Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAN PEMAHAMAN (IKHTILAF) DIKALANGAN UMMAT

ISLAM
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“STUDI ISLAM DAN MODERASI BERAGAMA”

Dosen Pengampu : Ahmad Bustomi, M.Pd,

Disusun Oleh:
1. Nanda Firmansyah (2101011063)
2. Nur Isnaini (2101011070)
3. Raudlatul Fatiha (2101011079)

FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Asssalammu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunianya kepada kami
sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam kami curahkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad Shollahu‘alaihi Wassalam yang selalu kita nantikan syafaatnya
kelak di yaumil akhir. Makalah ini berisikan tentang “Konsep Dasar
Pendidikan” dengan mata kuliah dan dosen pengampu telah selesai dengan
bantuan seluruh anggota kelompok dan juga bantuan dari teman-teman
dengan menyarankan referensi buku yang telah ditentukan dan motifasi.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Dr. Sri Andri Astuti M.Ag.
Yang telah membimbing kami dikelas Tarbiyah dan ilmu keguruan ini dan
kepada teman-teman sekalian yang telah membantu kami. Kami sebagai
penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan ilmu
tentang konsep dasar pendidikan untuk kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakana terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahwa kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Metro, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikhtilaf
B. Tokoh Yang Menjelaskan Tentang Ikhtilat..................................................................3
C. Macam-Macam Ikhttilaf...............................................................................................5
D. Sebab-Sebab Terjadinya Ikhtilaf..................................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................7
B. Saran.............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbedaan pendapat adalah suatu yang biasa terjadi, bahkan menjadi
sunnatullah atau fitrah manusia. Dalam perkembangan hukum Islam,
Ikhtilaf (perbedaan pendapat) mengenai penetapan hukum telah terjadi di
kalangan para sahabat Nabi saw. Ketika Rasul masih hidup,

tetapi perbedaan pendapat segera dapat dipertemukan dengan


mengembalikan kepada Rasulullah saw. Kalangan sahabat setelah Rasul
wafat sering timbul perbedaan pendapat dalam menetapkan hukum terhadap
masalah tertentu. Perbedaan pendapat dalam tradisi ulama Islam, bukan hal
yang baru. Tidak terhitung jumlahnya karya telah ditulis oleh ulama Islam
khusus untuk mengkaji, membandingkan, kemudian mendiskusikan
berbagai pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasi masing-
masing. Sikap para sahabat Nabi ketika menghadapi perbedaan dikalangan
mereka, sikap para Imam-Imam mazhab kaum muslimin, sikap bijak dan
arif dalam menyikapi perselisihan di antara mereka.

B. Rumusan Masalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan ikhtilaf?
2. Sebutkan sebab-sebab terjadinya ikhtilaf!
3. Siapa sajakah tokoh yang menjelaskan tentang perbedaan pendapat?
4. Sebutkan macam-macam ikhtilaf menurut ulama!

C. Tujuan Pembahasan
1. Dapat mengetahui maksud dan pengertian ikhtilaf
2. Dapat mengetahui sebab terjadinya ikhtilaf

1
3. Dapat mengetahui siapa saja tokoh yang menjelaskan tentang perbedaan
pendapat
4. Dapat mengetahui macam-macam dari ikhtilaf menurut ulama

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ikhtilaf

Secara bahasa ikhtilaf berasal dari kata khalafa, yakhlifu,


khalfan. adapun makna khilafan yaitu berbeda, mengganti,
membelakangi, meninggalkan keturunan. Khilafan dapat juga
diartikan dengan bertentangan, tidak sepakat, berselisih paham,
perbedaan pendapat atau pikiran yang masih terjadi di kalangan
ulama. Perbedaan pendapat secara linguistik dalam kajian bahasa
inggris, dapat diterjemahkan dalam beraneka ragam yaitu, diffence
of opinion, distingtion, atau controversi.
Sedangkan secara istilah ikhtilaf didefinisikan dengan
beragam definisi di antaranya adalah Taha Jabir mengatakan bahwa
ikhtilaf adalah “Ikhtilaf dan Mukhalifah proses yang dilalui melalui
metode yang berbeda, antara seorang dan yang lainnya dalam
bentuk perbuatan atau perkataan”.1 Sedangkan menurut al Jurjani
ikhtilaf yaitu “Perbedaan pendapat yang terjadi di antara
beberapa pertentangan untuk menggali kebenarannya dan sekaligus
untuk menghilangkan kesalahannya.”

B. Tokoh Yang Menjelaskan Tentang Ikhtilaf

Perbedaan pendapat di kalangan fukaha merupakan hal yang


lumrah. Perbedaan bukan hanya terjadi antara mazhab yang ada,
akan tetapi perbedaan pendapat juga terjadi pada satu mazhab yang
sama. Mengenai sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat fukaha,
dikemukakan beberapa pendapat, Abd al-Wahab Abd al-Salam

1
Taha Jabir Fayyadl Al-Ulwani, Adabul Khilaf…, h. 98-105
3
Thawilah menyebutkan beberapa sebab terjadinya perbedaan
pendapat, yaitu :
1. al-thabi’al al-basyariyah; Maksudnya adalah perbedaan
pendapat adalah kebiasaan atau ciri khas dari manusia, sebab
manusia memiliki kecenderungan, kemampuan menggunakan
akal dan pikiran yang berbeda.
2. Tabi’ah al-lughah al-arabiyah, al-Qur`an dan sunnah ditulis
dalam bahasa Arab yang memiliki variasi lafaz yang sangat
banyak, demikian juga makna dan uslubnya.

Sementara menurut Wahbah al-Zuhaili, sebab-sebab


terjadinya perbedaan pendapat tersebut adalah sebagai berikut :
ikhtilafu ma`ani alfaz al-`arabiah Maksudnya perbedaan makna lafaz
bahasa Arab. Menurut Manna` Qattan, ada tiga penyebab terjadinya
perbedaan pendapat di kalangan para fukaha, yaitu :
1. Perbedaan dalam memahami ayat-ayat yang mujmal
2. Perbedaan dalam penerimaan hadis nabi
3. Perbedaan ijtihad dalam masalah-masalah yang tidak ada
nash

Muhammad Khudhari Beik berpendapat bahwa perbedaan pendapat


dalam fikih terjadi karena perbedaan dalam memahami al-Qur`an.
perbedaan ketika memahami sunnah dan perbedaan ketika menggunakan
ra`yu atau ijtihad
Syekh Ali al-Khofif dalam bukunya Asbab Ikhtilaf al-Fuqaha menyebutkan
bahwa terjadinya perbedaan pendapat di kalangan fuqaha adalah disebabkan
karena :
1. Ikhtilafu al-ahkam bi sababi ikhtilafihim fi al-fahmi,
2. Ikhtilaf al-fuqaha fi fahmi asalib al-nusus,

4
3. Asbab al-ikhtilaf fi ma la nash fih. Pertama, Perbedaan hukum
disebabkan perbedaan pemahaman. Perbedaan pemahaman
berdampak pada perbedaan produk hukum fikih para fuqaha.

C. Macam-macam Ikhtilaf
pendapat para ulama yang menggambarkan sebab-sebab
terjadinya bermacam-macam jenis dan kualitas hadis serta faktor-
faktor yang menyebabkan adanya ikhtilaf di bidang hukum Islam
adalah sebagai berikut :
1. Khilaf Tadhod (Yaitu khilaf yang terjadi di dalamnya kontradiksi
seperti masalah menyentuh wanita membatalkan wudhu’ atau
tidak, keluarnya darah membatalkan wudhu atau tidak, khomr
najis atau bukan, zakat tijaroh (perdagangan) ada atau tidak.
Khilaf seperti ini dikatakan tadhod yakni khilaf yang saling
bertentangan (kontradiksi). Ketahuilah bahwa khilaf seperti ini
bisa dipastikan: tidak mungkin semua pendapat benar, karena
sabda Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam tidak bertentangan
satu dengan lainnya.
2. Khilaf Tanawu’ (Yaitu perbedaan yang sumbernya adalah
keragaman pengamalan Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam)
misal perbedaan bacaan doa iftitah, bacaan dzikir ketika sujud,
dan bacaan duduk diantara dua sujud. Dalam masalah doa iftitah
misalnya, kita dapatkan dalam kitab-kitab fikih terjadi
perbedaan. Syafi’iyah memilih doa iftitah dengan lafadz:
Wajjahtu wajhiya lilladzi fathorossamawati wal Ardh, Hanafiyah
memilih lafadz: Subhanakallahumma wabihamdika
watabarokasmuka wa ta’ala jadduka wa laa ilaaha ghoiruka,
sementara Hanabilah Allahumma ba’id baini.

