Anda di halaman 1dari 15

WALI NAGARI PAUH SANGIK

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PERATURAN NAGARI PAUH SANGIK


NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

PENGELOLAAN HUTAN NAGARI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI NAGARI PAUH SANGIK,

Menimbang : a. bahwa hutan merupakan kawasan yang memiliki


manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia yang
perlu dikelola dengan baik agar tetap lestari dan
bermanfaat bagi kehidupan;
b. bahwa agar kelestarian alam sebagaimana dimaksud
huruf a diatas tetap terjaga, khususnya di Nagari Pauh
Sangik, maka perlu dikelola secara baik;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b, maka perlu ditetapkan
dengan Peraturan Nagari Pauh Sangik.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang – Undang Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 86, tambahan Lembaran Negara Nomor
4412)
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140)
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 81)
5. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4452);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5549)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang 
Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Urusan
Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan
Pemerintahan Bidang Kehutanan;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.83/MENLHK
/SETJEN/KUM.I/10/2016 Tentang perhutanan Sosial;
13. Peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan Nomor P.11/PSKL/SET/PSL-
0/11/2016 Tentang Pedoman Verifikasi Permohonan
Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD);
14. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6
Tahun 2008 Tentang Tanah Ulayat dan
Pemanfaatannya (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2008);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor
1 Tahun 2018 Tentang Pemerintahan Nagari (Lembaran
Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2018
Nomor 1);

Memperhatikan : Berita Acara Kesepakatan Pemerintah Nagari Pauh Sangik


dengan Bamus Nagari Pauh Sangik tentang Pengelolaan
Hutan Nagari.

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

BADAN PERMUSYAWARATAN NAGARI PAUH SANGIK

Dan

WALI NAGARI PAUH SANGIK

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN NAGARI TENTANG PENGELOLAAN HUTAN


NAGARI PAUH SANGIK

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan nagari ini, yang dimaksud dengan :
1. Nagari adalah Nagari Pauh Sangik
2. Wali Nagari adalah Wali Nagari Pauh Sangik
3. Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
4. Pemerintah Nagari adalah Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari
5. Peraturan Nagari adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Wali Nagari setelah dibahas dan disepakati bersama
Bamus Nagari
6. Wali Nagari adalah Wali Nagari Pauh Sangik
7. Badan Permusyawaratan Nagari selanjutnya disebut BAMUS adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi Pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Nagari berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis
8. Jorong adalah bagian dari wilayah Pemerintahan Nagari yang dipimpin
oleh seorang Kepala Jorong
9. Lembaga Kemasyarakatan Nagari adalah Lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Nagari
dalam memberdayakan masyarakat
10. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya
sebagai hutan tetap
11. Kawasan pengelolaan hutan adalah wilayah pengelolaan secara fungsi,
pokok dan peraturannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari
12. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan
13. Wilayah desa adalah wilayah pengelolaan sumberdaya alam dengan
susunan fungsi sebagai tempat perekonomian/pemusatan dan
distribusi, pusat jasa pemerinntahan, pelayanan sosial budaya dan
kegiatan ekonomi
14. Hutan nagari adalah hutan negara yang dikelola oleh nagari dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan nagari serta belum dibebani
izin/hak
15. Lembaga Pengelolaan Hutan Nagari adalah lembaga kemasyarakatan
yang ditetapkan dengan Peraturan Nagari yang bertugas untuk
mengelola hutan nagari, secara fungsional berada dalam organisasi
nagari dan bertanggung jawab kepada wali nagari
16. Lembaga Pengelola adalah Lembaga Pengelola Hutan Nagari Pauh
Sangik yang selanjutnya disingkat dengan LPHN
17. Areal kerja hutan nagari adalah satu kesatuan hamparan kawasan
hutan yang perlu dikelola oleh lembaga secara lestari
18. Hak pengelolaan hutan nagari adalah hak yang diberikan oleh gubenur
setempat kepada nagari untuk mengelola hutan Negara dalam batas
waktu dan luasana tertentu
19. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan nagari adalah
izin usaha yang di berikan untuk pemanfaatan hasil berupa kayu
dalam hutan nagari pada hutan produksi melalui kegiatan
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran
20. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang
tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan
manfaaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi
pokoknya
21. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan
dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak
lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya
22. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan bukan kayu dengan
tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya
23. Pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu adalah kegiatan untuk
mengambil hasil hutan baik berupa kayu maupun bukan kayu dengan
batasan waktu, luas atau volume tertentu

