Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Superkapasitor

Superkapasitor merupakan salah satu jenis perangkat penyimpan energi

elektrokimia yang memiliki densitas energi yang lebih tinggi daripada baterai dan

sel bahan bakar serta densitas daya yang lebih tinggi daripada kapasitor

konvensional seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Superkapasitor menempati

wilayah antara kapasitor konvensional dan baterai (Halper dan Ellenbogen, 2006;

Shukla dkk., 2000). Superkapasitor dapat memberikan setidaknya 1000 kali lebih

banyak energi daripada kapasitor dielektrik dan 10 kali lebih banyak daya dari

baterai. Selain itu, superkapasitor memiliki siklus hidup yang lama yaitu lebih dari

500000 siklus (Zhou, 2015).

Gambar 1. Kemampuan daya dan energi dari berbagai perangkat


penyimpanan energi (Hsia, 2013).

Superkapasitor memiliki prinsip dasar yang sama seperti kapasitor

konvensional. Pada kapasitor konvensional, kapasitansi (C) berbanding lurus

dengan luas permukaan (A) dari masing-masing elektroda dan berbanding terbalik

1
dengan jarak antara elektroda (D) yang dinyatakan dalam persamaan (1) dan

energi (E) yang disimpan berbanding lurus dengan kapasitansi yang dinyatakan

dalam persamaan (2) (Halper dan Ellenbogen, 2006).

Superkapasitor memiliki bahan elektroda dengan luas permukaan yang lebih

tinggi (A) dan dielektrik lebih tipis daripada kapasitor konvensional sehingga

menurunkan jarak antara elektroda (D). Dengan demikian, persamaan (1) dan (2)

menunjukkan peningkatan pada superkapasitor baik kapasitansi maupun energi

(Halper dan Ellenbogen, 2006).

Superkapasitor terdiri dari tiga komponen penting yaitu elektroda, elektrolit,

dan pemisah. Kinerja keseluruhan dari superkapasitor ditentukan oleh sifat fisik

dari kedua elektroda dan bahan elektrolit. Kinerja elektrokimia superkapasitor

dapat diketahui melalui pengukuran charge-discharge dengan voltametri siklik

dan galvanostat. Kapasitansi (C) ditentukan dari arus discharge konstan menurut

persamaan (3) (Chen dan Dai, 2013).

Dimana I adalah discharge dan dV/dt dihitung dari kemiringan kurva. Kemudian,

kapasitansi spesifik (CSP) untuk satu elektroda di superkapasitor dapat dihitung

menggunakan persamaan (4).

Dimana C adalah kapasitansi terukur untuk dua elektroda dan m adalah massa

total bahan aktif dalam kedua elektroda. Massa juga dapat diganti dengan volume

2
atau luas elektroda tergantung pada sifat dari aplikasi yang ditargetkan. Untuk

kerapatan daya (P) superkapasitor dapat dihitung menggunakan persamaan (5).

Superkapasitor menyimpan energi dengan cara membentuk lapisan ganda

listrik pada antarmuka elektroda/elektrolit dan muatan listrik diakumulasi pada

permukaan elektroda serta muatan ion yang berlawanan disusun di sisi elektrolit.

Gambar 2 menunjukkan proses charge (pengisian) dalam pembentukan lapisan

ganda listrik dan discharge (pengosongan) (Antonucci dan Antonucci, 2011).

Pengisian

Pengosongan

Gambar 2. Proses charge/discharge pada superkapasitor (Chen dan Dai, 2013).

Pada proses pengisian, elektron bergerak dari elektroda negatif ke

elektroda positif dan dalam elektrolit, kation bergerak menuju elektroda negatif

sementara anion bergerak menuju elektroda positif. Selama pengosongan proses

sebaliknya terjadi. Dalam kapasitor elektrokimia tidak ada transfer muatan di

antarmuka elektroda/elektrolit dan tidak ada pertukaran ion yang terjadi antara

elektroda dan elektrolit. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi elektrolit tetap

konstan selama proses pengisian dan pengosongan. Dengan cara ini, energi

disimpan dalam antarmuka lapisan ganda (Wang dkk., 2012).

3
Menurut Wang dkk., (2012) jika dua permukaan elektroda dinyatakan

- +
sebagai ES1 dan ES2, anion sebagai A , kation sebagai C dan antarmuka

elektroda/elektrolit sebagai //, proses elektrokimia untuk pengisian dan

pengosongan pada elektroda positif dinyatakan dalam persamaan (6) dan (7).
- - - (6)
ES1 + A → //A + e
- - - (7)
//A + e → S1 +A

Proses pengisian dan pengosongan pada elektroda negatif dinyatakan dalam


persamaan (8) dan (9).

+ - + ( 8)
ES2 + C + e → //C

+ + - (9)
//C → S2 +C +e

2.2 Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan karbon amorf dari pelat-pelat datar disusun oleh

atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar

dengan satu atom C pada setiap sudutnya dan mempunyai permukaan yang

berongga dan struktur berlapis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3a dan 3b.

Karbon aktif berkualitas tinggi ditandai dengan luas permukaan dan volume pori

yang tinggi (Hartanto dan Ratnawati, 2010).

a b

a b c

Gambar 3. (a) Granul karbon aktif (b) penampang pori (c) ukuran pori butiran
karbon aktif (Sabatier, 2012).

4
2 2
Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300 m /g sampai 3500 m /g

(Hartanto dan Ratnawati, 2010). Sedangkan, Pori-pori karbon aktif mempunyai

bentuk dan ukuran yang bervariasi dan tidak teratur seperti yang ditunjukkan pada

gambar 3c dan 3d dengan ukuran berkisar antara 10 – 10000 Å (Basuki, 2007).

Beberapa ukuran pori karbon aktif yaitu mikropori (< 20 Å), mesopori (20 - 500

Å) dan makropori ( > 500 Å) (Halper dan Ellenbogen, 2006).

Proses pembuatan karbon aktif dilakukan dengan dua tahap. Tahap

pertama proses karbonisasi bahan baku yang dilakukan untuk menghasilkan arang

dan tahap kedua merupakan proses aktivasi untuk menghilangkan hidrokarbon

yang melapisi permukaan arang sehingga porositas meningkat (Lempang, 2014).

a. Karbonisasi

Karbonisasi merupakan proses pembakaran tidak sempurna atau

pemecahan bahan-bahan organik dengan jumlah oksigen yang sangat terbatas,

sehingga menghasilkan karbon (Faisal dkk., 2014; Salamah, 2008). Proses

pembakaran bahan baku dengan temperatur udara 300 – 900 °C sesuai dengan

kekerasan bahan baku yang digunakan. Proses ini menyebabkan terjadinya

penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk metanol,

uap asam asetat, tar dan hidrokarbon. Material padat yang tertinggal adalah

karbon dalam bentuk arang. Pelepasan unsur-unsur volatil ini menyebabkan

struktur pori-pori terbuka (Surest dkk., 2008). b. Aktivasi

Proses aktivasi merupakan proses penting dalam pembuatan karbon aktif.

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan

membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar daya serapnya dan

menghilangkan pengotor pada pori-pori karbon. Proses aktivasi karbon dapat

5
dilakukan melalui dua metode yaitu aktivasi fisika dan aktivasi kimia (Rahayu dan

Adhitiyawarman, 2014; Salamah, 2008).

Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa

organik dengan bantuan panas pada suhu tinggi (Hartanto dan Ratnawati, 2010).

Aktivasi secara kimiawi umumnya dilakukan dengan mengkondisikan bahan

dasar dengan dehydrating agent kuat, misalnya asam fosfat atau bahan kimia lain

seperti HNO3, ZnCl2,CaCl2. Keunggulan cara aktivasi kimiawi dibandingkan

dengan aktivasi fisik adalah aktivasi kimiawi biasanya terjadi pada suhu lebih

rendah, efek dehydrating agent dapat memperbaiki pengembangan pori di dalam

struktur karbon dan produk dengan menggunakan metode ini lebih banyak jika

dibandingkan dengan aktivasi secara fisik (Suhendra dan Gunawan, 2010;

Salamah, 2008).

2.3 Tempurung Kemiri Sebagai Sumber Karbon Aktif

Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan

yang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Tanaman kemiri mempunyai

banyak manfaat bagi kehidupan manusia karena hampir semua bagian tanaman ini

dapat dimanfaatkan. Biji kemiri mempunyai kulit biji yang dikenal sebagai

tempurung atau cangkang yang beratnya mencapai 65-75% dari berat biji

seluruhnya dan tebal tempurung 3-5 mm. Permukaan luarnya kasar dan berlekuk

serta berwarna coklat kehitaman (Halimah, 2016).

Tempurung kemiri hasil kupasan seperti yang terlihat pada Gambar 4

merupakan limbah organik yang dapat diuraikan namun teksturnya yang cukup

keras membutuhkan waktu yang lama untuk menguraikannya secara alamiah

sehingga kulit kemiri dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon

aktif (Surest dkk., 2008).

6
Gambar 4. Tempurung kemiri (Halimah, 2016).

Tempurung kemiri memiliki kadar karbon terikat sebesar 75,79 % dan

mengandung beberapa komponen seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2

(Lempang, 2009).

Tabel 2. Komponen kimia tempurung kemiri (Lempang, 2009).


Komponen Kadar (% dari berat kayu)
Holoselulosa (Polisakarida) 49,22
Pentosan 14,55
Lignin 54,46
Abu 8,73

2.4 Modifikasi Permukaan Karbon Aktif

Meningkatnya penggunaan karbon aktif menumbuhkan kreativitas untuk

memaksimalkan fungsi karbon, bukan hanya luas permukaan dan pori-porinya

saja tetapi pada permukaan karbonnya juga. Modifikasi permukaan karbon aktif

dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik. Salah satu metode

modifikasi dengan mengubah struktur pori dan mendistribusikan kelompok

fungsional permukaan karbon aktif (Wibowo dkk., 2004).

Karakteristik kimia karbon aktif sebagian besar ditentukan oleh

permukaannya yang berkaitan dengan adanya heteroatom dalam struktur karbon

seperti oksigen, nitrogen, hidrogen, sulfur dan fosfor. Jenis dan kuantitas

unsur-unsur atau kelompok fungsional menentukan karakter asam atau basa 7


dan H2SO4

permukaan karbon aktif. Karakter asam permukaan karbon aktif berkaitan erat

dengan gugus oksigen pada permukaan (Shafeeyan dkk., 2010).

Modifikasi permukaan dengan treatment dengan larutan asam umumnya


digunakan untuk mengoksidasi permukaan pori karbon, meningkatkan karakter
asam, menghilangkan unsur-unsur mineral, dan meningkatkan sifat hidrofilik dari
permukaan karbon aktif (Shim dkk., 2001). Dari penelitian sebelumnya, ada
beberapa larutan oksidator yang pernah digunakan pada proses modifikasi

permukaan karbon seperti H2O2, NaOCl, (NH4)S2O8, AgNO3, HNO3

(Wibowo dkk., 2004). Contoh gugus oksigen yang terkandung pada


permukaan karbon meliputi karboksilat, lakton, fenol, karbonil, piron, kromen,
kuinon dan kelompok eter seperti pada Gambar 5 (Shafeeyan dkk., 2010).
Gambar 5. Permukaan karbon aktif dengan beberapa tipe gugus yang
mengandung oksigen (Figueiredo dkk., 1999).

2.5 Pengaruh Elektrolit Terhadap Kapasitansi Spesifik Superkapasitor

Kapasitansi spesifik (Csp) didefenisikan sebagai kemampuan sel

superkapasitor menyimpan muatan terhadap rasio massa elektroda karbon yang

dinyatakan dengan satuan F/g. Kapasitansi spesifik sangat berpengaruh dalam

menentukan kinerja superkapasitor. Respon pemberian tegangan yang dihasilkan

oleh sebuah sel superkapasitor adalah berupa nilai rapat arus, dimana nilai arus

8
ditentukan oleh pergerakan ion-ion didalam sebuah pori elektroda dalam

membentuk lapisan pasangan muatan (Taer dkk., 2016). Pergerakan ion

dipengaruhi oleh ukuran, konduktivitas dan mobilitas ion dari suatu elektrolit.

Semakin tinggi konduktivitas dan mobilitas ion serta semakin kecil ukuran ion

maka pergerakan ion pada permukaan elektroda/elektrolit semakin cepat sehingga

meningkatkan kapasitansi spesifik superkapasitor (Barzegar dkk., 2015; Lota

dkk., 2013). Tabel 2 menunjukkan ukuran, konduktivitas dan mobilitas ion dari

beberapa larutan elektrolit.

Tabel 2. Ukuran, konduktivitas dan mobilitas ion (Zhang dkk., 2012).

Ion Jari-jari ion Konduktivitas molar Mobilitas ion


(Å) 2 -1 -1 -5 2 -1 -1
(cm Ω mol ) (10 cm S V )
+ 0,021 349,8 36,2
H
+ 1,02 50,1 5,2
Na
SO4
2- 2,30 79,8 8,3
- 0,46 198 20,6
OH

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

Elektrolit sebagai salah satu komponen penting dari superkapasitor karena

tegangan dan hambatan dari perangkat superkapasitor bergantung pada elektrolit.

Tegangan kerja sel yang tinggi memberikan kepadatan energi yang tinggi dan

daya yang tinggi (Lota dkk., 2013). Dalam pemilihan elektrolit harus memenuhi

kriteria yaitu stabilitas elektrokimia dan konduktivitas ion. Stabilitas elektrokimia

dapat meningkatkan penyimpanan energi yang dinyatakan dalam persamaan 2

sedangkan konduktivitas ion memiliki pengaruh besar terhadap nilai daya yang

dinyatakan dalam persamaan 5 (Beguin dkk., 2014; Sabatier, 2012).

9
Elektrolit cair yang digunakan dalam superkapasitor diklasifikasikan

menjadi tiga jenis yaitu larutan elektrolit, elektrolit organik dan cairan ionik

(Beguin dkk., 2014). Beberapa keunggulan larutan elektrolit yaitu resistensi yang

lebih rendah, biaya produksi murah, stabil dalam suhu ruangan dan jika

menggunakan elektroda dengan karbon aktif yang diperkaya dengan heteroatom

(N, O dan P), kapasitansi dapat ditingkatkan melalui reaksi redoks antara fungsi

permukaan elektroda dan larutan elektrolit (Demarconnay dkk., 2010; Qu dkk.,

2009). Selain itu, superkapasitor yang menggunakan larutan elektrolit

menunjukkan kapasitansi yang lebih tinggi dan daya yang lebih besar karena

konsentrasi ion yang tinggi dan jari-jari ion yang kecil (Wang dkk., 2012).

Larutan eletrolit yang biasa digunakan sebagai elektrolit superkapasitor adalah

asam, basa dan garam (Lota dkk., 2013).

Elektrolit asam yang paling umum digunakan untuk superkapasitor adalah


-1
H2SO4 karena memiliki konduktivitas ion yang sangat tinggi (0,8 S cm untuk

1M pada 25 °C) dan hambatan atau ESR dari superkapasitor dengan H 2SO4

sebagai elektrolit umumnya lebih rendah dibandingkan dengan elektrolit netral


antara bahan elektroda dan elektrolit yang disebabkan oleh elektrolit yang berbeda
+
(Zhong dkk., 2015). Selain itu, elektrolit H 2SO4 terurai menjadi ion H dan ion

2-
SO4 dalam larutan yang memiliki ukuran ion yang sangat kecil sehingga mudah

berpartisipasi dalam proses pengisian dan pengosongan (Endo dkk., 2001). Untuk

superkapasitor dengan elektrolit asam kuat H2SO4, kapasitansi spesifik yang

dilaporkan dalam literatur yang diterbitkan dalam beberapa tahun terakhir dalam
kisaran antara 100 dan 300 F/g seperti beberapa hasil penelitian yang ditunjukkan

pada Tabel 3. Superkapasitor berbasis elektrolit H2SO4 memiliki kapasitansi

10
spesifik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan berbasis elektrolit organik,

bahkan jika menggunakan bahan elektroda yang sama. Hal ini mungkin

menggambarkan interaksi yang berbeda antara bahan elektroda dan elektrolit yang

disebabkan oleh elektrolit yang berbeda (Zhong dkk., 2015).

Tabel 3. Penggunaan elektrolit H2SO4

Bahan Elektroda Konsentrasi Kapasitansi Referensi


elektrolit (M) spesifik (F/g)
Karbon aktif 1 255 Bichat dkk., 2010
rumput laut
Karbon aktif 1 300 Rufford dkk., 2010
ampas tebu
Karbon aktif 1 320,6 Senthilkumar dkk.,
amilum gandum 2011
Karbon aktif biji 2 230 Marín dkk., 2009
kersen
Karbon aktif biji 1 368 Rufford dkk., 2008
kopi
Karbon mesopori 2 247,8 Lang dkk., 2012
termodifikasi

Elektrolit basa juga salah satu jenis elektrolit yang paling banyak

digunakan seperti KOH, NaOH dan sebagainya. Larutan asam kuat jauh lebih

efektif daripada larutan kuat KOH atau NaOH. Namun, elektrolit hidroksida

-
sangat larut dalam air dan anion OH yang memiliki konduktivitas yang sangat

baik sebagai elektrolit superkapasitor (Robinson dan Stokes, 2002).

Penggunaan elektrolit berbasis garam juga banyak diteliti untuk kapasitor

elektrokimia. Hal ini disebabkan karena memiliki potensial jendela elektrokimia

yang lebih besar, kurang korosi dan keamanan yang lebih besar. Di antara

berbagai elektrolit netral, Na2SO4 adalah elektrolit yang paling umum digunakan

seperti beberapa penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 5 dan telah terbukti

menjadi elektrolit yang menjanjikan bagi banyak bahan pseudokapasitif.

11
Kapasitor elektrokimia berbasis karbon dengan elektrolit netral bisa memberikan

tegangan operasi yang lebih besar karena meningkatnya potensial jendela

elektrolit bila dibandingkan dengan elektrolit asam dan basa (Zhong dkk., 2015).

Tabel 4. Penggunaan elektrolit Na2SO4

Bahan Elektroda Konsentrasi Kapasitansi spesifik Referensi


elektrolit (M) (F/g)
Karbon aktif serat 1 74 Subramanian
pisang dkk., 2007
Karbon aktif 0,5 125 Bichat dkk.,
rumput laut 2010
Karbon mesopori 2 82,3 Lang dkk.,
termodifikasi 2012
1 78,1
Karbon aktif 0,5 86,1 Tsay dkk.,
komersial 0,2 74,7 2012
0,1 74,2

2.7 Metode Voltametri Siklik (CV)

Voltametri siklik (CV) adalah alat yang secara luas digunakan di bidang

elektrokimia untuk mengkarakterisasi kinerja berbagai perangkat penyimpanan

energi listrik seperti kapasitor elektrokimia, baterai dan sel bahan bakar. Dalam

aplikasi ini, elektroda bermuatan biasanya direndam dalam larutan elektrolit.

Lapisan ganda listrik terbentuk pada antarmuka elektroda/elektrolit yang dapat

diakses dengan adanya ion dalam elektrolit (Wang dan Pilon, 2012).

Voltametri siklik sebagai metode pengukuran sifat elektrokimia

superkapasitor yang menampilkan hubungan antara arus dan tegangan.

Pengukuran dengan metode siklis voltametri ini berdasarkan variasi tegangan

awal dan tegangan akhir. Kurva yang dihasilkan pada metode siklis voltametri

berbentuk histeresis dimana semakin lebar bentuk kurvanya maka nilai kapasitansi

yang dihasilkan akan semakin besar (Taer dkk., 2015).

12

Anda mungkin juga menyukai