Anda di halaman 1dari 1

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebutuhan air untuk berbagai aktivitas manusia akan terus meningkat


seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta pembangunan di berbagai
sektor. Untuk pembangunan infrastruktur di bidang air bersih khususnya sistem
pengolahan air bersih (SPAM) perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat (PP nomor 16, 2005).
Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah untuk merealisasikan keinginan
masyarakat akan kebutuhan air bersih ialah dengan jalan menyediakan sarana dan
prasarana seperti: perluasan cakupan air bersih pembangunan sarana pelayanan
kesehatan dan penyehatan lingkungan pemukiman, dengan harapan di akhir abad
ke-20, derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat dengan angka kecukupan
air bersih meningkat menjadi 80 persen untuk daerah perkotaan.
Pelayanan air bersih saat ini di Kota Makassar, sepenuhnya belum
tertangani dengan optimal, baik segi pelayanan yang ada saat ini, maupun
kapasitas produksi yang tersalurkan sampai ke konsumen. Kuantitas air yang
dialirkan oleh IPA Panaikang ke Kecamatan Tamalanrea maupun kecamatan tallo
masih memerlukan pasokan air bersih tambahan sekitar 30,01 liter/detik.
Permasalahan yang terjadi adalah ketersediaan air baku di Sungai Lekopancing
yang berkurang pada musim kemarau dari kurang lebih 30,90 m 3/s menjadi 0,986
m3/s (Silaban, 2005). Begitu pula dengan IPA Antang belum memberikan
pelayanan yang optimal dan merata kepada semua pelanggan. Hal ini disebabkan
adanya faktor kendala yang berupa tingkat kehilangan air yang cukup tinggi, yaitu
57,68 %.

Namun, disisi lain sumber air untuk memenuhi kebutuhan tersebut


semakin langka atau mengalami penurunan baik jumlah maupun kualitasnya,
sehingga menimbulkan krisis air bersih
Daerah pinggiran kota makassar yang cukup ramai dimukimi oleh warga
ialah daerah pinggiran sungai Tallo. Sungai Tallo adalah salah satu sungai yang
melewati wilayah kota Makassar bagian utara, bermuara ke selat Makassar.
Sungai ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Menurut Ozsaer (1998)
sungai Tallo mempunyai panjang 66 km dengan luas daerah aliran sungai 417
km2. Sungai ini pada musim kemarau mempunyai debit air terendah sebesar 0,7
m3 per detik. Di sekitar muara sungai Tallo terdapat pemukiman penduduk antara
lain di kecamatan Tallo, kecamatan Panakkukang dan kecamatan Biringkanaya
dan kecamatan Tamalanrea. Kecamatan Tallo mempunyai pemukiman pinggir
sungai yang cukup luas. Oleh karena itu kecamatan tersebut dipilih sebagai objek
penelitian. Kecamatan Tallo mempunyai luas kurang lebih 8,75 km yang terbagi
dalam 15 kelurahan, 67 ORW, dan 437 RT dengan jumlah penduduk sebanyak
117.148 jiwa (Pemkot, 2000).

Anda mungkin juga menyukai