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Penyelenggaraan Pengelolaan Hutan Nagari dimaksudkan untuk memberikan
akses nagari melalui Lembaga Pengelola Hutan Nagari dalam mengelola
sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan.

Pasal 3
(1) Penyelenggaraan Pengelolaan Hutan Nagari bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan nagari secara berkelanjutan.
(2) Terwujudnya pelestarian Hutan Nagari dan ekosistem yang bermanfaat
bagi masyarakat.

BAB III
AZAS
Pasal 4
Azas pengelolaan hutan nagari:

a. Azas musyawarah mufakat yaitu pengelolaan hutan nagari harus


berdasarkan musyawarah mufakat di nagari dengan memperhatikan
peraturan perundangan yang berlaku;
b. Azas perlindungan yaitu dalam pengelolaan hutan nagari harus
mengandung azas perlindungan terhadap kawasan hutan Nagari Pauh
Sangik untuk menjaga kelestarian hutan;
c. Azas pemanfaatan yaitu hutan nagari dapat dimanfaatkan dengan
ketentuan telah disepakati melalui musyawarah mufakat serta
memperhatikan kelestariannya.

BAB IV
AREAL KERJA HUTAN NAGARI
Pasal 5
(1) Areal Kerja Hutan Nagari adalah kawasan hutan lindung yang berada di
nagari yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Areal Kerja Hutan Nagari ini juga merupakan hutan yang berada di
tanah ulayat atau hutan adat masyarakat Nagari Pauh Sangik.

BAB V
PEMANFAATAN HUTAN NAGARI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Pemanfaatan kawasan pada Hutan Nagari dapat dilakukan pada :
Hutan lindung untuk memanfaatan kawasan, jasa lingkungan, pemungutan
hasil hutan bukan kayu.

Bagian Kedua
Pemanfaatan pada Hutan Lindung
Pasal 7
Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung sebagaimana dimaksud pada pasal
6, dilakukan antara lain melalui kegiatan usaha:

a. Budidaya tanaman obat;


b. Budidaya tanaman hias;
c. Budidaya jamur;
d. Budidaya lebah;
e. Penangkaran satwa liar;
f. Rehabilitasi satwa;
g. Budidaya hijauan makanan ternak;
h. Budidaya rotan, bambu, aren, sarang wallet; atau
i. Pengkayaan hutan kembali.

Pasal 8
Pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung sebagaimana dimaksud
pada Pasal 6, dilakukan antara lain melalui kegiatan usaha :

a. Pemanfaatan jasa aliran air, penangkalan ikan alam;


b. Pemanfaatan air;
c. Wisata alam;
d. Perlindungan keanekaragaman hayati;
e. Penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau
f. Penyerapan dan/ atau penyimpana karbon.

Pasal 9
Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung sebagaimana
dimaksud pada pasal 6, dilakukan antara lain melalui kegiatan usaha:

a. Rotan;
b. Madu;
c. Getah;
d. Buah;
e. Jamur; atau
f. Sarang wallet.

BAB VI
LARANGAN DAN SANKSI
Pasal 10
Pada areal hutan nagari dilarang:

a. Melakukan penebangan liar dan perusakan areal kerja hutan nagari;


b. Melakukan perburuan liar;
c. Melakukan perusakan terhadap sumberdaya alam pada areal kerja
hutan nagari;
d. Pengambilan hasil hutan bukan kayu yang berupa buah-buahan tidak
boleh merusak dan / menebang pohonnya;
e. Mengambil / memungut hasil hutan bukan kayu tanpa izin.

Pasal 11
(1) Sanksi pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud Pasal 10
huruf a sampai dengan huruf e sesuai dengan tingkatan pelanggaran,
dapat berupa :
a. Teguran Lisan;
b. Teguran Tertulis;
c. Administrasi; dan
d. Denda.
(2) Dalam hal sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Wali Nagari.
BAB VII
LEMBAGA PENGELOLAAN HUTAN NAGARI
Bagian Kesatu
Maksud dan Tujuan Pembentukan
Pasal 12
(1) Maksud pembentukan LPHN untuk mempermudah masyarakat
mengorganisir diri sehingga memiliki kemampuan yang kuat dalam
mengelola hutan nagari secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
(2) Tujuan pembentukan LPHN untuk membantu masyarakat secara
bersama-sama memperoleh manfaat secara ekonomi, ekologi maupun
sosial.
Bagian Kedua
Struktur Organisasi
Pasal 13
(1) LPHN dipimpin oleh seorang ketua
(2) Dalam menjalankan tugasnya, Ketua, 1 (satu) orang bendahara dan 1
(satu) orang sekretaris dan Anggota
(3) Seksi – seksi pada LPHN dibantu oleh personil selaku anggota dengan
jumlah sesuai dengan kebutuhan adalah sebagai berikut:
a. Seksi perencanaan dan rehabilitasi lahan;
b. Seksi pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata;
c. Seksi advokasi dan kebijakan;
d. Seksi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu;
e. Seksi pengamanan dan pengawasan hutan;
f. Seksi hubungan masyarakat dan pemasaran; dan
g. Seksi peningkatan kapasitas masyarakat dan Litbang.

Bagian Ketiga
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 14
Ketua LPHN dan perangkat lainnya dipilih melalui musyawarah dan
ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari

Pasal 15
Ketua LPHN dan Perangkatnya memiliki masa tugas 3 (tiga) tahun, dan setelah
itu dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya
Pasal 16
Ketua LPHN dan perangkatnya dapat diberhentikan apabila:
a. Meninggal dunia;
b. Habis masa tugasnya;
c. Mengundurkan diri;dan
d. Melakukan tindakan yang melawan hukum.

Pasal 17
Pemberhentian Ketua LPHN dan perangkatnya dilakukan oleh Wali Nagari
melalui keputusan Wali Nagari.

Bagian Ketiga
Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 18
(1) Ketua LPHN memiliki tugas pokok merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan pengelolaan Hutan Nagari.
(2) Ketua LPHN memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengajukan permohonan hak pengelolaan Hutan Nagari;
b. Menyusun rencana kerja Hutan Nagari;
c. Menyusun rencana tahunan Hutan Nagari;
d. Melaksanakan inventarisasi potensi kawasan Hutan;
e. Melaksanakan penataan batas kawasan, Blok/petak pada areal kerja
Hutan Nagari;
f. Melaksanakan pengurusan Perizinan pemanfaatan Hutan;
g. Merencanakan dan melaksanakan rehabilitasi Hutan dan lahan;
h. Merencanakan dan melaksanakan perlindungan hutan;
i. Merencanakan dan melaksanakan penyuluhan kehutanan;
j. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan;
k. Merencanakan dan melaksanakan pemberdayaan ekonomi
masyarakat;
l. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan sumber daya
manusia;
m. Mengendalikan pengelolaan hutan Nagari; dan
n. Melaporkan pelaksanaan pengelolaan hutan Nagari.

Pasal 19
(1) Sekretaris LPHN memiliki tugas pokok membantu Ketua LPHN untuk
mengelola administrasi dan pengembangan kapasitas LPHN.
(2) Fungsi sekretaris adalah:
a) Merencanakan dan mengelola administrasi LPHN;
b) Mempersiapkan Laporan Bulanan, Tri Wulan, Semester dan Tahunan
pengelolaan Hutan Nagari;
c) Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 20
(1) Bendahara LPHN memiliki tugas pokok membantu ketua LPHN dalam
mengelola keuangan.
(2) Fungsi Bendahara LPHN adalah:
a. Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan keuangan;
b. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 21
(1) Seksi Perencanaan dan Rehabilitasi Lahan memiliki tugas pokok
membantu ketua LPHN dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan pengelolaan hutan nagari dibidang perencanaan dan
pengembangnan kawasan.
(2) Fungsi Seksi Perencanaan dan rehabilitasi lahan adalah
a. Mengajukan permohonan hak pengelolaan hutan nagari;
b. Menyusun rencana kerja hutan nagari;
c. Menyusun rencana tahunan hutan nagari;
d. Melakukan kegiatan dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan;
e. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 22
(1) Seksi pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata memiliki tugas pokok
membantu ketua LPHN dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan pengelolaan hutan nagari dibidang pemanfaatan jasa
lingkungan dan ekowisata.
(2) Fungsi Seksi Pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata adalah :
a. Mengajukan permohonan izin pengelolaan jasa lingkungan dan
ekowisata;
b. Melaksanakan inventarisasi potensi jasa lingkungan dan ekowisata;
c. Mengelola pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata;
d. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 23
(1) Seksi advokasi dan kebijakan memiliki tugas pokok membantu Ketua
LPHN dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
pengelolaan hutan nagari dibidang advokasi dan kebijakan.
(2) Fungsi seksi advokasi dan kebijakan adalah :
a. Melakukan advokasi dan perencanaan kebijakan hutan nagari;
b. Melaksanakan inventarisasi potensi masalah dan perencanaan
kebijakan;
c. Melakukan kajian aturan dan kebijakan dalam rangka pengelolaan
kegiatan hutan nagari;
d. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 24
(1) Seksi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu memiliki tugas pokok
membantu Ketua LPHN dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan pengelolaan hutan nagari dibidang pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu.
(2) Fungsi seksi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah :
a. Mengajukan permohonan izin pemanfaatan hasil hutan bukan kayu;
b. Melaksanakan inventarisasi potensi hasil hutan bukan kayu;
c. Mengelola pemanfaatan hasil hutan bukan kayu;
d. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 25
(1) Seksi pengamanan dan pengawasan hutan memiliki tugas pokok
membantu Ketua LPHN dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan pengelolaan hutan nagari dibidang pengamanan dan
pengawasan hutan.
(2) Fungsi seksi pengamanan dan pengawasan hutan adalah :
a. Menyusun rencana pengamanan dan pengawasan hutan;
b. Melaksanakan perlindungan kawasan hutan;
c. Melaksanakan pemasangan papan peringatan;
d. Melaksanakan patroli rutin;
e. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 26
(1) Seksi hubungan masyarakat dan pemasaran memiliki tugas pokok
membantgu Ketua LPHN dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan pengelolaan hutan nagari dibidang kehumasan dan
pemasaran.
(2) Fungsi seksi hubungan masyarakat dan pemasaran adalah :
a. Menyusun rencana kerja kehumasan dan pemasaran;
b. Melaksanakan sosialisasi kegiatan pengelolaan hutan nagari;
c. Melaksanakan kegiatan pemasaran jasa lingkungan dan hasil hutan
bukan kayu;
d. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

Pasal 27
(1) Seksi peningkatan kapasitas masyarakat dan litbang memiliki tugas
pokok membangu Ketua LPHN dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan pengelolaan hutan nagari dibidang peningkatan
kapasitas mmasyarkat dan litbang.
(2) Fungsi seksi peningkatan kapasitas masyarakat dan Litbang adalah :
a. Menyusun rencana kerja peningkatan kapasitas masyarakat dan
Litbang;
b. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan kelembagaan;
c. Melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas SDM;
d. Melaksanakan penelitian, studi banding dan kegiatan lainnya untuk
pengembangan kegiatan pengelolaan hutan nagari;
e. Melaporkan hasil kegiatan kepada Ketua LPHN; dan
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua LPHN.

BAB VIII
DEWAN PENGAWAS
Bagian Kesatu
Maksud dan Tujuan Pembentukan
Pasal 28
(1) Maksud pembentukan Dewan Pengawas untuk memberikan kontrol
kepada LPHN dalam mengelola hutan nagari.
(2) Tujuan pembentukan Dewan Pengawas agar pengelolaan hutan nagari
yang dilakukan oleh dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.

Bagian Kedua
Struktur Dewan Pengawas
Pasal 29
(1) Dewan Pengawas berjumlah ganjil dan diketuai oleh seorang ketua,
(2) Keanggotaan dewan Pengawas dapat berasal dari unsur masyarakat,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan pihak lain yang
berkopenten.

Bagian Ketiga
Pengengkatan dan Pemberhentian.
Pasal 30
Ketua Dewan Pengawas dan perangkat lainnya dipilih melalui
musyawarah dan ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.

Pasal 31
Ketua Dewan Pengawas dan perangkatnya memiliki masa tugas selama
7 (tujuh) tahun, dan dapat diangkat untuk 2 (dua) kali periode.

Pasal 32
Ketua Dewan Pengawas dan perangkatnya dapat diberhentikan apabila:
a. Meninggal dunia;
b. Habis masa Tugasnya;
c. Mengundurkan diri; dan
d. Melakukan tindakan yang melawan hukum.
Pasal 33
Pemberhentikan Ketua Dewan Pengewas dan perangkatnya dilakukan
oleh Wali Nagari melalui keputusan Wali Nagari.

Bagian Keempat
Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 34
(1) Dewan Pengawas memiliki tugas mengawasi kinerja LPHN.
(2) Dewan Pengawas memiliki wewenang memberi saran dan masukan
kepada LPHN.
(3) Dewan Pengawas Berhak Meminta laporan Kinerja LPHN sewaktu-
waktu jika diperlukan.
BAB IX
TATA KERJA DAN HUBUNAN KERJA
Pasal 35
(1) LPHN dan Dewan Pengawas Merupakan lembaga yang
kedudukannya setara dengan lembaga Nagari Lainnya.
(2) LPHN dan Dewan Pengawas Bertanggung jawab Langsung kepada
Wali Nagari.

BAB X
PELAPORAN
Pasal 36
(1) LPHN menyampaikan laporan kepada Wali Nagari secara periodik
dalam bentuk:
a. Laporan Bulanan;
b. Laporan Tri Wulan;
c. Laporan Semester; dan
d. Laporan tahunan.
(2) Dewan Pengawas menyampaikan laporan pengawasan kepada Wali
Nagari secara Periodik dalam bentuk:
a. Laporan Bulanan;
b. Laporan Tri Wulan;
c. Laporan Semester; dan
d. Laporan tahunan.
(3) Berdasarkan laporan LPHN dan Dewan Pengawas, Wali Nagari
menyampaikan laporan Kinerja Pengelolaan Hutan Nagari kepada
Bupati melalui Perangkat Daerah yang Memiliki Tupoksi terkait
dengan Pengelolaan Hutan Nagari.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Peraturan Nagari ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Nagari ini dengan penempatannya dalam Lembaran Nagari Pauh Sangik.

Di tetapkan di Pauh Sangik


Pada tanggal 2019
WALI NAGARI PAUH SANGIK

EDISON

Di undangkan di Pauh Sangik


Pada tanggal 2019
SEKRETARIS NAGARI PAUH SANGIK

TARMIS
NIP. 19720828 200906 1 002

LEMBARAN NAGARI PAUH SANGIK TAHUN 2019 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai