Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga sebagai unit/organisasi terkecil dari masyarakat sangat

berperan dalam menentukan derajat kesehatan. Kesehatan tiap-tiap anggota

keluarga menggambarkan bagaimana keluarga tersebut menjalankan tugasnya

dalam bidang kesehatan. Pola/kebiasaan hidup yang dijalankan oleh sebuah

keluarga dapat meningkatkan kesehatan namun dalam waktu yang bersamaan

dapat juga menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan, diantaranya adalah

timbulnya berbagai penyakit tidak menular (PTM).

PTM merupakan salah satu masalah kesehatan yang telah menjadi

perhatian nasional maupun global. Indonesia dalam beberapa dasawarsa

terakhir menghadapi masalah Triple Burden Diseases yaitu penyakit menular

yang masih menjadi masalah, kejadian re-emerging diseases dan new

emerging diseases yang masih sering terjadi dan di sisi lain kejadian PTM

cenderung meningkat dari waktu ke waktu. PTM dikenal juga sebagai

penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang. Perkembangan PTM

umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. (DEPKES RI 1998)

Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia menurut Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 pada kelompok usia 25-34

tahun adalah 9,3% dan meningkat seiring bertambahnya usia pada kelompok

usia 53-64 tahun sebesar 15,5% .(America Nurses,1961).Pola hidup modern


telah mengubah sikap dan perilaku manusia, termasuk pola makan, merokok,

konsumsi alkohol sehingga penderita penyakit degeneratif (penyakit karena

penurunan fungsi organ tubuh) semakin meningkat dan mengancam

kehidupan. PTM diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat disebabkan dari

seseorang terhadap orang lain. Terdapat 4 (empat) tipe utama penyakit tidak

menular yaitu penyakit kanker, penyakit pernapasan kronis, diabetes dan

kardiovaskuler (Friedmen, 2010).Dan beberapa jenis penyakit yang saat ini

banyak diderita oleh masyarakat diantaranya adalah Obesitas, Diabetes,

Penyakit Jantung, Hipertensi, Kanker Payudara, KankerLeher Rahim, Asma,

dan stroke.

Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis

yang berkembang cepat berupa deficit neourologik fokal dan gelobal, yang

dapat memperberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau

dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vascular (WHO, 2018). Menurut WHO setiap tahun 15 juta orang di seluruh

dunia mengalami stroke sekitar 5 jutamen derita kelumpuhan permanen di

Kawasan Asia Tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalamai stroke (WHO

2010). Pada tahun 2020 di perkiraan 7,6 juta orang akan meninggal

dikarenakan penyakit stroke (Misbach, 2010).

Stroke menempati rengking ke satu sebagai penyebab kematian, dalam

Talkshow week stroke campaign dalam rangka menyambut hari stroek sedunia

dan mencontohkan prevalensi kejadian stroke pada 2013 yang terjadi pada

tujuh di antra 1.000 penduduk di Indonesia angka tersebut berbeda dengan


jumlahnya pada 2018 yang meningkat menjadi 1.900 penduduk yang terserang

stroke di Indonesia mengalami peningkatan (Bustami, 2019). Kejadian stroke

di Provinsi Lampung berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebanyak

42.851 orang (7,7%) dan berdasarkan diagnosis/gejala sebanyak 68.393 orang

(Pusdatin, 2020).Sekitar 80% kasus stroke yang terjadi adalah jenis stroke

iskemik (iskemia), stroke iskemik terjadi ketika pembulu darah arteri yang

membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan total, sehinga

menyebabkan aliran darah ke otak berkurang (Tamin, 2020).

Beberapa masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien struk

di antaranya adalah risiko perfusi serebal tidak efektif bersihan jalan nafas

gangguan mobilitas fisik, risiko difisit nutrisi, gangguan komunikasi ferbal,

dan risiko jatuh (Anriyani & Budiyawati, 2017)

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada gerak fisik tubuh

satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah (Nurafif & Hardi 2015)

Berdasarkan penelitian sari, dkk (2015) yang berjudul batasan

karakteristik dan faktor yang berhubungan (etiologi) diagnosa keperawatan:

hambatan mobilitas fisik pada pasien stroke bahwa pada 121 pasien stroke, di

dapatkan hasil 90% atau 109 orang pasien stroke menunjukkan masalah

keperawatan hambatan mobilitas fisik. Diagnosis ini di definisikan sebagai

keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik pada satu atau lebih

exstermitas secara mandiri dan terarah.


Beberapa intervensi yang dapat di lakukan untuk mengatasi masalah

gangguan mobilitas fisik adalah dengan dukungan ambulasi meliputi

identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya, identifikasi toleransi fisik

melakukan ambulasi, monitor frekuensi jantung dan tekanan darah, fasilitasi

ambulasi dengan alat bantu, fasilitasi melakukan mobilitas fisik jika perlu,

jelaskan tujuan prosedur ambulasi ajarkan ambulasi sesederhana mungkin

yang harus di lakukan (Tim Pokja AIKI, 2018)

Data yang di peroleh di Puskesmas Rejosari pada tahun 2021 terhitung

dari Januari - Desember 2021. penyakit stroke merupakan penyakit-penyakit

yang tergolong ke-1 dari 10 terbesar penyakit pada tahun 2021 terhitung 144

pasien yang menderita stroke pada usia 15-24 terdapat 7. Sedangkan di usia

25-44 tahun terdapat 65, kemudian di usia 45-64 terdapat 410, di usia> 65

tahun terdapat 135 (Rekam Medik Puskesmas Rejosari, 2021).

Stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat menyebabkan

gangguan fungsi gerak sehingga seseorang mengalami kelumpuhan

(Junaidi,2011). Stroke umumnya di klasifikasikan menjadi 2 macam yaitu

iskemik dan hemoragik (perdarahan). Stroke iskemik terjadi akibat adanya

hambatan pada lumen pembulu darah yang memunculkan berbagai

manifestasi klinis seperti kesulitan bicara, kesulitan berjalan dan

mengkoordinasikan bagian-bagian tubuh, sakit kepala kelemahan otot wajah,

gangguan penglihatan, gangguan sensori gangguan pada proses berpikir dan

hilangnya kontrol dalam gerak motorik yang secara umum dapat di

manifestasikan dengan disfungsi motorik seperti hemiplegi (paralisis pada


salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis (kelemahan yang terjadi pada satu sisi

tubuh) (Widakdo, dkk, 2008).

Berdasarkan fenomena dan uraian data di atas maka penulis tertarik

untuk meneliti “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Yang Mengalami Stroke

Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di Puskesmas

Rejosari Tahun 2022” untuk dikaji lebih jauh dengan memberikan intervensi

secara tepat dan komprehensif kepada pasien. Dengan harapan mampu

mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami stroke dengan

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik yang meliputi pengkajian,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian ini

adalah “Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami stroke dengan hambatan mobilitas fisik di Puskesmas Rejosari

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

stroke dengan hambatan mobilitas fisik di Puskesmas Rejosari.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah, penulis mampu

melakukan : Pengkajian keperawatan keluarga pada pasien yang

mengalami stroke dengan hambatan mobilitas fisik di Puskesmas Rejosari.


Penetapan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami,

stroke dengan hambatan mobilitas fisik di Puskesmas Rejosari.

Penyusunan perencanaan keperawatan pad pasien yang mengalami stroke

dengan hambatan mobilitas fisik di Puskesmas Rejosari.

Tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami stroke dengan

hambatan mobilitas fisik di Puskesmas Rejosari. Evaluasi pada pasien

yang mengalami stroke dengan masalah hambatan mobilitas fisik di

Puskesmas Rejosari.

D. Manfaat

1. Manfaat praktis

Bagi Institusi-Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sumber data bagi

penelitian yang memerlukan masukan berupa data atau pengembangan

penelitian dengan masalah yang sama demi kesempurnaan penelitian.

2. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam melakukan upaya

pengontrolan mobilitas sekaligus supaya preventif melalui mobilitas fisik

pada pasien dengan stroke khususnya.

3. Bagi Pasien

Di harapkan bisa menjadi sumber informasi ke pada pasien agar

tetap menjaga dan menyeimbangkan mobilitas fisik stroke, selain edukasi,

dan menjaga asupan gizi.


4. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dan

menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai