Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM INSTRUMEN & TEKNIK PENGUKURAN

KARAKTERISTIK TABUNG-TABUNG VENTURI (FLOW I)

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Astrid Arrosyiid Gusdinar (062130401229)


Habib Muhammad Rizieq (062130401232)
Kholis Vage Maulana (062130401235)
M. Triefani Aditya Putra (062130401237)
Masayu Ardellia Putri Wijaya (062130401238)
Nazania Tasiya Putri (062130401245)

Kelas: 2KC

Instruktur : Yuniar, S.T, M.T.

Jurusan Teknik Kimia


ProgramStudi DIII Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya 2022
KARAKTERISTIK TABUNG-TABUNG VENTURI (FLOW I)

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mendemontrasikan aplikasi tabung venturi dalam pengukuran laju alir dan


kecepatan alir dalam pipa
2. Mengukur alir dalam pipa

3. Membandingkan beda tekan secara praktek dan teori

II. ALAT YANG DIGUNAKAN


Seperangkat alat flowmeter

III. DASAR TEORI

Venturi merupakan alat yang digunakan untuk mengukur debit aliran air dalam
pipa.Venturi merupakan bentuk klasik yang terdiri dari bagian masuk yang mengecil,
bagian leher dan bagian keluar yang membesar. Tabung tersebut dipasang di tempat
sambungan pipa sedemikian rupa sehingga bagian lehernya konsentris dengan lubang
pipa.

Venturi mempunyai keunggukan dalam ketelitian yang tinggi berkisar 0,25%

- 3% dan penurunan tekanan sangat kecil akan tetapi dari segi biaya harganya cukup
tinggi. Mengambil rasio diameter leher terhadap pipa tidak dapat diubah-ubah. Tabung
venturi dapat digunakan untuk menangani fluida cair, lumpur (slurry) dan cairan yang
kotor (air limbah) disain umum yang dipakai dengan ukuran diameter pipa 2- 20 in
dan koefisiennya 0,984.
Hubungan antara laju alir dan beda tekanan untuk tabung venturi adalah
sebagai berikut :
Q = CdA0 [1- (A0/A1)2 ]1/2 √2 𝑔 ( ℎ1 − ℎ2 )

Dimana :

Q = Laju alir (dm3/dtk )

Cd = koefisien discharge = 0,98

A0 = luas leher venture, diameter leher 13,9 mm


A1 = luas pipa, diameter pipa 26,7 mm
h1-h2 = beda tekan (bar)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menutup katup pembuang yang terletak di bagian bawah tangki

2. Mengisi ¾ air dalam tangki

3. Menghubungkan kabel listrik ke stop kontak

4. Memutar pasokan listrik saklar utama ke dalam posisi horizontal

5. Lalu lampu indikator akan menyala

6. Menghubungkan konektor ke pipa yang digunakan konektor (+) pada upstream


dan konektor (-) pada down stream
7. Menghilangkan udara yang ada di dalam selang dengan cara membukadua
katup buangan dan kemudian menutupnya.
8. Untuk mendapatkan beda tekan yang sama dengan nol, dilakukan:

1. Menutup valve yang ada di atas tangki


2. Untuk mendapatkan beda tekan nol laju alir dibuat nol, indikator
menunjukan misalnya x mbar, hal ini sama dengan 0 atmosfer
3. Harga x mbar digunakan untuk factor pengurangan setiap pengukuran
9. Membuka valve dan menentukan laju alir yang digunakan

10. Bila menggunakan manometer, pada manometer terdapat udara dilakukanlah


prosedur:
1. Membuka katup 24,lalu menunggu air sampai penuh

2. Menutup katup 24 bila air telah penuh

3. Mematikan pompa

4. Kemudian secara perlahan lahan membuka katup 25 bila air dalam


manometer tidak ada udara, lalu menutup katup 25
5. Menghidupkan pompa

6. Menentukan laju alir.


11. Cara mematikan alat

1. Pompa dimatikan

2. Mengosongkan pipa dengan cara membuka seluruh valve

3. Mematikan suplay power


4. Dalam penggunaan yang cukup lama tangki harus dilakukan
pengurasan.

V. DATA PENGAMATAN

 Tabel laju alir Digital

Keterangan Percobaan 1 Percobaan 2

Laju alir
500 1000 1500 500 1000 1500
(L/jam)

Beda tekan
-25 -7 24 -24 -6 23
(mbar)

 Tabel laju Manometer

No.
Awal 500 L/jam 1000 L/jam 1500 L/jam
percobaan

H1 H2 H1 H2 H1 H2

Percobaan
1 beda
15,5 18,5 26,5 15,5 41 9,5 64
tekan
(cm)

Percobaan
2 beda
16,5 19 26,5 15,5 42 10 63
tekan
(cm)
VI. DATA PERHITUNGAN

7.1 Menentukan Luas Permukaan Venturi


a. Dik = diameter ( 13,9 mm )
A0 = 1/4 πd2
= 1/4 (3,14 ) ( 13,9 mm )2
= 151,67 mm2
b. Dik = diameter ( 26,7 mm )
A1 = 1/4 πd2
= 1/4 (3,14 ) ( 26,7 mm )2
= 559,61 mm2

7.2 Penentuan Laju Alir secara Teori

a. Laju Alir dengan Beda Tekan Digital

1. Data 1500 L/jam (Percobaan 1)


𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔. (𝑚𝑏𝑎𝑟)
𝐴𝐼

1/2
151,67𝑚𝑚 2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( 559,61𝑚𝑚 )2 ] √2.10𝑚/𝑠 2 (24 𝑚𝑏𝑎𝑟)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,024 𝑏𝑎𝑟)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 √20𝑚/𝑠 2 (0,24 𝑚𝐻2𝑂)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√4,8 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 2,1908 𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 1.128.435.792 mm2/jam

= 1128,43 L/jam

1128,43−1500
%Kesalahan =| | × 100% = 24,77 %
1500
2. Data 1500 L/jam (Percobaan 2)
𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔 (𝑚𝑏𝑎𝑟)
𝐴𝐼

1/2
151,67𝑚𝑚 2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( 559,61𝑚𝑚 )2 ] √2.10𝑚/𝑠 2 (23 𝑚𝑏𝑎𝑟)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,023 𝑏𝑎𝑟)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 √20𝑚/𝑠 2 (0,23 𝑚𝐻2𝑂)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√4,6 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 2,1447 𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 1.104.690.635 mm2/jam

= 1104,69 L/jam

1104,69 −1500
%Kesalahan =| | × 100% = 26,35 %
1500

b. Laju Alir dengan Beda Tekan Digital Manometer

1. Data 500 L/jam (Percobaan 1)


𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔 (ℎ1 − ℎ2)
𝐴𝐼

1/2
151,67𝑚𝑚 2 2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( ) ] √2.10𝑚/𝑠 2 (8 𝑐𝑚)
559,61𝑚𝑚

