Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 2

“Sensor Gas MQ-7”

Disusun oleh :
Kelompok :
Abdi Manab Idris (1512141005)
Heri Rahmat Suriyadi (1512141008)
Miska Lapa (1512142006)
Sri Refiani Valeria (1512142001)
Triwanda R. Tandry (1512140011)
Wahyuni (1512141009)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
SENSOR GAS MQ-7
Di Indonesia polusi udara meningkat dari tahun ke tahun. Banyak polusi
udara terjadi di mana-mana yang disebabkan oleh banyak hal antara lain, asap
kendaraan, asap pabrik, pembakaran sampah dan sebagainya. Salah satu contoh
polusi udara ialah karbon monoksida. Karbon monoksida (CO) merupakan
senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk
gas yang tidak berwarna. sehingga diperlukan suatu instrumen yang mampu
mengukur kadar gas karbon monoksida.
Salah satu instrumennya ialah sensor MQ7 yang merupakan sensor gas
yang berfungsi untuk mengukur konsentrasi gas karbon monoksida (CO). Sensor
ini memiliki sensitivitas tinggi dan waktu respon yang cepat. Keluaran yang
dihasilkan oleh sensor ini adalah berupa sinyal analog. Sensor ini juga
membutuhkan tegangan direct current (DC) sebesar 5V. Pada sensor ini terdapat
nilai resistansi sensor (Rs) yang dapat berubah bila mendeteksi gas dan juga
sebuah pemanas yang digunakan sebagai pembersih sensor dari kontaminasi udara
dari luar. Sensor ini mampu mendeteksi kadar nilai karbon monoksida dalam
udara dengan cakupan antara 0-50,4 ppm.

Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan ialah :
1. Sensor MQ7
2. ARDUINO Uno R3
3. LCD 4*20
4. Kabel Jumper @20
5. LED, M, K, H, B, P
6. Buzzer
7. Adaptor
8. Acrilic “2 mm” A4
9. Lem lilin
10. Korek gas
Rangkaian
Teori Dasar
1. Gas CO
Gas CO berasal dari hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan fosil,
hasil industri dan materi lain yang mengandung gasolin, kerosen, minyak,
propana, batu bara dan hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor dan industri.
Di udara, gas CO terdapat dalam jumlah sangat rendah yaitu sekitar 0,1 ppm,
tetapi di wilayah perkotaan dengan lalu lintas padat dapat mencapai 10–15 ppm.
Sektor transportasi menyumbangkan polutan gas CO yaitu 59% dari mobil bensin;
0,2% dari mobil diesel; 2,4% dari pesawat terbang; 0,1% dari kereta api; 0,3%
dari kapal laut dan sepeda motor serta lainnya sebesar 1,8%.
Gas CO adalah penyebab utama dari kematian akibat keracunan di
Amerika Serikat dan lebih dari setengah penyebab keracunan fatal lainnya di
seluruh dunia. Terhitung sekitar 40.000 kunjungan pasien pertahun di unit gawat
darurat di Amerika Serikat yang berhubungan dengan kasus intoksikasi gas CO
dengan angka kematian sekitar 500-600 pertahun yang terjadi pada 1990an.
Sekitar 25.000 kasus keracunan gas CO pertahun dilaporkan terjadi di Inggris.
Dengan angka kematian sekitar 50 orang pertahun dan 200 orang menderita cacat
berat akibat keracunan gas CO.
2. Indeks Standar Pencemaran Udara
Saat ini Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di
Indonesia adalah Indek Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH / 1997
Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan tersebut yang
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya : bahwa untuk
memberikan kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara ambien
kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun
Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka
yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara
ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap
kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.

Tabel 1. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara


Tabel 2. Batas Nilai-Nilai Indeks dan Kategori dari Konsentrasi Masing-
Masing Parameter

3. Sensor Gas MQ-7


Sensor MQ-7 merupakan sensor gas karbon monoksida (CO) yang berfungsi
untuk mengukur konsentrasi gas karbon monoksida (CO). Sensor ini memiliki
sensitivitas tinggi dan waktu respon yang cepat. Keluaran yang dihasilkan oleh sensor
ini adalah berupa sinyal analog. Sensor ini juga membutuhkan tegangan direct
current (DC) sebesar 5V. Pada sensor ini terdapat nilai resistansi sensor (Rs) yang
dapat berubah bila mendeteksi gas dan juga sebuah pemanas yang digunakan sebagai
pembersih sensor dari kontaminasi udara dari luar. Sensor ini mampu mendeteksi
kadar nilai karbon monoksida dalam udara dengan cakupan antara 20-2000 ppm.
Sensor ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan gas CO (karbon
monoksida) yang merupakan hasil pembakaran pada kendaraan. Sensor ini terdiri dari
keramik Al2O2 , lapisan tipis SnO2, elektroda serta heater yang digabungkan dalam
suatu lapisan kerak yang terbuat dari plastik dan stainless. Apabila terdeteksi gas CO
maka tegangan output pada sensor akan naik, sehingga konsentrasi gas akan menurun
dan terjadi proses deoksidasi. Akibatnya permukaan dari muatan negatif oksigen akan
berkurang, ketinggian permukaan sambungan penghalang pun akan ikut terjadi. Hal
ini mengakibatkan penurunan resistansi sensor yang juga memiliki sebuah heater
sebagai pembersih udara.
Sensor ini memerlukan tegangan pemanas (power heater) sebesar 5V,
resistansi beban (load resistance), dan keluaran sensor dihubungkan ke pin ADC
(pengubah nilai analog ke digital), sehingga keluaran dapat ditampilkan dalam bentuk
sinyal digital. Maka nilai digital yang berupa keluaran sensor ini dapat ditampilkan
pada penampil cairan kristal penampil.

Gambar 1. Sensor MQ-7

Data/ Hasil Pengamatan


Berikut adalah data-data hasil pengukuran gas CO yang telah diperoleh di
lapangan dengan mengambil beberapa titik tertentu di Kota Makassar dan
disajikan dalam bentuk tabel :

No. Lokasi / Waktu Siang(ppm) Sore(ppm)


1. |16,15 ± 0,01| 1. |18,63 ± 0,01|
Gerbang Tengah UNM Parang Tambung
1. 2. |17,21 ± 0,01| 2. |20,43 ± 0,01|
(Jl. Malengkeri)
3. |18,95 ± 0,01| 3. |16,94 ± 0,01|
1. |16,26 ± 0,01| 1. |13,04 ± 0,01|
2. Jl. Alauddin (depan gerbang LP3I) 2. |18,37 ± 0,01| 2. |14,29 ± 0,01|
3. |17,52 ± 0,01| 3. |18,11 ± 0,01|
1. |14,25 ± 0,01| 1. |11,51 ± 0,01|
3. Simpang tiga Jl. Pettarani – Boulevard 2. |20,59 ± 0,01| 2. |14,67 ± 0,01|
3. |17,52 ± 0,01| 3. |13,46 ± 0,01|
1. |14,78 ± 0,01| 1. |11,03 ± 0,01|
Jl. Urip Sumohardjo (depan R.S Awal
4. 2. |18,21 ± 0,01| 2. |14,37 ± 0,01|
Bros)
3. |17,42 ± 0,01| 3. |13,14 ± 0,01|
1. |12,93 ± 0,01| 1. |11,36 ± 0,01|
Jl. Perintis Kemerdekaan (depan kampus
5. 2. |18,16 ± 0,01| 2. |14,91 ± 0,01|
UNHAS)
3. |16,10 ± 0,01| 3. |13,20 ± 0,01|

Analisis data
Analisis data:
1. Gerbang MIPA
a. Siang
( x  x 2  x3 )
x 1
3
(16,15  17,21  18,95) ppm
x
3
x  17,44 ppm

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |16,15 ppm – 17,44 ppm| = 1,29 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |17,21 ppm – 17,44 ppm| = 0,23 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |18,95 ppm – 17,44 ppm| = 1,51 ppm
Δx = δmax = 1,51 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
1,51
= × 100%
17,44
= 8,66 % (2 AP)
DK = 100% - 8,66%
= 91,34%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= | 17,14 ± 1,51 | ppm

b. Sore
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(18,63 + 20,43 + 16,94) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 18,67 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |18,63 ppm – 18,67 ppm| = 0,04 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |20,43 ppm – 18,67 ppm| = 1,76 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |16,94 ppm – 18,67 ppm| = 1,73 ppm
Δx = δmax = 1,76 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
1,76
= × 100%
18,67
= 9,43 % (2 AP)
DK = 100% - 9,43%
= 90,57%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= | 18,67 ± 1,76 | ppm

2. Jl. Alauddin (depan gerbang LP3I)


a. Siang
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(16,26 + 18,37 + 17,52) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 17,38 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |16,26 ppm – 17,38 ppm| = 1,12 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |18,37 ppm – 17,38 ppm| = 0,99 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |17,52 ppm – 17,38 ppm| = 0,14 ppm
Δx = δmax = 1,12 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
1,12
= × 100%
17,38
= 6,44 % (2 AP)
DK = 100% - 8,66%
= 93,56%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= |17,38 ± 1,12| ppm

b. Sore
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(13,04 + 14,29 + 18,11) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 15,15 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |13,04 ppm – 15,15 ppm| = 2,11 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |14,29 ppm – 15,15 ppm| = 0,86 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |18,11 ppm – 15,15 ppm| = 2,96 ppm
Δx = δmax = 2,96 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
2,96
= × 100%
15,15
= 19,54 % (2 AP)
DK = 100% - 19,54%
= 80,46%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= | 15,15 ± 2,96 | ppm
3. Simpang tiga Jl. Pettarani - Boulevard
a. Siang
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(14,25 + 20,59 + 17,52) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 17,45 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |14,25 ppm – 17,45 ppm| = 3,2 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |20,59 ppm – 17,45 ppm| = 3,14 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |17,52 ppm – 17,45 ppm| = 0,07 ppm
Δx = δmax = 3,2 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
3,2
= × 100%
17,45
= 18,34 % (2 AP)
DK = 100% - 18,34%
= 81,66%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= |17,45 ± 3,20| ppm

b. Sore
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(11,51 + 14,67 + 13,46) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 13,21 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |11,51 ppm – 13,21 ppm| = 1,7 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |14,67 ppm – 13,21ppm| = 1,46 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |13,46 ppm – 13,21 ppm| = 0,25 ppm
Δx = δmax = 1,7 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
1,7
= × 100%
13,21
= 12,87 % (2 AP)
DK = 100% - 12,87%
= 87,13%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= | 13,21 ± 1,70 | ppm

4. Jl. Urip Sumohardjo (depan R.S Awal Bros)


a. Siang
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(14,78 + 18,21 + 17,42) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 16,80 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |14,78 ppm – 16,80 ppm| = 2,02 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |18,21 ppm – 16,80 ppm| = 1,41 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |17,42 ppm – 16,80 ppm| = 0,62 ppm
Δx = δmax = 2,02 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
2,02
= × 100%
16,8
= 12,02 % (2 AP)
DK = 100% - 12,02%
= 87,98%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= |16,80 ± 2,02| ppm

b. Sore
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(11,03 + 14,37 + 13,14) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 12,85 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |11,03 ppm – 12,85 ppm| = 1,82 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |14,37 ppm – 12,85 ppm| = 1,52 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |13,14 ppm – 12,85 ppm| = 0,29 ppm
Δx = δmax = 1,82 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
1,82
= × 100%
12,85
= 14,16 % (2 AP)
DK = 100% - 14,16%
= 85,84%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= | 12,85 ± 1,82 | ppm

5. Jl. Perintis Kemerdekaan (depan kampus UNHAS)


a. Siang
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(12,93 + 18,16 + 16,10) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 15,73 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |12,93 ppm – 15,73 ppm| = 2,80 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |18,16 ppm – 15,73 ppm| = 2,43 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |16,10 ppm – 15,73 ppm| = 0,37 ppm
Δx = δmax = 2,80 ppm

𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
2,80
= × 100%
15,73
= 17,80 % (2 AP)
DK = 100% - 17,80%
= 82,2%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= |15,73 ± 2,80| ppm

b. Sore
(𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 )
𝑥̅ =
3
(11,36 + 14,91 + 13,20) 𝑝𝑝𝑚
𝑥̅ =
3
𝑥̅ = 13,16 𝑝𝑝𝑚

𝛿1 = | 𝑥1 − 𝑥̅ | = |11,36 ppm – 13,16 ppm| = 1,80 ppm


𝛿2 = | 𝑥2 − 𝑥̅ | = |14,91 ppm – 13,16 ppm| = 1,75 ppm
𝛿3 = | 𝑥3 − 𝑥̅ | = |13,20 ppm – 13,16 ppm| = 0,04 ppm
Δx = δmax = 1,80 ppm
𝛥𝑥
𝐾𝑅 = × 100%
𝑥̅
1,80
= × 100%
13,16
= 13,68 % (2 AP)
DK = 100% - 13,68%
= 86,32%
𝑥̅ = | 𝑥̅ ± Δx |
= | 13,16 ± 1,80 | ppm
Pembahasan
Telah dilakukan pengukuran terhadap gas karbon monoksida (CO) pada 5
titik tertentu di kota makassar, yakni di Jl. Sultan Alauddin, di pertigaan Jl.
Pettarani – Boulevard, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Perintis Kemerdekaan dan Jl.
Malengkeri dengan menggunakan sensor gas yang telah dibuat dan didesain
sedemikian rupa. Pengambilan data dilakukan pada siang dan sore hari serta
dilakukan pengukuran berulang.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dan analisis data diperoleh bahwa
kadar CO tertinggi pada data siang hari ialah pada titik di pertigaan Jl. Pettarani –
Boulevard, dengan rata rata kadar CO sebesar |17,45 ± 3,20| ppm, yang termasuk
dalam kategori tidak sehat (warna LED nya Merah). Tingganya kadar CO di titik
tersebut ialah diakibatkan lalu lintas yang cukup padat yang disebabkan oleh
banyaknya kendaraan beroda dua maupun beroda empat yang beroperasi di
sekitaran jalan Pettarani – Boulevard khususnya di siang hari serta karena adanya
pembuatan jalan layang di pettarani yang menyebabkan kemacetan sehingga
memperbesar polusi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor.
Untuk data sore, kadar CO tertinggi ialah pada titik Jl. Malengkeri (depan
kampus UNM Parang Tambung) dengan rata-rata kadar CO sebesar |18,67 ± 1,76
| ppm yang termasuk dalam kategori tidak sehat (warna LED nya Merah). Kadar
CO yang tinggi tersebut diakibatkan pengukuran yang dilakukan pada sore hari
yang merupakan aktivitas kendaraan yang meningkat karena jam pulang kantor
serta titik tersebut merupakan titik yang dilalui pula oleh mahasiswa di UNM
Parang Tambung, dan sore hari merupakan aktivitas pulang kuliah sehingga kadar
CO didominasi kendaraan yang beralalu lalang di depan titik tersebut.
Mengingat bahaya Karbon monoksida terhadap kesehatan begitu besar
maka keberadaan karbon monoksida di udara perlu diwaspadai apalagi bila
dikaitkan dengan pertambahan kendaraan bermotor tiap tahunnya yang terus
meningkat terutama di daerah perkotaan.
Kesimpulan
Kadar karbon monoksida (CO) tertinggi berdasarkan pengukuran di 5 titik
tertentu di kota makassar ialah untuk data siang pada titik jalan Pettarani –
Boulevard dengan kadar CO rata-rata |17,45 ± 3,20| ppm. Sedangkan, untuk data
sore kadar CO tertinggi pada titik Jl. Malengkeri ( di depan kampus UNM Parang
Tambung) dengan kadar CO rata-rata sebesar |18,67 ± 1,76 | ppm serta dari kadar
CO kedua keadaan dan termasuk pada kategori tidak baik (tidak sehat).
Saran
Diharapkan, perlu menindaklanjuti penelitian terhadap konsentrasi CO di
kota makassar serta peran pemerintah dalam mengurangi polusi dengan cara
penanaman pohon di pinggir jalan.

Daftar pustaka
Ariliyanti, F. 2012. Pengaruh Kelembaban, Suhu, Arah, dan Kecepatan Angin
terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) dengan Membandingkan
Dua Volume Sumber Pencemar di Area Pabrik dan di Persimpangan
Jalan (Studi Kasus PT. Inti General Yaja Steel dan Persimpangan Jrakah).
Semarang: UNDIP. Lvan
Blumenthal. 2001. Carbon monoxide poisoning. J R Soc Med 2001; 94: 270- 272.
Ikrham, Y. 2016 Sensor Asap MQ-7. Malang : Universitas Brawijaya. 57 - 61
Rorah, V. 2014. Analisis Kualitas CO dalam Ruang pada Perparkiran Basement
dan Upper Ground (Studi Kasus: Mall X, Semarang). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Wardhana, WA. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
Script Program Sensor Gas-MQ-7
#include <LiquidCrystal.h>
LiquidCrystal lcd(9, 8, 7, 6, 5, 4);
float val;
float sen;
#define hijau 13
#define biru 12
#define kuning 11
#define merah 10
#define putih 3
#define buzz 2
void setup() {
lcd.begin(20,4);
pinMode(A0,INPUT);
pinMode(hijau,OUTPUT);
pinMode(biru,OUTPUT);
pinMode(merah,OUTPUT);
pinMode(putih,OUTPUT);
pinMode(kuning,OUTPUT);
pinMode(buzz,OUTPUT);
}
void loop() {
lcd.clear();
sen=analogRead(A0);
val=(sen/1023.0)*5.4;
float hasil=val*10;
lcd.setCursor(0,0); lcd.print(" >>sensor gas MQ7<<");
lcd.setCursor(0,1); lcd.print(">>Aliansi Muka GAS<<");
lcd.setCursor(0,2);lcd.print(hasil);
lcd.setCursor(5,2);lcd.print("ppm");
if (hasil <= 4.40){digitalWrite(hijau,HIGH);}
else if(hasil <= 9.50){digitalWrite(biru,HIGH);}
else if(hasil <= 15.40){digitalWrite(kuning,HIGH);}
else if(hasil <= 30.40){digitalWrite(merah,HIGH);}
else if(hasil >= 30.50){digitalWrite(putih,HIGH);digitalWrite(buzz,HIGH);}
else {digitalWrite(putih,LOW);digitalWrite(merah,LOW);
digitalWrite(biru,LOW);digitalWrite(hijau,LOW);
digitalWrite(hijau,LOW);digitalWrite(buzz,LOW);}
delayMicroseconds(10000);
}

Lampiran
Rincian Dana Penelitian
Alat dan bahan Biaya (Rp)
Sensor MQ7 75.000
Arduino Uno R3 65.000
LCD 4X20 70.000
Kabel Jumper @20 40.000
LED M, K, H, B, P 5.000
Buzzer 50.000
Adapator 50.000
Acrilic “2mm” A4 40.000
Lem lilin 5.000
Total Rp. 400.000
Dokumentasi selama penilitian

Anda mungkin juga menyukai