Kebutuhan air untuk berbagai aktivitas manusia akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta pembangunan di berbagai sektor. Untuk pembangunan infrastruktur di bidang air bersih khususnya sistem pengolahan air bersih (SPAM) perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (PP nomor 16, 2005). Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah untuk merealisasikan keinginan masyarakat akan kebutuhan air bersih ialah dengan jalan menyediakan sarana dan prasarana seperti: perluasan cakupan air bersih pembangunan sarana pelayanan kesehatan dan penyehatan lingkungan pemukiman, dengan harapan di akhir abad ke-20, derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat dengan angka kecukupan air bersih meningkat menjadi 80 persen untuk daerah perkotaan. Pelayanan air bersih saat ini di Kota Makassar, sepenuhnya belum tertangani dengan optimal, baik segi pelayanan yang ada saat ini, maupun kapasitas produksi yang tersalurkan sampai ke konsumen. Kuantitas air yang dialirkan oleh IPA Panaikang ke Kecamatan Tamalanrea maupun kecamatan tallo masih memerlukan pasokan air bersih tambahan sekitar 30,01 liter/detik. Permasalahan yang terjadi adalah ketersediaan air baku di Sungai Lekopancing yang berkurang pada musim kemarau dari kurang lebih 30,90 m 3/s menjadi 0,986 m3/s (Silaban, 2005). Begitu pula dengan IPA Antang belum memberikan pelayanan yang optimal dan merata kepada semua pelanggan. Hal ini disebabkan adanya faktor kendala yang berupa tingkat kehilangan air yang cukup tinggi, yaitu 57,68 %.
Namun, disisi lain sumber air untuk memenuhi kebutuhan tersebut
semakin langka atau mengalami penurunan baik jumlah maupun kualitasnya, sehingga menimbulkan krisis air bersih Daerah pinggiran kota makassar yang cukup ramai dimukimi oleh warga ialah daerah pinggiran sungai Tallo. Sungai Tallo adalah salah satu sungai yang melewati wilayah kota Makassar bagian utara, bermuara ke selat Makassar. Sungai ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Menurut Ozsaer (1998) sungai Tallo mempunyai panjang 66 km dengan luas daerah aliran sungai 417 km2. Sungai ini pada musim kemarau mempunyai debit air terendah sebesar 0,7 m3 per detik. Di sekitar muara sungai Tallo terdapat pemukiman penduduk antara lain di kecamatan Tallo, kecamatan Panakkukang dan kecamatan Biringkanaya dan kecamatan Tamalanrea. Kecamatan Tallo mempunyai pemukiman pinggir sungai yang cukup luas. Oleh karena itu kecamatan tersebut dipilih sebagai objek penelitian. Kecamatan Tallo mempunyai luas kurang lebih 8,75 km yang terbagi dalam 15 kelurahan, 67 ORW, dan 437 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 117.148 jiwa (Pemkot, 2000).