5
D. Sebab-sebab Terjadinya Ikhtilaf
Sebab Sebab Terjadinya Ikhtilaf Terjadi perbedaan pendapat
dalam menetapkan hukum Islam, di samping disebabkan oleh faktor
manusiawi, juga faktor agama. Para pakar hukum Islam berbeda-
beda dalam mengelompokkan Jumlah faktor penyebab ikhtilaf.
Adapun sebab-sebab terjadi perbedaan seperti yang diungkapkan
oleh Muhammad Abdul Fath al-Bayanuni dalam bukunya: Dirasat fi
Al-ikhtilaf al-Fiqhiyyah menjelaskan bahwa, asal perbedaan hukum-
hukum fikih disebabkan timbulnya ijtihad terhadap hukum, terutama
pasca-Nabi dan sahabat mninggal dunia”. al-Bayanuni menjelaskan,
4 faktor utama perbedaan, yaitu perbedaan pendapat ada atau tidak
ada nas Al-Qur’an atau hadis yang digunakan, perbedaan dalam
memahami suatu nas, perbedaan dalam metode jama’ dan tarjih,
perbedaan dalam kaidah ushul fiqih dan sumber-sumber hukum.2
Kemudian Taha Jabir dalam bukunya Adabul Ikhtilaf menjelaskan,
faktor-faktor penyebab ikhtilaf ada empat macam, yaitu faktor
bahasa, faktor periwayatan sunnah, faktor kaidah dan metode
istinbath. Selaras dengan pendapat Mahmud Syaltut yang
mengungkapkan bahwa, ikhtilaf di kalangan para ulama terjadi
disebabkan oleh beberapa sebab yang sulit dihindari, yaitu al-Quran
terdapat lafad-lafad yang memiliki arti ganda (musytarak), seperti
kata quru’. Kata quru’ memiliki arti suci dan haidh. Imam Abu
Hanifah berpendapat, perempuan yang ditalak oleh suaminya harus
beriddah tiga kali.3

2
Muhammad Abu al-Fath al-Buyuni, Dirasat Fi Ikhtilafat al-Fiqhiyah,
terj. Ali Mustafa Ya’kub (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), h 20-21
3
Taha Jabir Fayyadl Al-Ulwani, Adabul Khilaf…, h. 98-105
6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa ikhtilaf
memiliki banyak pengertian banyak tokoh-tokoh yang menjelaskan
tentang ikhtilaf yaitu tidak sepakat, berselisih paham, perbedaan
pendapat atau pikiran yang masih terjadi di kalangan ulama yang
mneyebabkan perbedaan pendapat antar para ulama yaitu karena
tingkat perbedaan pikiran atau akal manusia dalam nash, cara
menyimpulkan hukum dari dalil syara’, adanya kemampuan
mengetahui rahasia yang terdapat dibalik aturan syara’ dan juga
dalam mengetahui ‘illat hukum syara’.

B. SARAN
a) Kepada yang mengkaji hukum Islam agar lebih peka dan
mendalami masalah ikhtilaf dikalangan ulama dan mencari jalan
terbaik untuk dipergunakan kepada masyarakat dan generasi
akan datang. Kepada masyarakat muslim supaya melaksanakan
amal ibadah sesuai dengan aturan fiqh yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Sunnah
b) Dengan adanya perbedaan pendapat dan pengalaman oleh ulama
fiqh terutama dalam tindakan hukum terhadap orang yang
meninggalkan shalat, marilah kita mempelajari secara serius
untuk menyakinkan mana yang lebih terkuat dalilnya untuk
dapat diaplikasikan kepada masyarakat awam.

