Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PERAN ORANG TUA TERHADAP

PROSES PEMBELAJARAN SISWA SECARA DARING

Oleh :
Nama : Fira Anugrahjati
Nim : 1852000015
Kelas : 5A
Program Studi : PGSD

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA


SUKOHARJO
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyebaran virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan tersendiri bagi
lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk memutus persebaran virus tersebut pemerintah
mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical distancing, hingga pembatasan
sosial berskala besar (PSBB). Keadaan ini mengharuskan masyarakat untuk tetap berada di
rumah, mulai dari belajar, bekerja, hingga beribadah di rumah. Dampak dari kebijakan
tersebut membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi harus
menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka. dan diganti dengan proses
pembelajaran yang dilaksanakan secara daring yang bisa dilaksanakan dari rumah masing-
masing siswa. Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang
pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa pandemi corona virus disease (COVID-19)
yang menyarankan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring. Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari
pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan
perangkat pendukung seperti komputer atau laptop, android , dan alat bantu lain sebagai
perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dari rumah secara daring, guru dituntut untuk lebih
inovatif dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran. Perubahan cara mengajar ini
tentunya membuat guru dan siswa beradaptasi dari pembelajaran secara tatap muka dikelas
menjadi pembelajaran daring. Mengenai kebijakan untuk melaksanakan proses belajar dari
rumah melalui pembelajaran daring, Agar tak disalahartikan para siswa sebagai hari libur,
siswa pun diberi tugas-tugas pembelajaran agar mereka tetap dalam suasana belajar. Oleh
karena itu, para guru diwajibkan mampu mendesain sedemikan rupa tugas-tugas bagi peserta
didik selama di rumah. Untuk itu, guru perlu membangun komunikasi dengan orang tua/wali
murid agar pembelajaran secara daring (online) ini tetap terlaksana secara intens dengan hasil
yang tak terpaut jauh dengan pembelajaran tatap muka (di kelas). Selain itu, guru juga harus
membawa budaya belajar di sekolah ke dalam rumah (ruang keluarga) para peserta didik.
Artinya, dengan berbagai tugas yang disiapkan itu, para guru harus mengondisikan para
orang tua siswa seperti halnya di sekolah, yakni melaksanakan kegiatan pembelajaran dari
pukul 07.00 sampai pukul 16.00. Jika ini terkondisikan secara baik, akan membawa peserta
didik ke dalam suasana pembelajaran di lingkungan sekolah.

Pembelajaran daring telah membuka berbagai problem pendidikan di negeri ini. Selain itu
semakin menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan di Indonesia membutuhkan
dukungan dari berbagai pihak. Pendidikan sebagai suatu ekosistem utuh yang tidak lepas dari
kebijakan politik, daya dukung teknologi, infrastruktur yang memadai, serta dukungan dari
orangtua/masyarakat.  Tanpa itu semua, pendidikan tidak dapat optimal dalam mencerdaskan
anak bangsa

Hal seperti itulah yang perlu dikomunikasikan dengan orang tua siswa. Para orang tua
siswa perlu memahami bahwa meski di rumah, anak mereka tetaplah harus konsentrasi pada
proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Di sinilah dukungan dan pengertian para
orang tua sangat dibutuhkan. Dari sini juga akan diketahui bagaimana seharusnya orang tua
memberikan pendidikan kepada anak sekaligus memahami apa saja yang menjadi tugas para
guru. Karena itu, orang tua juga perlu mendampingi bagaimana anak-anak mereka dalam
belajar

Proses pengerjaan tugas yang diberikan oleh guru kepada peserta didik ternyata cukup
menyita waktu, biaya, ataupun energi, lebih-lebih bagi mereka yang tidak terbiasa. Seharian
putra-putri mereka berada di dalam rumah sibuk menyelesaikan tugas dari para guru. Dari
proses ini diharapkan orang tua juga memahami betapa pentingnya dukungan dan peran
mereka sangat sangat dibutuhkan anak-anak dalam proses pembelajaran setiap hari. Kondisi
darurat yang menjadi seperti “gerakan serentak” ini pun diharapkan akan menyadarkan orang
tua akan perannya dalam mendampingi, membimbing, dan mengarahkan anak-anak mereka
dalam penyelesaian proses pembelajaran. Mereka juga “dipaksa” mengenal lebih dekat lagi
sikap dan karakter anak mereka.

Selain itu, kemampuan membagi waktu dan menyelesaikan masalah secara tepat juga
menjadi efek keberhasilan terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Masih banyak lagi sifat
karakter anak yang mungkin belum diketehui orang tua kemudian akan tampak pada saat
pengerjaan tugas tersebut. Dari kondisi ini, diharapkan akan dipahami bersama pentingnya
pendidikan diawali dari keluarga sebagai tempat pertama dalam pembentukan karakter anak.
Orang tua dan lingkungan adalah sekolah pertama yang dikenal oleh seorang anak.

Dari sini pula diketahui pentingnya sinergi antara orang tua dan pihak sekolah. Karena itu,
kiranya proses pendidikan orang tua (education parenting) perlu benar-benar dijadikan
program kerja sama yang nyata antara sekolah dan orang tua. Di antara tujuannya adalah
sebagai berikut. Pertama, meningkatkan kesadaran orang tua agar tidak lagi asal-asalan
dalam memberikan pengasuhan. Kedua, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang
tua dalam hal pengasuhan sesuai dengan karakter, usia, dan perkembangan anak. Ketiga,
mempertemukan kepentingan dan keinginan antara keluarga dan pihak sekolah.

Orang tua bukanlah sosok yang hanya berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan material
anak. Kebutuhan immaterial juga harus mendapatkan porsi yang sama, bahkan lebih. Sebab,
kesibukan dan kepadatan urusan orang tua bisa menjadi bumerang ketika tidak
diseimbangkan secara baik dalam kehidupan keluarga. Tanpa pendampingan yang bagus dari
orang tua, maka hasil pendidikan dari bangku sekolah tidak akan berbekas dan bermakna
dalam kemasyarakatan. Partisipasi orang tua menjadi sangat penting untuk menyukseskan
pembelajaran daring. Situasi dilematis kemudian terjadi ketika orangtua tidak dapat hadir
mendampingi anak karena masih harus bekerja. Mereka adalah orang-orang yang tidak
memiliki kemewahan untuk bekerja dari rumah. Para petugas kesehatan, pekerja informal,
buruh pabrik, peternak, nelayan, dan petani misalnya harus tetap bekerja. Sementara mereka
tidak memiliki orang lain yang dapat membantu mendapingi anak.

Para orangtua yang memiliki kesempatan bekerja dari rumah tetapi tetap memprioritaskan
pekerjaan kantor juga tidak dapat membantu anak-anak belajar secara optimal. Khusus bagi
anak-anak di usia dini ini tentu menjadi perkara. Jika kedua orangtua bekerja dan mereka
tidak memiliki asisten rumah tangga misalnya, mereka harus mampu membagi peran untuk
mengasuh anak. Jika tidak dapat disikapi secara bijak, lagi-lagi isu kesehatan mental menjadi
bagian yang perlu diantisipasi.

Anda mungkin juga menyukai