebelum dan terbaik untuk mencegah penularan
setelah memberikan perawatan pathogen.
o menggunakan sarung tangan untuk o sarung tangan dapat melindungi tangan
mempertahankan asepsis pada saat pada saat memegang luka yang dibalut
memberikan perawatan langsung atau melakukan berbagai tindakan.
Observasi suhu minimal setiap 4 jam dan Suhu yang terus meningkat setelah
catat pada kertas grafik. Laporkan evaluasi pembedahan dapat merupakan tanda awitan
kerja. komplikasi pulmonal, infeksi luka.
D. Implementasi
Intervensi Implementasi
Monitor cairan yang keluar dari kolostomi Memonitor cairan yang keluar dari kolostomi.
Pantau jumlah cairan kolostomi Memantau jumlah cairan kolostomi,Jumlah
cairan yang keluar dapat dipertimbangkan
untuk penggantian cairan.
Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi Memantau pengaruh diet terhadap pola
defekasi.
Intervensi Implementasi
Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada Mendengarkan bising usus dan mengkaji
nyeri perut,mual dan muntah. adanya nyeri perut, mual dan muntah.
Pantau masukan makanan dan timbang BB Memantau masukan makanan dan
tiap hari. menimbang BB setiap hari.
Berikan diit cair,lebih lembut,tinggi protein Memberikan diit cair, lebih lembut, tinggi
dan serat serta rendah lemak. protein dan serat serta rendah lemak.
Tekankan pentingnya tentang menghentikan Menekankan pentingnya tentang
masukan. menghentikan masukan karena makan yang
berlebihan dapat menyebabkan mual atau
muntah.
Intervensi Implementasi
Kaji terhadap tanda nyeri Mengkaji terhadap tanda nyeri untuk
mengetahui tingkat nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan : Memberikan tindakan kenyamanan :
menggendong, suara halus, ketenangan menggendong, suara halus dan memberikan
Dx 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan keadaan anak dan rencana pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kecemasan orang tua berkurang.
Kriteria hasil : orang tua dapat memahami prognosis penyakit dan tindakan yang akan di
lakukan.
Intervensi Implementasi
Evaluasi tingkat ansietas. Mengevaluasi tingkat kecemasan orang tua.
Jadwalkan istirahat adekuat Menjadwalkan istirahat adekuat untuk
meningkatkan kemampuan koping.
Berikan pengetahuan tindakan pembedahan Memberikan pengetahuan tindakan
kepada orang tua. pembedahan kepada orang tua untuk
mengurangi kecemasan orang tua.
Dx 5 : Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reseksi kolon pasien tidak mengalami
injuri.
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Kardiorespirasi optimal, Tidak terjadi infeksi pada
insisi.
Intervensi Implementasi
Observasi faktor-faktor yang meningkatkan Mengobservasi faktor-faktor yang
resiko injuri
meningkatkan resiko injuri.
Monitor tanda dan gejala perforasi atau Memonitor tanda gan gejala perforasi atau
peritonitis
peritonitis.
Lakukan pemasangan selang nasogastrik Lakukan pemasangan selang nasogastrik.
Intervensi Implementasi
Minimalkan risiko infeksi pasien dengan :
o mencuci tangan sebelum dan setelah
o Mencuci tangan sebelum dan memberikan perawatan.
setelah memberikan perawatan. o Menggunakan sarung tangan untuk
o menggunakan sarung tangan untuk mempertahankan asepsis pada saat
mempertahankan asepsis pada saat memberikan perawatan langsung.
memberikan perawatan langsung.
Observasi suhu minimal setiap 4 jam dan Mengobservasi suhu minimal setiap 4 jam
catat pada kertas grafik. Laporkan evaluasi dan mencatat pada kertas grafik dan
kerja. melaporkan evaluasi kerja.
E. Evaluasi
PENUTUP
Kesimpulan
Manifestasi Klinis Hirschsprung: Konstipasi, Diare berulang, Tinja seperti pita, berbau
busuk, Distensi abdomen dan Gagal tumbuh. Komplikasi : Gawat pernapasan, Enterokolitis,
Striktura ani (pasca bedah), Inkontinensia (jangka panjang). Pemeriksaan Diagnostik dapat
berupa Foto abdomen, Enema barium, Biopsi rectal dan Manometri anorektal.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianingsih (Fd),
Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :
EGC.
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1985. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-1 . Jakarta :
FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius
FKUI
http://munahasrini.wordpress.com/2012/04/13/askep-anak-dengan-hisprung/
http://princerudias.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan_27.html