Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

Dosen pengampu : Ns.Idayati,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :
Mega Antika Sari (2019205201072)
Putri Fajarena (2019205201080)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT,karena atas kemudahan dan kekuatan uang
diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang DEMAM TIFOID ini,banyak
kendala dan kesulitan yang ditemui,baik dalam hal referensi yang dibutuhkan maupun dalam
pembuatan makalah ini dan Alhamdulillah semuanya telah terlewati.
Seiring dengan selesainya Makalah tentang DEMAM TIFOID ini,kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kami judul makalah tentang
DEMAM TIFOID ini serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sepenuhnya sempurna,oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.Akhir kata,kami berharap makalah ini bisa
menjadi bahan referensi bagi rekan-rekan yang akan dan sedang mengikuti kuliah ini.
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 KONSEP PENYAKIT


 PENGERTIAN
 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEMAM TIFOID
 PENYEBAB TERJADINYA DEMAM TIFOID
 PENYEBAB TERJADINYA DEMAM TIFOID
 GEJALA TIFOID PADA ANAK YANG UMUM
 PENANGANAN TIFOID PADA ANAK
 PEMBERIAN OBAT OBATAN
 TERAPI CAIRAN

BAB II PELAKSANAAN

2.1 KONSEP PROSES KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN
 PEMERIKSAAN

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

1.KONSEP PENYAKIT

A.Demam tifoid

1.Pengertian

Demam tifoid adalah infeksi akut saluran cerna yang disebabkan oleh Salmonella typhi.Demam
paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella Paratyphi A,B,dan C. Gejala dan
tanda penyakit tersebut hampir sama, nanum manifestasi paratifoid lebih ringan (Widoyono,2008).

2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian demam tifoid


1)Usia
Pada usia 3-19 tahun peluang terkena demam tifoid lebih besar, orang pada usia tersebut cederung
memiliki aktivitas fisik yang banyak, kurang memperhatikan higene dan santitasi makanan. Pada usia-
usia tersebut, orang akan cenderung memilih makan di luar rumah atau jajan di sembarang tempat
yang tidak memperhatikan higene dan sanitasi makanan. Insiden terbesar demam tifoid terjadi pada
anak sekolah, berkaitan dengan faktor higenitas. Kuman Salmonella typhibanyak berkembang biak
pada makanan yang kurang terjaga higenitasnya (Rahmaningrum dkk, 2017).
2)Status Gizi

Status gizi yang kurang akan menurunkan daya tahan tubuh, sehingga anak mudah terserang penyakit,
bahkan status gizi yang buruk akan menyebabkan tingginya angka mortalitas terhadap demam tifoid
(Rahmaningrum dkk, 2017).

3)Riwayat Demam tifoidRiwayat demam tifoid dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang
pendek pada mereka yang mendapat infeksi ringan dengan demikian kekebalan mereka juga lemah.
Riwayat demam tifoid akan terjadi bila pengobatan sebelumnya tidak adekuat, sepuluh persen dari
demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya riwayat demam tifoid. Riwayat
demam tifoid dipengaruhi oleh imunitas, kebersihan, konsumsi makanan, dan lingkungan
(Rahmaningrum dkk, 2017)

3.Penyebab terjadinya demam typoid

Tipes merupakan penyakit yang umum dialami oleh anak-anak. Gejala tipes pada anak bisa datang
secara tiba-tiba atau bertahap dalam kurun waktu beberapa minggu. Oleh karena itu, penting bagi
setiap orang tua untuk mengenali gejala penyakit ini pada anak agar penanganan dapat segera
dilakukan.
Tipes atau dikenal juga dengan sebutan demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini umumnya dapat berkembang di dalam minuman atau makanan
yang diolah secara tidak higienis atau kurang matang.

4.Gejala Tipes pada Anak Secara Umum

Gejala tipes pada anak dapat muncul sekitar 1–2 minggu setelah seorang anak terinfeksi
bakteri penyebab tipes. Saat terserang tipes, anak bisa mengalami gejala yang ringan hingga
cukup berat. Gejala-gejala tersebut bisa menetap hingga 4 minggu atau bahkan lebih.

Berikut ini adalah beberapa gejala yang umumnya muncul saat anak menderita tipes:

 Demam tak kunjung reda hingga lebih dari 1 minggu


 Mual dan muntah
 Sakit perut
 Gangguan pencernaan, misalnya diare atau susah buang air besar
 Lemas dan pegal-pegal
 Sakit kepala
 Nyeri tenggorokan
 Kehilangan nafsu makan
 Munculnya lapisan berwarna keputihan di lidah

Saat terkena tipes, anak-anak juga dapat mengalami pembesaran hati dan limpa, penurunan
berat badan, dan dehidrasi karena kurang mau minum. Jika segera diobati, gejala tipes pada
anak biasanya dapat menghilang setelah 3 atau 4 minggu.