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,08 𝑚)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√4,6 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 1,2649 𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 651.523.842 mm2/jam

= 651,52 L/jam

651,52 −500
%Kesalahan =| | × 100% = 23,25 %
500
2. Data 1000 L/jam (Percobaan 1)
𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔 (ℎ1 − ℎ2)
𝐴𝐼

1/2
151,67𝑚𝑚 2 𝑚2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( 559,61𝑚𝑚 )2 ] √2.10 (25,5 𝑐𝑚)
𝑠

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,255 𝑚)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√5,1 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 2,2583 𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 1.163.203.647 mm2/jam

= 1163,20 L/jam

1163,20−1000
%Kesalahan =| | × 100% = 16,32 %
1000

3. Data 1500 L/jam (Percobaan 1)


𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔 (ℎ1 − ℎ2)
𝐴𝐼

1/2
151,67𝑚𝑚 2 𝑚2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( 559,61𝑚𝑚 )2 ] √2.10 (42,5 𝑐𝑚)
𝑠

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,425 𝑚)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√8,5 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 2,9154 𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 1.501.662.273 mm2/jam

= 1501,66 L/jam

1501,66 −1500
%Kesalahan =| | × 100% = 0,11 %
1500

4. Data 500 L/jam (Percobaan 2)


𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔 (ℎ1 − ℎ2)
𝐴𝐼
1/2
151,67𝑚𝑚 2 𝑚2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( 559,61𝑚𝑚 )2 ] √2.10 (7,5 𝑐𝑚)
𝑠

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,075 𝑚)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√1,5 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 1,2247 𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 630.817.653 mm2/jam

= 630,81 L/jam

630,81 −500
%Kesalahan =| | × 100% = 20,73 %
500

5. Data 1000 L/jam (Percobaan 2)


𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔 (ℎ1 − ℎ2)
𝐴𝐼

1/2
151,67𝑚𝑚 2 𝑚2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( 559,61𝑚𝑚 )2 ] √2.10 (24,5 𝑐𝑚)
𝑠

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,245 𝑚)

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√4,9 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 2,2135𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 1.140.128.093 mm2/jam

= 1140,12 L/jam

1140,12−1000
%Kesalahan =| | × 100% = 14,01 %
1000

6. Data 1500 L/jam (Percobaan 2)


𝐴𝑂 2
𝑄 = 𝑐𝑑. 𝐴𝑜 [1 − ( ) ]√2. 𝑔 (ℎ1 − ℎ2)
𝐴𝐼

1/2
151,67𝑚𝑚 2 𝑚2
= (0,98)(151,67 𝑚𝑚2 ) [1 − ( 559,61𝑚𝑚 )2 ] √2.10 (40 𝑐𝑚)
𝑠

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√20𝑚/𝑠 2 (0,4 𝑚)


= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥√8 𝑚/𝑠 2

= 148,6366𝑚𝑚2 𝑥 0,9626 𝑥 ( 2,8284 𝑋 103 𝑚𝑚 𝑥 3600𝑗𝑎𝑚)

= 1.456.850.372 mm2/jam

= 1456,85 L/jam

1456,85 −1500
%Kesalahan =| | × 100% = 2,87 %
1500

VII. ANALISA PERCOBAAN


Pada praktikum kali ini yaitu flow 1 karakteristik tabung tabung Venturi
bertujuan untuk menentukan laju alir menggunakan tabung Venturi yang dihubungkan
dengan manometer. Untuk menentukan laju alir pada alat flow meter ada dua metode
pembacaan digital terdapat detektor yang mendeteksi aliran dan transduser yang
terdapat pada detektor akan mengubah sinyal tersebut menjadi aliran listrik dan
menunjukkan angka secara langsung dalam saluran Mbar.

Pada pembacaan manual dilakukan dengan menghubungkan selang ke mana


meter sehingga terjadi beda tekan antar aliran masuk dan aliran keluar. Besarnya aliran
masuk dan keluar ditunjukkan melalui skala Manometer dalam milimeter. Beda tekan
pada Manometer ber satuan milimeter H2 Oh karena Fluida dalam meter yaitu air.

Tekanan pada internet lebih kecil daripada bagian outlet atau bagian keluar. Hal
ini disebabkan karena luas penampang lebih besar sehingga menyebabkan tekanan
kecil hal itu terjadi karena tekanan berbanding terbalik dengan luas penampang titik
tekanan berbanding lurus dengan kecepatan aliran sehingga semakin besar tekanan
maka laju alir akan semakin besar juga.

Berdasarkan data yang diperoleh pada pengukuran digital dapat dilihat bahwa
pada percobaan 1 beda tekan yang didapat cenderung naik yakni dari -25, -7, dan 24.
pada percobaan 2 beda tekan yang didapat yakni, -24, -6, dan 23. Laju Alir yang
digunakan pada percobaan 1 dan 2 adalah 500 l/jam 1000 L/jam dan 1500 L/jam.
Sedangkan pada percobaan pengukuran manometer secara manual h percobaan 1,
yakni 8cm, 25,5 cm, dan 42,5 cm. Dan h percobaan 2 yakni, 7,5 cm, 24,5 cm, dan 40
cm. Laju Alir yang digunakan pada percobaan 1 dan 2 adalah 500 l/jam 1000 L/jam
dan 1500 L/jam.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
a. Laju alir dengan beda tekan digital.
 Percobaan 1 : pada laju alir 1500 L/jam, Q= 1128,43 L/jam, %kesalahan=
24,77%.
 Percobaan 2 : pada laju alir 1500 L/jam, Q= 1104,69 L/jam, %kesalahan=
26,35%.
b. Laju alir dengan beda tekan manometer.
 Percobaan 1 :
Pada laju alir 500 L/jam, Q= 651,52 L/jam, %kesalahan= 23,25%
Pada laju alir 1000 L/jam, Q= 1163,20 L/jam, %kesalahan= 16,32%
Pada laju alir 1500 L/jam, Q= 1501,66 L/jam, %kesalahan= 0,11%
 Percobaan 2 :
Pada laju alir 500 L/jam, Q= 630,81 L/jam, %kesalahan= 20,73%
Pada laju alir 1000 L/jam, Q= 1140,12 L/jam, %kesalahan= 14,01%
Pada laju alir 1500 L/jam, Q= 1456,85 L/jam, %kesalahan= 2,87%

IX. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet.2022.Penuntun Praktikum Instrument & Teknik Pengukuran“Karakteristik
Tabung Venturi (Flow 1)” .Palembang:Politeknik Negeri Sriwijaya.
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM INSTRUMEN & TEKNIK PENGUKURAN

KARAKTERISTIK TABUNG-TABUNG ORIFICE (FLOW 2)

DisusunOleh:

Kelompok 1

Astrid Arrosyiid Gusdinar (062130401229)


Habib Muhammad Rizieq (062130401232)
Kholis Vage Maulana (062130401235)
M. Triefani Aditya Putra (062130401237)
Masayu Ardellia Putri Wijaya (062130401238)
Nazania Tasiya Putri (062130401245)

Kelas:2KC

Instruktur:Yuniar, S.T, M.T.

Jurusan Teknik Kimia

ProgramStudi DIII Teknik Kimia

Politeknik Negeri Sriwijaya 2022


KARAKTERISTIK TABUNG ORIFICE (FLOW II)

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Mendemontrasikan aplikasi tabung orifice dalam pengukuran laju alir dan
 kecepatan alir dalam pipa
 Mengukur beda tekan secara praktek
 Membandingkan beda tekan secara praktek dan teori

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan
 Seperangkat alat flowmeter

III. DASAR TEORI

Untuk zat cair yang mengalur melalui sebuah lubang paga tangki,maka besar
kecepatannya selalu dapat diturunkan dari hokum Bernouli yaitu : V = √2𝑔ℎ, ℎ adalah
kedalaman lubang dari permukaan zat cair (Mirower dan Ersemhork,2003).
Peralatan yang digunakan untuk mengukur pengeluaran fluida adalah orifice dan
noozle.Orifice adalah sebuah bukaan (biasanya bulat pada dinding tangki atau pad plat
normal di sumbu pipa,plat yang sama juga ada di ujung pipa atau dibeberapa daerah lanjut
airnya.Dikaraliterlisasi dari kenyataan bahwa ketipisan dinding/ plat relative kecil terhadap
ukuran bukaan.Orifice standar dengan sisi tajam atau dengan bahan pesergi atau bulat bukan
jenis standar dengan sisi tajam atau dengan bahan pesergi atau bulat bukan jenis standar
karena aliran yang melalui nya dipengaruhi oleh ketebalan plat,kekerasan permukaannya,jari-
jari lekukannya.Orifice ini harus di uji jika diperlukan ketelitian yang tinggi ( Titherington
dan Rimmer,1986).
IV. PROSEDUR KERJA

 Menutup katup pembuang yang terletak di bagian bawah tangki


 Mengisi air dalam tangki
 Menghubungkan steker listrik ke stop kontak
 Memutar pasokan listrik saklar utama dalam posisi horizontal
 Lampu indikator akan menyala
 Menghubungkan konektor ke pipa yang digunakan konektor (+) pada up stream
dan konektor (-) dan down stream
 Hilangkan udara yang ada dalam selang dengan cara membuka dua katup buangan
dan kemudian tutup
- Untuk mendapatkan beda tekan yang sama dengan nol dilakukan
1. Menutup valve yang ada di atas tangki
2. untuk mendapatkan beda menekan nol laju alir dibuat nol, indikator
menunjukkan misalnya x mbar, hal ini sama dengan 0 atmosfer
3. Harga x mbar digunakan untuk factor pengurangan setiap pengukuran
-Membuka valve dan menetukan laju alir yang digunakan
Bila menggunakan manometer, pada manometer atau pipa terdapat udara
lakukan prosedur
a. Membuka katup 24, tunggu air sampai penuh
b. Menutup katup 24 bila air telah penuh
c. Mematikan pompa
d. Secara perlahan-lahan membuka katup 25 bila air dalam manometer telah rata
tutup katup 25
e. Menghidupkan pompa
f. Menentukan laju alir

- Cara mematikan alat


a. Matikan pompa
b. Mengosongkan pipa dengan cara membuka seluruh valve
c. Mematikan suplay power
d. Dalam penggunaan yang cukup lama tangki harus dilakukan
pengurasan.
V. DATA PENGAMATAN
 Tabel laju alir beda tekan digital

Laju alir (liter/jam) 500 1000 1500 500 1000 1500


Beda tekan (mbar) -25 10 22 -27 -11 23

 Tabel laju alir beda tekan manometer


500 L/jam
1000 L/jam 1500 L/jam
No.Percobaan Awal
H1 H2 H1 H2 H1 H2
Percobaan1 (cm) 18,5 21,5 29 22 42 19 67,5
Percobaan2 (cm) 20 22,5 29,5 23 44,5 19,5 63,5

VI. DATA PERHITUNGAN


 Menentukan luas permukaan orifice
- Dik : d= 17,24 mm
Ao = ¼.3,14. (17,24 𝑚𝑚)2
= 233,3158 𝑚𝑚2

- Dik : d = 26,7 mm
𝐴1 = ¼.3,14.(26,7 𝑚𝑚)2
= 559,6186 𝑚𝑚2

 Penentuan laju alir


a) Laju alir dengan beda tekan digital
- Data 1500 L/jam (Percobaan 1)
Q = Cd.𝐴𝑜 [ 1-(𝐴0/ 𝐴𝐼)2 ]1/2 √2.9. (𝑚𝑏𝑎𝑟)
233,3158 𝑚𝑚 2
= (0,62).(233,3158 𝑚𝑚2 ).[ 1-(559,6168 𝑚𝑚2 )2 ]1/2 √2.10 𝑚/𝑠 2 .(22 mbar)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .[1-(0,4169)2 ]1/2 √2.10.000 𝑚𝑚/𝑠 2 .224,4 mm𝐻2 𝑂

= 144,6557 𝑚𝑚2 .(1-0,1738)1/2 √4.488.000𝑚𝑚2 /𝑠 2


= 144,6557 𝑚𝑚2 .√0,8262.2118,49 mm/s
= 144,6557 𝑚𝑚2 .0,9089.2118,49 mm/s
= 278.533,9082 𝑚𝑚3 /s
= 1.002,7220 L/Jam
𝑇−𝑃
%Kesalahan = × 100%
𝑇
1500−1.002,7220
= × 100%
1500

= 33,15%

- Data 1500 L/Jam (percobaan 2)


Q = Cd.𝐴𝑜 [ 1-(𝐴0/ 𝐴𝐼)2 ]1/2 √2. 𝑔. (𝑚𝑏𝑎𝑟)
233,3158 𝑚𝑚 2
= (0,62).(233,3158 𝑚𝑚2 ).[ 1-(559,6168 𝑚𝑚2 )2 ]1/2 √2.10 𝑚/𝑠 2 .(23 mbar)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .[1-(0,4169)2 ]1/2 √2.10.000 𝑚𝑚/𝑠 2 .234,4 mm𝐻2 𝑂

= 144,6557 𝑚𝑚2 .(1-0,1738)1/2 √4.692.000𝑚𝑚2 /𝑠 2


= 144,6557 𝑚𝑚2 .√0,8262.2166,1024 mm/s
= 144,6557 𝑚𝑚2 .0,9089.2166,1024 mm/s
= 284.793,8706 𝑚𝑚3 /s
= 1.025,2579 L/Jam
𝑇−𝑃
%Kesalahan = × 100%
𝑇
1025,2579−1500
= × 100%
1500

= 31,64%

b) Laju alir dengan beda tekan manometer


- Data 500 L/Jam (Percobaan 1)
ℎ1 = 21,5-18,5 = 3 ℎ2 = 29-18,5 = 10,5
Q = Cd.𝐴𝑜 [ 1-(𝐴0/ 𝐴𝐼)2 ]1/2 √2. 𝑔. (𝑚𝑏𝑎𝑟)
233,3158 𝑚𝑚 2
= (0,62).(233,3158 𝑚𝑚2 ).[ 1-(559,6186 𝑚𝑚2 )2 ]1/2 √2.10 𝑚/𝑠 2 .(7,5 cm)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .[1-(0,4169)2 ]1/2 √20 𝑚/𝑠 2 .0,075 m

= 144,6557 𝑚𝑚2 .(1-0,1738)1/2 √1,5𝑚2 𝑠 2


= 144,6557 𝑚𝑚2 .√0,8262.1,2247 m/s
= 144,6557 𝑚𝑚2 .0,9089.(1,2247 × 103 𝑚𝑚 × 3600/𝑗𝑎𝑚)
= 579.674.069,0983 𝑚𝑚3 /jam
= 579,67 L/Jam
𝑇−𝑃
%Kesalahan = × 100%
𝑇
579,67−500
= × 100%
500

= 15,9%
- Data 1500 L/Jam (Percobaan 1)
ℎ1 = 19-18,5 = 0,5 ℎ2 = 63,5-18,5 = 45
Q = Cd.𝐴𝑜 [ 1-(𝐴0/ 𝐴𝐼)2 ]1/2 √2. 𝑔. (ℎ1 − ℎ2 )
233,3158 𝑚𝑚 2
= (0,62).(233,3158 𝑚𝑚2 ).[ 1-(559,6186 𝑚𝑚2 )2 ]1/2 √2.10 𝑚/𝑠 2 .(44,5 cm)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .[1-(0,4169)2 ]1/2 √20 𝑚/𝑠 2 .0,445 m

= 144,6557 𝑚𝑚2 .(1-0,1738)1/2 √8,9 𝑚2 𝑠 2


= 144,6557 𝑚𝑚2 .√0,8262.2,9832 m/s
= 144,6557 𝑚𝑚2 .0,9089.(2,9832 × 103 𝑚𝑚 × 3600/𝑗𝑎𝑚)
= 1.412.005,946 𝑚𝑚3 /jam
= 1412 L/Jam
𝑇−𝑃
%Kesalahan = × 100%
𝑇
1412−1500
= × 100%
1500

= 5,86%
- Data 500 L/Jam (percobaan 2)
ℎ1 = 19-18,5 = 0,5 ℎ2 = 63,5-18,5 = 45
Q = Cd.𝐴𝑜 [ 1-(𝐴0/ 𝐴𝐼)2 ]1/2 √2. 𝑔. (ℎ1 − ℎ2 )
233,3158 𝑚𝑚 2
= (0,62).(233,3158 𝑚𝑚2 ).[ 1-(559,6186 𝑚𝑚2 )2 ]1/2 √2.10 𝑚/𝑠 2 .(7 cm)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .[1-(0,4169)2 ]1/2 √20 𝑚/𝑠 2 .0,07m

= 144,6557 𝑚𝑚2 .(1-0,1738)1/2 √1,4 𝑚2 𝑠 2


= 144,6557 𝑚𝑚2 .√0,8262.1,1832 m/s
= 144,6557 𝑚𝑚2 .0,9089.(1,1832 × 103 𝑚𝑚 × 3600/𝑗𝑎𝑚)
= 560.031.320,7782 𝑚𝑚3 /jam
= 560,03 L/Jam
𝑇−𝑃
%Kesalahan = × 100%
𝑇
560,03−500
= × 100%
500

= 12%
- Data 1000 L/Jam (percobaan 2)
ℎ1 = 23-20= 3 ℎ2 = 44,5-20 = 24,5
Q = Cd.𝐴𝑜 [ 1-(𝐴0/ 𝐴𝐼)2 ]1/2 √2. 𝑔. (ℎ1 − ℎ2 )
233,3158 𝑚𝑚 2
= (0,62).(233,3158 𝑚𝑚2 ).[ 1-(559,6186 𝑚𝑚2 )2 ]1/2 √2.10 𝑚/𝑠 2 .(21,5 cm)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .[1-(0,4169)2 ]1/2 √20 𝑚/𝑠 2 . (0,215 m)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .(1-0,1738)1/2 √4,3 𝑚2 𝑠 2


= 144,6557 𝑚𝑚2 .√0,8262.2,0736 m/s
= 144,6557 𝑚𝑚2 .0,9089.(2,0736 × 103 𝑚𝑚 × 3600/𝑗𝑎𝑚)
= 981,47 L/Jam
𝑇−𝑃
%Kesalahan = × 100%
𝑇
981,47−1000
= × 100%
1000

= 1,85%

- Data 1500 L/Jam (percobaan 2)


ℎ1 = 19,5-20 = 0,5 ℎ2 = 63,5-20 = 23,5
Q = Cd.𝐴𝑜 [ 1-(𝐴0/ 𝐴𝐼)2 ]1/2 √2. 𝑔. (ℎ1 − ℎ2 )
233,3158 𝑚𝑚 2
= (0,62).(233,3158 𝑚𝑚2 ).[ 1-(559,6186 𝑚𝑚2 )2 ]1/2 √2.10 𝑚/𝑠 2 .(43 cm)

= 144,6557 𝑚𝑚2 .[1-(0,4169)2 ]1/2 √20 𝑚/𝑠 2 .0,43m

= 144,6557 𝑚𝑚2 .(1-0,1738)1/2 √8,6 𝑚2 𝑠 2


= 144,6557 𝑚𝑚2 .√0,8262.2,9325 m/s
= 144,6557 𝑚𝑚2 .0,9089.(2,9325 × 103 𝑚𝑚 × 3600/𝑗𝑎𝑚)
= 1.388..008.661,4116 𝑚𝑚3 /jam
= 1388 L/Jam
𝑇−𝑃
%Kesalahan = × 100%
𝑇
1388−1500
= × 100%
1500

= 7,46%
VII. ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum yang dilakukan yaitu karakteristik tabung orifice floco 2.Orifice adalah
sebuah tabung yang biasanya bulat pada dinding tangki atau pada plat normal di sumbu
pipa.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengukuran laju alir dengan pemakaian
digital dan manual menggunakan manometer.Pada metode pembacaan digital terdapat
detector yang mendeteksi aliran akan mengubah sinyal menjadi aliran listrik dann
menunjukkan angka secara langsung dalam saluran mbar,sedangkan pada pembacaan dengan
manometer besarnya aliran di tunjukkan oleh skala manometer dalam millimeter.

Berdasarkan data yang diperoleh pada pengukuran digital bahwa beda tekannya,cenderung
naik yakni -25,-10,22 dengan laju alirnya 500 L/jam,1000 L/jam dan 1500 L/jam dalam
percobaan 1.Pada percobaan 2 yakni dari -27,-11,23 dengan laju alir yang sama yaitu 500
L/jam,1000 L/jam,dan 1500 L/jam

Pada percobaan pengukuran manometer ∆ℎ yakni pada percobaan 1 yaitu 7,5 cm ,20
cm,dan 44,5 cm dengan laju alir 500L/jam,1000L/jam dan 1500 L/jam.Pada percobaan 2
yaknin 7cm,21,5 cm,dan 43 cm dengan laju alir yang sama yaitu 500L/jam,1000L/jam dan
1500 L/jam.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Laju alir dengan pengukuran digital
- Percobaan 1 = pada 1500 L/jam,Q = 1002,7220 L/jam,%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 33,15%
- Percobaan 2 = pada 1500 L/jam,Q = 1025,2579 L/jam,%kesalahan = 31,64%

 Laju alir dengan manometer


- Percobaan 1 = Pada 500 L/jam,Q = 579,67 L/jam,%kesalahan = 15,9%
Pada 1000 L/jam,Q = 946,63 L/jam,%kesalahan = 5,33 %
Pada 1500 L/jam,Q = 1412 L/jam,%kesalahan = 5,86%
- Percobaan 2 = Pada 500 L/jam,Q = 560,03 L/jam,%kesalahan = 12%
Pada 1000 L/jam,Q = 981,47 L/jam,%kesalahan = 1,85 %
Pada 1500 L/jam,Q = 1388 L/jam,%kesalahan = 7,46%
IX. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet 2022 Penentuan Praktikum Instrument T.Pengukuran.Palembang :Politeknik
Negeri Sriwijaya
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM INSTRUMEN & TEKNIK PENGUKURAN

pH-METER 632

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Astrid Arrosyiid Gusdinar (062130401229)


Habib Muhammad Rizieq (062130401232)
Kholis Vage Maulana (062130401235)
M. Triefani Aditya Putra (062130401237)
Masayu Ardellia Putri Wijaya (062130401238)
Nazania Tasiya Putri (062130401245)

Kelas: 2KC

Instruktur : Yuniar, S.T, M.T.

Jurusan Teknik Kimia


ProgramStudi DIII Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya 2022
pH-Meter 632

I. Tujuan Percobaan

· Mahasiswa dapat mengkalibrasi pH-meter 632


· Mahasiswa dapat mengukur pH sampel
· Mahasiswa dapat mentitrasi penetralan dan titrasi asam basa

II. Peralatan dan Bahan yang Digunakan


1. Alat yang digunakan
· Gelas Kimia 100ml
· Pipet Volume 10ml
· pH meter 632
· Spatula
· Kaca Arloji
· Elektroda Kaca Kombinasi
· Bola Karet
2. Bahan yang digunakan
· Larutan Buffer 4 dan 7
· HCl 0,1N
· NaOH 0,1N

III. Dasar Teori


pH didefinisikan sebagai keaktifan ion hydrogen, untuk larutan encer keaktifan ion
hydrogen merupakan konsentrasi dari ion hydrogen. pH meter pada dasarnya merupakan
voltmeter yang dapat digunakan bersama elektroda kaca kombinasi yang diukur pada pH
meter adalah potensial sel bukan pH larutan. sel elektroda kaca adalah Ag, AgCl-, Cl-, H+,
dan membrane kaca.
Elektroda sebelum digunakan direndam dahulu dengan larutan KCl agar molekul
air/larutan KCl masuk ke dalam sisi-sisi kaca dan mengembang sehingga proses pertukaran
ion akan mencapai maksimum, dengan kata lain gugus Na+ dapat mudah ditukar dengan ion
H+.
Pengukuran Ion hydrogen harus dibandingkan dengan ion hydrogen harus
dibandingkan dengan ion hydrogen yang telah diketahui konsentrasinya dan tetap. Bentuk
elektroda kaca berupa wadah kecil didalamnya berisi larutan KCl 3M.
Batas Pengukuran pH elektroda gelas antara 2-12. Hal ini disebabkan karena bila
lebih dari 12, ion hidrogen dengan konsentrasi tinggi, mampu mengikat ion Na +, sedangkan
dibawah 1 semua ion Natrium pada lapisan gelas ditukar oleh ion hydrogen, akibat tidak
terjadinya pertukaran ion dengan larutan yang akan diukur, bila elektroda kaca sering
digunakan terlalu lama direndam dalam air, konsentrasi KCl akan berkurang karena
perembesan dan ion Cl, maka dari itu elektroda direndam dalam larutan KCl 3M.

IV. Prosedur Kerja

 Kalibrasi pH-Meter 632


o Memasang elektroda gelas kaca pada pH-meter 632
o Memasang Kabel yang menuju Stop kontak
o Menyalakan pH-meter 632 dengan mengunakan tombol 0n/off
o Menekan Tombol Ph (jangan menekana tombol U/mV)
o Mencelupkan Elektroda pada larutan Buffer 7
o Mengukur Temperatur larutan dan memasukan nilai temperature menggunakan
tombol t/oC
o Mengatur tombol “slope” pada skala 1
o Menekan tombol “meas”, membaca pH pada display
o Mengatur angka pada display sesuai pH dengan menggunakan tombol “Ucomp”.
o Menekan Tombol “Stand by” bilas elektroda dengan aquadest dan mengeringkan
dengan tissue
o Mencelupkan elektroda kelarutan buffer 4, menekan tombol meas baca Ph pada
display
o Mengatur angka pada display sesuai dengan pH dengan memutar tombol “slope”.
o Menekan Tombol “Stand by”, membilas elektroda lalu mengeringkan dengan
tissue.
o Alat pH-meter 632 siap digunakan.
 Titrasi Asam Basa
o Memipet 10ml HCl 0,1N secara teliti, memasukkan kedalam gelas kimia 100ml
dan menambahkan aquadest hingga volumenya menjadi 50 ml.
o Meletakkan Larutan HCl di HotPlate, mengaduk dengan menggunakan magnetic
stirrer.
o Mencelupkan elektroda menekan tombol meas, dan baca pH pada display.
o Menambahkan NaOH sebanyak banyaknya 1ml-15ml (dengan range kenaikan
1ml). selama penambahan penitran larutan diaduk dan dibaca pHnya.
o Mengambar Kurve Secara Teoritis dan Praktikum dan menentukan titik ekivalen.
o Menentukan Konsentrasi HCl di titik ekivalen.

V. DATA PENGAMATAN

Volume HCL Volume NaOH pH secara


NO. pH secara teori
0,1 N O,1 N prakek
1 10 0 1,69 1,71
2 10 1 1,75 1,74
3 10 2 1,81 1,83
4 10 3 1,87 1,88
5 10 4 1,95 1,97
6 10 5 2,01 2,02
7 10 6 2,14 2,11
8 10 7 2,28 2,27
9 10 8 2,46 2,50
10 10 9 2,79 2,77
11 10 10 - 7,6
12 10 11 11,22 11,25
13 10 12 11,51 11,49
14 10 13 11,68 11,59
15 10 14 11,80 11,78
16 10 15 11,89 11,85

VI. PERHITUNGAN

 Pembuatan HCL 0,1 N 50 ml


% 𝑥 𝑝 𝑥 1000
M1 = 𝐵𝑀

0,37 𝑥 1,18 𝑥 1000


= 36,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

=11,96 M
M1 = N1

N1 x V1 = N2 x V2

0,1 𝑁 𝑥 50 𝑚𝑙
V1 = 11,76

V1 = 0,4 ml

 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 100 ml

Gr = M x V x Bm

= 0,1 M x 0,05 L x 40 gr/mol

= 0,2 gr

 Menghitung pH Secara Teori

1. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 0 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 0ml = 0 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0
Reaksi: 0 0 0 0
Sisa : 1 0 0 0
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] =
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

1 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 50 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,02 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,02]
=1,69
pH praktik = 1,71

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
| × 100%
1,69−1,71
=| | × 100% = 1,18%
1,69

2. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 1 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 1ml = 0,1 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,1
Reaksi: 0,1 0,1 0,1 0,1
Sisa : 0,9 0 0,1 0,1
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,9 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 51 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0176 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0176]
=1,75
pH praktik = 1,74

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

1,75−1,74
=| | × 100% = 0,57%
1,75

3. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 2 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 2ml = 0,2 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,2
Reaksi: 0,2 0,2 0,2 0,2
Sisa : 0,8 0 0,2 0,2
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,8 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 52 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 0,0153 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0153]
=1,81
pH praktik = 1,83

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

1,81−1,83
=| | × 100% = 1,10%
1,81

4. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 3 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 3ml = 0,3 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,3
Reaksi: 0,3 0,3 0,3 0,3
Sisa : 0,7 0 0,3 0,3
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,7 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 53 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0132 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0132]
=1,87
pH praktik = 1,88

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

1,87−1,88
=| | × 100% = 0,53%
1,87

5. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 4 ml


mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol
mmol NaOH = 0,1N x 4ml = 0,4 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,4
Reaksi: 0,4 0,4 0,4 0,4
Sisa : 0,6 0 0,4 0,4
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,6 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 54 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0111 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0111]
=1,95
pH praktik = 1,97

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

1,95−1,97
=| | × 100% = 1,02%
1,95

6. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 5 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 5ml = 0,5 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,5
Reaksi: 0,5 0,5 0,5 0,5
Sisa : 0,5 0 0,5 0,5
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 55 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0090 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0090]
= 2,04
pH praktik = 2,02

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

2,04−2,02
=| | × 100% = 0,98%
2,04

7. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 6 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 6ml = 0,6 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,6
Reaksi: 0,6 0,6 0,6 0,6
Sisa : 0,4 0 0,6 0,6
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,4 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 56 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0071 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0071]
= 2,14
pH praktik = 2,11

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

2,14−2,11
=| | × 100% = 1,40%
2,14

8. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 7 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 7ml = 0,7 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,7
Reaksi: 0,7 0,7 0,7 0,7
Sisa : 0,3 0 0,7 0,7
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,3 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 57 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0052 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0052]
= 2,28
pH praktik = 2,27

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

2,28−2,27
=| | × 100% = 0,44%
2,28

9. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 8 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 8ml = 0,8 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,8
Reaksi: 0,8 0,8 0,8 0,8
Sisa : 0,2 0 0,8 0,8
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,2 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 58 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0034 mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0034]
= 2,46
pH praktik = 2,50

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

2,46−2,50
=| | × 100% = 1,62%
2,46
10. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 9 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 9ml = 0,9 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 0,9
Reaksi: 0,9 0,9 0,9 0,9
Sisa : 0,1 0 0,9 0,9
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 59 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0016mmol/ml

pH teori = - log [H+]


= -log [0,0016]
= 2,79
pH praktik = 2,577

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

2,79−2,77
=| | × 100% = 0,72%
2,79

11. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 10 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 10ml = 1 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 1
Reaksi: 1 1 1 1
Sisa : 0 0 1 1
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[H+ ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 60 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0 mmol/ml
pH teori = - log [H+]
= - log [0]
= - (dianggap 7 karena telah mencapai titik ekuivalen (pH=7) HCL : NaOH =
1:1)
pH praktik = 7,6

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

7−7,6
=| | × 100% = 8,57%
7

12. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 11 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 11ml = 1,1 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 1,1
Reaksi: 1 1 1 1
Sisa : 0 0,1 1 1
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[OH- ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 61 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0016 mmol/ml

pOH = - log [OH-]


= - log [0,0016]
= 2,78
pH teori = 14 - pOH
= 14 – 2,78
= 11,22
pH praktik = 11,25

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

11,22−11,25
=| | × 100% = 0,27%
11,22
13. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 12 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 12ml = 1,2 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 1,2
Reaksi: 1 1 1 1
Sisa : 0 0,2 1 1
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[OH- ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,2 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 62 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0032 mmol/ml

pOH = - log [OH-]


= - log [0,0032]
= 2,49
pH teori = 14 - pOH
= 14 – 2,49
= 11,51
pH praktik = 11,49

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

11,51−11,49
=| | × 100% = 0,17%
11,51

14. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 13 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 13ml = 1,3 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 1,3
Reaksi: 1 1 1 1
Sisa : 0 0,3 1 1
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[OH- ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,3 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 63 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0047 mmol/ml

pOH = - log [OH-]


= - log [0,0047]
= 2,32
pH teori = 14 - pOH
= 14 – 2,32
= 11,68
pH praktik = 11,59

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

11,68−11,59
=| | × 100% = 0,77%
11,68

15. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 14 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 14ml = 1,4 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 1,4
Reaksi: 1 1 1 1
Sisa : 0 0,4 1 1
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[OH- ] = 𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,4 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 64 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,00625 mmol/ml

pOH = - log [OH-]


= - log [0,00625]
= 2,20
pH teori = 14 - pOH
= 14 – 2,20
= 11,8
pH praktik = 11,78

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

11,8−11,78
=| | × 100% = 0,17%
11,8

16. HCl 0,1N 10ml dan NaOH 0,1 N 15 ml

mmol HCl = 0,1N x 10ml = 1 mmol


mmol NaOH = 0,1N x 15ml = 1,5 mmol
HCL + NaOH  NaCl + H2O
Mula2 : 1 1,5
Reaksi: 1 1 1 1
Sisa : 0 0,5 1 1
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
[OH- ] =
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 65 𝑚𝑚𝑜𝑙

= 0,0076 mmol/ml

pOH = - log [OH-]


= - log [0,0076]
= 2,11
pH teori = 14 - pOH
= 14 – 2,11
= 11,89
pH praktik = 11,85

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% kesalahan = | | × 100%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

11,89−11,85
=| | × 100% = 0,33%
11,89

VII. ANALISA PERCOBAAN

Pada Percobaan ini dilakukan untuk mengukur pH sampel dengan menggunakan pH


meter 632. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah mengkalibrasi pH meter ini dengan
menggunakan larutan buffer pH 4 dan Larutan Buffer 7. Kalibrasi dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran tersebut. Kemudian barulah sampel dapat
diukur. Larutan yang pH nya akan di ukur adalah NaOH dan HCl. Untuk membandingkan
hasil pengukuran dari pHmeter maka dilakukan juga titrasi asam basa untuk mengetahui pH .
proses titrasi ini dilakukan dengan cara meneteskan larutan NaOH 0,1N sebanyak 1ml sampai
15ml. Titrasi mereaksikan larutan HCl 0,1N dengan larutan NaOH 0,1N dengan reaksi:
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Langkah yang pertama kali harus dilakukan adalah membuat larutan HCl 0,1 N dan NaOH
0,1 N, dilanjutkan dengan penambahan NaOH secara perlahan. Akan didapatkan hasil dari
HCl yang sebelumnya mempunyai pH asam akan semakin mendekati pH netral dan menuju
basa dari konsentrasi yang diberikan.
Pada pentitrasian pH dari larutan HCl yang semulanya asam, akan semakin menurun
karena terus menerus ditetesi larutan NaOH yang merupakan larutan basa dengan range
penambahan 1-15 ml, sehingga larutan akan mencapai titik ekivalen dan kemudian menjadi
larutan yang bersifat netral hingga basa. pH normal memiliki nilai 7, sementara bila pH > 7
menunjukan zat tersebut bersifat basa. Sedangkan bila nilai PH < 7 menunjukkan keasaman.
pH = 0 menunjukkan derajat keasaaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
kebasaan tinggi.
Lalu dilakukan penghitungan persentase kesalahan,dilanjutkan dengan mencari titik
ekuivalen yang terdapat dalam percobaan.Dilanjutkan dengan membuat grafik dalam
percobaan.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebebasan yang dimiliki oleh suatu larutan, yang didefinisikan sebagai logaritma
aktivitas ion hydrogen [H+] yang terlarut.
 Dengan pH-meter 632 dapat mengetahui pH yang terkandung dalam suatu sampel dan
dapat mengetahui larutan tersebut bersifat asam atau basa.
 Titik ekuivalen yang didapatkan :
Secara teori : 9,8
Secara praktek : 9,6
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 9,8−9,6
% kesalahan : = x 100 % = x 100% = 2,04 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 9,8
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM INSTRUMEN & TEKNIK PENGUKURAN

HUMIDITAS

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Astrid Arrosyiid Gusdinar (062130401229)


Habib Muhammad Rizieq (062130401232)
Kholis Vage Maulana (062130401235)
M. Triefani Aditya Putra (062130401237)
Masayu Ardellia Putri Wijaya (062130401238)
Nazania Tasiya Putri (062130401245)

Kelas: 2KC

Instruktur : Yuniar, S.T, M.T.

Jurusan Teknik Kimia

ProgramStudi DIII Teknik Kimia

Politeknik Negeri Sriwijaya 2022


HUMIDITAS

1. TUJUAN PERCOBAAN
 Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat mengukur
temperatur bola basah dan bola kering.
 Mahasiswa dapat menentukan humiditas udara dengan grafik psikometri.
 Mahasiswa dapat menentukan Relatif komunitas udara dengan grafik
psikometri.

2. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
- Seperangkatseperangkatalat temperature measurement
- 2 buah thermometer air raksa
- Isolatif
- Gelas kimia
Bahan yang digunakan :
- Aquadest
- Tissue

3. DASAR TEORI

Temperature bola kering dan temperature bola basah dalam proses industri
sering diperlukan untuk menentukan uap air atau kelembapan udara atau
kandungan air dalam udara kering untuk pembakaran.

Operasi ini lebih dikenal degan proses humidifikasi, penggunaan yang


paling sederhana adalah proses penyaringan dari bahan padatan basah dengan
pengurangan jumlah kandungan air, pemakaian ac dan pengkondisian udara di
dalam ruangan. Untuk menentukan relative humiditas dan humiditas atau
psycrometic.

Cara penggunaan grafik humidifikasi untuk menentukan relative humiditas


dan humiditas adalah tarik garis dari temperature bola basah dan temperature bola
kering garis sampai memotong garis relative humiditas, sedangkan untuk
mementukan kelembapan udara atau humiditas tarik garis dari titik perpotongan
temperature bola kering dan temperature bola ke arah garis humiditas.
4. PROSEDUR PERCOBAAN
- Menyiapkan alat TM dan menggunakan blower
- Menyiapkan termometer bola kering dan bola basah, termometer bola basah
dilakukan dengan cara melilitkan tissue atau kain kasa pada termometer
- Mencelupkan termometer bola basah ke air
- Menghidupkan blower
- Mengukur temperature blower secara bersamaan antara temperature bola
kering dan temperature bola basah selama 10 menit sampai 6 kali
- Dari data yang dapat tentukan kelembaban udara dana relatif kelembaban
undara dengan grafik psycometric.

5. DATA PENGAMATAN
 Blower AC
Waktu Bola basah (0C) Bola kering (0C)
(menit) awal akhir awal akhir
5 menit 26,6 35,0 31,0 41,0

 AC
Waktu Bola basah (0C) Bola kering (0C)
(menit) awal akhir awal akhir
5 menit 26,0 21,0 31,0 23,0

6. DATA PERHITUNGAN

 Penentuan Humiditas dan RH (relative humidity) wpt dan dry pada


temperatur awal pada blower ac

 RH (relative humidity)
Dik: Bola basah = 26,6 (0C)
Bola kering = 31,0 (0C)
Titik potong berada diantara 60% dan 70%
Jarak 60% dan 70% = 2 mm
Jarak titik potong ke 60% = 1 mm
Range : 70%-60% = 10%
2 𝑚𝑚 10%
=
1 𝑚𝑚 𝑥

2x = 10%
X = 5%

 Humiditas
Jarak antar kotak = 4 mm
Jarak titik potong ke 60% = 2 mm
Range kotak = 0,002
4 𝑚𝑚 0,002
=
2 𝑚𝑚 𝑥

4x = 0,004
X = 0,001
Humiditas = 0,002 + 0,001 = 0,023 mg dry air

 Penentuan Humiditas dan RH (relative humidity) wpt dan dry pada


temperatur akhir pada blower ac

 RH (relative humidity)
Bola basah = 35,0 (0C)
Bola kering = 41,0 (0C)
Titik potong berada diantara 60% dan 70%
Jarak 60% dan 70% = 2 mm
Jarak titik potong ke 60% = 2 mm
Range : 70%-60% = 10%
2 𝑚𝑚 10%
=
2 𝑚𝑚 𝑥

2x = 20%
X = 10%

 Humiditas
Jarak antar kotak = 4 mm
Jarak titik potong ke 60% = 1 mm
Range antar kotak = 0,004
4 𝑚𝑚 0,004
=
1 𝑚𝑚 𝑥

4x = 0,004
X = 0,001
Humiditas = 0,004 + 0,001 = 0,005 mg dry air
 Penentuan Humiditas dan RH (relative humidity) wpt dan dry pada
temperatur awal AC

 RH (relative humidity)
Bola basah = 26,0 (0C)
Bola kering = 31,0 (0C)
Titik potong berada diantara 60% dan 70%
Jarak 60% dan 70% = 3 mm
Jarak titik potong ke 60% = 4 mm
Range : 70%-60% = 10%
4 𝑚𝑚 10%
=
3 𝑚𝑚 𝑥

4x =30%
X = 7,5%

 Humiditas
Jarak antar kotak = 4 mm
Jarak titik potong ke 60% = 3 mm
Range kotak = 0,002
4 𝑚𝑚 0,002
=
3 𝑚𝑚 𝑥

4x = 0,006
X = 0,0015
Humiditas = 0,002 + 0,0015 = 0,0035 mg dry air

 Penentuan Humiditas dan RH (relative humidity) wpt dan dry pada


temperatur akhir AC

 RH (relative humidity)
Bola basah = 21,0 (0C)
Bola kering = 23,0 (0C)
Titik potong berada diantara 80% dan 90%
Jarak 80% dan 90% = 2 mm
Jarak titik potong ke 80% = 3 mm
Range : 90%-80% = 10%
2 𝑚𝑚 10%
=
3 𝑚𝑚 𝑥

2x = 30%
X = 15%

 Humiditas
Jarak antar kotak = 4 mm
Jarak titik potong ke 80% = 3 mm
Range antar kotak = 0,0016
4 𝑚𝑚 0,0016
=
3 𝑚𝑚 𝑥

4x = 0,0048
X = 0,0012
Humiditas = 0,0016 + 0,0012 = 0,0028 mg dry air

7. ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini percobaan yang dilakukan yaitu mengamati dan
menentukan humiditas udara atau kandungan air yang terkandung dalam udara dan
untuk menentukan relatif humiditas. Percobaan menggunakan bola basah dan bola
kering termometer air raksa dibalut tisu kering yang satunya tisu di basah kan terlalu
basah tetapi tidak terlalu basah kemudian dililit dengan isolatif untuk menentukan
relatif komunitas dan bumi di tas dari udara di gunakan grafik psychrometric.
Pada praktikum kali ini percobaan yang dilakukan sebanyak 1 kali dengan
masing-masing tiap 5 menit untuk melihat pergerakan nilai pada skala termometer
baik untuk temperatur bola basah dan maupun bola kering.
Pada percobaan pertama kedua termometer diletakkan pada blower dan
ditunggu 5 menit pertama didapat suhu pada bola basah awal adalah 26,60C dan suhu
akhir 35,00C. Suhu bola kering adalah 31,00C dan suhu akhirnya 41,00C. selanjutnya
pada percobaan kedua termometer diletakkan pada AC dan ditunggu 5 menit pertama
didapat suhu pada bola basah awal adalah 26,00C dan suhu akhir 23,00C. Suhu bola
kering adalah 31,00C dan suhu akhirnya 21,00C.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh dapat dilihat bahwa suhu pada
bola basah memiliki suhu yang lebih kecil dibandingkan dengan suhu bola kering hal
ini dikarenakan pengaruh kelembaban tisu yaitu semakin rendah suhu kelembaban
tinggi dan semakin tinggi suhunya maka kelembaban rendah.
8. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
 Blower
Nilai humiditas pada Blower yaitu :
Awal : 0,023 mg dry air
Akhir : 0,005 mg dry air
Relative humidity pada Blower :
Awal : 5 %
Akhir : 10 %
 AC
Nilai humiditas pada Blower yaitu :
Awal : 0,0035 mg dry air
Akhir : 0,0028 mg dry air
Relative humidity pada Blower :
Awal : 7,5 %
Akhir : 15 %

9. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet 2021, Penuntun Praktikum Instrumen dan Teknik Pengukuran,”Humiditas”.
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya

10. GRAFIK DATA


1) Blower

Suhu (°C)
Waktu
Bola Bola
(menit)
Basah Kering
1 26,6 31
2 - -
3 - -
4 - -
5 - -
6 - -
7 - -
8 - -
9 - -
10 35 41
Grafik Temperatur terhadap Waktu pada
Blower
50
Suhu (°C) 40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (menit)

Bola Basah Bola Kering


Linear (Bola Basah) Linear (Bola Kering)

2) AC

Suhu (°C)
Waktu (menit) Bola Bola
Basah Kering
1 26,6 31
2 - -
3 - -
4 - -
5 - -
6 - -
7 - -
8 - -
9 - -
10 21 23

Grafik Temperatur terhadap Waktu pada


AC
40
Suhu (°C)

20

0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (menit)

Bola Kering Bola Basah


Linear (Bola Kering) Linear (Bola Basah)
GRAFIK PSYCHOMETRIC

Anda mungkin juga menyukai