7
c) Dengan terjadinya ikhtilaf (perbedaan), kita melihat dengan
lapang dada, dengan serius menyikapi pada masalah-masalah
yang menjadi perbedaan para imam termasuk pendapat salah
seorang imam tersebut yang berbeda dengan hadist shahih dan
beragamnya mazhab-mazhab umat dalam menanggapinya. Kita
tidak fanatik dengan satu pendapat untuk melawan pendapat lain,
tidak pula kepada mazhab untuk melawan mazhab lain, dan
bukan juga terhadap seorang iman melawan imam yang lain.
Dengan anggapan bahwa mereka seluruhnya berada dalam
petunjuk-Nya, berada dalam kebenaran dan setiap mereka telah
berusaha dengan keras untuk mendapatkan kebenaran dengan
hanya karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya semata. Dan
menurut yang kita ketahui tentang mereka dan apa yang tidak
kita ketahui tentang mereka, tidak ada lain kecuali kebaikan.

TUGAS OBSERVASI TENTANG IKHTILAF


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
MK : SIMB
Sumber : BP. TUMIRAN
Nama : Nur Isnaini
Npm : 2101011070
Kelas : B

8
Menurut bapak Tumiran perbedaan yang ada
dilingkungan desa catur Swako diantaranya adalah
“suku dan bahasa, di tempat kami ini Alhamdulillah
ada perbedaan suku dan bahasa di antaranya ada suku
Jawa, ada suku Lampung, ada suku Sunda, ada suku
Jawa ngapak dan sebagainya” dan sikap bapak
menanggapi perbedaan tersebut yaitu “dengan adanya
perbedaan itu ya kami mensyukuri saja, artinya kami
tetap membaur di dalamnya dan kami menjalani
adanya perbedaan itu, ya enjoy-enjoy saja tidak
harus adanya konflik hingga mengakibatkan hal yang
negatif, itu tidak.” Dan sebab perbedaan yang ada di
wilayah catur Swako yaitu “adanya perbedaan di
wilayah kami itu asal-usulnya itu memang dari
konon, sejarah cerita orang tua-tua kami dulu di
lingkungan atau di desa ini memang mereka datang
dengan sendirinya. Misalnya suku Sunda itu mereka
yang hijrah dari tanah Jawa barat ke daerah kami atau
daerah Lampung khususnya di lingkungan kami desa
catur swako ini, terus suku Jawa mereka datang dari
Jawa timur. Kurang lebih keterangannya seperti itu,
dan di lingkungan kami itu yang kejadiannya seperti
sekarang ini itu memang dari orang-orang tua kami
dulu. Dan berkembang sampai sekarang ini mereka
berkombinasi misalnya contoh perjodohan, itu
mereka ada orang Jawa yang dapat orang Lampung,
ada orang Sunda dapat orang Jawa, ada orang Jawa
dapat orang jawa ngapak, begitulah kira-kira.” Lalu
dari salah satu perbedaan tersebut yang paling
mencolok atau yang terlihat adalah “khususnya yang
paling terlihat di tempat kami ini adalah orang suku
Sunda, orang suku Sunda ini sangat mendominasi di
lingkungan kami dan secara umum mereka sifatnya
agak ke kaku-kaku an lah, cuman kekakuan di situ
sifatnya ya positif. Misalnya kalau salat, tidak mau
salat, ya mereka mengharapkan sekali kami orang ini
harus salat karena menurut mereka salat itu tidak
boleh ditinggalkan dan hukumnya wajib maka kami
sebagai pendatang. Masalahnya begini, di tempat
kami ini para imam-imam kami ini yang lebih dulu
datang kemari ini, adalah tokoh dari Jawa barat
9
(orang Sunda) dalam pengertian akhirnya kami ya
harus mengikuti bagaimana apa yang mereka ajak
diantaranya seperti salat berjamaah.” Dan dari
perbedaan tersebut cara mengatasi perbedaannya
adalah “kami saling menghargai, hidup saling damai,
menjalani budaya di lingkungan kami ini saling
menghormati.”4

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abu al-Fath al-Buyuni, Dirasat Fi Ikhtilafat al-Fiqhiyah, terj. Ali Mustafa
Ya’kub (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997),
Taha Jabir Fayyadl Al-Ulwani, Adabul Khilaf…

4
Bpk Tumiran, 27-10-2021, Desa Catur Swako
10

Anda mungkin juga menyukai