Sebaliknya, apabila tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, gejala tipes pada anak bisa
menetap hingga lebih dari 1 bulan dan berisiko menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:

 Pendarahan pada saluran cerna, seperti lambung dan usus


 Luka pada usus (perforasi usus)
 Syok
 Penurunan kesadaran atau koma
 Bronkitis
 Keracunan darah atau sepsis
 Peritonitis
 Meningitis

Komplikasi tersebut bisa berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa anak. Oleh karena itu,
anak perlu segera mendapatkan penanganan dokter ketika ia mengalami gejala tipes.

5.Penanganan Tipes pada Anak yang Tepat

Saat anak mengalami gejala tipes yang telah disebutkan di atas, segera bawa anak ke dokter atau
rumah sakit terdekat untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Untuk mendiagnosis gejala tipes pada anak, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti tes darah dan urine, pemeriksaan Widal, serta kultur feses atau darah.

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa anak menderita tipes, dokter dapat memberikan
beberapa penanganan berupa:

6.Pemberian obat-obatan

Untuk mengatasi infeksi bakteri penyebab tipes pada anak, dokter dapat memberikan antibiotik dalam
bentuk suntikan melalui infus atau obat minum, seperti tablet, kapsul, atau sirop.

Antibiotik untuk tipes biasanya akan diberikan selama 1–2 minggu. Jika sudah muncul komplikasi,
dokter mungkin akan memberikan antibiotik dalam jangka waktu lebih lama hingga lebih dari 4
minggu.

Saat diresepkan obat antibiotik, anak harus menghabiskan obat tersebut meski gejala tipes yang ia
rasakan sudah membaik. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bakteri penyebab tipes telah
hilang sepenuhnya.

Selain memberikan antibiotik, dokter juga dapat meresepkan obat pereda demam, seperti paracetamol,
untuk mengatasi gejala tipes pada anak.

7.Terapi cairan

Gejala tipes pada anak, seperti demam tinggi, diare, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan, dapat
membuat anak rentan mengalami dehidrasi. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, dokter dapat
memberikan asupan cairan melalui infus. Pada kondisi ini, anak sebaiknya menjalani perawatan di
rumah sakit.

Beberapa langkah penanganan medis di atas juga perlu disertai dengan berbagai upaya yang perlu
dilakukan orang tua untuk mempercepat proses penyembuhan anak. Upaya yang dapat dilakukan,
yaitu:

a.Memberikan makanan bernutrisi secara rutin

Berkurangnya nafsu makan merupakan salah satu gejala tipes yang umum dialami oleh anak. Meski
demikian, anak tetap perlu diberikan asupan makanan bergizi selama sakit agar kebutuhan nutrisi dan
energinya terpenuhi. Dengan tercukupinya kebutuhan nutrisi, anak pun bisa lekas pulih.

Berikan anak makanan bertekstur lembut dan bergizi tinggi, seperti bubur, telur matang, sup ayam,
ikan, serta buah dan sayuran seperti pisang dan kentang rebus.

Jika ia tidak bisa makan dalam porsi banyak, berikanlah dalam porsi lebih sedikit namun sering.
Jangan lupa pula untuk mengolah makanan dengan higienis dan matang sepenuhnya.

b.Memastikan anak cukup istirahat

Selama menderita tipes, anak perlu istirahat total selama seminggu setelah demam dan gejala tipes
lainnya reda. Istirahat yang cukup berperan penting untuk memulihkan energinya dan mendukung
proses penyembuhannya.

Meski gejala tipes pada anak sudah hilang, penyakit ini bisa datang lagi kapan saja. Bahkan, gejala
tipes yang dialami anak bisa kambuh kembali apabila ia tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Oleh karena itu, berikan anak makanan dan minuman yang higienis dan ajarkan ia untuk rutin
mencuci tangan agar terhindar dari penyakit tipes. Jika muncul gejala tipes pada anak, segera bawa
anak ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
BAB II

PELAKSANAAN

2.KONSEP PROSES KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN

dentitas Pasien

Nama: An. A

Umur : 7 tahun

Jenis kelamin: Laki-laki

Alamat : Tempel, Banyuanyar

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Identitas Penanggung Jawab

Nama: Bp. T

Umur: 35 tahun

Agama: Islam

Alamat: Tempel, Banyuanyar

Hubungan dengan pasien: Ayah

Catatan Masuk Rumah Sakit

Tanggal Masuk: 15-04-2015

Jam Masuk: 07.30 WIB

Tanggal pengkajian: 15-04-2015

Jam pengkajian: 08.30 WIB

No CM: 02xxxxBangsal : Anggrek

Diagnosa Masuk: Demam Tifoid


B.Riwayat Kesehatan

1.Keluhan UtamaKeluarga pasien mengatakan anaknyapanas kurang lebih 5 hari.

2.Riwayat Penyakit SekarangKeluarga pasien mengatakan anaknya panas 5 hari sejak tanggal 10-04-
2015 dan diare, kemudian di bawa ke puskesmas akan tetapi tidak kunjung sembuh. Pada tanggal 15-
04-2015 pasien di bawa ke IGD RSUD Surakarta pukul 07.00 WIB pasien mendapat therapy RL 10
tpm lalu mendapatkan injeksi ceftriaxone 1gr, ondansentron 4mg, lalu di bawa ke bangsal anggrek
pukul 08.00 WIB

DS:

a.Keluarga pasien mengatakan an. A panas 5 hari tidak turun.

b.Keluarga mengatakan an. A tidak nafsu makan.

c.Keluarga mengatakan an. A tidak dapat tidur dengan pulas karena an. A merasa tidak nyaman.

d.An. A mengatakan ingin cepat pulang.

DO:

a.BB:20kg Tb:100cm.

b.Ttv: Rr: 20x/m T:384oC N: 105x/m.

c.Rl 10tpm 24jam = 960 cc.

d.Minum 2x sehari menggunakan gelas 200cc = 400cc.

e.BAK warna kuning pekat 500ml/hari.

f.Iwl = 300cc/24jam.

g.Kebutuhan cairan 1500cc/hari.

h.Input: 960 + 400 = 1360cc/hari.

i.Output: 300 + 500 = 800cc/hari.

j.Balance cairan = 560cc.


k.A= Bb:20kg Tb:100cm B=hematokrit 36%vol C= pasien tampak lemah D= makan tidak di habiskan
hanya habis 3 sendok.

l.Hasil lab widal (+).

m.Pasien tampak lemah.

n.Pasien tampak gelisah.

o.Pasien takut ketika di datangi perawat.

Diagnosa Keperawatan

a.Hipertermi b.d inflamasi penyakit.

b.Kekurangan volume cairan b.

d asupan cairan yang tidak adekuat.

c.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.

d kehilangan nafsu makan.

d.Cemas b.d faktor perubahan lingkungan.

B.PEMERIKSAAN
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
1.Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus
demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena
itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2.Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
3.Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
1).Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang
baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2). Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3).Vaksinasi di masalampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4).Pengobatan dengan obatantImikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman
dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
Cara pencegahan demam tifoid
Pencegahan utama dalam penyebaran penyakit ini yaitu dengan meningkatkan higiene
sanitasi makanan dan lingkungan seperti membiasakan cuci tangan dengan bersih setelah BAB dan
sebelum makan.
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil thypoid dan parathypoid A
dan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan interval 10 hari
merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam thypoid. Jumlah kasus penyakit
itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan
imunisasi thypoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun.
Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan jaminan perlindungan 100 peratus.
Minum air yang telah dimasak. Masak air sekurang-kurangnya lima minit penuh (apabila air
sudah masak, biarkan ia selama lima minit lagi). Buat air batu menggunakan air yang dimasak.
Sekiranya sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman berdesis berkarbonat tanpa ais.
Anda hendaklah lebih berhati-hati dengan ais kacang atau air batu campur yang menggunakan air
hancur, terutama sekali dalam keadaan sekarang. Makan makanan yang baru dimasak. Jika terpaksa
makan di warung, pastikan makanan yang dipesan khas dan berada dalam keadaan `berasap’ karena
baru diangkat dari dapur. Tudung semua makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan
makanan ditempat tinggi.
Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan. Buah-buahan
hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum
menyedia atau memakan makanan,membuang sampah sarap, memegang bahan mentah atau selepas
membuang air besar. Anda akan mendapati insiden thypoid berkurangan dengan amalan ini yang
sepatutnya menjadi kewajiban sehari - hari dan bukan hanya musim wabak. Pilih tempat dan
pengendali makanan yang bersih. Dalam keadaan sekarang, adalah baik sekiranya orang ramai
mengelak daripada membeli makanan atau minuman penjaja jalanan terutamanya yang menjual
minuman dingin. Bersihkan tempat pembiakan lalat – lalat. Gunakan tempat yang sempurna.
Segeralah periksa ke dokter jika mengalami tanda-tanda dijangkiti thypoid. Pusat Penelitian Penyakit
dari Amerika Serikat memberikan dua metode bagi melindungi diri anda dari demam thypoid:
1. Rebus, masak, kupas
Hindarkan makanan dan minuman yang beresiko (jajanan jalan). Ini mungkin mengejutkan
anda tetapi melihat apa yang anda makan dan minum terutama saat dalam perjalanan adalah penting
untuk kesehatan .Dengan menghindari makanan beresiko juga mampu melindungi diri anda dari
penyakit seperti kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
b. Dapatkan Vaksin S.Thypi
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang wabah
demam, anda perlu mempertimbangkan pemberian vaksin demam. Temui dokter jika ingin
mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.

Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman S. typhi dibandingkan wanita karena
aktivitas di luar rumah lebih banyak. Semua kelompok umur dapat tertular penyakit thypoid, tetapi
yang banyak adalah golongan umur dewasa. Angka kejadian demam thypoid tidak dipengaruhi
musim, tetapi pada daerah – daerah yang terjadi endemik demam thypoid, angka kejadian meningkat
pada bulan – bulan tertentu. Di Indonesia, angka kejadian demam thypoid meningkat pada musim
kemarau panjang atau awal musim hujan.

Hal ini banyak dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan
penyediaan air bersih yang kurang memuaskan.Demam thypoid masih merupakan masalah besar di
Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus
demam thypoid di Indonesia,masih cukup tinggi berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk
pertahun. Di Palembang dari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan
sebanyak 83kasus ( 21,5 %) penderita demam thypoid dengan hasil biakan darah salmonella positif
dari penderita yang dirawat dengan klinis demam thypoid. Demam thypoid adalah penyakit yang
umum di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella
type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi. Gejala- gejala yang timbul
bervariasi. Penyakit dapat ditimbulkan dari berbagai factor, dan dapat membahayakan
kesehatan bahkan berakibat kematian. Untuk itu menjaga kebersihan dirasa perlu demi
menjaga kesehatan diri dan lingkungan, agar terhindar dari penyakit yang membahayakan
kesehatan kita.
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama-
samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat
terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke
dalamusus penderita dengan lebih senang.
Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid merupakan
salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan sampai saat ini masih belum
bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan lingkungan masing – masing merupakan
cara terbaik untuk mencegah penyakit ini datang.

B.Saran

Demam thypoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun
lingkungan hidup umumnya adalah baik. Dengan kasus demam thypoid, semoga bisa
menjadi acuan pemahaman mengenai bagian-bagian yang terkait dengan demam typoid, dan
dapat mengetahui cara pencegahan yang benar.
Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat
terutama pada anak-anak supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan, makanan,
air minum, dan kebersihan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/pahami-gejala-tipes-pada-anak-dan-cara-menanganinya

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1005/4/4.Chapter2.pdf

Hockenberry M and Wilson D. 2008. PEDIATRIC NURSING. ISBN.Longo, Dann


L. 2014. Harrison Gastroenertologi Dan Hepatologi. Jakarta: EGC.Muttaqin, .Arif
dan Kumala, Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medical Bedah. Jakarta: Salemba medika.Nani. 2014.
http://elibrarystikesnn.ac.id/files/disk1/3/e-library%20stikes%20hasanudin--
saribungap_108-/articel-8.pdf.Pudiastuti, R.I., 2011. Waspadai Penyakit Pada
Anak, Jakarta: PT. Indeks.Rudholph, Abraham M, Julien I.E Hoffman, Colin D.
Rudolph. 2014. Buku ajar pediatric Rudolph volume 1. Jakarta: EGC.Widagdo.
2011. Masalah dan tatalaksana penyakit infeksi pada anak. Jakarta: Sagung
Seto.Wilkinson, Judith. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta:
EGCWong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.

Marylin, E Doengoes . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 . EGC : Jakarta.

Barbara, Engram. 1998 . Keperawatan Medikal Bedah . EGC : Jakarta. 

Marjory Gordon, dkk. 2001. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002. NANDA

Kuncara, H.Y, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. EGC :
Jakarta.

Http://infopenyakit.blogspot.com/2007/11/demam-typhoid.html.

diperoleh tanggal 7 maret 2015 (15.10 WIB)

Http://dwaney.wordpress.com/2010/11/11/ thipoid.html .

diperoleh tangal 7 maret 2015 (15.12 WIB)


Http://ppni.klaten.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=77:thypoid&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66

diperoleh tangal 7 maret 2015 (15.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai